12 November 2013

MENULIS ITU MEMBAHAGIAKAN



Baca juga di: http://edukasi.kompasiana.com/2013/11/12/menulis-itu-membahagiakan-607326.html


1384250049698921434
By: Futicha Turisqoh from Ali Irfan

Ahad, 10 November 2013 pk. 14.00 WIB, Forum Lingkar Pena menggelar acara Dialog Interaktif Bersama Pak Cahyadi Takariawan dengan Tema “Menulis Itu Membahagiakan Hati” di BMT BUM Tegal, Jl. Perintis Kemerdekaan, Kota Tegal.

Menurut Pak Cah (panggilan akrab Pak Cahyadi), masyarakat kini terbagi menjadi 2, yaitu masyarakat dengan 2 dunia kegiatan, yakni masyarakat yang didominasi dengan dunia tonton menonton dan masyarakat yang didominasi dengan dunia tulis menulis. Masyarakat yang didominasi dengan dunia tonton menonton memiliki ciri khas, yaitu: obrolannya tidak pernah ilmiah akademis, yang istilahnya diskursus public. Cara bicaranya terpotong-potong, pola pikirnya terfragmentasi dan tidak logis cara berpikirnya. Di dunia tontonan penuh impossible, contoh: hidup kaya raya, mobil mewah, tiba-tiba saja kaya, yang gak jelas dari mana kekayaannya. Tapi kebalikannya, jika masyarakat didominasi budaya membaca dan tulis menulis cara bicaranya jadi lebih ilmiah.

Neil Postman anti televisi, karena ia merasa TV itu tidak ada nilai positifnya. Ia benci bukan main dengan televisi. Jadi sebaiknya kita harus berhenti nonton TV. Salah satu kemanfaatan dari menulis adalah terbentuknya karakter masyarakat yang suka membaca, berkata logis, urut,  ilmiah, dan suka menuangkan gagasan ekspresi. Di Indonesia budaya tulis menulis belum kuat, tapi tontonannya yang kuat sekali.

Kita jarang melihat orang Indonesia di tempat public baca buku. Padahal menulis itugak ada matinya. Bandingkan dengan industry. Industry penerbitan dan percetakan ada masanya, karena dunia semakin paperless. Isu Go Green menyebabkan penghematan kertas. Budaya kertas semakin lama semakin hilang, yang pada akhirnya masyarakat dunia semakin paperless. Efeknya banyak pemotongan pohon. Industry percetakan bisa tutup sekaligus.

Dulu ketika cetak foto lama, sekarang menemui kebangkrutan, karena lama-lama mengalami titik jenuh. Ada masa dimana ketika koran-koran sudah tidak lagi seperti koran konvensional. Semua beralih di dunia cyber. Jadi, yang tak pernah mati adalah penulisnya. Jika dikaitkan dengan industry kepenulisan, maka tak akan pernah mengalami kebangkrutan. Penulis bisa dilakukan oleh profesi apapun. Jika berhasil tembus, penghasilannya melebihi gaji polisi, dokter, bahkan professor. Pada akhirnya menjadi penulis itu menyehatkan dan membahagiakan, karena berdampak panjang. Saat Pak Cah muda, sempat membayangkan bisa keluar negeri, gimana caranya bisa kesana ya? Tapi berkat undangan buku, bedah buku karyanya dan sebagainya, seperti buku ke-33 yang berjudul Wonderful Husband, juga buku ke-44 yang berjudul Wonderful Couple dan buku-buku wonderful lainnya, membuat ia tidak hanya keliling Indonesia, tapi juga bisa keliling dunia. Kini seluruh provinsi di Indonesia sudah pernah disambangi. Semuanya berkat bedah buku dan pelatihan-pelatihan.

Penulis membahagiakan. Memang bahagia, karena begitu diundang semua ditanggung panitia. Menulislah, dan lihatlah apa yang akan terjadi.

