Cerita Anak:
By:
Puput Happy
“Ayo
Muti, cepat baris! Kamu di belakangku ya?” suruh Mugi kepada Muti.
Mugi
dan Muti adalah sepasang semut kakak beradik. Muti yang biasanya menuruti kata
kakaknya, kali ini diam saja. Tetap berdiri di tempat dan tidak mau berbaris
seperti semut-semut yang lain. Mugi pun mulai kesal.
“Muti!
Cepat baris! Ayo ikut di belakang mereka! Nanti kamu tertinggal lho!” seru
Mugi. Namun Muti tetap saja tidak mau berbaris dan berjalan mengikuti
semut-semut yang lain sambil membawa makanan.
“Kamu
kenapa sih tidak mau baris? Nanti dimarahi Ayah dan Ibu kalau mereka tahu!”
kata Mugi mengingatkan.. Ia pun mulai marah.
“Tidak
mau! Aku mau di sini saja. Jalan sendiri, tidak perlu baris” jawab Muti.
“Lho,
tapi kenapa?”
“Aku
malas, sebab nanti kalau bertemu dengan yang lain selalu bersalam-salaman. Kan
capek!” jawab Muti.
“Aduh
Muti …. Memangnya kenapa kalau bersalaman? Bukankah itu kebiasaan baik? Lagi
pula itu kan tradisi kita …. Setiap berpapasan dengan teman-teman harus
bersalaman ….”
“Pokoknya
Muti tidak mau! Muti mau berjalan sendirian saja. Kalau Kak Mugi mau berbaris
seperti yang lain, silakan saja, tapi Muti mau jalan sendiri, tidak mau baris!”
jawab Muti.
“Ya
sudah, kalau kamu tidak mau ikut baris dengan kami. Tapi kamu jaga diri baik-baik
ya?” kata Mugi mengingatkan.
“Ya
Kak ….” jawab Muti senang. Muti merasa gembira karena terbebas dari kebiasaan
berbaris dan bersalam-salaman dengan semut yang lain.
Di
saat Muti terpisah jauh dari rombongan semut yang berbaris tadi, Muti mulai
ketakutan, sebab ia sendirian. Apalagi ia melihat ada seekor landak betrjalan
mendekatinya. Lidahnya yang panjang siap menerkam Muti. Aku harus lari! pikir Muti. Muti pun segetra berlari kencang.
“Huhh! Huhh! Huhh! Hhhhuuuff …..” Nafas
Muti ngos-ngosan. Karena tidak ingin
dimangsa landak itu, ia pun segera masuk ke lubang tanah yang ada di depannya.
Beruntung sang landak tidak melihatnya.
Di
dalam lubang tanah, Muti menangis sambil memanggil kakaknya,
“Kak
Mugi …. Huhuhuhu ….. Aku takut …..”
serunya pelan. Cukup lama Muti bersembunyi di dalam lubang. Dan beberapa saat
kemudian Muti mendengar namanya dipanggil-panggil. Muti mengenal suara itu.
“Muti!
Muti! Kamu di mana?!” teriak suara itu. Rupanya Mugi dan orangtuanya beserta
rombongan semut yang lain sedang mencari Muti yang tidak pulang-pulang ke
rumah. Muti pun segera keluar dari persembunyiannya. Ia sangat senang karena
keluarganya ternyata sibuk mencari dirinya.
“Kak
Mugi! Ayah! Ibu! Muti di sini!” jawab Muti dengan suara lantang. Orangtua Muti
bahagia sekali begitu melihat Muti. Muti pun segera dipeluknya erat-erat.
“Syukurlah
…. Kamu di sini. Ibu sangat khawatir denganmu, Nak “ kata Ibu Muti sambil
berlinang airmata. Muti pun ikut menangis bahagia, karena bertemu kembali
dengan keluarganya. Muti menyesal karena tidak menuruti perintah kakaknya.
“Makanya,
kalau sedang berbaris, ya ikut baris …. Jangan enggan untuk bersalam-salaman
dengan teman-teman yang kita temui di jalan, sebab bersalam-salaman adalah
kebiasaan baik yang harus kita jaga. Bukankah saling memaafkan itu perbuatan
terpuji dan mulia?” kata Ayah Muti.
“Iya
Mut …. Memang benar kata Ayah. Tuh kan akibatnya jika tidak menuruti perintah
Kakak?” tambah Mugi.
“Iya
Yah, Kak …. Terimakasih nasihatnya. Muti minta maaf ….” jawab Muti malu. Dan sejak
kejadian itu, Muti tidak lagi memisahkan diri dari barisan, dan tidak sungkan
untuk tetap bersalaman dengan semut-semut yang lain jika berpapasan di jalan.
Ia senang bergotong-royong dan hidup rukun dengan sesama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar Anda