31 Desember 2009

*KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA



A. Pengertian, Tujuan dan Fungsi Pendidikan

Islam

1. Pengertian Pendidikan Islam


Makna pendidikan Islam:


1) Al-Tarbiyyat

2) Al-Ta’lim

3) Al-Tadris

4) Al-Ta’dib

5) Al-Tahdzib


Pendidikan dalam bahasa Arab adalah al-Tarbiyyat, kata ini dapat dikembalikan kepada tiga akar kata:


(1) Raba – yarubu – raburan, bermakna = nama – yanumu, berarti = tumbuh, berkembang

(2) Rabba – yurabbi – rabban, bermakna = nama, zada, atamma, ashlaha berarti mengembangkan, menambah, menyempurnakan.

(3) Rabiyya – yarba bermakna nasya’a berarti tumbuh, maka secara bahasa, pendidikan berarti = menumbuhkan, menambah, menyempurnakan, membereskan.


Secara etimologis al-Tarbiyyat terbentuk dari rabba – yurabbi – tarbiyyatan.
Pendidikan berasal dari kata “didik” lalu kata ini mendapat awalan me- sehingga menjadi kata mendidik, artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntunan, dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Selanjutnya dalam kamus besar bahasa Indonesia, pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran.


Berikut pengertian pendidikan menurut tinjauan etimologis dan tinjauan terminologis :


1. Tinjauan etimologis

Istilah asing yang biasa dipakai unuk memaknai kata pendidikan adalah ; padagogie (bahasa yunani) dan education (bahasa latin). Berikut penjelasan istilah tersebut:


a. Padegogie


Padegogie merupakan rangkaian dari dua kata dari bahasa Yunani : pias (anak) dan ago (saya membimbing) dengan demikian padegogie berarti saya membimbing anak. Pada zaman Yunani kuno, anak golongan bangsawan biasanya diantar dan dijemput ke sekolah oleh seorang pengasuh khusus yang disebut padagogos


b. Education


Menurut Khursyid Ahmad, istilah education berasal dari bahasa latin; e, ex (out) artinya keluar, dan ducere duc (mengatur, memimpin, menyerahkan). Sehingga education memiliki arti : mengumpulkan dan menyampaikan informasi (pelajaran) dan menyalurkan/menarik bakat keluar. Dalam praktik pendidikan, kegiatan-kegiatan seperti mengatur, memimpin dan mengarahkan bakat anak merupakan aktivitas utama.


2. Tinjauan Terminologis


Dari sudut pandang terminologis, pendapat para ahli pendidikan cukup beragam dalam memberikan arti pendidikan.


a. MJ. Langeveld


Pendidikan adalah mempengaruhi anak dalam usaha membimbingnya supaya menjadi dewasa. Usaha membimbing adalah usaha yang didasari dan dilaksanakan dengan sengaja antara orang yang dewasa dengan anak yang belum dewasa.


b. Hogeveld


Pendidikan adalah membantu anak supaya dia cukup cakap menyelenggarakan tugas hidup atas tanggung jawabnya sendiri.


c. Ki Hajar Dewantara


Pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.


d. Undang-Undang RI. Nomor 20 tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional (pasal 1 ayat 1)


Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara .


Dalam perspektif yang luas, pendidikan diartikan sebagai keseluruhan pengalaman belajar setiap orang sepanjang hidupnya (life long education), yang bisa terjadi secara formal, nonformal, dan informal. Dengan demikian dalam arti luas pendidikan tidak ada batas waktu dan tempat, kapan saja, dimana saja, disengaja atau tidak.


Jadi pendidikan berarti tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan (seperti sekolah dan madrasah) yang dipergunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap, dan sebagainya. Pendidikan dapat berlangsung secara informal dan nonformal di samping secara formal di sekolah, madrasah dan institusi-institusi lainnya.


Sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan sebagi suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik. Proses pembentukan pribadi melalui dua sasaran yaitu pembentukan pribadi bagi mereka yang belum dewasa oleh mereka yang sudah dewasa dan bagi mereka yang sudah dewasa atas usaha sendiri.


Crow (dalam Supriyatno, 2001) mengatakan bahwa pendidikan diinterpretasikan dengan makna untuk mempertahankan individu dengan kebutuhan-kebutuhan yang senantiasa bertambah dan merupakan suatu harapan untuk dapat mengembangkan diri agar berhasil serta untuk memperluas, mengintensifkan ilmu pengetahuan dan memahami elemen-elemen yang ada di sekitarnya. Pendidikan juga mencakup segala perubahan yang terjadi sebagai akibat dari partisipasi individu dalam pengalaman-pengalaman dan belajar.


