27 Desember 2009




*IBUKU SAYANG HARUS DISAYANG



Kalau ada yang bertanya, siapa orang yang paling berjasa dalam hidupku, aku langsung menjawab: “Ibu!” dan kalau ada yang bertanya, siapa orang yang patut dijadikan figur, aku langsung jawab : “Ibu!”.


Yah, Ibuku adalah orang nomor satu di dunia yang paling baik, paling berjasa dan paling menyenangkan untuk diajak berkomunikasi. Entah bagaimana kehidupanku kelak jika Ibu “ meninggalkanku”. Aku paling tidak bisa jauh dari Ibuku, jika Bapak sedang marah, Ibu-lah yang selalu menenangkanku, membuatku merasa senantiada terlindungi. Yang selalu membelaku di saat ada orang yang menyakitiku, dan yang selalu menghiburku kala ku bersedih. Yang senantiasa menasehatiku saat ku lalai, dan mengingatkanku saat ku lupa. Mensupportku setiap aku jatuh tak bergairan menjalani hidup. Teman, aku sayang Ibuku… Yuk, kita bersama-sama menyayangi orang tua kita, terutama Ibu…..banyak nasihat yang telah kudapatkan dan berusaha kukerjakan, agar kasih sayang yang kumiliki bisa sama dengan kasih sayang Ibu yang tak terbatas dan terbalas.


Aku selalu ingat peringatan Allah dalam kitab-Nya, untuk selalu berbuat baik terhadap Ibu-Bapak, firman Allah yang selalu mengingatkanku siang dan malam.


“Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya; ibu telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua ibu bapakmu; hanya kepada-Ku engkau akan kembali .”(Q.S 31:14-15)


Dan tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia, dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya, atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka janganlah sekali-kali engkau membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih-sayang dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku! Sayangilah mereka berdua, sebagaimana mereka berdua telah menyayangi aku semenjak kecil”. (Q.S 17:23-24


Juga nasihat-nasihat dari baginda Rosulullah SAW untuk senantiasa membahagiakan mereka, seperti dalam hadist-hadist berikut ini :


“Surga terletak di bawah telapak kaki Ibu “(Al-Hadist)


“Memandang dengan kasih sayang dan ramah tamah kepada ibu dan ayah adalah ibadah “(Al-Hadist).



“Apabila engkau ingin Allah memanjangkan umurmu, maka bahagiakanlah kedua orang orang tuamu” (Imam Ja’far Shiddiq)


Rasulullah Saw bersabda “Ada empat macam orang yang Allah wajib tidak memasukkannya ke dalam golongan orang-orang yang beriman, bahkan dijauhkan dari harumnya bau surga. Pertama, pecandu minuman keras, pemakan harta riba, pemakan harta anak yatim tanpa dibenarkan syara’ dan orang yang menyakiti kedua orang tuanya “.(Hr. Al Hakim)


Nabi SAW bersabda “Pandangan kasih sayang seorang anak kepada orang tuanya dipandang sebagai suatu ibadah”.


Dari Abu Hurairah dia berkata telah datang kepada Rasulullah Saw seorang laki-laki lalu bertanya: “Wahai Rasulullah, siapakah yang lebih berhak untuk saya pergauli dengan baik?” Beliau menjawab: “Ibumu” dan dia bertanya lagi “Kemudian siapa?” Beliau menjawab “Ibumu” dia bertanya lagi “Kemudian siapa?” Beliau menjawab “Ibumu” dia bertanya lagi “Kemudian siapa” Beliau menjawab “Ayahmu’.


