25 Oktober 2011

Bukan Pemuda Melankolis dan Tidak Berkarakter

Artikel



By: Puput Happy (Futicha Turisqoh)

Melihat fenomena yang ada, semakin tergambar jelas pemuda-pemuda masa kini yang cenderung melankolis, cengeng dan tidak gentleman. Zaman semakin maju, dan persaingan hidup semakin keras, jadi rasanya sudah bukan waktunya lagi para pemuda bermental ala kadarnya. Kecerdasan, kegesitan, dan selalu berpikir maju dan positiflah yang lebih layak untuk dikembangkan agar nantinya kesiapan menjalani hidup menjadi lebih mudah dan terarah.
Meski sikap melankolis yang berlebihan yang dialami anak muda saat ini bukan hal urgent, tapi jika dibiarkan terus-menerus akan dapat merusak generasi bangsa ke depannya. Pemuda penerus bangsa seharusnya tidak boleh melankolis, tapi musti bermental baja dan memiliki iman yang kokoh, sehingga tahan banting melawan segala resistansi kehidupan, tidak akan mudah goyah dan roboh diterpa oleh variabel permasalahan hidup
Ketika pondasi itu telah tertanam dengan kuat di hati para pemuda, maka hal itu sudah cukup untuk dapat menjaga dan memfilter pemuda tersebut dari segala macam noise kehidupan. Diperlukan komponen lain yang dapat mengajak pemuda dan masyarakat lain untuk turut serta dalam perjuangan mulia ini, yaitu semangat dan kemauan yang kuat.
Melihat fenomena pemuda sekarang yang cenderung melankolis, yang pada akhirnya kurang berjiwa patriotisme dan berkarakter, membuat saya perihatin. Saya yang berkecimpung di dalam dunia pendidikan, menjadi tergerak hatinya untuk mengubahnya. Hal itulah yang mendorong saya untuk aktif mengikuti pelatihan-pelatihan maupun seminar tentang membangun karakter Bangsa. Salah satunya saat saya mengikuti Pelatihan Sosialisasi Nasionalisme dan Karakter Bangsa pada Guru Pembina Siswa TK/SD Kabupaten Tegal di Slawi, 13 Juli 201l yang lalu.
Latar belakang pentingnya pembinaan nasionalisme dan karakter bangsa melalui jalur pendidikan adalah adanya amanat UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional juga karena adanya fenomena di lingkungan masyarakat. Sehingga memunculkan berbagai refleksi bangsa yang semua itu hanya kita sendiri yang bisa menjawabnya. Seperti, apakah sekarang ini kita masih bangga terhadap Indonesia? Hampir sebagian besar masyarakat Indonesia yang mulai kehilangan rasa bangga dan cintanya kepada bangsa Indonesia, hingga memunculkan pertanyaan: kapan terakhir kita merasa bangga terhadap Indonesia? Marilah kita melakukan intropeksi dan memperbaiki hal-hal yang perlu kita benahi menjadi lebih baik lagi.
Pembinaan nasionalisme dan karakter bangsa pada satuan pendidikan dilatarbelakangi oleh masalah kemerosotan moral yang berdampak menipisnya nasionalisme terhadap peserta didik menjadi keprihatinan semua pihak baik orang tua, guru, masyarakat dan pemerintah.
Pendidikan jenjang taman kanak-kanak dan sekolah dasar adalah merupakan wahana strategis dalam pembinaan nasionalisme dan karakter bangsa, karena peserta didik pada masa tersebut memiliki kateristik yang unik. Sifat kepribadian yang terbuka, apa adanya merupakan ciri yang dimilikinya. Dengan demikian, jika ada pengaruh dari luar maka dengan mudah diterima, sebab mereka belum mampu untuk menganalisa suatu masalah sehingga apa yang dilihat dan didengar secara langsung ditiru. Untuk itu, masa yang sedang tumbuh dan berkembang secara psikologis, perlu bimbingan dan keteladanan yang baik dari para guru dan tenaga kependidikan di sekolah, keluarga di rumah, maupun, masyarakat di lingkungan sekitar.