“Pendidikan merupakan pengaruh lingkungan terhadap individu untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang tetap dalam kebiasaan perilaku, pikiran dan sikapnya” (Thompson, 1993)

Sedangkan Darnelawati (1994) berpendapat bahwa pendidikan formal adalah pendidikan di sekolah yang berlangsung secara teratur dan bertingkat mengikuti syarat-syarat yang jelas dan ketat.


Tujuan pendidik adalah untuk memperkaya budi pekerti, pengetahuan dan untuk menyiapkan seseorang agar mampu dan trampil dalam suatu bidang pekerjaan tertentu.
Sebagian orang memahami arti pendidikan sebagai pengajaran karena pendidikan pada umumnya selalu membutuhkan pengajaran. Padahal mengajar pada umumnya diartikan secara sempit dan formal sebagai kegiatan menyampaikan meteri pelajaran kepada siswa agar ia menerima dan menguasai materi pelajaran tersebut, dengan kata lain siswa tersebut memiliki ilmu pengetahuan.


Pengertian Pendidikan Agama Islam menurut berbagai pakar


a. Menurut Drs. Ahmad D. Marimba :


“Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. Dengan pengertian yang lain sering kali Beliau mengatakan kepribadian yang memiliki nalai-nilai agama Islam, memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam, dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam.”


b. Menurut Abdul Rahman Nahlawi:


اَلتربيّةُ الإسْلاَ مِيَّةُ هِيَ ا لتَّنْظيمُ المُنْفَسِيُّ والإجتماعيُّ الَّذيْ يُؤْديْ إلى اعْتنَاق الإسْلاَم وتَطْبيْقَة كلّيّا فى حَياة الْفرْدِ وَالْجمَاعَةِ


Artinya; “Pendidikan Islam ialah pengaturan pribadi dan masyarakat yang karenanya dapatlah memeluk Islam secara logis dan sesuai secara keseluruhan baik dalam kehidupan individu maupun kehidupan kolektif”.


c. Menurut Drs. Burlian Shomad :


“Pendidikan Agama Islam ialah pendidikan yang bertujuan membentuk individu menjadi makhluk yang bercorak diri berderajat tinggi menurut ukuran Allah dan isi pendidikannya untuk mewujudkan tujuan itu adalah ajaran Allah. Secara rinci Beliau mengemukakan pendidikan itu baru dapat disebut Pendidikan Agama Islam apabila memiliki dua ciri khas yaitu:


1). Tujuannya untuk membentuk individu menjadi bercocok diri tertinggi menurut ukuran Al-Qur`an.


2). Isi pendidikannya ajaran Allah yang tercantum dengan lengkap dalam Al-Qur`an dan pelaksanaannya di dalam praktek kehidupan sehari-hari sebagaimana di contohkan oleh Nabi Muhammad SAW.


d. Menurut Mustofa Al-Ghulayani :


“Bahwa Pendidikan Agama Islam ialah menanamkan akhlak yang mulia di dalam jiwa anak dalam masa pertumbuhannya dan menyiraminya dengan petunjuk dan nasihat, sehingga akhlak itu menjadi salah satu kemampuan (meresap dalam) jiwanya kemudian buahnya berwujud keutamaan, kebaikan dan cinta bekerja untuk kemanfaatan tanah air.”


e. Menurut Syah Muhammad A. Naquib Al-Atas:


“Pendidikan Agama Islam ialah usaha yang dilakukan pendidik terhadap anak didik untuk pengenalan dan pengakuan tempat-tempat yang benar dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan sehingga membimbing kearah pengenalan dan pengakuan akan tempat Tuhan yang tepat di dalam tatanan wujud dan kepribadian.”


f. Menurut Prof. Dr. Hasan Langgulung :


“Pendidikan Agama Islam ialah Pendidikan yang memiliki 4 macam fungsi, yaitu :


1). Menyiapkan generasi muda untuk memegang peranan-peranan tertentu dalam masyarakat pada masa yang akan datang. Peranan ini berkaitan erat dengan kelanjutan hidup (survival) masyarakat sendiri.


2). Memindahkan ilmu pengetahuan yang bersangkutan dengan peranan-peranan tersebut dari generasi tua kepada generasi muda.