Dari isi hadist terlihat betapa Allah melalui Rasulullah menilai besar pengorbanan orang tua kita terutama ibu. Apa yang sudah ibu berikan kepada anak tak dapat dibandingkan dengan apapun di dunia ini, orang tua terutama ibu harus selalu kita hormati sepanjang hdup kita. Walaupun itu bukan orang tua kita. Begitu juga bila kita memaki orang tua yang bukan orang tua kandung maka berarti kita memaki orang tua kita sendiri. Memuliakan orang tua kita bukan dengan memberi harta yang berlimpah, tetapi akhlak yang baik dari anak-anak sudah membuat orang tua kita damai dan senang. Harta tak dapat dibandingkan dengan kemuliaan akhak yang baik. Kita sebagai anak harus memohon berjuang sekuat tenaga kepada Allah bila orang tua kita belum mendapat hidayah dari Allah. Dan kita harus selalu menerima segala kekurangan orang tua kita dengan lapang dada.


Semakin anak besar, tentu saja ibu tak selalu bisa mendampingi anak-anaknya, tapi ibu yakin jalinan yang ada di antara ibu dan anaknya. Ibu akan terus berdoa dan menyerahkan anak pada Allah SWT dan semoga dijauhkan dari segala marabahaya. Dan ibu percaya, doa-doa ibu yang dipanjatkan akan menyertai perjalanan anaknya kemanapun dia pergi dan selalu menjadi penerang atas kehidupannya.


Ibu akan tahu dan merasa, apakah anaknya sedang resah dan sedang mempunyai masalah yang belum dapat diselesaikan. Ibu akan menunggu, apakah anak datang untuk memohon doa ibu atau anak akan berusaha menyelesaikan sendiri. Ibu tetap akan mendoakannya.
Semakin anak menjadi dewasa, ibu juga akan mendudukkan dirinya, untuk membuat anak mandiri, dan tidak mencampuri persoalannya tanpa diminta. Kadang anak bisa berbuat salah , tapi seorang ibu harus bisa mengarahkan anaknya untuk menerima akibat atas segala kesalahan yang dilakukan dan berusaha untuk tidak mengulangi lagi kesalahan yang sama.


Betapa beratnya peran ibu.... Oleh karena itu menjadi seorang ibu bukanlah hal yang mudah. Diperlukan kedewasaan, kematangan, agar ibu dapat menjalankan perannya dan membuat keluarga bahagia, atas peran ibu yang bisa menaungi seluruh anggota keluarganya, dengan kelembutan, ketegasan dan kebijaksanaannya.


Hak-hak istimewa yang diberikan Islam bagi seorang ibu, adalah karena susah payah yang telah ditanggungnya dalam mengembangkan kehidupan rohani dan jasmani anak-anaknya. Sehingga hanya para ibu yang melaksanakan tugas keibuannya dengan baik yang layak mendapatkan kedudukan dan hak istimewa tersebut. Sedangkan ibu yang justru memilih untuk bersenang-senang, berfoya-foya meninggalkan kewajibannya mengasuh dan mendidik anak, serta membiarkan anaknya di panti asuhan, sesungguhnya telah melakukan kezaliman yang tak termaafkan terhadap anaknya. Oleh karena itu tidaklah pantas ia mengharapkan keutamaan akan hak dan kedudukan ibu.


Ibu-ibu semacam itu bukan saja merusak kebahagiaan anak-anak mereka tetapi juga memberi pukulan pada masyrakat disebabkan kegagalan mereka mengambil manfaat dari anak-anaknya. Seorang anak yang tidak belajar dari ajaran cinta kasih ibunda dan yang emosinya tidak dikembangkan dalam pangkuan ibunda, tidak dapat diharapkan untuk menunjukan kasih sayang di tahun-tahun berikutnya. Lihatlah betapa pribadi-pribadi besar di dunia mendapatkan keberhasilan terutama dari pengaruh ibu, ibu mereka telah melaksanakan tugas penting dan memainkan peranan yang berhasil dalam membina anak-anaknya.


Dengan kepribadian, simpati dan usahanya, para ibu dapat meletakan dasar kehidupan bahagia bagi anak-anaknya dan melatih mereka untuk masa depan. Sedangkan para ibu yang teledor dan mementingkan diri sendiri, dengan tindakan salah, justri menyeret anak-anaknya kepada kepedihan dan nestapa.


