Kadang aku terdiam saat mengingat caramu bersikap.
Suaramu lantang, langkahmu tegas, dan kata-katamu sering terdengar keras.
Banyak yang mungkin tak mengerti—dan dulu, aku pun sempat begitu.
Kupikir, kau marah. Kupikir, kau terlalu galak.
Tapi waktu berjalan, dan pelan-pelan aku mengerti.
Ternyata, di balik semua itu ada cinta yang tak pernah setengah hati.
Kau tak memanjakan, tapi selalu menjaga.
Kau tak selalu tersenyum, tapi hatimu penuh cahaya.
Teguranmu adalah bentuk sayang,
Perhatianmu hadir dalam caramu yang tak biasa.
Dan kini aku tahu,
Kasih sayang tak selalu datang dalam pelukan,
kadang hadir dalam suara keras yang ingin melindungi.
Terima kasih, Lik,
atas cinta yang tak selalu mudah dimengerti,
tapi begitu tulus dan berarti.
Aku bersyukur punya sosok sekuat dan sebaik dirimu.
Dengan penuh hormat dan cinta,
Dariku yang ingin belajar darimu
*****
Wajah Tegas, Hati Lembut
Bulik-ku, suara kerasnya sering menggetarkan,
tatapannya tajam, langkahnya menantang.
Banyak yang bilang ia galak dan keras,
tapi aku tahu, hatinya emas.
Ia marah bukan karena benci,
tapi karena ingin aku mengerti.
Ia cerewet bukan untuk mengganggu,
melainkan menjaga, agar aku tak jatuh.
Di balik tegurannya, ada peluk yang tertahan,
di balik perintahnya, ada cinta yang pelan.
Ia tak pandai menunjuk kasih dalam kata,
tapi perhatiannya tak pernah terlupa.
Bulik-ku bukan galak, hanya tegas,
kasih sayangnya hadir dalam cara yang jelas.
Dan kini aku paham betapa berartinya,
sosok keras yang sesungguhnya penuh cinta.
Tegas Bukan Galak
Suaranya lantang, bukan marah,
langkahnya cepat, bukan gelisah.
Tegas bersikap, bukan menyerang,
hanya belajar dari hidup yang garang.
Wajahnya datar, bukan tak peduli,
hatinya hangat, tak terlihat dini.
Tak semua keras itu serupa bentak,
ada cinta di balik sikap yang tampak.
Bukan Berarti Galak
Ia bicara tak selalu lembut,
kata-katanya tajam, lugas, lurus.
Tatapan matanya seperti baja,
namun siapa sangka, hatinya cahaya.
Langkahnya mantap, tanpa ragu,
ia berjalan menembus badai waktu.
Bukan karena marah, bukan karena benci,
tapi karena hidup tak selalu bisa dimengerti.
Bukan ia tak tahu cara tersenyum,
hanya saja, hidup mengajarkannya diam dan tekun.
Kerasnya bukan benteng untuk mengusir,
tapi tameng agar luka tak makin mengalir.
Jangan salah tafsir pada wujud ketegasan,
di baliknya tersembunyi lautan kasih yang dalam.
Sebab tidak semua yang tegas itu galak,
ada yang hanya sedang melindungi dengan bijak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar Anda