04 September 2013

TABLIGH AKBAR DAN HALAL BI HALAL FORSIMATA



“Dengan Semangat Ukhuwwah Kita Wujudkan Persatuan
di antara Majlis Ta’lim se-Kabupaten Tegal”
Bersama: Dr. Hj. Sitaresmi Soekanto
(Dosen Pasca Sarjana UI Jakarta)
Slawi, 1 September 2013 / 25 Syawal 1434 H
FORSIMATA Kab. Tegal




Pra-acara:

-          Tim Qasidah Khoirunnisa





-          Tari Pinguin dari KB salimah Adiwerna (kelas Cerry dan kelas Strawberry)
-          Tilawah Q.S. An-Nashr dan puisi dari kelas Apel KBIT Salimah Adiwerna



-          Tilawah pembukaan oleh Mbak Puji dan  Mbak Sobiroh dari Kec. Tarub

Sambutan dari Ketua Panitia, Ibu Rina Supriana, S. Pd:
            Terimakasih kepada Bp. Abdullah Fikri Faqih dan istri yang telah menghadiri acara.
            Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, jika telah menjalankan ibadah puasa Ramadhan, maka setelah Ramadhan bulan-bulan selanjutnya akan menjadi Ramadhan. Maka untuk kembali fitrah, Forsimata (Forum Komunikasi Majlis Ta’lim) Kabupaten Tegal menggelar acara yang bertujuan untuk menjalin erat ukhuwwah/persaudaraan di antara majlis ta’lim sekabupaten Tegal..

Sambutan dari Bp. Abdullah Fikri Faqih:
Kita harus bersyukur dalam segala hal. Kalau kita selalu bersholawat, mudah-mudahan kita dapat syafaat dari Beliau SAW. Setelah Ramadhan, kita berharap kembali fitrah/bersih. Kita ingin menjadi minal aidin (fitrah) dan wal faizin (menang), dimana semua urusan kembali kepada Allah SWT. Allah Maha Besar, artinya Allah Maha Besar, yang lainnya kecil. Kita berharap segala dosa diampuni, dan apa yang kita lakukan, yang kita doakan semuanya dikabulkan sebagai amal sholeh di yaumil mizan kelak. Amin.

Semangat kita sesuai dengan tema “Kita wujudkan persatuan di antara Majlis Ta’lim se-Kabupaten Tegal.” Ibu adalah tiang dari Negara ini. Negara maju dan tidaknya tergantung dari ibu. Jika kita hanya sendiri, kekuatan kita akan lemah, tapi jika bersama-sama akan menjadi kuat.

Walaa tafarroqu, kita jangan berpecah-belah meski berbeda. Kita pupuk kerjasama agar kita kuat. Kita sebagai perempuan kadang merasa tersingkir, padahal kita semua selalu butuh perempuan. Penanggung jawab rumah memang bapak-bapak layaknya kepala sekolah, tapi yang ngurusi adalah ibu-ibu layaknya pegawai TU. Karena itu, munculkan semangat ukhuwwah di antara ibu-ibu. Tanpa ibu-ibu, Tegal tidak akan terbangun, karena itu mari kita bangun Tegal bersama-sama.

Pendidikan jika tidak diperhatikan oleh ibu-ibu Negara tidak akan maju. Perhatikan tetangga kiri-kanan, terutama dari segi pendidikan, minimal wajib belajar 9 tahun. Jangan saling menyalahkan, saling melempar tanggung jawab. Kedua setelah pendidikan adalah tentang kesehatan. Fakta berbicara, bahwa angka kematian tertinggi di Kabupaten Tegal adalah kematian  ibu dan anak. Kematian ibu dan anak di kabupaten Tegal merupakan kematian tertinggi di Jawa Tengah. Jika ibu-ibu tidak mau bekerjasama, maka kondisi kabupaten Tegal tidak akan menjadi lebih baik. Pendidikan dan kesehatan menjadi prioritas utama di kabupaten Tegal, dan Bapak Fikri tetap mengajak masyarakat Tegal untuk bersama-sama membangun Tegal.
***
Selesai memberi sambutan, Bp. Fikri Faqih memberi kenang-kenangan kepada Ibu Nawangsih dari Slawi, Ibu Fathonah dari Pacul, Ibu Ani dari Talang, dan juga ibu-ibu dari Pangkah, Bojong, dan Bumijawa.