Islam dengan jelas menyatakan bahwa salah satu penyebab utama penyelewengan anak-anak adalah penyelewengan orang tua sendiri. Nabi Muhammad SAW menegaskan bahwa setiap anak memasuki dunia ini dengan wataknya yang suci, siap menerima tauhid dan kebaikan moral, tetapi orang tuanya jsutru menyeret anak-anak mereka dengan pendidikan ke arah penyimpangan moral dan kadang juga membawa ke jurang kekafiran dan syirik.


Karena pengaruh orang tua kepada anak-anak yang tak terhindarkan inilah, maka Rasul SAW dan para Imam AS mengajukan banyak saran kepada para orang tua dan sangat menghargai usaha-usaha mereka.


Nabi Muhammad SAW bersabda, “Hormatilah anak-anakmu. Ajari mereka akhlak yang baik, agar engkau mendapatkan keridhaan ilahi dan keselamatan.”


Beliau SAW bersada pula, “jika engkau melatih anak-anakmu berperilaku baik dan memberi pendidikan yang semestinya, maka hal itu lebih baik daripada memberikan sebagian hartamu setiap harinya di jalan Allah.”


Hadist lain menyebutkan bahwa “Apabila seseorang meninggal, maka terputuslah amalnya, kecuali tiga hal :

1. jika ia berbuat amal yang selalu membawa manfaat bagi manusia,

2, jika ia meninggalkan ilmu pengetahuan yang bermanfaat,

3. jika ia meninggalkan anak saleh yang mendoakannya.


Apabila orang tua melaksanakan kewajibannya dengan mendidik anak-anaknya dengan semestinya, maka mereka mendapatkan manfaat sepenuhnya dari hak-hak mereka sebagai orang tua dan mendapatkan keuntungan berupa keturunan yang baik. Disini Islam menyeru kepada anak-anak dan menyuruh mereka untuk berbuat baik kepada orang tua.


Imam Ja’far AS berkata “berlaku baik dan sopan kepada orang tua merupakan bukti ketakwaan seseorang, karena tak ada amal yang disenangi Allah sebagaimana menghormati orang tua.”


Imam Ahlubait yang ke-4 berpesan “Adalah hak ibumu agar engkau mengingatnya bahwa ia telah mengandungmu dalam rahimnya selama berbulan-bulan. Memeliharamu dengan sari hidupnya. Mengerahkan semua yang ada padanya untuk memelihara dan melindungimu. Ia tidak mempedulikan rasa laparnya, sedangkan engkau diberinya makan sepuas-puasnya. Ia mengalami rasa haus sementara dahagamu dipuaskan. Ia mungkin tak berpakaian, tapi engkau diberikan baju yang baik-baik, ia mungkin berdiri di panas terik matahari, sementara engkau berteduh. Ia meninggalkan tidurnya yang enak demi tidurmu yang pulas. Ia melindungimu dari panas dan dingin. Ia menanggung semua kesusahan itu demi engkau! Maka engkau layak untuk mengetahui bahwa engkau tak akan mampu bersyukur kepada ibumu secara pantas kecuali Allah menolongmu dan memberikan keridhaan untuk membalas budinya.


Ibu sangat penting dalam meletakkan dasar-dasar pondasi pendidikan anak-anaknya pada sikap dan perilaku serta menjaga agar rumah tangga aman tentram sedasyat apapun badai cobaan menggulungnya. Ada pancaran kasih, doa serta pengobanan seorang ibu, banyaknya wanita karir, diikuti semakin dasyatnya pengaruh globalisasi yang juga sangat berpengaruh pada perilaku anak-anak kita, semakin menunjukkan betapa peran ibu harus semakin kuat.


Seperti yang disampaikan Mario Teguh dalam acara dengan judul “A Mother’s Prayer” di Metro TV tanggal 21 Desember 2008, Mario Teguh menyatakan “Ibu tak pernah cuti, tak ada lembur. Keberhasilan ibu adalah keberhasilan anak-anaknya, serta kesedihan anak-anaknya adalah kesedihan ibunya.”


