22 Mei 2011

KEEP WRITE!

By: Puput Happy


Berawal dari keikutsertaanku dalam sebuah workshop, pelatihan menulis di Purwokerto beberapa bulan yang lalu. Tema pelatihan itu adalah “Ayo menjadi penulis hebat!”, dengan narasumber Asma Nadia & Tanudi dari Penerbit “Kawan Pustaka”. Bisa dikatakan pelatihan itu adalah awal langkahku untuk semakin giat menulis, sejak ku mengenal sosok Asma Nadia. Siapa sih yang tak kenal dengan Asma Nadia, seorang penulis muda dan berbakat, yang kata-katanya selalu menginspirasi semua orang untuk aktif menulis. Bagiku beliau adalah guru dalam dunia tulis-menulis. Masih kuingat ”wejangan” yang disuguhkan oleh Mbak Asma saat dia memberi pelatihan. Beliau berkata:

“Bagi yang hobby facebook-an, daripada update status setiap hari dengan kalimat-kalimat yang kurang bermanfaat, kenapa tidak dimanfaatkan saja dengan membuat tulisan-tulisan yang bagus, sebagai bentuk latihan bagaimana menulis yang baik.”

“Daripada waktu kita habis untuk menulis di facebook, kenapa tidak menulis saja artikel atau naskah-naskah lain yang kemudian kita kirim ke media? Itu lebih baik dan bahkan mungkin bisa mendatangkan uang...”

“Jangan takut gagal, karena orang yang telah sukses pasti sebelumnya telah menemui banyak kegagalan. Dan untuk sukses, jangan sekali-kali takut gagal!”

“Teruslah menulis, meski jari kita sampai “keriting”. Dengan semakin sering menulis, kita akan semakin terlatih dan profesional. Tulislah apa yang kita lihat, apa yang kita dengar, apa yang kita baca, dan apa yang kita rasakan. Sebab dari apa yang kita tulis, akan kita dapatkan hikmah dan manfaatnya. Jadi, teruslah menulis!“

“Menulis adalah masalah berlatih. Menulis itu gampang!”

“Menulis adalah ladang dakwah. Dengan menulis, banyak pahala yang kita dapatkan”

“Hambatan menulis tidak terletak pada masalah teknik penulisan. Hambatan biasanya terletak pada kondisi mental kita sendiri, seperti rasa malas, merasa tidak punya cukup waktu, merasa idenya terlalu sederhana, ingin menghasilkan karya yang beda dari yang lain, menganggap sepele karena merasa punya bakat, dilarang keluarga, bergantung pada mood, dan lain-lain...”

“Sampai kapanpun kunci utama menjadi seorang penulis adalah dengan berlatih! Melatih daya pikir, melatih keterampilan menulis, melatih kepekaan, dan lain-lain...”

“Kalau penulis merasa dirinya hebat, maka menjadi tidak hebat! Mudah-mudahan hebatnya kita di hadapan Allah, bukan hanya di hadapan manusia saja”

“Untuk menjadi penulis, dibutuhkan sekitar 5% bakat, 90% kerja keras, 5% keberuntungan. Keberuntungan itu adalah peluang atau kesempatan yang bertemu dengan kesiapan. Teruslah menulis dan persiapkan!”

“Awali menulis dengan basmalah dengan niat ibadah. Hanya mereka yang terus memproses dirinya, terus berjuang dan percaya dirilah yang pasti berhasil!”

“Saya menulis agar orang-orang di sekitar kita bangga bahwa aku adalah seorang penulis, bukan orang bodoh! Moment-moment luka yang pernah kita miliki, kumpulkan keping-keping dendam itu dan jadikan semangat!”

“Menulis itu harus membuat kita bahagia. Cari cara untuk jatuh cinta pada menulis!”
Kata-kata itulah yang selalu kuingat dan menginspirasiku untuk tetap menulis. Dan kata-kata itu telah membuka mataku, bahwa banyak suka dan duka dalam menulis. Saat pertama kali aku mengikuti pelatihan itu aku masih belajar dan belum pernah sekalipun menulis di media. Namun begitu pulang dari pelatihan itu, aku segera mengaplikasikan teori-teori dan kata-kata dari Mbak Asma. Aku begitu bersemangat mencoba untuk mengirim berbagai naskah, mulai dari puisi, cerpen, artikel, dan lain-lain ke media cetak. Bahkan aku sempatkan juga untuk mengikuti berbagai perlombaan atau undangan menulis yang informasinya banyak kudapatkan dari email dan facebook. Dan, subhanallah! Banyak yang berhasil! Dari lomba-lomba yang ada hanya sepertiga dari naskah-naskahku yang tidak lolos, lebih banyak lolosnya daripada yang tidak.

