Saat akhirnya ia duduk bersila di hadapan penghulu, suasana mendadak hening. Semua mata tertuju padanya, semua doa terpanjat di dalam hati masing-masing. Tangannya menggenggam erat, bibirnya melantunkan lafaz ijab qabul dengan suara yang mantap dan jelas.
Di detik itu, waktu seolah berhenti. Hanya ada satu kalimat suci yang akan mengubah seluruh jalan hidup kami. Dan ketika para saksi serentak mengucap kata “sah”, seakan langit ikut bersujud syukur.
Air mataku tak terbendung, bukan karena sedih, melainkan karena bahagia yang begitu dalam. Aku resmi menjadi istrinya, belahan jiwa yang akan mendampinginya dalam suka maupun duka.
Suasana pun pecah oleh senyum, pelukan, dan doa. Aku menatapnya—lelaki yang kini telah menjadi imamku—dengan perasaan penuh cinta. Hari itu, di hadapan keluarga dan sahabat, cinta kami dimeteraikan dalam janji suci yang insyaAllah akan abadi hingga akhir hayat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar Anda