Selanjutnya Mario Teguh juga mengatakan bahwa “ibu menjadi tempat bersandar banyak orang. Ibu menginginkan anaknya berdiri tegak, berjalan dan mempunyai kehidupan yang lebih baik. Oleh karena itu, sebaiknya kita sedikit mungkin bercerita pada beliau, karena begitu masalah yang kita hadapi telah selesai, ibu masih kepikiran”.


Pada saat si anak masih dalam kandungan, ibu harus telah mempersiapkan diri mendisplinkan diri, agar anak telah menjadi disiplin sejak masih di dalam kandungan. Seorang anak tidak ingin dilahirkan, namun orang tua-lah yang menginginkan kelahiran anak-anaknya sebagai penyambung keturunannya. Ibu yang telah mempersiapkan diri akan lebih tenang dalam menghadapi kesulitan, baik dalam masa kehamilan, proses kelahiran maupun merawat bayinya dengan penuh kasih sayang setelah anak lahir dengan selamat.
Perkembangan kepribadian dan perilaku anak, sangat ditentukan oleh bagaimana orang tua mendidiknya, disini peran ibu sangat penting. Ibu-lah yang selama 9 bulan, kemudian menyusui serta menimang anaknya…selain itu juga mengajarkan anak-anaknya sejak anak bisa mengerti. Mengajarkan etika, agama dan pelajaran lain yang akan mengembangkan pola pikir dan perilaku anak ke arah yang baik.


Seorang laki datang kepada Nabi seraya berkata “Wahai nabi Allah! Tunjuki saya kepada siapa mesti berbuat baik untuk mendapatkan manfaat yang sempurna atas amal kebajikan saya!” beliau bersabda . “Berbuat baiklah kepada ibumu.” Lelaki itu bertanya dua kali lagi “Dan sesudah beliau?” Nabi menjawab, “Kepada ibumu. “Lelaki itu bertanya kepada orang lain siapakah saya mesti berbuat baik pula?” Nabi bersabda ,”Kepada ayahmu!.”


Seorang lelaki bertanya kepada Imam Ja’far Shadiq (AS) : “ Apakah ada nikmat yang diperintahkan Allah dalam Al-Qur;an untuk diperlihatkan kepada orang tua?” Imam menjawAb, “Itu berarti bahwa engkau harus bersikap baik dan terpuji dalam pergaulan dengan mereka. Tidak memaksa mereka meminta pertolonganmu di saat perlu, bahkan justru engkau berusaha memenuhi keperluan mereka sebelum mereka memintamu.”


Allah berfirman, “Engkau sekali pun tak akan sampai pada kebaktian (yang sempurna) sebelum engkau menafkahkan sebagian harta yang engkau cintai. Dan apa pun yang engkau nafkahkan, maka sungguh Allah mengetahuinya.” (Q.S 3:92).


“Jika orang tuamu menyebabkan perasaan tidak senang pada dirimu, maka janganlah engkau ( membalas dengan ) menyakiti mereka. Bahkan engkau mesti mendoakan emreka, dan tidak melemparkan apapun selain pandangan cinta dan kasih sayang kepada mereka. Suaramu tidak boleh lebih keras dari mereka dan engkau tidak boleh berjalan mendahului mereka!”.


Imam Muhammad Baqir AS berkata, “Ada empat hal yang kepemilikannya akan memberikan pada pemiliknya rumah di surga melalui keridhaan-Nya:


1.Mengasuh anak yatim dan memberikan tempat perlindungan kepada mereka.

2.Berkasih sayang kepada yang tua renta dan tak berdaya

3.Berbaik hati dan berperilaku ramah kepada orang tua

4.Berhati lembut kepada bawahan dan pelayan


Islam juga memandang bahwa kebajikan kepada ibu sebagai suatu jalan yang bermanfaat untuk menghapus dosa seseorang dan memandang kebaikan kepada ibu sebagai suatu sarana untuk menyelamatkan dari dosa dan menggapai keridhaan Allah.


