By: Puput Happy (Futicha Turisqoh)
Melihat fenomena yang ada, semakin
tergambar jelas pemuda-pemuda masa kini yang cenderung melankolis, cengeng dan
tidak gentleman. Zaman semakin maju, dan persaingan hidup semakin keras, jadi
rasanya sudah bukan waktunya lagi para pemuda bermental ala kadarnya.
Kecerdasan, kegesitan, dan selalu berpikir maju dan positiflah yang lebih layak
untuk dikembangkan agar nantinya kesiapan menjalani hidup menjadi lebih mudah
dan terarah.
Meski sikap melankolis yang
berlebihan yang dialami anak muda saat ini bukan hal urgent, tapi jika
dibiarkan terus-menerus akan dapat merusak generasi bangsa ke depannya. Pemuda
penerus bangsa seharusnya tidak boleh melankolis, tapi musti bermental baja dan
memiliki iman yang kokoh, sehingga tahan banting melawan segala resistansi
kehidupan, tidak akan mudah goyah dan roboh diterpa oleh variabel permasalahan
hidup
Ketika pondasi itu telah tertanam
dengan kuat di hati para pemuda, maka hal itu sudah cukup untuk dapat menjaga
dan memfilter pemuda tersebut dari segala macam noise kehidupan. Diperlukan
komponen lain yang dapat mengajak pemuda dan masyarakat lain untuk turut serta
dalam perjuangan mulia ini, yaitu semangat dan kemauan yang kuat.
Melihat fenomena pemuda sekarang
yang cenderung melankolis, yang pada akhirnya kurang berjiwa patriotisme dan
berkarakter, membuat saya perihatin. Saya yang berkecimpung di dalam dunia
pendidikan, menjadi tergerak hatinya untuk mengubahnya. Hal itulah yang
mendorong saya untuk aktif mengikuti pelatihan-pelatihan maupun seminar tentang
membangun karakter Bangsa. Salah satunya saat saya mengikuti Pelatihan
Sosialisasi Nasionalisme dan Karakter Bangsa pada Guru Pembina Siswa TK/SD
Kabupaten Tegal di Slawi, 13 Juli 201l yang lalu.
Latar
belakang pentingnya pembinaan nasionalisme dan karakter bangsa melalui jalur
pendidikan adalah adanya amanat UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan
Nasional juga karena adanya fenomena di lingkungan masyarakat. Sehingga
memunculkan berbagai refleksi bangsa yang semua itu hanya kita sendiri yang
bisa menjawabnya. Seperti, apakah sekarang ini kita masih bangga terhadap
Indonesia? Hampir sebagian besar masyarakat Indonesia yang mulai kehilangan
rasa bangga dan cintanya kepada bangsa Indonesia, hingga memunculkan
pertanyaan: kapan terakhir kita merasa bangga terhadap Indonesia? Marilah kita
melakukan intropeksi dan memperbaiki hal-hal yang perlu kita benahi menjadi
lebih baik lagi.
Pembinaan nasionalisme dan karakter bangsa pada
satuan pendidikan dilatarbelakangi oleh
masalah kemerosotan moral yang berdampak menipisnya nasionalisme terhadap
peserta didik menjadi keprihatinan semua pihak baik orang tua, guru, masyarakat
dan pemerintah.
Pendidikan
jenjang taman kanak-kanak dan sekolah dasar adalah merupakan wahana strategis
dalam pembinaan nasionalisme dan karakter bangsa, karena peserta didik pada
masa tersebut memiliki kateristik yang unik. Sifat kepribadian yang terbuka,
apa adanya merupakan ciri yang dimilikinya. Dengan demikian, jika ada pengaruh
dari luar maka dengan mudah diterima, sebab mereka belum mampu untuk
menganalisa suatu masalah sehingga apa yang dilihat dan didengar secara
langsung ditiru. Untuk itu, masa yang sedang tumbuh dan berkembang secara
psikologis, perlu bimbingan dan keteladanan yang baik dari para guru dan tenaga
kependidikan di sekolah, keluarga di rumah, maupun, masyarakat di lingkungan
sekitar.