Sambutan dari ketua Forsimata Kab. Tegal, Ibu Fatimah, S. Ag:

            Peran majlis ta’lim harus menjadi lebih produktif dan harus lebih ditingkatkan lagi perannya di masyarakat. Beberapa program dan kegiatan Forsimata yang sedang digalakkan antara lain:
-          Melaksanakan hari besar bersama seluruh majlis ta’lim
-          Mengadakan pelatihan majlis ta’lim di kabupaten Tegal
-          Mengadakan pelatihan pengurusan jenazah
-          Mengadakan pelatihan manajemen pengelolaan majlis ta’lim kabupaten Tegal
-          Mengadakan pelatihan baca tulis al-Quran di kabupaten Tegal
***
Pentas Tari Muhammadku dari KB Salimah Adiwerna
Pentas musik islami dari Grup qasidah dari Slawi Kulon

Materi inti dari Dr. Hj. Sitaresmi Soekanto 
(Dosen UI, pengisi acara “Indahnya Pagi” di TVRI, pengisi acara pengajian di Indosat, dan lain-lain)
            Ayahanda dari Bu Sitaresmi adalah asli Tegal, sehingga beliau menganggap Tegal sebagai kampung halamannya.
            “Tak kenal maka kenalan yuuk…..!”
            Jika semua ibu-ibu segembira mereka yang telah tampil di panggung, seceria panitia acara dan peserta, tentu semua anak juga akan selalu merasa happy/bahagia. Kita tidak boleh dalam peristiwa apapun yang membuat kita sedih, karena kita punya Allah.




Ada kisah, seorang pemulung yang badannya gemuk dan selalu pakai topi yang selalu menutupi jidatnya, dan ternyata ia punya kelemahan pada matanya, yang jika terkena sinar matahari akan terasa sakit. Yang menarik dari dia, ia selalu bersenanndung saat mencari sampah. Itu menunjukkan bahwa ia tidak peduli dengan keadaan. Ia selalu bergembira setiap saat. Itu sumber inspirasi buat kita untuk selalu bergembira. Bahwa kebahagiaan bisa dimunculkan oleh kita sendiri.
Doa senjatanya orang beriman. Jika sedang merasa susah/sedih, segera bacalah doa, sebab akan muncul kemudahan-kemudahan. Ada fase di mana teori-teori yang kita dapatkan menguap begitu saja yang membuat kita lupa, maka dari itu kita harus bekerjasama untuk saling mengingatkan, dan hal-hal lain di luaran kita menjadi kepedulian kita. Jika kita punya miliu/lingkungan yang tidak baik, perlu kita perhatikan.

Bertafakkur alam itu penting. Kita sudah baik, tapi kita melihat di lingkungan kita yang tidak bisa dijadikan contoh. Karena itu televise perlu kita kaji baik buruknya. TV sudah instan, sehingga bisa mengurangi kecerdasan-kecerdasan kita saat menonton tayangan-tayangan yang tidak baik, padahal anak harus menyerap hal baik-baik saja, tidak boleh melihat tayangan-tayangan kriminal, pornografi, infotainment, dan lain-lain yang tidak mendidik. Maka dari itu, ibu harus hati-hati dalam menyuguhkan tontonan kepada anak. Nyuapin anak sambil nonton TV yang adegannya tidak baik, akibatnya anak akan ikut menonton.