Seorang lelaki datang kepada Rasulullah SAW seraya mengeluh, ‘Wahai Nabi! Saya telah berbuat banyak dosa dalam hidup ini. Saya telah melakukan segala macam perbuatan jahat. Apkah pintu taubat masih terbuka untuk saya? Apakah Allah masih akan menerima taubat saya?” Nabi bertanya, “Apakah orang tuamu masih hidup?” Lelaki itu mengatakan, “Ya ayah saya masih hidup!” Nabi lalu berkata, “Maka pergilah kepadanya dan berbuat baiklah kepadanya (agr dosamu diampuni Allah).” Lelki itu pamit kemudian keluar. Kemudian Nabi bersabda,” Saya berharap ibunya masih hidup!” [yang beliau maksudkan ialah bahwa apabila ibunya masih hidup untuk menerima kebajikan anaknya, maka dosa-dosanya akan lebih cepat diampuni.]


Seorang lelaki datang kepada Nabi seraya berkata, “Wahai Nabi Allah! Saya dianugerahi Allah seorang anak perempuan, saya membesarkannya hingga ia dewasa. Suatu hari saya pakaikan baju padanya, saya hiasi dia, lalu saya membawanya ke sebuah sumur, “Wahai ayahku tersayang!” sekarang saya bertaubat atas apa yang telah saya lakukan. Bagaimana saya bisa menebus dosa saya, apa yang harus saya kerjakan untuk menebus dosa itu?” Nabi SAW bertanya, “Apakah ibumu masih hidup?” Lelaki itu menjawab,” Tidak” Nabi bertanya, “Apakah bibimu masih hidup?” lelaki itu mengatakan “ya”. Nabi lalu bersada ia (bibimu) sama dengan ibu. Pergilah berbuat baik padanya, dengan demikian dosamu akan diampuni!’


Dalam Islam, kemarahan dan ketidakpuasan Ibu dipandang sebagai sarana datangnya bencana dan kehancuran. Dalam beberapa riwayat telah dikatakan secara gamblang bahwa orang yang durhaka terhadap orang tuanya tidak akan pernah mencium bau surga dan tidak akan mencapai kebahagiaan.


Seorang pemuda di masa Nabi telah jatuh sakit dan terbaring tak berdaya di tempat tidur. Nabi pergi menjenguknya dan mendapatkan ia sakit parah di saat terakhirnya. Nabi berkata padanya, “Akuilah keesaan Allah dan ucapkan kalimat syadahat : Laa ilaaha illallah!” Pemuda yang sakit itu menggagap dan tidak dapat mengucapkan kalimat suci. Nabi bertanya pada seorang perempuan yang hadir, “Apakah ia mempunyai ibu?” perempuan itu menjawab,”Ya, saya adalah ibunya,” Nabi bertanya lagi, “Apakah engkau tidak rela kepadanya” perempuan itu mengiyakan,” ya. Saya tidak rukun dengan dia selama enam tahun!” Nabi meminta perempuan itu memaafkan kesalahan putranya. Perempuan itu berujar, “Wahai Nabi Allah! Saya akan melakukannya demi engkau.” Kemudian Nabi menoleh kepada pemuda itu sambil berkata, “Sekarang ucapkanlah Laa ilaaha illallah.”pemuda itu sekarang dengan lidah bebas mengucapkan kalimat suci itu.


Jenius Islam almarhum Murtadha Anshari, meratap dengan pedih ketika ibunya meninggal. Sambil berlutut di sisi jenasah ibunya, ia menangis dan mencurahkan air mata. Untuk menghibur dan menyatakan simpatinya, salah seorang muridnya mengatakan “Tidak pantas engkau yang berkedudukan alim bersikap resah dan mengucurkan air mata, hanya karena kematian seorang perempuan tua. Ulama besar itu mengangkat kepala dan menjawab “Sepertinya engkau belum menyadari kedudukan mulia Ibu, saya berhutang budi atas kedudukan saya kepada pendidikan yang diberikan ibu pada saya dan kerja kerasnya. Ibulah yang meletakkan dasar kemajuan saya pada kedudukan sebagai ulama sekarang ini”.


