05 Januari 2010

*AL_BAQARAH AYAT 11-15








Artinya: "Dan jika dikatakan kepada mereka, janganlah kalian membuat kerusakan di bumi, mereka berkata kami adalah orang-orang pembuat kebaikan. Ketahuilah bahwa mereka itu adalah para pembuat kerusakan, namun mereka tidak merasa".


Nifaq adalah penyakit menular yang jika tidak dicegah, akan cepat menjalar menjangkiti orang banyak di dalam masyarakat. Sehingga penyakit-penyakit seperti sikap suka menjilat, tipu menipu, riya atau pamer, kepura-puraan, sikap mendua dan lain sebagainya, akan menyeret masyarakat ke arah kehancuran. Oleh karena munafik itu sendiri bukan orang yang taat melaksanakan perintah-perintah agama, ia pun selalu menginginkan agar orang lain pun berbuat hal yang sama.

Oleh sebab itu ia selalu melecehkan, merendahkan dan mempermainkan perintah-perintah Allah dan mentertawakan orang-orang yang taat menjalankan kewajiban-kewajiban agama mereka. Al-Quranul Karim menjelaskan berbagai contoh perbuatan orang-orang munafikin ini di dalam Surah-surah At-Taubah dan Munafikin. Disebutkan bahwa mereka lari dari medan jihad menghadapi musuh-musuh Islam, sehingga mengakibatkan kelemahan mental para pejuang. Atau ketika mereka mengeluarkan sedekah dan bantuan-bantuan keuangan, mereka melakukannya disertai dengan sikap menghina kepada orang-orang mukmin.

Memang, nifaq merupakan sumber segala kerusakan di dalam masyarakat. Bahkan munafik yang sudah buta sehingga tidak dapat lagi melihat hakekat-hakekat, menganggap kerusakan dirinya sebagai kebaikan. Karena menurut pandangannya, hal-hal seperti berdamai dengan musuh dan menghindari pertumpahan darah, merupakan kebaikan bagi masyarakat. Oleh karena itu peperangan harus dihindari dan akibat-akibatnya harus dicegah, meskipun pada kenyataannya hal itu justru akan mengakibatkan lemahnya agama dan orang-orang yang beriman.

Adapun poin-poin penting yang dapat kita ambil sebagai pelajaran dari ayat ini ialah:

1) Akibat-akibat yang ditimbulkan oleh penyakit nifaq tidak bersifat pribadi.
Karena ia akan mencakup seluruh anggota masyarakat.

2) Diantara tanda-tanda nifaq, ialah sifat suka menganggap diri sendiri baik
dan lebih terhormat dari pada orang lain. Mereka mengatakan: hanya
kamilah orang-orang baik dan suka berbuat kebaikan, orang lain tidak.

3) Jika nifaq sudah tertanam kuat di dalam hati seseorang, maka ia sudah
tak akan lagi mampu berpikir dan berperasaan dengan baik dan benar, lalu
ia tak lagi bersedia mendengarkan dan melihat hakekat-hakekat.

4) Orang-orang mukmin harus mengenali dan mengetahui slogan-slogan
indah namun kosong yang biasa diucapkan oleh munafikin, agar terhindar
dari tipu daya mereka.

5) Kecerdikan dan kepandaian yang tidak membawa kemaslahatan bagi
masyarakat adalah ketidak pedulian dan kebodohan.7






:: Ayat 11 - 12 ::



وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لاَ تُفْسِدُواْ فِي الأَرْضِ قَالُواْ إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ (11)

أَلا إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ وَلَـكِن لاَّ يَشْعُرُون َ(11)َ



Artinya: "Dan jika dikatakan kepada mereka, janganlah kalian membuat kerusakan di bumi, mereka berkata kami adalah orang-orang pembuat kebaikan. Ketahuilah bahwa mereka itu adalah para pembuat kerusakan, namun mereka tidak merasa".


Nifaq adalah penyakit menular yang jika tidak dicegah, akan cepat menjalar menjangkiti orang banyak di dalam masyarakat. Sehingga penyakit-penyakit seperti sikap suka menjilat, tipu menipu, riya atau pamer, kepura-puraan, sikap mendua dan lain sebagainya, akan menyeret masyarakat ke arah kehancuran. Oleh karena munafik itu sendiri bukan orang yang taat melaksanakan perintah-perintah agama, ia pun selalu menginginkan agar orang lain pun berbuat hal yang sama.

