26 April 2014

PENDIDIKAN KARAKTER ITU PENTING



By: Futicha Turisqoh

Kurikulum terbaru yang ada kini adalah pendidikan yang berkarakter, yang akan memacu kecerdasan intelektual pada peserta didik. Akan ada program seminar tiap semester atau paling tidak setahun sekali di TK/MI Miftahul Ulum Gumayun, Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal, sebagaimana yang telah disampaikan oleh Ketua Yayasan Miftahul Ulum Gumayun, Bp. Akhmad Salim, SE pada acara Seminar Pendidikan dengan tema “Peran Orangtua dalam Peningkatan Mutu Pendidikan yang Berkarakter” di Kampus KB – TK/MI Miftahul Ulum Gumayun, Senin, 17 Juni 2013 lalu.
Narasumber di acara seminar tersebut Drs. Ahmad Zahid, M. Pd. Beliau mengingatkan peserta seminar yang dihadiri oleh wali murid TK-MI Miftahul Ulum Gumayun agar meniatkan kehadirannya untuk mendapatkan ilmu dan ridho dari Allah SWT.
Apa itu karakter? Banyaknya tawuran, geng motor, pengguna narkoba, maraknya keping CD porno, generasi tua yang masih suka minum-minuman, korupsi, remaja merokok, main kartu, main suap, demo/unjuk rasa, dan lain-lain merupakan karakter anak Bangsa yang jauh dari harapan Bangsa itu sendiri. Lalu, bagaimana cara merubah karakter anak menjadi positif? Pertanyaan inilah yang membuat pemerintah mencoba  dengan membuat kurikulum pendidikan barkarakter di tahun 2013.
Beliau mengamati perbedaan sistem pendidikan organisasi Muhammadiyah dengan NU. Menurutnya, Muhammadiyah lebih condong kepada kerjasamanya, sedangkan NU lebih condong kepada kekeluargaannnya. Keduanya sama baiknya.
Banyaknya orangtua siswa yang hanya mengandalkan pendidikan putra-putrinya kepada beberapa guru dan satu kepala sekolah, apa itu adil dan fair? Sama sekali tidak! Bagaimanapun orangtua tetap punya andil penting dalam mendidik anak. Guru hanya bisa mendidik murid-muridnya di sekolah, selebihnya orangtualah yang punya banyak waktu di rumah untuk anak-anaknya. Waktu yang tersisa itulah yang seharusnya dimanfaatkan sebaik mungkin oleh para orangtua untuk mendidik anak, terutama pendidikan karakter pada anak.
Anak yang suka tawuran merupakan cerminan kurangnya pendidikan anak di rumah. Untuk mengantisipasi hal itu, tugas orangtua yang utama adalah memberi nama anak yang baik, nama yang mengandung doa, kemudian memperbagus akhlak anak, mengajarinya tulis baca, berenang, memanah, dan tidak memberinya makanan kecuali yang halal dan baik, lalu menikahkannya jika ketemu jodoh. (HR. Al-Hakim)
Ada beberapa pertanyaan yang dilontarkan guru dan orangtua murid pada acara seminar tersebut, di antaranya:
1.      Apakah pendidikan karakter bisa dirubah? Sebab ada yang berpendapat, bahwa karakter/watak seseorang itu tidak bisa dirubah, karena sudah mengakar pada diri seseorang.
Jawaban:
Pendidikan karakter bisa dirubah. Ada kisah, di Thailand tadinya tidak ada buah durian. Durian montong itu lebih besar dari durian-durian yang ada. Adanya durian montong karena ada budidaya. Disemaikan dulu, diberi pupuk, dan dipelihara dengan baik, sehingga ketika sudah berbuah menjadi durian yang enak.
Kurikulum berkarakter punya gambaran seperti itu. RPP dan lain-lain sudah ada skenarionya. Karakter bisa dirubah! Jangankan gen, yang lainpun bisa dirubah. Sebenarnya tidak hilang watak/karakter jelek itu, tapi yang ada: bagaimana cara memunculkan yang baik, agar yang jelek-jelek itu bisa hilang. Untuk itu perlu ada pembiasaan. Pembiasaan-pembiasaan buruk saaat kita kecil akan memunculkan sifat individual. Yakinkan, bahwa karakter anak itu bisa berubah. So, kuatkan pembiasaan! Seperti kebiasaan berdoa, bersedekah, sholat, ngaji, dan lain-lain.
2.      Disebutkan pada kisah seorang Johannes yang bisa mendidik seorang anak yang paling tidak bisa menjadi bisa hingga diikutkan pada olympiade dan berhasil memenangkannya, ini merupakan kisah yang menginspirasi kita, bahwa sebenarnya merubah seseorang dari gak bisa menjadi bisa, bisa kita lakukan. Pertanyaannya: adakah contoh lain dari kisah itu? Terutama kisah dari seorang muslim, bukan dari non muslim.
Jawaban:
Kisah muslim banyak, tapi mengambil kisah Johannnes yang non muslim karena kisah itu bisa menggugah kita untuk bisa merubah sesuatu yang mustahil menjadi tidak mustahil. Seperti kisah Imam Juhairi yang anaknya disusui orang lain, padahal sudah ada pesan jangan menyusui anaknya selain ibu kandungnya sendiri. Maka setelah Beliau mengetahuinya, dengan spontan beliau membersihkan perut anaknya dengan cara memuntahkannya, yang akhirnya setelah besar anak tersebutpun menjadi imam.
3.      Dari kisah-kisah yang ada, seperti adanya tawuran, pecandu narkoba, remaja yang merokok, yang mengindikasi orangtua yang tidak berhasil mendidik anak. Lalu, bagaimana dengan fenomena-fenomena yang ada, dimana orangtua atau lingkungan keluarga sudah mendidik sedemikian rupa, namun si anak ternyata hanya manis di depan orangtua, sementara di belakang orangtua sikapnya berandalan atau tidak mencerminkan anak yang sholih. Jadi kesimpulannya, perilaku negatif anak tidak mutlak kesalahan orangtua/keluarga, tapi bisa juga dari faktor lingkungan, bisa dari lingkungan sekolah, atau bisa juga dari pergaulan di lingkungan luar sekolah. Apa solusinya, supaya anak bisa terdidik dengan baik, meskipun di lingkungannnya tidak kondusif?
Jawaban:
Islam memerintahkan kita untuk pandai memilih teman. Ketika anak di rumah atau di sekolah, pastikan anak berteman dengan siapa, supaya kita sebagai orangtua tidak kecolongan.
4.      Sebagai seorang pendidik PAUD, adakah trik-trik jitu untuk merubah karakter anak menjadi baik, seperti anak yang masih manja menjadi mandiri, yang masih suka berantem menjadi anak baik, anak yang malas menjadi rajin? Sebab, kadang kita sebagai guru sudah berusaha merubahnya meski mungkin belum maksimal, tapi si anak masih saja pada karakter awal, kalaupun berubah, hanya seberapa persen saja.
Jawaban:
Intinya adalah: kesabaran. Pupuk kesabaran mendidik anak lebih tinggi lagi. ^_^