Semua yang sudah kita capai berawal dari sebuah impian. Didiklah anakmu, karena zaman akan selalu berubah. Anak sekarang zaman teknologi, jadi ibu juga harus tahu perkembangan teknologi, tidak bisa mendidik anak sesuai dengan keinginan kita. Maka dari itu, tanyakan kepada anak: punya hobby apa? Setelah itu, kembangkan anak dengan hobby-nya, sibukkan anak dengan hobby-nya itu, sibukkan anak dengan hal-hal yang positif, sehingga tidak ada celah untuk berbuat yang negatif.

Jangan paksakan anak dalam bercita-cita, seperti ingin jadi dokter, polisi, dan lain-lain. Jika anak ingin jadi pemain bola, atau ingin jadi pemadam kebakaran, jangan diketawakan.
Salah satu kunci agar anak bisa tumbuh jadi harapan bangsa dan agama:
1.    Ibu harus jadi dinamisator, penggerak yang hebat, karena itu ibu harus sehat. Sebab jika tidak, penghuni rumah jadi ikut sakit semua.
2.    Ibu harus jadi stabilisator. Saat ada kesulitan ekonomi, ibu harus tetap cool, tidak panic/resah, sebab jika resah, keluarga pun akan ikut resah. Jika keluarga oke, maka seluruh penghuni keluarga pun akan oke.

Emosi dan suasana hati

Jika anak suka tampil, itu tanda anak punya keberanian berekspresi.

Kita dapat secara aktif mengendalikan emosi yang kita ingin. Anak memiliki fleksibilitas, bisa berubah, karena itu ubah ekspresi wajah kita dengan senyum. Kita rubah sudut pandang menjadi yang positif. Ubah suasana hati kita dengan ekspresi wajah kita dengan senyum.

Jika kita sedang menghadapi cobaan yang berat, ketika ditanya orang lain jawablah: “Insya Allah cobaan ini akan segera berlalu.”

Gambar-gambar emoticon yang kita berikan kepada orang lain, sering munculkan dengan gambar senyum, karena itu akan mempengaruhi suasana hati orang lain.

Ustadz Abdullah selalu tenang dan senyum saat tak ada uang. Beliau bilang kepada istrinya: “Sumur kalau sudah kering, pasti akan ada hujan yang akan segera menggenangi sumur itu.” Jadi, belajar optimis itu penting. Dorong anak dengan cita-cita yang baik. Jangan sekali-kali bilang: “Dasar bodoh!” kepada anak. Semarah-marah kita kepada anak, jangan sampai memberi label negatif, seperti kata-kata: “Ibu gak suka punya anak yang nakal” atau sifat-sifat negatif lainnya.

Pupil mata perempuan akan membesar jika melihat gambar bayi, dan pupil mata laki-laki akan membesar ketika melihat gambar perempuan.

Bayi itu punya banyak ekspresi, bukan hanya single ekspretion. Kalau bayi itu jujur dengan ekspresi wajahnya, cuma satu yang terlihat, yaitu wajah jutek. Kalau stroke, otot-otot di wajah pun akan lumpuh, ekspresi wajah akan datar rasanya, tanpa ekspresi. Tapi ada juga yang tidak lumpuh otot, tapi yang ada: dingin ekspresi wajahnya, seolah ia paling menderita hidupnya.

Kalau ada anak yang tidak nurut sama nasihat kita, introspeksi! Sudahkah kita menjadi orang yang menyenangkan bagi anak. Kalau kita suka nyuruh-nyuruh, maka anak pun akan suka nyuruh-nyuruh. Apa yang kita lakukan akan ditiru oleh anak.

Laki-laki sejati tidak akan takut untuk berubah. Dan orang bisa berubah asal ada kata-kata yang menggugah. Ada yang bilang: “Kalau Tuhan mau, Dia juga pasti akan memberikan peluang untuk itu kepada saya.” Padahal, hidayah itu harus diupayakan! Berdoalah: “Ya Allah, tunjukkan aku menuju ketaqwaan.” (Q.S. Ali Imron : 8)

Pernahkah kita dalam tahajjud kita untuk mendoakan anak-anak kita?