Oleh sebab itu ia selalu melecehkan, merendahkan dan mempermainkan perintah-perintah Allah dan mentertawakan orang-orang yang taat menjalankan kewajiban-kewajiban agama mereka. Al-Quranul Karim menjelaskan berbagai contoh perbuatan orang-orang munafikin ini di dalam Surah-surah At-Taubah dan Munafikin. Disebutkan bahwa mereka lari dari medan jihad menghadapi musuh-musuh Islam, sehingga mengakibatkan kelemahan mental para pejuang. Atau ketika mereka mengeluarkan sedekah dan bantuan-bantuan keuangan, mereka melakukannya disertai dengan sikap menghina kepada orang-orang mukmin.

Memang, nifaq merupakan sumber segala kerusakan di dalam masyarakat. Bahkan munafik yang sudah buta sehingga tidak dapat lagi melihat hakekat-hakekat, menganggap kerusakan dirinya sebagai kebaikan. Karena menurut pandangannya, hal-hal seperti berdamai dengan musuh dan menghindari pertumpahan darah, merupakan kebaikan bagi masyarakat. Oleh karena itu peperangan harus dihindari dan akibat-akibatnya harus dicegah, meskipun pada kenyataannya hal itu justru akan mengakibatkan lemahnya agama dan orang-orang yang beriman.

Adapun poin-poin penting yang dapat kita ambil sebagai pelajaran dari ayat ini ialah:

1) Akibat-akibat yang ditimbulkan oleh penyakit nifaq tidak bersifat pribadi.
Karena ia akan mencakup seluruh anggota masyarakat.

2) Diantara tanda-tanda nifaq, ialah sifat suka menganggap diri sendiri baik
dan lebih terhormat dari pada orang lain. Mereka mengatakan: hanya
kamilah orang-orang baik dan suka berbuat kebaikan, orang lain tidak.

3) Jika nifaq sudah tertanam kuat di dalam hati seseorang, maka ia sudah
tak akan lagi mampu berpikir dan berperasaan dengan baik dan benar, lalu
ia tak lagi bersedia mendengarkan dan melihat hakekat-hakekat.

4) Orang-orang mukmin harus mengenali dan mengetahui slogan-slogan
indah namun kosong yang biasa diucapkan oleh munafikin, agar terhindar
dari tipu daya mereka.

5) Kecerdikan dan kepandaian yang tidak membawa kemaslahatan bagi
masyarakat adalah ketidak pedulian dan kebodohan.


AYAT 13


"Jika dikatakan kepada mereka: berimanlah sebagaimana orang-orang itu beriman, mereka mengatakan: "Apakah kami akan beriman sebagaimana orang-orang bodoh itu beriman?" Ketahuilah bahwa sesungguhnya merekalah yang bodoh, namun mereka tak menyadari".

Diantara tanda-tanda dan bukti-bukti nifak, ialah takabbur dan merasa diri sendiri sebagai orang yang paling baik dan menganggap orang lain hina. Mereka merasa diri sendiri sebagai orang yang berakal, pandai dan cerdas, sementara orang-orang yang beriman mereka anggap sebagai orang-orang yang bodoh, dungu dan berpikiran sederhana. Oleh karena itu, ketika dikatakan kepada mereka: apa sebab kalian memisahkan diri dari barisan dan kelompok masyarakat serta tidak beriman sebagaimana mereka? dalam menjawab, mereka mengecap rakyat yang selalu turut berjuang dan membela agama serta pemimpin-pemimpin mereka baik di masa senang maupun di masa susah, sebagai orang-orang yang bodoh, sedangkan sikap mendua dan kemunafikan mereka, mereka anggap sebagai kecerdasan dan kepandaian.

