17 April 2011

WANITA KINI



                                                                                               By: Puput Happy



Banyak yang dilakukan oleh kaum Hawa di Indonesia dalam memajukan Bangsa dan kaumnya. Seperti yang dilakukan para penulis buku “Bicaralah Perempuan” yang tersebar di berbagai pelosok tanah air, Bekasi, Jambi, Singkawang, dan lain sebagainya dalam kepeduliannya terhadap hak dan kepentingan mereka demi mengangkat hak dan martabat wanita.

Kiprah mereka dalam menulis buku “Bicaralah Perempuan” memiliki kekuatan yang hebat untuk menggerakkan. Untuk membangkitkan jiwa-jiwa yang selama ini terdiam saat menyaksikan berbagai ketidakadilan yang terjadi.

Dengan adanya buku itu, diharapkan kaum wanita gemar membaca dan mau bersuara untuk membela kepentingan wanita, sebagai wujud kepeduliannya dalam memperjuangkan wanita seperti yang dicita-citakan Ibu Kita Kartini. Ini penting, karena membaca adalah jendela dunia, agar perempuan tidak hanya tahu dapur, sumur, dan kakus. Setidaknya mereka (baca: para penulis perempuan)  ingin mengakhiri budaya bisu. Bahwa sikap mendiamkan permasalahan, kendati sudah jelas-jelas kita berada dalam posisi sebagai korban adalah sikap bodoh yang sempurna. Itulah sebabnya, Komnas Perempuan mengundang seluruh penulis perempuan di Indonesia untuk berpartisipasi dalam antologi Bicaralah Perempuan pada momentum Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan terhadap perempuan sebagai wujud kepeduliannya ikut berperan aktif seperti yang dilakukan Ibu Kartini untuk kemajuan kaum wanita Indonesia.
Peran perempuan di era digittal seperti sekarang ini, di mana perempuan dituntut untuk bisa “bersuara” lebih kencang lagi, dan itu akan bisa terealisir manakala kaum perempuan sudah menguasai teknologi seperti komputer, internet, dan sebagainya.
Apalagi jika menyinggung tentang disahkannya RUU Parpol yang memberikan kuota perempuan hingga 30%, yang artinya kaum perempuan kini diberi kesempatan untuk duduk di kursi legislatif, dan masyarakat tidak salah memilih perempuan sebagai anggota legislatif. Angka prosentase tersebut setidaknya telah memberi peluang seluas-luasnya kepada kaum perempuan saat ini untuk dapat lebih berperan aktif di era digittal seperti sekarang.
Membangun kesadaran gender di tengah masyarakat kita yang plural, diperlukan strategi dan pendekatan yang tepat. Kita perlu mempromosikan dan mengubah kesadaran gender dalam masyarakat, secara sinambung, penuh komitmen, dan berkelanjutan, yang akhirnya akan menghasilkan kader-kader perempuan yang tangguh, cerdas, kritis, militan, dan berpihak kepada rakyat miskin dan perempuan. Seharusnya kini wanita tidak lagi hanya menuntut emansipasi dan kesetaraan, tapi di haruskan untuk lebih berperan bersama bahu membahu membangun bangsa. Sebab kita hidup di era digital, yang tentu saja punya peran untuk memberikan perubahan bagi Indonesia dan juga dunia. Ayo Kartini-Kartini Indonesia! Maju ke depan, pantang surut ke belakang!

***SELESAI*** 


Artikel ini sedang diikutkan dalam KOMPETISI BLOG KREATIF ANTARWARGA KAMPUNG WR
http://www.facebook.com/home.php?sk=group_167101289987283&view=doc&id=202790069751738 

 * Writing Revolution http://menulisdahsyat.blogspot.com/
    * Kampung WR http://kampungwritingrevolution.blogspot.com/
    * Kampung WR 01 http://wr01.wordpress.com/
    * Kampung WR 02 http://kampoengwrdua.blogspot.com/
    * Kampung WR 03 http://kampungwritingr3vo.blogspot.com/
    * Kampung WR 04 http://wargakampungwr04.blogspot.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar Anda