Monica Petra 29 Juni jam 8:37
===—…. MEREKA ….—=== GORESAN DEWA KLASIK
Posted in GORESAN DEWA KLASIK | June 13th, 2010
Pikiran ku melayang entah ke mana. Aku menatap langit-langit kamarku di balik kasur tua. Ku hembuskan nafas ku dengan berat. Seberat beban yang ku pikul. Dada ini rasanya sesak. Bukan karena asma tapi karena wajah-wajah mereka. Mereka? Siapa mereka? Mereka bukan siapa-siapa bagi ku. Mereka tidak memiliki ikatan darah denganku. Tapi mereka ada di hati ku. Mereka sudah menjadi bagian dalam hidupku. Pergumulan mereka adalah pergumulanku juga. Bahagia mereka adalah bahagiaku juga.
Aku tak akan pernah mengenal mereka jika mereka tak pernah muncul di HOME base camp untuk belajar. Aku tak akan pernah bisa mengasihi mereka kalau aku tak pernah mengenal mereka. Karena aku mengenal mereka maka aku mengasihi mereka. Sama seperti aku mengasihi Tuhan karena aku mengenal Tuhan itu sendiri.
Senyum dan tawa mereka menjadi obat tersendiri di kala aku lelah. Tangis mereka menjadi kekuatan bagiku untuk mengatakan “jangan menyerah!” Dari mereka aku belajar banyak tentang hidup. Dari mereka aku tau arti mengasihi dan berkorban.
“MAN JADAH WA JADDAH” itulah kalimat pertama yang aku ajarkan bagi mereka. Sebuah peribahasa dari negara timur tengah yang berarti siapa yang bersungguh-sungguh pasti berhasil. Kalimat itu masih tersimpan di dalam memori mereka sehingga sampai hari ini mereka tetap bertahan untuk mengejar impian mereka. Tetap berharap bahwa masa depan yang penuh harapan itu tetap ada meski langit tampak suram. Meski jalan berlubang dan berliku. Meski harus melewati tanjakan yang tajam dan penuh onak dan duri. Meski harus merasakan dinginnya malam tanpa selimut.
Ku tatap mata mereka satu persatu. Dua belas pasang mata yang memiliki kisah hidup tersendiri. Mereka tidak pernah minta lahir ke dunia. Mereka tidak pernah minta untuk di lahirkan di keluarga yang miskin. Mereka tidak pernah menginginkan menjadi yatim. Mereka tak pernah mengharapkan untuk merasakan kerasnya hidup dan susahnya mencari uang.
Aku ingin menolong mereka bukan karena mereka miskin atau anak yatim. Bukan juga karena mereka kurus karena kurang makan. Bukan juga karena kisah hidup mereka yang piluh. Tapi semata-mata karena mereka punya masa depan yang penuh harapan yang layak untuk diperjuangkan sehingga aku ingin menolong mereka. Bukan cuma aku yang akan berjuang untuk mereka tapi volunteer HOME lainnya.
“Kak, aku di suruh nikah sama orang tuaku saja.” Ucap salah satu dari mereka dengan menahan tangis. “Ibuku bilang, sekolah itu mahal. Anak perempuan nga usah sekolah tinggi-tinggi. Tamat SMP aja udah cukup. Nanti juga ujung-ujung kerjanya di dapur, ngurus anak dan suami. Kalau kamu mau sekolah urus sendiri. Cari duit sendiri.”
Masih dan masih saja paradigma usang itu harus ku dengar. Pola pikir orang tua yang tak pernah mengenyam pendidikan. Bukan salah orang tua mereka kalau berpikiran seperti itu. Toh, mereka dulu juga tidak menikmati arti sekolah itu sendiri.
“Aku mungkin jadi kuli pelabuhan di Tanjung Priok. Atau jadi pemulung lagi. Mungkin nasib aku harus seperti bapak yang jadi pemulung. Hidup dari sampah dan tetap tinggal diantara tumpukan sampah!” kata salah satu anak cowok.
Ku tatap wajahnya yang kurus dan hitam. Dia mencoba mengukir sebuah senyuman untukku meski itu sulit.
Lalu silih berganti mereka bercerita dan berbagi kisah.
“Aku di suruh bantu mama jadi tukang cuci,kak. Kalau aku ngotot tetap mau masuk SMA, maka adik-adikku akan berhenti sekolah. Sejak papa ngga ada, ibu menghidupi kami dengan hasil jadi tukang cuci.”
“Aku mungkin jadi TKW, kak. Ndak ada pilihan lain.”
“Aku, sama kayak dia. Mungkin aku ke Malaysia jadi buruh di kebun kelapa sawit sana. Tapi aku mau tetap sekolah kak. Aku mau jadi programer komputer kak.”
“Aku ngga mau seperti kakak aku, kak. Dia kabur dari rumah karena orang tuaku ngga bisa biayai sekolahnya lagi. Dan akhirnya aku tau kalo dia jadi pelacur.”
“Mama akan pinjam uang di lintah darat. Kalo ngga bisa bayar, adikku yang cewek akan kerja di kafe punya mereka.”