Sedangkan tujuan pembinaan nasionalisme dan karakter bangsa diajarkan di taman kanak-kanak dan sekolah dasar adalah:
a.       Untuk mengembangkan potensi yang positif kepada peserta didik sebagai generasi muda yang memiliki kepribadian luhur.
b.      Untuk menumbuhkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, dan memiliki jati diri bangsa.
c.       Untuk menumbuhkembangkan kebiasaan peserta didik yang berperilaku terpuji sesuai dengan nilai-nilai budaya yang relegius.
d.      Untuk menanamkan jiwa kepemimpinan yang demokratis dan penuh rasa tanggung  jawab.
e.       Untuk pembinaan kepada peserta didik dalam menciptakan lingkungan sekolah kondusif.
f.       Untuk menumbuhkan rasa percaya diri dan bangga sebagai bangsa Indonesia di tengah arus globalisasi.
g.      Sebagai upaya tindakan preventif kepada peserta didik terhadap perilaku-perilaku yang dapat merendahkan kepribadian dan jati diri bangsa.
Sasaran pembinaan nasionalisme dan karakter bangsa melalui jalur pendidikan pada jenjang taman kanak-kanak dan sekolah dasar adalah kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan dan peserta didik. Sedangkan peran guru dalam pembinaan nasionalisme dan karakter bangsa sangat dominan, karena selain sebagai perancang pembelajaran dengan mengintegrasikan nilai-nilai nasionalisme dalam suatu mata pelajaran, juga sekaligus pelaku praktikan dalam pembelajaran. Sehingga berhasil dan tidaknya pembinaan nasionalisme dan karakter bangsa melalui pembelajaran banyak bergantung pada kompetensi guru dalam mengelola pembelajaran. Maka dalam hal ini profesionalitas guru sangat dibutuhkan.
  Tenaga kependidikan di sekolah juga memiliki tugas yang cukup penting, yaitu membantu pelaksanaan pembinaan nasionalisme dan karakter bangsa baik dalam administrasi maupun praktik. Selain tugas-tugas pokok di atas, kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan juga memiliki tugas mulia yang sangat penting. Yaitu memberi keteladanan kepada peserta didik melalui pembiasaan baik dalam ucapan, bersikap maupun bertindak yang mencerminkan nilai-nilai nasionalisme dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga peserta didik dengan melalui pembelajaran dan keteladan semua anggota sekolah mampu mempraktikkan dan melaksanakan nilai-nilai nasionalisme dalam kehidupan di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Untuk mendorong tercapainya pembinaan nasionalisme dan karakter bangsa terhadap peserta didik, Dinas Pendidikan bekerjasama dengan instansi terkait secara aktif dan terpogram mengadakan kegiatan kreatif dan inovatif untuk peserta didik. Kegiatan tersebut misalnya paduan suara,baca puisi, karnaval, dan kegiatan lain yang bertemakan wawasan kebangsaan.
Sekolah dengan keterbatasan baik sarana maupun personal, maka pihak sekolah  dapat menjalin mitra kerja dengan instansi/lembaga terkait dalam pembinaan nasionalisme dan karakter bangsa, misalnya Koramil, Polsek, PGRI, Kwartir Ranting Gerakan Pramuka, Puskesmas, Kementrian Agama, Kehakiman, Pengadilan, Lembaga Swadaya Masyarakat dan sebagainya.
Melalui kerja sama tersebut pihak sekolah akan mendapat dukungan dari instansi-instansi tersebut, baik berupa keragaman materi, budaya disiplin, maupun keluasan jangkauan sosialisasi. Hal ini penting karena sekeras apapun upaya sekolah dalam membina semangat nasionalisme akan kurang berarti jika di luar sekolah mereka menyaksikan hal-hal yang justru berlawanan dengan jiwa dan semangat nasionalisme.
Pembinaan nasionalisme dan karakter bangsa melalui jalur pendidikan di Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar bertujuan untuk menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai:
(1)  Kesadaran Berbangsa dan Bernegara,
(2) Kecintaan Terhadap Tanah Air,
(3) Keyakinan pada Pancasila sebagai Ideologi, Dasar, dan Falsafah Negara,
(4) Kerelaan Berkorban untuk Bangsa dan Negara,
(5) Kemampuan Awal Bela Negara.
Upaya tersebut dilakukan melalui aktivitas pembinaan dan pembiasaan di sekolah.
