30 Desember 2010

KUOTA CALEG PEREMPUAN

perempuan....

oleh Haru Biru Dendra pada 29 Desember 2010 jam 20:28

Satu hal yang mungkin belum pernah terlintas di benak Anda adalah strategi pengurangan populasi umat manusia lewat jalan penanaman ideologi atau gerakan ideologi. Feminisme merupakan salah satu gerakan yang melawan fitrah yang diberikan Allah SWT kepada umat manusia, yang ingin menyamaratakan kedudukan—hak dan kewajiban—antara laki-laki dan perempuan.
Tahukah Anda jika feminisme dalam perwujudan kongkret di dalam sistem demokrasi adalah KUOTA KETERWAKILAN JUMLAH PEREMPUAN dalam struktur pemerintahan, apakah itu anggota legislatif maupun eksekutif. Hal yang paling nyata di depan kita adakah disetujuinya Kuota jumlah 30% keterwakilan perempuan dalam badan legislatif di negeri ini dalam Pemilu 2009. Padahal sudah jelas, dengan kian banyaknya peran perempuan di sektor publik, dengan meninggalkan kewajiban utamanya sebagai sang pendidik di dalam keluarganya, maka hal ini akan menyebabkan banyak sekali kerugian di dalam pendidikan angota keluarganya dan juga mengurangi tingkat fertilitasnya disebabkan kondisi fisik dan otak yang kelelahan.
Ironisnya, ide yang sarat konspiratif dalam menghancurkan sendi-sendi kekuatan keluarga tersebut didukung sepenuhnya oleh partai-partai politik yang berbasiskan umat Islam. Adakah mereka paham dengan hal ini dan tidak perduli atau mereka memang tidak tahu karena kurangnya wawasan dan bahan bacaan?
Adalah BOHONG BESAR jika dikatakan seorang perempuan yang menjadi anggota legislatif, di mana sering kali pulang sampai dini hari disebabkan banyak mengikuti rapat, mampu menjadi sang pendidik utama bagi anak-anaknya di rumah, melebihi “pendidikan” yang diberikan pesawat teve dan lingkungan pergaulannya. Perempuan jenis ini tanpa disadari –dalam banyak kasus—juga sesungguhnya memperbudak perempuan lainnya yang dijadikan sebagai pembantu (khadimat) rumah tangganya. Tiada perempuan yang dianggap berhasil di sektor publik yang tidak lepas dari jasa khadimat di dalam rumah tangganya.
Bagi yang ingin memperdalam kajian soal ini silakan membaca dua buku sebagai pengantar yakni “Evolusi Moral” (Sayyid Quthb) dan “Rekayasa demografis dan globalisasi kerusakan: aspek konspiratif konferensi Kairo dan Beijing” (Ummu Hani, Yayasan Ibu Harapan). Dua buku ini insya Allah akan bisa membuka cakrawala kekritisan kita tentang mengapa konspirasi Yahudi Internasional merasa sangat perlu mengeluarkan para perempuan dari sektor privat ke sektor publik.
Jika kita mengaku sebagai orang yang perduli dengan ayat-ayat Alah, seharusnya kita wajib mengembalikan posisi perempuan ke tempat yang sangat terhormat sebagai Ummu Madrasatun ‘Ula, Sang Pendidik Utama di dalam keluarga, jadi bukan menyerahkan pendidikan anak-anak kita kepada pesawat teve, pembantu, atau guru yang datang ke rumah kita karena mendapat honor. Kita harus menentang dan menolak sunnah-Yahudi, walau langkah itu terkesan kurang populer di masa sekarang. Karena al-haq itu tetaplah al-haq, walau hal itu populer atau tidak.
Di dalam bagian sembilan, akan dipaparkan akhir dari agenda kaum pagan modern ini, dan ikhtisarnya akan menyusul di bagian ke sepuluh. Insya Allah.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar Anda