By: Futicha Turisqoh
Ada
pengalaman berharga saat aku aktif mengikuti hiruk pikuknya Grup di FB
yang bernama Grup Bupati Tegal 2014-2019. Saya tertarik mengikutinya
karena ingin tahu ada apa disana. Pada awalnya saya enjoy-enjoy saja,
sebab tidak ada yang kuanggap serius komentar-komentar para anggotanya.
Namun menjelang pilbup, grup tersebut mulai memanas, karena hawa-hawa
“menyeramkan” mulai mengganggu kenyamanan saya disana. Kata-kata kotor
mulai banyak mewarnai komentar-komentar para anggotanya. Kata makian,
hujatan, hinaan, bahkan fitnahan mulai menyerang pendukung
lawan-lawannya. Yang paling sering dihina dan difitnah adalah paslon
Fikri-Kahar, dimana Fikri-Kahar adalah paslon yang diusung oleh partai
PKS, Hanura, Buruh, dan PKNU. Seperti kita ketahui, PKS saat ini sedang
dihajar habis-habisan oleh media dengan pemberitaan yang sangat
menyakitkan, dan itu berimbas pada pilbup kemarin, 27 Oktober 2013,
dimana para pendukung lawannya memanfaatkan “jatuhnya” PKS dengan
komentar-komentar yang
menyinggung perasaan para pendukung dan relawan Fikri-Kahar, seperti
ungkapan Wahabi, Sapi, LHI, Fustun, Fathanah, Yahudi, gambar-gambar
porno, dan lain-lain menjadi makanan sehari-hari pendukung Fikri Berkah
(singkatan dari Fikri Bersama Kahar).
Beberapa
pendukung Fikri Berkah pun mulai tersulut emosinya, salah satunya saya.
Kebanyakan para pendukung dan relawan Fikri Berkah yang sudah senior
(baca: tertarbiyah dengan baik) lebih memilih diam saja, tidak
terpengaruh dengan komentar-komentar mereka yang menjatuhkan. Tapi bagi
simpatisan seperti saya, bagi saya kata-kata mereka yang sudah kelewatan
dan tidak bisa ditolerir, memicu saya untuk membalasnya. Sebenarnya
saya tahu, membalas komentar mereka hanya percuma saja, sebab komentar
sampah jika dibalas dengan komentar sampah ya gak ada bedanya. Tapi
mungkin karena dasar sifat saya yang tidak mau kalah dan tidak sudi
dihina terus-terusan, membuatku ingin komentar sesukaku,
untuk menumpahkan kemarahan yang sudah sampai ke ubun-ubun. Saking
marahnya, saya katakan “BODO” dan “BODONG” bagi mereka yang menghina
Fikri-Kahar, PKS, dan saya pribadi. Puas rasanya sudah ngatain
mereka BODO dan BODONG. Tapi sudah ditebak, mereka jadi kebakaran
jenggot dan menyebutku sebagai sesuatu yang sangat tidak berharga. Sakit
memang, tapi itu akibat kesalahanku sendiri, gara-gara tidak mampu
menjaga lidah. Kata-kata dan postingan status di grup itu pun jadi penuh
dengan hinaan. Hanya bedanya, kini aku yang lebih banyak dihina, bukan
paslon Fikri Berkah lagi. Mereka sudah mulai buka kartu dengan isi hati
mereka, dengan ungkapan-ungkapan simpatik pada orang-orang PKS yang
dikenal lembut, ramah, dan bersahaja, kecuali aku (^_^). Melihat
komentar-komentar mereka yang mulai bernada simpati kepada PKS, bisa
kuambil kesimpulan: sebenarnya mereka suka dengan PKS, yang membuat
mereka benci dengan PKS adalah karena mereka sudah terpengaruh oleh
pemberitaan media yang sangat ironis dengan visi misi PKS, sehingga kini
PKS dianggap partai yang hipokrit dan munafik.
Kembali
ke awal, setelah mereka tak henti-hentinya menyudutkanku, bahkan mereka
tak segan-segan memposting gambar-gambarku dengan ungkapan-ungkapan
yang membuatku malu, aku mencoba untuk diam dan tidak menggubrisnya.
Satu-satunya cara untuk bisa diam dan tidak bisa berkomentar lagi, aku
keluar dari grup itu. Sebab jika aku masih jadi anggota grup itu,
khawatir aku tergoda untuk cuap-cuap lagi. Ya kalau komentarnya baik,
kalau tidak? Bisa-bisa aku akan sama dengan mereka, hanya bisa memenuhi
kotak komentar dengan komentar-komentar sampah. Dan Alhamdulillah,
sekarang hawa panas pun mulai reda, terbukti tak ada lagi yang peduli
dengan postingan-postingan yang menghinakan aku. Hal ini menjadi
pembelajaran yang sangat berharga
bagiku, bahwa cara terbaik mengatasi itu semua hanyalah dengan DIAM.
Sebab, dengan membela mati-matian atau berkomentar sebagus apapun tetap
tidak akan berpengaruh bagi hati yang sudah dipenuhi dengan kebencian.
Benar kata Rasulullah, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, berkatalah yang baik atau diam”.
Saya pun jadi ingat dengan nasihat Pak Mario Teguh: “Belajarlah untuk diam. Heningkanlah hatimu dan tenangkanlah pikiranmu. Semuanya menjadi lebih jelas di dalam kedamaian.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar Anda