Sedangkan
tujuan pembinaan nasionalisme dan karakter bangsa diajarkan di taman
kanak-kanak dan sekolah dasar adalah:
a. Untuk
mengembangkan potensi yang positif kepada peserta didik sebagai generasi muda
yang memiliki kepribadian luhur.
b. Untuk
menumbuhkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, dan
memiliki jati diri bangsa.
c. Untuk
menumbuhkembangkan kebiasaan peserta didik yang berperilaku terpuji sesuai
dengan nilai-nilai budaya yang relegius.
d. Untuk
menanamkan jiwa kepemimpinan yang demokratis dan penuh rasa tanggung jawab.
e. Untuk
pembinaan kepada peserta didik dalam menciptakan lingkungan sekolah kondusif.
f. Untuk
menumbuhkan rasa percaya diri dan bangga sebagai bangsa Indonesia di tengah
arus globalisasi.
g. Sebagai
upaya tindakan preventif kepada peserta didik terhadap perilaku-perilaku yang
dapat merendahkan kepribadian dan jati diri bangsa.
Sasaran pembinaan
nasionalisme dan karakter bangsa melalui jalur pendidikan pada jenjang taman
kanak-kanak dan sekolah dasar adalah kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan
dan peserta didik. Sedangkan
peran guru dalam pembinaan nasionalisme dan karakter bangsa sangat
dominan, karena selain sebagai perancang pembelajaran dengan mengintegrasikan
nilai-nilai nasionalisme dalam suatu mata pelajaran, juga sekaligus pelaku
praktikan dalam pembelajaran. Sehingga berhasil dan tidaknya pembinaan
nasionalisme dan karakter bangsa melalui pembelajaran banyak bergantung pada
kompetensi guru dalam mengelola pembelajaran. Maka dalam hal ini
profesionalitas guru sangat dibutuhkan.
Tenaga kependidikan di sekolah juga
memiliki tugas yang cukup penting, yaitu membantu pelaksanaan pembinaan
nasionalisme dan karakter bangsa baik dalam administrasi maupun praktik. Selain
tugas-tugas pokok di atas, kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan juga
memiliki tugas mulia yang sangat penting. Yaitu memberi keteladanan kepada peserta
didik melalui pembiasaan baik dalam ucapan, bersikap maupun bertindak yang
mencerminkan nilai-nilai nasionalisme dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga
peserta didik dengan melalui pembelajaran dan keteladan semua anggota sekolah
mampu mempraktikkan dan melaksanakan nilai-nilai nasionalisme dalam kehidupan
di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Untuk
mendorong tercapainya pembinaan nasionalisme dan karakter bangsa terhadap
peserta didik, Dinas Pendidikan bekerjasama dengan instansi terkait secara
aktif dan terpogram mengadakan kegiatan kreatif dan inovatif untuk peserta
didik. Kegiatan tersebut misalnya paduan suara,baca puisi, karnaval, dan
kegiatan lain yang bertemakan wawasan kebangsaan.
Sekolah
dengan keterbatasan baik sarana maupun personal, maka pihak sekolah dapat menjalin mitra kerja dengan
instansi/lembaga terkait dalam pembinaan nasionalisme dan karakter bangsa,
misalnya Koramil, Polsek, PGRI, Kwartir Ranting Gerakan Pramuka, Puskesmas,
Kementrian Agama, Kehakiman, Pengadilan, Lembaga Swadaya Masyarakat dan
sebagainya.
Melalui
kerja sama tersebut pihak sekolah akan mendapat dukungan dari instansi-instansi
tersebut, baik berupa keragaman materi, budaya disiplin, maupun keluasan
jangkauan sosialisasi. Hal ini penting karena sekeras apapun upaya sekolah
dalam membina semangat nasionalisme akan kurang berarti jika di luar sekolah
mereka menyaksikan hal-hal yang justru berlawanan dengan jiwa dan semangat
nasionalisme.
Pembinaan
nasionalisme dan karakter bangsa melalui jalur pendidikan di Taman Kanak-Kanak
dan Sekolah Dasar bertujuan untuk menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai:
(1)
Kesadaran Berbangsa dan Bernegara,
(2) Kecintaan Terhadap Tanah Air,
(3) Keyakinan pada Pancasila
sebagai Ideologi, Dasar, dan Falsafah Negara,
(4) Kerelaan Berkorban untuk Bangsa
dan Negara,
(5) Kemampuan Awal Bela Negara.
Upaya tersebut dilakukan melalui
aktivitas pembinaan dan pembiasaan di sekolah.
