22 Mei 2011

RAFA YANG KRITIS




By : Puput Happy

Aku sempat tertegun dan tertawa mendengar cerita temanku, Bu Istiani, yang sama-sama mengajar di TK. Dia memiliki seorang putri semata wayang yang masih balita, belum genap 5 tahun, namanya Ra'fah, yang biasa dipanggil "Rafa".

Bu Istiani menceritakan pertanyaan yang disampaikan Rafa kepadanya waktu itu. Tanya Rafa : "Ibu, tadi Rafa ngeliat Dias pipis….. Tapi kok, yang buat pipis Dias nggak kayak punya Rafa? Kok bentuknya lain? Kenapa sih, Bu?"

Aku, Bu Istiani, dan teman-temanku yang mendengar cerita Bu Istiani pun langsung tertawa. Kenapa Rafa bertanya seperti itu?, begitu yang kami tanyakan sama Bu Istiani. Ternyata, kata Bu Istiani, Rafa di rumah hidup dengan lingkungan di mana semua penghuni rumah adalah wanita. Di rumah itu hanya ada Rafa, ibunya, dan neneknya. Sementara ayah Rafa sudah lama menjadi TKI di Saudi Arabia sejak Rafa dalam kandungan. Saudara-saudara Rafa, anak-anak dari Tante maupun Budhe Rafa semuanya wanita, jadi tentu saja tidak pernah melihat bentuk biologis laki-laki secara keseluruhan.

Dias adalah anak tetangga Bu Istiani, yang kebetulan waktu itu Rafa sedang bermain di depan rumah, dan melihat Dias yang masih berusia 3 tahun pipis (buang air kecil) sembarangan di halaman rumahnya. Mungkin Rafa heran, makanya segera menemui ibunya dan bertanya seperti itu.

Bu Istiani pun lalu menjelaskan kepada Rafa, bahwa Dias adalah seorang laki-laki, sedangkan Rafa adalah seorang perempuan, sehingga bentuk fisiknya pun berbeda, terutama alat kelaminnya.

Yang membuatku kagum pada Rafa, dia berani bertanya tentang hal yang ia belum tahu, meski itu kelihatannya pertanyaan yang sepele. Dan Rafa memang dikenal anak yang kritis seperti ibunya. Ini artinya, kita sebagai pendidik harus sudah bisa memberi pelajaran maupun pengajaran kepada anak didik sejak dini mengenai pengetahuan seks secara baik, sehingga anak-anak tidak buta sama sekali dengan keadaan dirinya maupun orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar Anda