“Usahakan jangan menggunakan nama pena,” kata beliau. “Pede aja punya nama, sebab Anda tidak tahu jalan hidup seperti apa nantinya. Anda boleh  merencanakan sesuatu, tapi Allah yang akan memutuskan. Men propose. Allah disposes.”

Kenapa jangan pakai nama pena? Kita lihat saja contohnya, Afifah Afra, seorang penulis terkenal, tapi begitu jadi caleg ternyata yang diperlukan nama aslinya, sementara masyarakat banyak yang tidak tahu nama aslinya. Begitu juga nama pak Cah. Orang lebih mengenal nama Cahyadi Takariawan, padahal  nama asli beliau adalah Tjahyadi Takariawan.

Ada kemanfaatan-kemanfaatan dari menulis. Ada orang terkenal, dan ada orang yang dikenal. Kita perlu dikenal, sebab  dengan kita dikenal tidak akan sulit menjelaskan siapa kita.
Menulis itu dunia tanpa batas, karena kita bisa melakukan apapun, sebagai apapun. Suatu saat jika kita jadi pejabat, pidato gak perlu dibuatkan, tapi tulis sendiri. Sebagai pejabat public, guru, dokter, RT, bisa nulis itu bagus. Jadi semua yang kita lakoni ini bisa nulis. Sampai saat ini orang terkaya gara-gara nulis contohnya JK Rowling dengan Harry Potter’s Mom-nya.

Ada cara untuk mengetahui sejauh mana nama kita dikenal. Tulis nama Anda di Google, adakah muncul nama Anda di dunia maya? Jika ada, itu artinya Anda dikenal. Dikenal itu penting. Yang bisa membuat diundang kemana-mana ya karena dikenal. Pak Cah pernah diundang mahasiswa Kairo Mesir karena dikenal, karena tulis menulis.

Ada 3 langkah untuk menulis:

Pertama, memiliki modal menulis. Bukan bakat, sebab bakat hanya dibutuhkan untuk jenis-jenis tertentu. Contoh menulis puisi. Tapi menulis secara umum tak perlu bakat. Menurut Nening Pranoto, paling pertama adalah tekad menulis. Begitu ada waktu, menulislah. Pak Cah lebih tersegmentasi pada tema keluarga dan pernikahan. Hampir 13 tahun jadi konselor, setiap hari mendapatkan konsultasi masalah keluarga.
Menurut beliau, buku sekarang beda banget dengan buku yang dulu.dulu awal lebih banyak merujuk karena takut salah. Di buku Wonderful Family saat ini tidak satupun memakai referensi. Etikanya gak boleh pakai nama klien. Menulis kasus secara umum untuk mengambil hikmahnya. Buku-buku beliau lahir dari aktivitasnya sebagai konselor. Nulis bukan karena bakat, tapi mau apa tidak menulis? Semua orang punya rasa bahasa yang berbeda, yang penting mau menulis. Banyak membaca akan membantu tulisan. Penulis akan lebih sering ke toko buku. Baca, lalu beli buku. Beli buku bisa jadi inspirasi untuk bikin buku bagus.

Banyak hal yang bisa kita jadikan bahan tulisan. Sebagai contoh, Kusamaryanti gara-gara nganterin dan nungguin anaknya setiap hari di sekolah, berinteraksi terus dengan ibu-ibu, banyak ngobrol, dan masing-masing cerita tentang anaknya, dan celoteh anak-anak bisa ia jadikan buku. Simple, apa saja bisa jadi tulisan.

Tulisan yang ditolak media jadikan buku! Memang itu ide konyol, tapi sah-sah saja, dan bisa jadi buku. Yang penting punya tekad, apa yang kita tulis terbitkan di media. Ditolak media nasional, bisa dikirim ke media wilayah. Ditolak juga, dikirim ke media lokal. Jika gak dimuat juga, koran apapun gak apa-apa. Jika gak dimuat juga, muat di bulletin sendiri. Pokoknya diterbitkan! Tekad itu penting. Baca tak kalah penting. Berinteraksi dengan siapapun juga penting.