Ada kisah seorang mahasiswa di UI yang ingin jujur dan berkata: “Saya malas sholat, suka minum-minum (mabuk), tapi saya ingin berhenti mabuk.” Dengan niat bismillah, pasti akan berhenti.

Anak kecil pun bisa menjadi pelopor perubahan, apalagi kita orang dewasa. Ingat surat Thaha ayat 114.

Hati dan pikiran kita seperti parasut, dimana dia akan berfungsi hanya saat terbuka. Pikiran tertutup kita seperti pandangan orang-orang sekarang tentang teroris-teroris yang dianggap dari orang Islam. Kita jangan ikut terbawa dengan pikiran masyarakat awam. Ingatlah, semakin sering Islam dijelek-jelekin, maka akan banyak orang yang berduyun-duyun masuk Islam.

Jumlah master/ahli tiap 1 juta orang berdasarkan Negara dan agamanya:
-          Israel : Yahudi = 13. 000
-          Eropa : Kristen = 6.500
-          Jepang : Shinto = 6.000
-          Rusia : Ortodhoks = 5.000
-          India : Hindu = 1.300
-          Mesir : Islam = 370
-          Indonesia : Islam = 74
(UNDP 2003)

Kondisi umat Islam di akhir zaman seperti buih di lautan, banyak jumlahnya tapi terombang-ambing kesana kemari. Kita lihat fakta di Mesir sekarang, kelompok muslim membantai sesama muslim. Padahal sesama orang Islam tidak boleh saling menjelek-jelekkan, tapi harus saling melengkapi dan bekerjasama dalam kebaikan. Perbedaan-perbedaan jangan membuat kita gontok-gontokkan. Arab Saudi hampir bangkrut karena pangkalan militernya bermasalah. Yang membuatnya maju karena banyaknya orang yang pergi haji.

Ditayangkan film jatuhnya kelompok pendaki tebing satu persatu hingga tersisa 3 orang yang terdiri ayah dan kedua anaknya (laki-laki dan perempuan) yang masih bergelantungan hampir jatuh. Sang kakak di atas, sang adik perempuan di bawahnya, dan yang paling bawah adalah ayahnya. Tali untuk bergantung tidak akan kuat menyangga 3 orang, sehingga sang ayah menyuruh anak perempuannya untuk memotong tali dengan pisau agar putus, sehingga tali bisa tetap kuat menyangga 2 orang anaknya. Namun kedua anaknya tidak setuju melakukannya, karena hal itu sama saja merelakan ayahnya jatuh dan mati. Tapi karena sang ayah mengharap keselamatan kedua anaknya, sang ayah memaksa anak perempuannya cepat-cepat memotong talinya. Sambil menangis dan karena dipaksa oleh sang ayah, akhirnya anak patuh dan memotong tali itu hingga tali pun putus dan sang ayah pun terjatuh.

Dari fenomena di atas, dalam kaidah fiqih: jika ada 3 pilihan sulit, pilihlah yang mendatangkan mashlahat meski ada satu yang harus dikorbankan. Jangan merasa bersalah jika sudah mengambil keputusan yang terbaik, sebab ada  hikmah di balik semua itu.

Semua orang akan mati, yang terpenting adalah amalan baik kita selama hidup. Kesadaran kita dengan mayoritas muslim yang baik harus tetap kita jaga.

Anak yang steril harus dilindungi. Anak yang imun masih bisa menyeleksi. Ajarkan anak untuk asertif.

Operasi kelopak mata di Korea Selatan sudah biasa, sebab mereka tidak punya kelopak mata.

Kalau kita mau merubah nasib, maka rubahlah karakter orang. Yang suka curiga, negative thinking, tidak mau diajak kerjasama dengan orang lain, harus kita rubah. Manusia di usia 40 tahun ke atas harus bisa berubah, agar menjadi lebih bersyukur, lebih bertaubat, karena usia 40 tahun adalah usia untuk berubah. Dan orang masih bisa berubah jika ada hidayah. Bagaimana cara merubahnya? Jangan mengeluh sebelum ada usaha. Ikhlas itu ada ukuran batas untuk ikhlas.

