Pagi itu, sinar mentari menembus sela dedaunan, seakan ikut menyaksikan momen indah yang tak akan terlupakan. Dengan hati yang berdebar, aku menunggu di balik pintu, sementara langkah-langkah suamiku semakin mendekat.
Ia datang dengan wajah teduh dan senyum penuh keyakinan, ditemani keluarga serta sahabat yang setia mendampingi. Jas hitam dan peci yang ia kenakan membuatnya tampak begitu anggun, seakan benar-benar siap menyempurnakan separuh agamanya.
Di matanya, aku melihat ketulusan. Di senyumnya, aku merasakan keteguhan. Setiap langkah yang ia ayunkan menuju tempat ijab qabul, adalah tanda bahwa sebentar lagi doa-doa yang selama ini kupanjatkan akan segera terjawab.
Dan aku tahu, hari itu bukan sekadar pertemuan dua insan, melainkan awal perjalanan panjang dua hati yang dipersatukan dalam ikatan suci.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar Anda