🌷 Video Inspirasi Mba Puput 🌷
Semoga membawa semangat dan kebaikan 💖
"Aku suka pada mereka yang berani hidup"
Semoga membawa semangat dan kebaikan 💖
Di bawah langit biru yang luas tanpa batas,
Gunung bersalju berdiri megah—
seperti saksi bisu cinta yang tumbuh tanpa lelah.
Putihnya ibarat suci janji,
dinginnya bukan beku, tapi menenangkan hati.
Aku menatap puncakmu,
dan kulihat bayang wajahmu di sana—
tenang, lembut, namun penuh daya.
Angin yang berdesir dari lerengmu,
membisikkan namamu pada setiap helai rumput,
seolah alam pun hafal getar rindu di dadaku.
Kau adalah puncak yang tak pernah letih menunggu matahari,
meski malam membalutmu dengan sunyi.
Dan aku—hanyalah pendaki yang datang membawa harap,
berbekal cinta, tak lebih dari itu.
Namun entah mengapa, setiap langkah di tanahmu
membuat hatiku semakin yakin,
bahwa rumah sejati adalah ketika pandanganku bertemu matamu.
Salju yang menutupi tubuhmu
seperti cinta yang tak pernah pudar,
dingin di luar, tapi hangat di dasar.
Aku ingin menjadi hujan kecil di lembahmu,
yang jatuh pelan, mengalir lembut ke kakimu,
menyatu dalam sungai yang menuju samudra rindu.
Andai waktu mau berhenti sejenak,
akan kupeluk bayanganmu di balik kabut pagi.
Akan kusimpan suaramu dalam gema lembah,
agar tiap kali aku rindu,
aku hanya perlu menatap puncakmu—
dan di sanalah aku akan menemukanmu lagi.
Cinta ini, seperti salju di puncak itu:
tak mencair meski disinari mentari,
karena ia hidup bukan dari hangat,
melainkan dari keyakinan yang abadi.
Selama langit masih membiru dan bumi berputar,
namamu akan tetap menjadi zikir yang paling indah
di setiap hembus napas dan doa panjangku.
🌈 Cinta Seindah Paruh Pelangi 🌈
Di ujung ranting yang basah oleh embun,
seekor burung berdiri gagah,
paruhnya seindah pelangi yang meniti hujan sore,
menyimpan rahasia warna—seperti hatiku yang kau sentuh perlahan.
Aku memandangnya, lalu ingat padamu;
betapa cinta bisa lahir dari keindahan yang tenang,
dari tatapan sederhana yang tak bersuara,
namun mampu mengguncang segala rasa dalam dada.
Warna hijau di paruhnya—seperti tenang matamu,
yang meneduhkan badai dalam pikiranku.
Kuningnya—hangat seperti senyum yang menunggu di antara jarak,
dan merahnya—membara seperti rindu yang tak pernah padam.
Burung itu, berdiri di ranting lumut,
tak gentar oleh waktu, tak takut oleh angin.
Seperti aku—yang tetap menunggu,
di antara musim yang terus berganti,
percaya suatu hari engkau datang, membawa cahaya seperti pagi.
Oh, cinta…
andai kau tahu, setiap warna di dunia ini
menyimpan kisah kita yang tersembunyi:
di hijau—ada kesetiaan,
di biru—ada kerinduan,
di jingga—ada kenangan yang tak mau pergi,
dan di merah—ada aku, mencintaimu tanpa henti.
Kita mungkin tak seindah pelangi yang bersinar sesudah hujan,
namun kita adalah warna-warna yang tak hilang dalam ingatan.
Bersamamu, aku belajar bahwa cinta tak perlu selalu dimengerti—
cukup dirasakan, seperti udara yang menuntun daun menari.
Maka biarlah burung itu menjadi saksi,
bahwa di dunia ini masih ada cinta yang lembut dan murni,
yang tak perlu janji, tak perlu kata,
hanya rasa… yang tumbuh dari pandangan pertama.
Aku ingin menjadi ranting tempatmu berteduh,
ketika lelah kau terbang menantang waktu.
Aku ingin menjadi embun yang diam di bulumu,
menyapa dengan dingin, tapi penuh rindu.
Dan jika nanti kita berpisah oleh musim,
ingatlah—
aku pernah mencintaimu dengan seluruh warna di dunia ini,
dengan seluruh jiwa yang berani percaya,
bahwa cinta, seindah paruh pelangi itu,
tak akan pernah pudar… bahkan oleh senja.
Di antara taman yang hening,
kubangun rindu dari langkah yang menapak pelan,
mengikuti jalan batu yang menuntun pada istana kenangan—
tempat cinta berdiri tegak di antara langit dan bumi.
Angin berbisik di sela pepohonan,
membawa aroma tanah dan bunga yang menua bersama waktu,
dan di hadapan mata, bangunan megah itu tersenyum,
seolah tahu, betapa hatiku telah lama berziarah padamu.
Kubayangkan engkau berdiri di gerbangnya,
berbalut cahaya sore yang lembut,
rambutmu menari bersama bayangan senja,
dan aku—terpaku, tersihir, terhenti di pusaran pesonamu.
Langit biru memantulkan namamu di permukaan air,
seolah semesta pun turut jatuh cinta,
pada dua jiwa yang tak lagi bertanya
tentang waktu, jarak, atau siapa yang lebih mencinta.
Kubah megah di atas sana,
menyimpan rahasia doa-doa yang tak pernah usai,
dan setiap lekuk dindingnya,
seperti ukiran hatiku yang memahat namamu tanpa jeda.
Cinta kita, barangkali bukan kisah singkat,
ia seperti bangunan tua yang menantang waktu,
menghadapi hujan dan panas,
namun tetap berdiri gagah karena fondasinya: keikhlasan dan doa.
Aku ingin menjadi bayanganmu di kolam itu,
menyatu dalam pantulan indah yang tak terpisah,
walau dunia berubah,
biarlah cinta kita tetap utuh, seperti cermin yang memantulkan abadi.
Malam nanti, bila bintang turun di atap istana cinta ini,
izinkan aku berdoa dalam diam—
semoga engkau tetap menjadi arah sujud hatiku,
dan rumah megah itu,
menjadi saksi bisu dari janji:
Aku mencintaimu, di dunia hingga ke keabadian.