3). Memindahkan nilai-nilai yang bertujuan memelihara keutuhan dan kesatuan masyarakat yang menjadi syarat mutlak bagi kelanjutan hidup (surviral) suatu masyarakat dan peradaban. Dengan kata lain, tanpa nilai-nilai keutuhan (integrity) dan kesatuan (integration) suatu masyarakat, maka kelanjutan hidup tersebut tidak akan dapat terpelihara dengan baik yang akhirnya akan berkesudahan dengan kehancuran masyarakat itu sendiri.”


g. Hasil seminar pendidikan Islam se-Indonesia tanggal 7 sampai dengan 11mei 1960 di Cipayung Bogor menyatakan :


“Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh, dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam.”


h. Menurut M. Yusuf al-Qardhawi:


“Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan keterampilannya. Karena itu, pendidikan agama Islam menyiapkan manusia untuk hidup baik dalam keadaan damai maupun perang, dan menyiapkannya untuk menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatannya, manis dan pahitnya.”


i. Menurut Endang Saifuddin Anshari:


“Pendidikan Agama Islam adalah proses bimbingan (pimpinan, tuntunan, usulan) oleh obyek didik terhadap perkembangan jiwa (pikiran, perasaan, kemauan, intuisi, dan sebagainya ), dan raga obyek didik dengan bahan-bahan materi tertentu, pada jangka waktu tertentu, dengan metode tertentu, dan dengan alat perlengkapan yang ada kearah terciptanya pribadi tertentu disertai evaluasi sesuai dengan ajaran agama Islam. “


j. Menurut Zakiah Darajat :


“Pendidikan Agama Islam adalah Pendidikan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan itu ia dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak.”


Dari uraian tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa para ahli didik Islam berbeda pendapat mengenai rumusan Pendidikan Agama Islam. Ada yang menitik beratkan pada segi pembentukan akhlak anak, ada pula yang menuntut pendidikan teori pada praktek, sebagian lagi menghendaki terwujudnya kepribadian muslim dan lain-lain.


Namun dari perbedaan pedapat tersebut dapat diambil kesimpulan, bahwa adanya titik persamaan yang secara ringkas dapat dikemukakan sebagai berikut: Pendidikan Agama Islam ialah bimbingan yang dilakukan oleh seorang dewasa kepada terdidik dalam masa pertumbuhan agar ia memiliki kepribadian muslim yang sejati. Jika direnungkan,Syariat Islam tidak akan di hayati dan diamalkan orang kalau hanya diajarkan saja, tetapi harus didirikan melalui proses pendidikan. Nabi telah mengajak orang untuk beriman dan beramal serta berakhlak baik sesuai ajaran Islam dengan berbagai metode dan pendekatan.


Dari satu segi melihat, bahwa pendidikan Islam itu lebih banyak di tunjukan kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan, baik bagi keperluan diri sendiri maupun orang lain. Dari segi lainnya Pendidikan Agama Islam tidak hanya bersifat teoritis saja, tetapi juga praktis. Ajaran Agama Islam tidak memisahkan antara iman dan amal saleh. Oleh karena itu Pendidikan Agama Islam adalah sekaligus pendidikan iman dan pendidikan amal. Dan karena ajaran Islam berisi ajaran tentang sikap dan tingkah laku pribadi masyarakat. Menuju kesejahteraan hidup perorangan dan bersama, maka orang pertama yang bertugas mendidik masyarakat adalah para Nabi dan Rasul, selanjutnya para ulama dan para cendikiawan sebagai penerus tugas dan kewajiban mereka.



2. Tujuan Pendidikan Agama Islam


Tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusia dalam Islam, yaitu untuk menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah yang selalu bertakwa kepadaNya, dan dapat mencapai kehidupan yang berbahagia di dunia dan akhirat.



Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan 2004, hal: 524)



Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, 2004, hal: 64)


Dalam konteks sosiologi pribadi yang bertakwa menjadi rahmatan lil‘alamin, baik dalam skala kecil maupun besar. Tujuan hidup manusia dalam Islam inilah yang dapat disebut juga sebagai tujuan akhir pendidikan Islam.


Tujuan khusus yang lebih spesifik menjelaskan apa yang ingin dicapai melalui pendidikan Islam. Sifatnya lebih praktis, sehingga konsep pendidikan Islam jadinya tidak sekedar idealisasi ajaran-ajaran Islam dalam bidang pendidikan. Dengan kerangka tujuan ini dirumuskan harapan-harapan yang ingin dicapai di dalam tahap-tahap tertentu proses pendidikan, sekaligus dapat pula dinilai hasil-hasil yang telah dicapai.


Pendidikan Agama Islam merupakan pendidikan yang berkesadaran dan bertujuan, Allah telah menyusun landasan pendidikan yang jelas bagi seluruh umat manusia melalui Syariat Islam, termasuk tentang tujuan pendidikan agama Islam. Para ahli mengemukakan pendapatnya tentang tujuan pendidikan agama Islam sebagai berikut :


1) Imam al-Ghazali


Berpendapat bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam adalah membina insan paripurna yang bertaqarrub kepada Allah, bahagia di dunia dan di akhirat. Tidak dapat dilupakan pula bahwa orang yang megikuti pendidikan akan memperoleh kelezatan ilmu yang dipelajarinya dan kelezatan ini pula yang dapat mengantarkannya kepada pembentukan insan paripurna.