Aku sudah tidak bisa mendengar lagi kisah selanjutnya dengan jelas. Mulutku seakan terkunci rapat. Mataku buram. Hari ini aku mengumpulkan mereka, aku ingin katakan kalau aku mau pun HOME tidak punya dana untuk menyekolahkan mereka. Donatur yang sudah berjanji mau membiayai mereka semuanya, batal membiayai mereka dengan alasan yang ngga jelas. Tapi….Aku ngga bisa mengatakan itu. Itu sama saja menghancurkan harapan mereka yang besar untuk tetap sekolah.
“Kakak akan berusaha supaya kalian tetap sekolah. Karena kalian anak yang luar biasa dan layak mendapatkan pendidikan yang terbaik. Kalian punya cita-cita yang besar dan masa depan yang perlu diperjuangkan. Kalian pasti sekolah! Tuhan pasti buka jalan. Mujizat itu nyata. Kakak dan kalian akan melihat mukjizat itu.” Hanya itu yang bisa ku sampaikan meski di balik relung hatiku ada rasa getir. Paling sedikit lima puluh juta rupiah harus terkumpul agar ke 12 belas anak ini bisa masuk ke SMK (sekolah menegah kejuruan). Dan waktu yang tersisa tidak banyak. 1 Juli 2010 mereka sudah harus mendaftar.
“Yuk, sebelum pulang! Kita berdoa sesuai dengan keyakinan masing-masing!”
……
“AMIN”
******************
TAMAT
Untuk mengetahui mereka, silahkan melihat profile mereka di www.dewaklasik.com GORESAN DEWA KLASIK ===—…. MEREKA ….—===
12 anak didik HOME yang akan masuk ke SLTA. Mereka merupakan anak yang sudah terseleksi dari begitu banyak anak yang layak untuk dibantu melanjutkan sekolah mereka ke tinggkat yang lebih tinggi.
HOME (House Of Mercy) akan berusaha memperjuangkan biaya pendidikan mereka. Bagi yang berminat berpartisipasi silahkan hubungi kontak di bawah ini :
contact person :
Dewa Klasik Alexander : 081808256878
Yudith Arwendha : 087877959999
Alain Frost : 08174891242
website : www.dewaklasik.com
Tuhan berkati.
Catatan Yudith Arwendha
Diatas adlh cerita Dewa Klasik, pendiri dan ketua HOME (House of Mercy) dan itu bkn skedar cerita fiksi atau cerpen yg biasa dibuat oleh dewa :) tp itu smua adlh knyataan.. saya jamin. Knpa? yaa.. krna 6 prmpuan dr 12anak didik HOME yg mau mlanjutkan ke SMA/SMK itu benar2 mgalaminya.. hampir stp hari, dtg ke base HOME, istirahat, ngobrol2 n makan brsama kmi, kakak2 HOME, trmsk saya.. dan ga jarang pula mrka curhat mslh kluarganya, trutma krinduan mrka.. sangat! utk bisa sekolah dan mggantungkan nasib mrka total ke HOME.
Betul! Dan tdk brmaksud sombong, tp itulah knyataannya.. jika mrka tdk kmi bntu utk bisa sekolah lanjutan, mereka ada yg akan dinikahkan? Oh my GOD, usia 15 tahun... hiks :'( skali lagi, betul! N mrka sangat ktakutan dan slalu menangis di pelukan sya. Jika tdk dinikahkan, ada yg hrs bntu orangtua atau nenek mereka bekerja, cuci pakaian dr rumah ke rumah, jualan nasi uduk atau makanan lainnya, bhkn ada yg sdh mjadi kuli bangunan.
Aku cukup trpukul dan sangat terbebani. Aku sungguh ga menyangka, cerita2 itu, yg biasanya aku hanya lihat di TV atau hnya mdengar dr orang2, tp kali ini, benar2 knyataan di depan mataku langsung... hiks :'(
"Mereka bkn siapa-siapa bagiku. Mereka tidak memiliki ikatan darah denganku. Tapi mereka ada di hati ku. Mereka sudah menjadi bagian dalam hidupku".. begitu tulisan dewa diatas..
.. dan benar sekali... mrka tdk hny dihati dewa, tp dihatiku.. hati kami, kakak2 pengajar HOME.. aku senang sekali kalau mrka di HOME, ktawa2, bercanda2, masak mie instan hehee.. bahkan ketika aku jatuh sakit, sendiri.. mereka yg mrawatku :)
aku, kami, sangat mengasihi mrka dan brharap tangan Tuhan terulur utk mrka.... :( AMIN.
.. apapun yg org2 katakan ttg HOME, khus.nya ke slh1 dr kmi, puji Tuhan :) kmi lbh memilih utk brsha sllu brsyukur, ttp melayani n trus brjuang utk bisa mjd berkat bg anak2 didik kmi, jg msyrakat cilincing.. n ga mo mnjd org yg sdh mrasa paling benar ato mghakimi sesama, trtma atas crta lama hidupnya. BE BLESSED! n jd teladan :) stp org pny masa ... See Morelalu n kkurangan2, siapapun! tak trkecuali org2 trhormat skalipun :)
"barangsiapa diantara kmu tdk bdosa, hendaklah ia yg pertama, melemparkan batu kepada perempuan itu" Yoh. 8:7b.
Terima kasih utk sobat2 yg slalu support n mendoakan kmi.. Terima kasih.. Tuhan berkati berlimpah atas kasih n pelayanannya. Amin.
re-post from : Stefanus Akira David
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar Anda