25 Oktober 2011

PENYESALAN MUTI

Cerita Anak:

                                                                                     By: Puput Happy
“Ayo Muti, cepat baris! Kamu di belakangku ya?” suruh Mugi kepada Muti.
Mugi dan Muti adalah sepasang semut kakak beradik. Muti yang biasanya menuruti kata kakaknya, kali ini diam saja. Tetap berdiri di tempat dan tidak mau berbaris seperti semut-semut yang lain. Mugi pun mulai kesal.
“Muti! Cepat baris! Ayo ikut di belakang mereka! Nanti kamu tertinggal lho!” seru Mugi. Namun Muti tetap saja tidak mau berbaris dan berjalan mengikuti semut-semut yang lain sambil membawa makanan.
“Kamu kenapa sih tidak mau baris? Nanti dimarahi Ayah dan Ibu kalau mereka tahu!” kata Mugi mengingatkan.. Ia pun mulai marah.
“Tidak mau! Aku mau di sini saja. Jalan sendiri, tidak perlu baris” jawab Muti.
“Lho, tapi kenapa?”
“Aku malas, sebab nanti kalau bertemu dengan yang lain selalu bersalam-salaman. Kan capek!” jawab Muti.
“Aduh Muti …. Memangnya kenapa kalau bersalaman? Bukankah itu kebiasaan baik? Lagi pula itu kan tradisi kita …. Setiap berpapasan dengan teman-teman harus bersalaman ….”
“Pokoknya Muti tidak mau! Muti mau berjalan sendirian saja. Kalau Kak Mugi mau berbaris seperti yang lain, silakan saja, tapi Muti mau jalan sendiri, tidak mau baris!” jawab Muti.
“Ya sudah, kalau kamu tidak mau ikut baris dengan kami. Tapi kamu jaga diri baik-baik ya?” kata Mugi mengingatkan.
“Ya Kak ….” jawab Muti senang. Muti merasa gembira karena terbebas dari kebiasaan berbaris dan bersalam-salaman dengan semut yang lain.
Di saat Muti terpisah jauh dari rombongan semut yang berbaris tadi, Muti mulai ketakutan, sebab ia sendirian. Apalagi ia melihat ada seekor landak betrjalan mendekatinya. Lidahnya yang panjang siap menerkam Muti. Aku harus lari! pikir Muti. Muti pun segetra berlari kencang.
Huhh! Huhh! Huhh! Hhhhuuuff …..” Nafas Muti ngos-ngosan. Karena tidak ingin dimangsa landak itu, ia pun segera masuk ke lubang tanah yang ada di depannya. Beruntung sang landak tidak melihatnya.
Di dalam lubang tanah, Muti menangis sambil memanggil kakaknya,
“Kak Mugi …. Huhuhuhu ….. Aku takut …..” serunya pelan. Cukup lama Muti bersembunyi di dalam lubang. Dan beberapa saat kemudian Muti mendengar namanya dipanggil-panggil. Muti mengenal suara itu.
“Muti! Muti! Kamu di mana?!” teriak suara itu. Rupanya Mugi dan orangtuanya beserta rombongan semut yang lain sedang mencari Muti yang tidak pulang-pulang ke rumah. Muti pun segera keluar dari persembunyiannya. Ia sangat senang karena keluarganya ternyata sibuk mencari dirinya.
“Kak Mugi! Ayah! Ibu! Muti di sini!” jawab Muti dengan suara lantang. Orangtua Muti bahagia sekali begitu melihat Muti. Muti pun segera dipeluknya erat-erat.
“Syukurlah …. Kamu di sini. Ibu sangat khawatir denganmu, Nak “ kata Ibu Muti sambil berlinang airmata. Muti pun ikut menangis bahagia, karena bertemu kembali dengan keluarganya. Muti menyesal karena tidak menuruti perintah kakaknya.
“Makanya, kalau sedang berbaris, ya ikut baris …. Jangan enggan untuk bersalam-salaman dengan teman-teman yang kita temui di jalan, sebab bersalam-salaman adalah kebiasaan baik yang harus kita jaga. Bukankah saling memaafkan itu perbuatan terpuji dan mulia?” kata Ayah Muti.
“Iya Mut …. Memang benar kata Ayah. Tuh kan akibatnya jika tidak menuruti perintah Kakak?” tambah Mugi.
“Iya Yah, Kak …. Terimakasih nasihatnya. Muti minta maaf ….” jawab Muti malu. Dan sejak kejadian itu, Muti tidak lagi memisahkan diri dari barisan, dan tidak sungkan untuk tetap bersalaman dengan semut-semut yang lain jika berpapasan di jalan. Ia senang bergotong-royong dan hidup rukun dengan sesama.
***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar Anda