Aktivitas
pembinaan dilakukan dengan mengintegrasikan nilai-nilai nasionalisme dalam
Kompetensi Dasar setiap mata pelajaran yang relevan. Selanjutnya, dalam
penyajian pembelajaran guru mengintegrasikan nilai- nilai nasionalisme
bersamaan dengan penyajian materi dari mata pelajaran yang diikuti. Jadi,
nasionalisme tidak berdiri sebagai mata pelajaran tersendiri, namun
“dititipkan” pada mata pelajaran yang relevan. Melalui pola ini, anak
diharapkan memahami nilai-nilai nasionalisme secara alamiah, tanpa disadari,
dan tanpa terkesan sebagai suatu indoktrinasi.
Aktivitas
pembiasaan dilakukan dengan membiasakan peserta didik bersikap dan berperilaku
yang mencerminkan semangat nasionalisme. Misalnya, berdisiplin, tertib, cinta
kebersihan, setia kawan, peduli pada sesama, hormat pada guru/orang tua, rajin
belajar, giat bekerja, dan nilai-nilai lain yang relevan. Melalui strategi ini,
diharapkan anak tidak hanya memahami nilai dan makna nasionalisme, tapi lebih
jauh anak mampu mengamalkan/membiasakan semangat nasionalisme itu dalah
perilakunya sehari-hari, baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat.
Lima
nilai dasar nasionalisme yang dibina dan dikembangkan melalui jalur pendidikan
secara prinsip sama untuk setiap jenjang pendidikan. Namun, bentuk
pelaksanaannya berbeda sesuai tingkat perkembangan peserta didik, karakteristik
jenjang pendidikan, dan situasi lingkungan sosial. Demikian pula, dalam satu
jenjang pendidikan yang sama juga akan terjadi variasi dalam pembinaan nilai
nasionalisme .
Itulah yang
menjadi pemikiran kita bersama dalam mengantisipasi karakter Bangsa pada anak
didik supaya menjadi lebih berkepribadian
sesuai harapan Bangsa, yang tidak melankolis apalagi sampai tidak bermoral.
Latar belakang pembinaan nasionalisme juga lebih dititikberatkan karena adanya
4 krisis yang melanda bangsa dan tantangan bangsa itu sendiri. Bangsa kita
dilanda 4 krisis, di antaranya: krisis identitas, krisis karakter, krisis
ideologi dan krisis kepercayaan. Anak bangsa tidak percaya lagi pada pemimpin
bangsa. Mengapa bisa demikian? Pertanyaan ini buat PR kita semua. Bisakah kita
mengembalikan kepercayaan mereka kepada pemimpin bangsa? Padahal letak dari
kemajuan suatu bangsa adalah rasa percaya yang tinggi terhadap pemimpin bangsa.
Sedangkan tantangan bangsa di antaranya globalisasi, kemajuan iptek, daya
saing, dan AFTA (perdagangan bebas). Ini semua butuh waktu panjang untuk
menjabarkannya dan dicarikan jalan keluarnya agar pembinaan nasionalisme dan
karakter bangsa berhasil.
Nasionalisme dan
karakter bangsa harus disosialisasikan oleh semua guru agar terbentuk anak
didik yang berkarakter bangsa dan berjiwa patriotisme. Namun begitu, sekolah
bukanlah faktor utama, sebab ada tiga faktor utama pembentuk pembiasaan, yaitu:
keluarga, lingkungan, dan sekolah. Jadi sebenarnya keluargalah yang paling
menentukan keberhasilan dalam mendidik anak bangsa. Sehingga adanya komunikasi
yang baik antara sekolah dengan keluarga anak didik menjadi hal penting yang
perlu kita perhatikan bersama, khususnya oleh para guru. Dan dilanjutkan dengan
adanya komunikasi yang baik antara orangtua dan anak, sehingga kerjasama yang
baik ini mampu mewujudkan cita-cita kita bersama, yaitu bangsa Indonesia yang
berkarakter dan berjiwa patriotisme. Ada satu nasihat yang patut kita renungi
bersama: hendaknya kita bersyukur lebih banyak, mengeluh lebih sedikit, dan
saling memberi semangat.
Tanpa adanya pengorbanan, tidak akan
ada hasil yang dicapai, karena tiap orang sibuk untuk berjuang sendiri-sendiri
untuk menjadi yang terbaik dan terdepan. Ayo pemuda, siapkan diri untuk
menyongsong masa depan! ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar Anda