Lebih mudahnya, buatlah akun di kompasiana. Apapun tulisannya pasti dimuat. Menulislah di kompasiana, dan lihatlah apa yang terjadi.

Kedua, memulai menulis. Apa saja. Tentang apapun.

Pak Cah sering menulis dari pengalaman, seperti ketika ia sering kesal dengan Lion Air yang sering delay sampai 6 jam. Lion Air melatih kesabaran. Jika ada penumpang marah-marah di kantor Lion Air, berarti itu penumpang pemula. Kalau penumpang senior, sabar  menunggu. Mengawali  menulis itu sulit, tapi kalau sudah menulis, susah mengakhirinya. Contoh ringan yang bisa kita jadikan tulisan, misal kita sedang transit, bikin tulisan judulnya “Transit”. ^_^

Ketiga, sosialisasikan tulisan kita.

At least, satu hari satu tulisan. Pengalaman-pengalaman kita setiap hari  tulis saja.Publish di manapun. Social media. Media online seperti kompasiana. Tulislah setiap hari. Yang Pak Cah pelajari dari kompasiana: orang lebih suka dengan yang diminati pembaca. Kumpulan tulisan jadikan buku. Pangsa pasar tidak suka buku rame-rame (antologi). Beliau belajar banyak hal dari kompasiana. Ada judul-judul yang diminati pembaca. Belajar dari tema apa yang diminati. Jika sudah sesuai tema, jadikan buku. Sarankan buat buku sendiri. Jangan juga bikin buku kapita selekta. Kumpulkan pertema. Ketika mengumpulkan tulisan, jangan apa adanya, tapi poles lagi, ditambah-tambahi. Pada level tertentu ada saat kita bisa buat buku sungguhan. Ada saatnya begitu. Paling gampang lagi menulis lewat blog!

Buku bisa menghasilkan profit, tapi pendapatan di luar itu jauh lebih banyak. Lewat bedah buku, undangan seminar, pelatihan-pelatihan, dan lain-lain yang berkaitan dengan buku. Buku hanya jendela saja, pintu saja. Tapi, di luar itu ada peluang dapat undangan kemana-mana untuk bicara. Buku itu pintu kita, jendela untuk mengenal kita.
Tema undangan adalah tulisan yang pernah dibuat Pak Cah di kompasiana. Simple. Semua request dari judul tulisan untuk bicara di undangan ceramah dan seminar.

Semakin pinter, semakin gak bisa nulis. Kenapa? Karena standar ilmiahnya tinggi. Ia tahu, menulis itu untuk memberikan kemanfaatan, jadi perlu kehati-hatian saat menulis ilmiah. Bagi orang biasa nulis ilmiah itu bagus, tapi kalau professor nulis ilmiah yang biasa-biasa saja tentu saja itu dianggap tidak bagus, sehingga merasa kesusahan saat menulis.

Konselor itu ada 2, konselor professional dan konselor social. Konseling professional itu konselor yang dibayar, karena bisa buka legalitasnya. Sedangkan konselor social bisa siapa saja. Fakultas tulis menulis itu tidak ada. Semakin maju Negara, semakin renik ilmunya. Itu namanya universitas kehidupan. Fakultas kepercayaan.

Pesan beliau:

- Kalau nanti Anda  menulis, yang pertama-tama jangan meributkan soal royalty. Dalam segala hal jangan menentukan fee. Mumpung masih muda, pastikan bisa jadi apa saja, jangan terpaku pada satu profesi.

- Gunakan nama asli di setiap tulisan kita. Hargai nama pemberian orangtua. Bagi yang sudah terlanjur menggunakan nama pena di setiap karyanya, jika cetak ulang gunakan nama asli. Mulai sekarang!

- Menulis itu jendela kita untuk mengenal dunia dan segalanya. Jadi, menulislah! ^_^

****

1384250297398766383

1384250389991443481

1384250481552571279

1384250595250870707

13842506921043903258

13842507801083694208

13842508701718317944

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar Anda