12 November 2010

Berapa Sih Penghasilan Penulis? (Sinta Yudisia)


oleh Nursalam Abdul Rahman pada 10 November 2010 jam 3:52
Dear all,

Tulisan berikut, dengan penuh hormat kepada penulisnya, adalah tulisan Mbak Sinta Yudisia, penulis senior FLP (Forum Lingkar Pena) yang berdomisili di Jawa Timur.  Dengan segenap pengalamannya yang panjang di dunia penulisan, dengan sederet novel terkenal seperti Existere, Reinkarnasi dll, Mbak Sinta menjawab banyak pertanyaan calon penulis maupun penulis tentang seberapa banyak dan potensi penghasilan seorang penulis.Tentu ada banyak catatan tersendiri. Namun, setahu saya, tak banyak penulis yang bersedia berbagi atau blak-blakan terbuka soal yang satu ini:). Untuk itu, tulisan yang disalin-rekat dari milis FLP ini, dibagikan untuk bermanfaat buat semua dan dengan harapan pahala inspirasinya mengalir kepada sang penulis, dan...yang turut mempublikasikannya,hehehe..

Tabik,

Nursalam AR

==============================

Penghasilan Penulis*
Oleh Sinta Yudisia

Sebuah imel sampai ke saya. Isinya panjang, bertanya tentang hal yang sensitif dan riskan tetapi itulah hal yang memang penting untuk diketahui seorang (calon) penulis;-). Si pengirim imel telah berhenti bekerja dan berniat bersungguh-sungguh merambah dunia kepenulisa. Pertanyaannya : bisakah ia mengandalkan hidup dari menulis? Berkali-kali, di tiap kesempatan, saya seringkali menekankan bahwa menulis adalah ladang kebaikan, ladang pahala, ladang jihad. Niat menulis harus ikhlas karena Allah SWT. Niat menulis harus karena ingin mencari pahala, bukan sekedar materi dan ketenaran.

Tetapi salahkah bila teman-teman, adik-adik , yang berharap dari menulis bertanya : sebetulnya bisa nggak sih saya bergantung dari menulis? Berapa sih –realnya- penghasilan seorang penulis? Wajar mereka bertanya demikian karena saat melamar bekerja di sebuah instansi pun, biasanya karyawan menanyakan berapa upahnya per bulan, tunjangan apa yang menyertai dsb. Saya mencoba menjawab rasa penasaran teman-teman dengan menjelaskan sedikit pengalaman menulis yang masih sangat jauh dari sempurna. Anggaplah bahwa jalan kepenulisan kita normal-normal saja, karena ada yang atas barakahNya dan rizkiNya, beberapa penulis menghasilkan buku yang langsung meledak di pasaran hanya di awal karir kepenulisan.

1. Banyak teman-teman FLP mengawali karir menulisnya dari tulisan pendek semacam cerpen, opini, artikel. Saya pun dulu demikian. Sebelum tangan dan pikiran ini trampil menulis 100-200 halaman, biasanya dimulai dari 5-10 halaman dulu. Jumlah sesingkat itu memang sebuah cerita pendek. Satu cerpen biasanya dihargai Rp.150.000 –Rp.200.000, kecuali media nasional seperti Kompas, Republika dsb yang memberi imbalan lebih.

2. Menulis cerpen bisa sehari, 3 hari, 5 hari atau 7 hari tergantung tingkat kesulitan ide, diksi, bahasa, kedisiplinan kita. Jika sebulan bisa menghasilkan 5 cerpen, asumsikan 2 lolos maka penulis dapat kurang lebih Rp.400.000 per bulan. tapi ini juga membutuhkan ketrampila lumayan, boleh jadi sebagai penulis awal kita masih belu mengantongi apa-apa hingga 1 tahun nantinya.

3. Dengan bekal menulis tulisan pendek, jika kita konsisten, sebetulnya cukup lumayan. Seorang teman mengandalkan hidup keluarganya dari menulis bermacam artikel, opini, dll. Pekerjaannya ansich memang menulis sehingga sebulan paling tidak 5 tulisannya terbit di koran-koran lokal. Ya, paling tidak Rp800.000-1 juta didapatnya dari menulis.