Dalam menjawab pernyataan mereka itu, Al-Quran mengatakan: "Kalian yang menganggap mukminin sebagai orang-orang yang bodoh, justru merupakan orang-orang bodoh yang sesungguhnya. Akan tetapi repotnya ialah ketika kalian tidak menyadari kebodohan kalian sendiri. Sedangkan hal yang lebih buruk dari kebodohan ialah ketidak sadaran akan kebodohan kalian sendiri; yang membuat seseorang merasa memahami segala sesuatu, sedangkan orang lain disangkanya bodoh semua. Dari ayat di atas beberapa poin berikut ini dapat kita ambil sebagai pelajaran:


1) Penghinaan terhadap orang-orang beriman, merupakan bagian dari
watak orang-orang munafikin yang menganggap diri mereka lebih tinggi
dan lebih baik dari pada orang lain.

2) Terhadap seorang mutakabbir, kita harus bersikap sebagaimana sikap
si mutakbbir itu sendiri. Seseorang yang memandang hina kepada
orang-orang yang beriman juga harus dipandang hina di dalam
masyarakat, agar ia menyadari kesombongan dan keangkuhannya, lalu
meninggalkan sifat tersebut.

3) Sikap menghina dan mengejek adalah perbuatan orang bodoh. Karena
orang yang pandai berbicara berdasarkan logika. Sedangkan orang
bodoh, berbicara dan bersikap dengan menghina dan meremehkan orang
lain.

4) Allah SWT akan menghinakan munafikin di dunia ini dan membuka
kedok mereka yang buruk di hadapan masyarakat umum.



AYAT 14


"Dan jika mereka bertemu dengan orang-orang yang beriman, mereka berkata: kami beriman. Dan jika mereka berkumpul dengan setan-setan mereka, mereka berkata: kami bersama kalian, karena kami hanya bermaksud mengejek (orang-orang yang beriman)."


Diantara tanda-tanda lain kemunafikan ialah bahwa seorang Munafik tidak memiliki satu kepribadian dan identitas yang mandiri serta kokoh kuat. Di lingkungan mana pun dia akan menyesuaikan diri dengan warna lingkungan tersebut. Ketika ia berada di kalangan orang-orang Mukmin maka ia menunjukkan keimanan dan kebersamaan. Dan ketika ia berada di
kalangan musuh-musuh agama dan umat serta pemimpin Islam, maka ia pun akan bersatu suara dengan mereka dan berbicara tentang hal-hal yang anti orang-orang beriman. Untuk menarik perhatian mereka ia pun mentertawakan serta melecehkan Mukminin.

Ayat-ayat ini juga memperingatkan kita agar jangan sampai kita tertipu oleh sikap lahir seseorang, dan siapa pun mengaku sebagai orang yang beriman, janganlah
kita menerimanya begitu saja dan memperlakukannya sebagai seorang mukmim. Tetapi hendaknya kita lihat terlebih dahulu dengan siapa ia bergaul dan siapa teman-teman dekatnya. Adalah hal yang tak dapat diterima, bahwa seseorang beriman, tetapi ia juga bersahabat baik dengan musuh-musuh agama dan pemimpin. Iman tak dapat bercampur dengan sikap bersahabat dan berdamai dengan musuh-musuh agama.

Kini kita lihat sekilas pelajaran-pelajaran yang dapat diambil dari ayat ini:

1) Setan, tidak terbatas pada setan yang merupakan makhluk halus. Manusia-manusia pun yang menjadi penyebab tersesatnya orang lain dapat disebut sebagai setan. Untuk itu kita harus menjauhkan diri dari manusia-manusia seperti itu.

2) Rencana-rencana rahasia, pembentukan pertemuan-pertemuan secara sembunyi-sembunyi anti pemerintahan Islam, menunjukkan tad adanya keberanian menyatakan akidah dan keyakinan. Munafikin yang selalu menghina dan melecehkan ahli iman, adalah orang-orang pengecut dan tak memiliki mental yang lurus.

3) Munafikin adalah kaki tangan musuh-musuh di dalam masyarakat, dan seiring dengan kemauan-kemauan mereka. Di depan musuh-musuh, mereka mengatakan: Inna ma'akum, sesungguhnya kami bersama kalian, bukan bersama orang-orang Mukmin.



AYAT 15


2. 15. Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka.


http://www.mazvi.com/?surano=2&ayatno=15&aksi=hasil&pilih=quran&mod=yes

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar Anda