Edukasi pada anak terapkan. Contoh: “Matikan TV, Ibu sedang pegang sapu!” itu cara agar anak bisa segera mematikan TV-nya.

Soal kinestetik pada anak, ada 3 model/tipe anak:
1.    Tipe audiovisual
2.    Tipe visual
3.    Tipe auditorivisual dan kinestetik
Anak kinestetik penuhi keinginannya/kebutuhannya.

Langkah terapis pada orang dewasa yang tidak mau berubah: cuekin, dan berdoa yang kenceng/continue

Acara ditutup dengan pembacaan doa oleh Ibu Ike Amalia.


~*~* SELESAI ~*~*

03 September 2013

TEAM RELAWAN FIKRI – KAHAR BERAKSI DI KUDAILE



            Selasa, 3 September 2013 pukul 14.00 WIB beberapa akhwat dari Team Relawan Fikri – Kahar  berkeliling memperkenalkan cabup Fikri – Kahar kepada masyarakat Kudaile – Slawi. Mereka menyebar ke beberapa RT sambil membawa stiker Fikri – Kahar untuk dibagikan dan dipasang di rumah-rumah penduduk setelah  meminta ijin terlebih dahulu.
            Senyum sapa dari team relawan disambut baik oleh masyarakat. Sebagian besar dari masyarakat ternyata sudah banyak yang mengenal Pak Fikri, meski ada juga dari beberapa penduduk yang tidak mengenalnya, terutama  dari warga yang sudah sepuh. Namun setelah dijelaskan bahwa beliau anak dari Bu Muniroh, mereka banyak yang langsung mengenalnya.
            Yang menarik dari peristiwa penempelan stiker, ada seorang bapak-bapak yang segera menyobek gambar stiker Fikri – Kahar yang telah ditempelnya begitu team relawan beranjak dari rumahnya. Saat ditanya kenapa disobek, ia jawab: “Ngotor-ngotorin tembok Mbak ….”  Ironis sekali, padahal gambar di atas stiker Fikri – Kahar bertengger gambarnya Bp. Edi Utomo, yang tetap terpasang dengan sempurna. Sang akhwat pun cuma tersenyum melihat adegan itu. Bisa dimaklumi, sebab kata sebagian penduduk di situ gembongnya Edi Utomo.
            Ada juga yang komentar, “Kok cuma dikasih sunlight?? Uangnya mana?” Ada juga yang nyeletuk, “Jaman sekarang yang dibutuhkan kan uang …. Jadi saya gak terima stiker, maunya uang saja.” Jawaban pun beragam dari beberapa akhwat yang menanggapi pertanyaan itu. Dengan tetap keep smile, semua bisa teratasi dengan baik. Dengan tidak menggunakan politik uang, sebenarnya itu merupakan sebagai langkah pembelajaran politik yang baik.
            Pukul 16.30 WIB team relawan Fikri – Kahar selesai menjalankan tugas. Mereka berkumpul kembali ke best camp. Alhamdulillah, dengan bekerja bersama-sama akan terasa lebih ringan dalam melangkah tanpa beban. Ternyata masyarakat lebih butuh disapa, bukan hanya sekedar uang atau yang lainnya. Satu hal lagi yang perlu menjadi catatan bersama: sebenarnya  banyak orang baik di sekitar kita. Kalaupun ada yang sinis atau tidak simpati dalam penyambutan, hanya segelintir orang saja.

            Allah tidak melihat hasilnya, tapi yang dilihat adalah kerja kita, sampai sejauh mana ikhtiar dan keikhlasan kita. So, harapan masih ada …. ^_^



Salah satu warga ikut menunjukkan stiker Fikri - Kahar