Sholat Idul Fitri di Bawah Langit yang Teduh
Di pagi yang suci, langkah-langkah rindu berarak,
menyusuri jalan menuju lapang harap,
di bawah langit biru yang teduh dan lapang,
hati-hati berderak, luluh dalam takbir yang menjulang.
Hamparan sajadah menyatu dengan bumi,
menyambut jejak-jejak yang pulang ke hakiki.
Wajah-wajah bersinar oleh cahaya ampunan,
mata basah mengulum zikir dan kerinduan.
Langit tak menggelegar, hanya sunyi yang syahdu,
awan melambai lembut, serupa do’a yang mengabu.
Anak-anak berlari, riang tak mengerti luka,
sementara dada-dada orang dewasa menyimpan luka dan lega.
Allahu Akbar—suara membelah langit bersih,
bergema di rongga dada yang ingin bersih,
lepas dari beban, dari salah, dari tangis yang tertahan,
Idul Fitri datang, mengetuk maaf dan pelukan.
Dan di akhir rakaat, saat salam dilepas ke kanan dan kiri,
langit masih teduh, seperti hati yang kembali berseri.
Tak ada yang lebih indah dari pagi itu:
ketika manusia dan Tuhan saling bertemu,
dalam sujud rindu di hari yang baru.