4. Jika kita ternyata tidak bisa menulis sepanjang waktu karena adanya pekerjaan tambahan (guru, iburumahtangga tanpa pembantu, karyawan swasta,dsb) tantangan untuk menulis pun makin bertambah. Mungkin sebulan hanya menghasilkan 2-3 cerpen, asumsikan satu yang lolos, setidaknya Rp.200.000 ada di tangan. Kalaupun sangat kepepet kita bisa menulis untuk media lokal yang oplahnya kecil, bayarannya antara Rp.50.000-Rp.150.000. Nggak papa, yang penting halal, cukup untuk menyambung hari

5. Seorang penulis jika rajin berlatih menulis, 1-2 tahun setidaknya mulai trampil membuat tulisan lebih dari 10 halaman. Bisa mulai menulis 50, 75, 100 halaman (ini setara dengan novel teenlit/chicklit yang ringan menghibur). Satu novel pendek bisa diselesaikan dalam 1-2 bulan tergantung tingkat kesulitan, ide, bahasa, komitmen dsb. Novel pendek ini bisa dijual flat putus ke penerbit atau dibayar sistem royalti.

6. Flat putus bisa 2-5 juta untuk 1 novel tergantung kuaitas novel tersebut dan bargaining dengan penerbit. Untuk royalti yang dibayar tiap 3 bulan, DP(downpayment) biasanya Rp.1 juta. 3 bulan pertama biasanya keuntungan masih cukup besar untuk penulis, bisa jadi mencapai di atas Rp 2 juta. 3 bulan berikutnya biasanya menurun hanya Rp1 juta atau lebih sedikit , lalu 3 bulan berikutnya lebih drastis lagi , bisa terbayarkan hanya beberapa puluh ribu saja. Fluktuasi royalti novel kita tergantung respon pasar, promosi yang gencar, dan juga rezeki dari Allah SWT tentunya


7. Bagi yang betul-betul menggantungkan hidup dari menulis mungkin akan mencoba menyelesaikan 1 novel per bulan atau tiap 2 bulan sekali. Tak masalah selama ide dan tulisan dapat dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT. Tetapi tak selamanya kita bisa menulis dengan ide yang itu-itu saja, ringan terus menerus, atau katakanlah ide dan tema yang ’pasaran’. Memang pangsa pasar untuk novel ringan selalu ada, tetapi penulis pun biasanya membutuhkan need for Achievement (meminjam istilah Henry A. Murray), penulis butuh prestasi. Gak enak juga kan kalau khalayak terlanjur mencap kita ,”..oh, Sinta ngeluarkan buku lagi? Alah, paling temanya itu-itu lagi. Cewek matre ketemu cowok sholih terus ceweknya insaf pake jilbab.”

Lambat laun jika kita tidak meng up grade diri, pasar pun akan jenuh dengan tulisan kita dan kita akan ditinggalkan pembaca. Rugi kan?

8. Untuk meningkatkan kualitias diri, bagi penulis yang sudah menulis 3-4 tahun biasanya mulai membuat novel yang lebih berbobot dari waktu sebelumnya. Hal ini membutuhkan riset, belajar, membaca karya-karya lain, membandingkan, meresensi mengkritik. Semua ini tak mungkin selesai dalam 1-2 bulan. Kadang, jika kita sudah memutuskan untuk membuat satu novel berbobot, 1 novel bisa selesai paling cepat 6 bulan dan jika lambat karena penulisnya ingin detil, bisa mencapai 2 tahun!


9. Rugikah membuat novel berbobot yang hanya terbit 1 tahun sekali? Sebetulnya tidak juga. Karena jika ide kita unik, brilian, lain daripada yang lain, pembaca pun akan merespon sekalipun pasar lambat menjawab. Lihat saja Laskar Pelangi yang fenomenal. Ia tertahan di penjualan 1 tahun, tapi karena kualitas tulisannya, tahun berikutnya mencapai rekor penjualan! Novel berbobot akan tetap menerima royalti cukup memadai lebih dari 1, 2, 3 tahun. Sekalipun tentu saja pasti ada penyusutan. Sama saja dengan novel tipis yang dalam 1 tahun royaltinya sudah banyak berkurang kan?


