22 Mei 2011

YANG KUINGINKAN DAN KURASAKAN

By : Puput Happy

Aku adalah seorang guru TK. Belum lama, baru sekitar lima tahun. Namun, suka-duka dalam mengajar anak-anak telah mewarnai hidupku dari hari ke hari. Aku senang hidup bersama mereka, murid-muridku yang lucu. Betapa aku bangga bisa mengajarkan kebaikan kepada mereka, menyemangati mereka untuk selalu mencintai kehidupan, dan mau berbuat baik kepada teman, guru, orang tua, dan makhluk Tuhan lainnya.

Kukokohkan jiwanya yang lembut menjadi sosok yang berani menghadapi hidup, untuk tidak cengeng, mandiri, dan mau berbagi. Aku senang jika mereka peduli dan patuh kepada orang tua maupun guru. Aku benar-benar menyayangi murid-muridku yang lucu dan manis.

Setiap hari, aku selalu berpikir : apa yang kuinginkan untuk murid-muridku pada saat ini? Apakah aku ingin mereka harus bisa membaca atau gemar membaca? Mereka masih kecil, jadi aku tak boleh memaksa mereka untuk bisa membaca. Mereka masih dalam usia bermain, jadi meskipun aku ingin mereka segera bisa membaca, tentu aku tetap harus membawa mereka pada dunia bermain. Bermain sambil belajar, bukan? Yah, aku harus tetap pada jalur itu.

Namun, akan terasa berbeda rasaku saat melihat seorang murid yang sudah bisa membaca. Aku gembira sekali jika melihat dia sudah bisa membaca dengan baik. Jujur, aku bahagia melihatnya! Tapi sangat berbeda rasanya jika saat kubuka sebuah buku anak-anak yang penuh dengan tulisan dan gambar warna-warni, tapi saat kuperlihatkan pada mereka, mereka tidak tahu sama sekali isi dari tulisan itu. Naluriku langsung bicara : aku sedih kalau kalian belum bisa membaca! Apakah perasaanku yang salah, atau keinginanku yang salah?

Membantu anak belajar membaca tidaklah sulit, tapi aku membutuhkan tehnik yang benar untuk mempraktekkannya. Seperti kata pepatah lama yang menyebutkan : "Mudah saja jika kamu tahu caranya". Jadi, jika aku mengetahui cara dalam membantu anak-anak belajar membaca, maka hasilnya akan berbeda.

Jika anak-anak tidak menyukai sesuatu, aku tidak bisa memaksa mereka untuk melakukannya. Tetapi, jika anak-anak menyukai sesuatu, aku sebagai guru tidak bisa menghentikan mereka. Jika aku ingin murid-muridku gemar membaca, aku sebagai guru harus mulai menanamkan kecintaan anak-anak terhadap buku. Tujuan utamanya bukanlah mengajarkan bagaimana cara menerjemahkan atau membunyikan atau mengenalkan kata, melainkan untuk menanamkan rasa cinta, semangat, dan gairah anak-anak terhadap buku sejak dini.

Pada tahap awal membaca, sebaiknya aku tidak terlalu menuntut usaha yang lebih dari pihak anak, karena akan membuat anak tertekan, melainkan tahap awal itu harus sangat menyenangkan bagi anak, tidak boleh tidak. Jadi aku harus membuat kegiatan belajar membaca menjadi kegiatan yang sangat menyenangkan.

Namun, semua usahaku akan sia-sia belaka jika tidak ada kerja sama dan tindak lanjut dari orang tua murid. Sebab orang tua merupakan komponen penting yang mengenalkan kemampuan membaca kepada anak. Membacakan untuk anak, sering mengajak mereka berbicara, dan mengajak anak melakukan berbagai kegiatan menarik adalah cara yang bisa orang tua lakukan untuk mengasah kemampuan prabaca anak. Bahkan ada sebagian pakar yang percaya bahwa periode bayi merupakan periode ideal untuk mulai belajar membaca. Karenanya, aku harus bisa mendekati orang tua murid dan mengajak mereka untuk bisa mengenalkan kemampuan membaca kepada anak di rumah. Bukankah intensitas anak di rumah lebih banyak dibanding di sekolah? Bagaimanapun, kerjasama guru dengan orang tua perlu digalakkan demi kemajuan anak dalam belajar.

Menurut Kathy Hirsh, PhD, direktur Infant Laboratory Temple University di Ambler, Pennsylvania: "Jika orang tua rajin membacakan buku kepada anak dan kerap melibatkan anak dalam pembicaraan, hal itu bisa membangun perbendaharaan kata dan menumbuhkan kemampuan dasar membaca."

Kebiasaan membacakan buku bagi anak-anak adalah salah satu hal yang paling berharga yang dapat kulakukan untuk mereka, karena memiliki manfaat yang sangat besar. Sebagian orang sudah membacakan buku pada bayi yang masih dalam kandungan. So, kepada para orang tua…. Ayo dong bantu aku… Bantu para guru, untuk bisa bekerja sama, dengan cara membiasakan membacakan buku kepada anak-anak agar nantinya si anak jadi gemar membaca dan siap untuk bisa membaca sendiri. Toh, keuntungan lain juga akan bisa didapat, yaitu peningkatan jumlah kosa kata mereka. Sebaliknya, anak yang tak pernah dibacakan buku akan kehilangan kesempatan dalam menyerap bentuk bahasa tulisan, dan kurang mampu memperkirakan isi sebuah wacana.

Okey, itu saja keinginanku : melibatkan orang tua murid dalam membantu proses belajar mengajarku di sekolah. Aku yakin, mereka pasti mendukung! Mana ada sih orang tua yang tidak ingin anaknya gemar membaca?

Kini aku bisa tersenyum lega. Beban di dada serasa lepas entah kemana. Aku makin senang dan bangga dengan profesiku sebagi guru, pahlawan tanpa tanda jasa…. Yup! Semangat! ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar Anda