Alhamdulillah, aku gembira sekali setiap meraih kemenangan. Padahal, aku benar-benar dari nol! Benar-benar penulis pemula. Tapi rasa percaya diri yang tinggi membawaku untuk menjadi penulis yang mulai diakui, meski aku masih menganggap diriku ini penulis kecil-kecilan. Tapi tak apalah, yang penting aku masih tetap bersemangat untuk menulis. Aku sama sekali tak peduli dengan penilaian orang. Bagiku, sekali menulis, tetap menulis! Aku tak mau terbebani dengan anggapan orang, kegagalan saat mengikuti lomba atau pengorbanan lain yang bisa membuatku sakit hati. Aku hanya ingin menulis, titik!

Jujur, aku bertemu dengan Mbak Asma hanya sekali. Tapi aku merasa begitu dekat dengannya, jika kata-kata Mbak Asma selalu terngiang-ngiang di telingaku, yang kembali menginspirasi dan menyemangatiku. Rasa kecewa yang sempat hadir, mendadak lenyap dari hati, dan terpacu kembali untuk menulis dan berkarya lebih baik lagi.

Biarlah Asma Nadia jauh dariku, asal kata-kata dan supportnya senantiasa dekat di hati dan otakku. Gayanya yang lincah dan energik, menginspirasiku untuk tetap sehat, lincah dan penuh semangat. Senyumnya yang fresh, kata-katanya yang baik dan menyenangkan telah menginspirasiku untuk tetap “keep my smile” dan menjaga lidahku untuk tetap berkata-kata yang baik. Kemantapan dan kesuksesannya telah menginspirasiku untuk mengikuti jejaknya menjadi penulis hebat dan terpuji.

Sungguh, cita-cita yang selalu ada di hati dan ingin kugapai sesegera mungkin. Semoga Allah meridloi keinginan dan cita-citaku ini. Amin....

Selain Mbak Asma, ada penerbit “muda” yang saat ini menjadi idolaku, yaitu Leutika Publisher. Aku suka dengan Leutika karena penerbit itu yang paling sering membuatku rajin menulis. Dari event-event yang diadakan seperti lomba menulis, adanya LRS yang menggiatkanku untuk belajar membuat resensi, menulis STATOM, dan lain-lain telah memacu semangatku untuk tetap menulis dan menulis tak ada henti-hentinya. Dan dengan adanya event-event itu menjadikanku giat berlatih menulis dan tidak putus asa jika kalah, karena akan ada lagi perlombaan menulis yang selalu digelar oleh Leutika. Mottonya yang berbunyi: “Read, write, inspire!” semakin meningkatkan gairahku untuk tetap menulis tanpa kenal lelah dan putus asa. Benar-benar menginspirasi!

Aku juga terinspirasi oleh penulis-penulis lain yang sangat gigih mengikuti perlombaan menulis, sehingga aku terpacu untuk tetap menulis seperti mereka. Sikap mereka yang pantang menyerah dan menghasilkan karya telah memotivasiku untuk mengikuti jejak mereka di dunia tulis-menulis. Itu sebabnya aku memperbanyak teman penulis, dari yang masih pemula hingga yang sudah professional dan terkenal. Aku bangga memiliki teman-teman seperti mereka, yang mengisi hidupnya dengan membaca dan menulis.

Dan satu hal lagi yang membuatku tak ingin berhenti menulis adalah keaktifanku di FLP (Forum Lingkar Pena) Tegal. Dengan menyandang nama sebagai anggota FLP, aku seperti dituntut untuk bisa menulis dan tetap rajin menulis ke pelbagai media cetak. Dengan perasaan seperti itu, aku jadi tertantang untuk mengikuti setiap event perlombaan menulis. Apalagi jika ingat misi FLP: Menulis itu mencerahkan! membuatku semakin gigih mengejar misi itu. Mana ada sih yang tidak ingin hidupnya cerah dan bahagia? Itu sebabhya ku tak mau berhenti menulis meski sejenak. Semoga!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar Anda