10. 1 novel berbobot dengan halaman lebih dari 300 bisa memiliki bargaining lebih di hadapan penerbit. DP bisa minta lebih dari Rp 1 juta, royalti yang 8% pun bisa naik menjadi 10%. Novel berbobot akan dapat perhatian lebih dari penerbit dari segi promosi kita pun tak segan-segan mempromosikannya kepada khalayak ramai karena yang kita ’jual’ adalah kualitas.


11. Menulis adalah sebuah profesi seperti profesi yang lain. Apapun pekerjaan yang kita pilih, tak ada yang bisa menghasilkan kekayaan instan seperti undian atau ikut audisi bintang. 1, 2 tahun kita mungkin tertatih-tatih karena hanya mampu menghasilkan jauh di bawah standar minimal UMR. Tetapi jika tekun, banyak pekerjaan lain bisa melengkapi pekerjaan seorang penulis yang secara otomatis pun memberikan penghasilan : training, juri lomba, mengedit, memberikan endorsment, menterjemahkan, dsb. Rizqi Allah SWT terbuka luasnya.


12. Ketika saya bertanya kepada Valerie Miner dalam sebuah kesempatan di DKS (Dewan Kesenian Surabaya) tentang royalti penulis di Indonesia, ia pun menjawab bahwa di Amerika sana, penulis yang betul-betul hidup hanya dari menulis sekitar 5% saja. Sisanya harus punya keahlian lain (Valerie seorang dosen). Sebagaimana pekerjaan apapun yang ada di Indonesia belum mampu memberikan penghasilan layak, kita memang perlu punya keahlian lain asal bukan keahlian korupsi. Tak ada salahnya penulis belajar lagi tentang komunikasi, marketing, pendidikan, dsb sehingga mampu lebih gencar mempromosikan karyanya sekaligus memberikan karakter pada tulisan2 kita


13. Terakhir, bagi teman-teman dan adik-adik yang memantapkan diri jadi penulis, gak ada kata pantang menyerah. Rp.200.000, Rp.1 juta, itu kan kata saya. Pengalaman seorang penulis yang baru menulis. Dengan niat tulus, bersungguh-sungguh, siapa tahu tulisan anda yang barakah justru mendapatkan kekayaan berlimpah dari Allah SWT? Ada seorang penulis lokal Surabaya yang royaltinya gede banget. Nulis apa sih dia? Dia seorang arsitek yang gemar banget bola. Ketika dia mengumpulkan tulisan dan foto tentang Manchester United, dicemooh orang. Ketika dia menuliskan tentang jembatan Suramadu secara detail, juga dilecehkan. Tapi si penulis ini easy going. Ternyata bukunya meledak di pasaran. Bukunya tentang MU dicetak berulang. Ia sekarang suka diundang ke daerah2 , jadi konsultan para bupati dalam membangun daerah khususnya masalah per-jembatan-an.


14. Ada banyak kisah spiritual tentang menulis . Ada penulis yang mampu menuliskan karya brilian setelah tilawah Quran, sholat Dhuha, sholat Malam, sodaqoh. Prof. Dr. Abdul Mujib dari UIN Syahid, Ciputat, bercerita bahwa jika ia mati ide, maka akan berpuasa sunnah 3 hari. Sarannya, ”...cahaya Allah SWT tak akan dapat menembus hati yang penuh maksiat.”

Semoga tulisan ini mampu mengusir sedikit rasa penasaran teman-teman yang bertanya-tanya : nanti penghasilanku berapa dari menulis? Kalau ditanya sama calon mertua pekerjaannya apa? Bilang aja sama calon mertua : penulis juga punya NPWP!

*) tulisan diambil dari milis FLP

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar Anda