29 Oktober 2025

Cinta di Puncak Abadi


 

Cinta di Puncak Abadi

Di bawah langit biru yang luas tanpa batas,
Gunung bersalju berdiri megah—
seperti saksi bisu cinta yang tumbuh tanpa lelah.
Putihnya ibarat suci janji,
dinginnya bukan beku, tapi menenangkan hati.

Aku menatap puncakmu,
dan kulihat bayang wajahmu di sana—
tenang, lembut, namun penuh daya.
Angin yang berdesir dari lerengmu,
membisikkan namamu pada setiap helai rumput,
seolah alam pun hafal getar rindu di dadaku.

Kau adalah puncak yang tak pernah letih menunggu matahari,
meski malam membalutmu dengan sunyi.
Dan aku—hanyalah pendaki yang datang membawa harap,
berbekal cinta, tak lebih dari itu.
Namun entah mengapa, setiap langkah di tanahmu
membuat hatiku semakin yakin,
bahwa rumah sejati adalah ketika pandanganku bertemu matamu.

Salju yang menutupi tubuhmu
seperti cinta yang tak pernah pudar,
dingin di luar, tapi hangat di dasar.
Aku ingin menjadi hujan kecil di lembahmu,
yang jatuh pelan, mengalir lembut ke kakimu,
menyatu dalam sungai yang menuju samudra rindu.

Andai waktu mau berhenti sejenak,
akan kupeluk bayanganmu di balik kabut pagi.
Akan kusimpan suaramu dalam gema lembah,
agar tiap kali aku rindu,
aku hanya perlu menatap puncakmu—
dan di sanalah aku akan menemukanmu lagi.

Cinta ini, seperti salju di puncak itu:
tak mencair meski disinari mentari,
karena ia hidup bukan dari hangat,
melainkan dari keyakinan yang abadi.
Selama langit masih membiru dan bumi berputar,
namamu akan tetap menjadi zikir yang paling indah
di setiap hembus napas dan doa panjangku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar Anda