Inilah contoh pengaruh ibu kepada anaknya. Betapa banyak ibu yang usahanya sekarang telah menghasilkan suatu sumbangan besar bagi kemajuan para ilmuwan terkenal di dunia.


Thomas Alfa Edison bukan saja gagal menunjukkan bakatnya di masa kanak-kanak tetapi juga kelihatan sangat bodoh karena ia mempunyai kepala yang terlalu besar. Keluarga dan kenalannya menganggap ia menderita kelemahan mental. Pertanyaan-pertanyaan aneh yang sekali-kali ditanyakannya semakin menguatkan anggapan mereka. Bahkan di sekolah yang hanya dikunjunginya lebih dari tiga bulannya dijuluki “si tolol”, karena pertanyaan-pertanyaanya yang berulang kali kepada guru.


Seorang sahabat keluarga Edison menulis berkaitan dnegan ini, “Kadang-kadang ketika melewati rumah, saya melihat ibu Edison dan putranya duduk-duduk di ruang depan, sementara sang ibu mengajari anaknya. Tempat itu menjadi ruang kelas dan Edison adalah satu-satunya murid di situ, isyarat dan gerakan-gerakannya seperti ibunya, ia sangat mencintai ibunya! Ketika ibunya berkata, Edison mendengarkan penuh perhatian seakan-akan perempuan itu lautan ilmu”.


Sebagian hasil usaha ibunya, sebelum usia 9 tahun, Edison telah membaca karya-karya besar Gibbson, Hume, Plato,dan Humerus! Ibu yang bijaksana dan cerdas itu juga mengajarkan geografi, sejarah, matematika, dan akhlak. Edison hanya bersekolah selama tiga bulan, dan semua yang dipelajarinya di masa kanak-kanak didapat dari ibunya. Ibu itulah guru yang sesungguhnya, karena asuhannya bukan saja bagi pendidikan anaknya tetapi juga untuk menemukan bakat-bakat yang alami dan mengembangkannya kemudian ketika Edison menjadi terkenal ia berkata :


“Di masa kanak-kanak, saya menyadari betapa bagusnya tokoh seorang ibu. Ketika guru itu menjuluki saya “tolol”, ibu membela saya. Apabila ibu tidak mendorong saya , mungkin saya tidak akan menjadi penemu, menurut ibu saya jika orang-orang yang salah jalan setelah dewasa telah mendapatkan pendidikan dan diasuh sebagaimana mestinya, mereka tidak akan menjadi parasit yang tidak berguna dalam masyarakat. Pengalaman yang telah dikupulkannya seorang guru telah mengajarkan kepadanya banyak rahasia watak manusia. Sebelumnya saya selalu tak peduli dan apabila bukan karena perhatian ibu, kemungkinan besar saya telah menyeleweng dari jalan yang semestinya! Namun ketabahan ibu dan kebaikannya merupakan faktor-faktor kuat yang menghalangi saya dari penyelewengan dan kesesatan.


Subahanallah… ternyata peran ibu sangat mempengaruhi keberhasilan seorang anak. Andai semua ibu di dunia ini adalah ibu yang baik, tentu dunia akan dipenuhi oleh manusia-manusia berguna dan sempurna, dan betapa damainya dunia ini.


Aku jadi ingat ibuku kembali….ibuku yang penyabar dan selalu tersenyum dalam menghadapi cobaan dan problema yang ada. Ibuku yang lebih kuat dari bapakku, yang mampu tertawa di saat bersedih dan mampu bekerja lebih dari 8 jam sehari.


Ibuku sayang, aku sangat menyayangimu……dan ingin membahagiakanmu.. Namun, mampukah?




By: Futicha Turisqoh
( Penulis adalah anggota FLP Tegal )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar Anda