06 November 2013

Modal Tetap Optimis


Silaturrahmi Bersama
Ustadz Tjahyadi Takariawan, S. Si. Apt
(Ketua Wilda Jatijaya dan Calon Anggota DPD RI)

Gedung Rakyat Slawi, 5 November 2013
Acara taujih dihadiri oleh pengurus DPD, DPC, dan caleg PKS, dihadiri juga oleh Ki Enthus Sumono yang telah memenangkan pilbup kemarin dan akan menjabat  sebagai Bupati Tegal periode 2014-2019. Beliau memberikan sambutan dan sempat menyampaikan pesan Ustadz Fikri Faqih kepada Beliau agar para pendukungnya tidak lagi mengatakan PKS itu wahabi, sebab ini fitnah yang sangat menyakitkan bagi para kader PKS. Bahkan Ki Enthus sendiri sangat salut kepada para kader PKS yang terbilang mumpuni. Ia mengajak masyarakat Tegal khususnya PKS untuk bersama-sama memajukan Tegal menjadi lebih baik lagi.
Selanjutnya, sambutan Ustadz Tjahyadi  Takariawan yang menyemangati para kader PKS untuk mengikuti slogan Annis Matta di tahun ini, yaitu: Tetap Optimis!
Menurut Beliau, ada 3 modal untuk tetap optimis, yaitu:
Pertama, modal visi yang kita miliki, sebagai visi peradaban.
Pembinaan rutin setiap sepekan sekali yang kita lakukan bukan dalam koridor  memperjuangkan seseorang, tetapi dalam rangka mencapai tujuan yang kita harapkan. PKS yang didirikan  sejak tahun 1998, sebagai satu-satunya partai yang pemimpinnya disebut “Presiden”, dengan tujuan agar kadernya tidak berambisi untuk menjadi presiden. Jadi visi yang kita miliki bukan berdasarkan proposal-proposal atau keinginan-keinginan pribadi/seseorang. Kegiatan yang kita lakukan bukanlah keinginan pribadi, tapi keinginan partai, seperti kegiatan mukhoyyam, jadi malasnya seperti apa ya tetap dijalani, karena itu kegiatan wajib dalam PKS.  Politik jangan dilihat dari segi praktisnya, sebab nantinya hanya capek yang didapat, tapi lihatlah dari segi ideologinya. Film “Alangkah Lucu Negeri Ini” bisa kita tonton dan diambil ibrohnya. Politik itu untuk menjaga agama dan dunia. Politik itu bagian yang utuh dari agama, seperti kita aman mengenakan busana muslimah karena ada dukungan dari agama. Kita lihat di negeri Perancis, ada larangan memakai simbol-simbol agama di tempat umum. Kenapa dilarang? Itu karena di sana tidak ada yang menjaganya, yaitu agama, sehingga orang Islam menderita di sana. Sama ketika terjadi pembantaian di Andalusia. Oleh karena itu, jangan semata-mata melihat politik dari segi  praktisnya, tapi ujung yang kita lakukan untuk meretas peradaban, bukan dari peradaban-peradaban personal.
Saat ini kita belum memiliki media yang memadai. Seperti ungkapan Jokowi yang sering mengadakan blusukan-blusukan, itu karena jasa media. Padahal kader-kader PKS dari dulu juga sering blusukan, tapi tidak dipublikasikan/diberitakan oleh media, sebab kita blusukan untuk mendekatkan diri dengan masyarakat. Seperti Gubernur Maluku Utara, Abdul Ghani Kasuba, Beliau adalah aktivis PKS yang selalu blusukan tapi tidak pernah diberitakan. Sementara Jokowi  memiliki tim branding yang diatur untuk diberitakan. Justru kita bekerja bukan dengan tujuan untuk masuk Koran-koran dan terkenal. Jadi sebenarnya kita yang lebih blusukan  dari Jokowi atau pejabat-pejabat yang diekspose media. Yang kita kerjakan karena punya visi, yang membuat kita tidak capek.
Kedua, modal kesejarahan.
Sebelum PKS berdiri di tahun 1998, di tahun 1982 hanya ada 4 orang (ustadz Hilmi, Ali Segaf Aljufri, Rahmat Abdullah, dan Mashadi) yang mendirikan PK (Partai Keadilan).  Mereka (baca: yang membuat partai) adalah orang-orang yang menyamakan visi dan misi, yang berbekal  konsistensi. Kita punya sejarah dari 4 orang itu, yang hingga kini telah menjadi besar. Kader kita sudah banyak yang duduk di pemerintahan.
Ketiga, modal SDM (Sumber Daya Manusia), dalam hal ini generasi muda yang penuh semangat dan ide, sebab yang selalu melakukan perubahan adalah yang muda.
Kembali kepada sikap yang tetap optimis, bahwa segala musibah yang  sedang mengguncang PKS pasti akan bisa teratasi, terbukti kini bahwa apa yang telah dituduhkan kepada LHI adalah salah dan kini telah mulai terkuak kebenarannya, dengan adanya pengakuan-pengakuan Fathanah belakangan ini. Padahal seharusnya LHI harus divonis bebas murni! Dua tuduhan terhadap LHI, yaitu tuduhan korupsi dan TPPU (Tindak Pidana Pencucian Uang) adalah dalam rangka mempengaruhi kementerian pertanian untuk menaikkan quota harga impor daging. Itu bukan korupsi, tapi perdagangan pengaruh, yang hingga kini belum ada Undang-Undangnya. Ini pengadilan cacat dan sesat. Sekali lagi, tuduhan pertama LHI itu bukan korupsi, tapi perdagangan pengaruh. TPPU yang dituduhkan LHI seharusnya kepada Yudi Setiawan (pembobol bank), jadi logikanya gak nyambung. Yudi Setiawan harusnya diperiksa semuanya, terutama keluarganya. Mereka semua harusnya diadili. Tapi kenapa cuma LHI yang dituduh? Inilah bagian-bagian dari ketidakjelasan di negeri ini. Masyarakat sering menuduh serampangan terhadap PKS dengan sebutan SAPI. Opini orang terhadap sebutan SAPI terhadap PKS seperti telah dirancang di pengadilan-pengadilan. LHI sudah terlanjur dianggap sebagai orang yang bersalah, itu karena akibat opini media. Sementara kasus Century hingga kini masih gelap dan seolah dibiarkan begitu saja.
Kita sudah memiliki banyak bekal untuk membuat kita tetap optimis, karena itu kita tetap harus bergerak. ^_^

****








Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar Anda