Aktivitas pembinaan dilakukan dengan mengintegrasikan nilai-nilai nasionalisme dalam Kompetensi Dasar setiap mata pelajaran yang relevan. Selanjutnya, dalam penyajian pembelajaran guru mengintegrasikan nilai- nilai nasionalisme bersamaan dengan penyajian materi dari mata pelajaran yang diikuti. Jadi, nasionalisme tidak berdiri sebagai mata pelajaran tersendiri, namun “dititipkan” pada mata pelajaran yang relevan. Melalui pola ini, anak diharapkan memahami nilai-nilai nasionalisme secara alamiah, tanpa disadari, dan tanpa terkesan sebagai suatu indoktrinasi.
Aktivitas pembiasaan dilakukan dengan membiasakan peserta didik bersikap dan berperilaku yang mencerminkan semangat nasionalisme. Misalnya, berdisiplin, tertib, cinta kebersihan, setia kawan, peduli pada sesama, hormat pada guru/orang tua, rajin belajar, giat bekerja, dan nilai-nilai lain yang relevan. Melalui strategi ini, diharapkan anak tidak hanya memahami nilai dan makna nasionalisme, tapi lebih jauh anak mampu mengamalkan/membiasakan semangat nasionalisme itu dalah perilakunya sehari-hari, baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat.
Lima nilai dasar nasionalisme yang dibina dan dikembangkan melalui jalur pendidikan secara prinsip sama untuk setiap jenjang pendidikan. Namun, bentuk pelaksanaannya berbeda sesuai tingkat perkembangan peserta didik, karakteristik jenjang pendidikan, dan situasi lingkungan sosial. Demikian pula, dalam satu jenjang pendidikan yang sama juga akan terjadi variasi dalam pembinaan nilai nasionalisme .
Itulah yang menjadi pemikiran kita bersama dalam mengantisipasi karakter Bangsa pada anak didik supaya menjadi  lebih berkepribadian sesuai harapan Bangsa, yang tidak melankolis apalagi sampai tidak bermoral. Latar belakang pembinaan nasionalisme juga lebih dititikberatkan karena adanya 4 krisis yang melanda bangsa dan tantangan bangsa itu sendiri. Bangsa kita dilanda 4 krisis, di antaranya: krisis identitas, krisis karakter, krisis ideologi dan krisis kepercayaan. Anak bangsa tidak percaya lagi pada pemimpin bangsa. Mengapa bisa demikian? Pertanyaan ini buat PR kita semua. Bisakah kita mengembalikan kepercayaan mereka kepada pemimpin bangsa? Padahal letak dari kemajuan suatu bangsa adalah rasa percaya yang tinggi terhadap pemimpin bangsa. Sedangkan tantangan bangsa di antaranya globalisasi, kemajuan iptek, daya saing, dan AFTA (perdagangan bebas). Ini semua butuh waktu panjang untuk menjabarkannya dan dicarikan jalan keluarnya agar pembinaan nasionalisme dan karakter bangsa berhasil.
Nasionalisme dan karakter bangsa harus disosialisasikan oleh semua guru agar terbentuk anak didik yang berkarakter bangsa dan berjiwa patriotisme. Namun begitu, sekolah bukanlah faktor utama, sebab ada tiga faktor utama pembentuk pembiasaan, yaitu: keluarga, lingkungan, dan sekolah. Jadi sebenarnya keluargalah yang paling menentukan keberhasilan dalam mendidik anak bangsa. Sehingga adanya komunikasi yang baik antara sekolah dengan keluarga anak didik menjadi hal penting yang perlu kita perhatikan bersama, khususnya oleh para guru. Dan dilanjutkan dengan adanya komunikasi yang baik antara orangtua dan anak, sehingga kerjasama yang baik ini mampu mewujudkan cita-cita kita bersama, yaitu bangsa Indonesia yang berkarakter dan berjiwa patriotisme. Ada satu nasihat yang patut kita renungi bersama: hendaknya kita bersyukur lebih banyak, mengeluh lebih sedikit, dan saling memberi semangat.
Tanpa adanya pengorbanan, tidak akan ada hasil yang dicapai, karena tiap orang sibuk untuk berjuang sendiri-sendiri untuk menjadi yang terbaik dan terdepan. Ayo pemuda, siapkan diri untuk menyongsong masa depan! ^_^
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar Anda