2) M Athiyah al-Abrasy


Mengemukakan bahwa tujuan pendidikan dan pengajaran adalah sebagai berikut :


a) Untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia.

b) Pendidikan dan pengajaran bukanlah sekedar memenuhi otak anak didik dengan segala macam ilmu yang belum mereka ketahui, tetapi mendidik akhlak dan jiwa mereka, menanamkan rasa fadhilah (keutamaan),

c) Membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi, mempersiapkan mereka untuk suatu kehidupan yang suci seluruhnya, ikhlas, dan jujur.

d) Persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat.

e) Pendidikan Islam memiliki dua orientasi yang seimbang, yaitu memberi persiapan bagi anak didik untuk dapat menjalani kehidupannya di dunia dan juga kehidupannya di akhirat.

f) Persiapan untuk mencari rizki dan pemeliharaan segi-segi kemanfaatan.

g) Pendidikan Agama Islam tidak bersifat spiritual, ia juga memperhatikan kemanfaatan duniawi yang dapat diambil oleh siswa dari pendidikannya.

h) Menumbuhkan roh ilmiah (scientific spirit) pada pelajar dan memuaskan keinginan hati untuk mengetahui (curiosity) dan memungkinkan ia mengkaji ilmu sebagai sekedar ilmu. Dengan demikan, Pendidikan Agama Islam tidak hanya memperhatikan pendidikan agama dan akhlak, tapi juga memupuk perhatian kepada sains, sastra, seni, dan lain sebagainya, meskipun tanpa unsur-unsur keagamaan didalamnya.

i) Menyiapkan pelajar dari segi profesinal, tekhnis, dan dunia kerja supaya ia dapat menguasai profesi tertentu.


3) Drs. Ahmad D. Marimba mengemukakan dua macam tujuan, yaitu tujuan sementara dan tujuan akhir.

a) Tujuan sementara. Yaitu sasaran sementara yang harus dicapai oleh umat Islam yang melaksanakan pendidikan Islam. Tujuan sementara artinya tercapainya berbagai kemampuan seperti kecakapan jasmaniah, pengetahuan membaca, menulis, dan ilmu-ilmu lainnya.

b) Tujuan akhir. Yaitu terwujudnya kepribadian muslim yang mencakup aspek-aspeknya untuk merealisasikan atau menceminkan ajaran agama Islam.


4) Zakiah Darajat membagi tujuan Pendidikan Agama Islam menjadi 4 (empat) macam, yaitu :


a) Tujuan umum. Tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain.

b) Tujuan akhir. Tujuan akhir adalah tercapainya wujud kamil, yaitu orang yang telah mencapai ketakwaan dan menghadap Allah dalam ketakwaannya.

c) Tujuan sementara. Tujuan sementara adalah tujuan yang akan dicapai setelah anak diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal.

d) Tujuan operasional. Tujuan operasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu.


5) Tujuan Pendidikan Agama Islam yang merupakan sebuah Rumusan dari Kongres Pendidikan Islam se Dunia di Islamabad tahun 1980 dan hasil keputusan seminar Pendidikan Islam se Indonesia taggal 07 sampai 11 Mei 1960 di Cipayung Bogor.


a) Rumusan yang ditetapkan dalam kongres se-Dunia tentang Pendidikan Islam sebagai berikut : “Education should aim at the balanced growth of total personality of man through the training of man’s spirit, intellect the rational self, feeling and bodily sense. Education should there for cater for the growth of man in all its aspect, spiritual, intellectual, imaginative, physical, scientific, linguistic, both individually and collectively, and motivate, all these aspect toward goodness and attainment perfection. The ultimate aim of education lies in the realization of complete submission to Allah on the level of individual. The community and humanity at larga.”


b) Rumusan hasil keputusan seminar pendidikan Islam se-Indonesia tanggal 07 sampai dengan 11 mei 1960 di Cipayung, Bogor. “Tujuan pendidikan Islam adalah menanamkan takwa dan akhlak serta menegakkan kebenaran dalam rangka membentuk manusia berpribadi dan berbudi luhur menurut ajaran Islam.”


Dari uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa pendidikan Islam mempunyai tujuan yang luas dan dalam, seluas dan sedalam kebutuhan hidup manusia sebagai makhluk individu dan sebagai makhluk sosial yang menghamba kepada khaliknya dengan dijiwai oleh nilai-nilai ajaran agama.


Oleh karena itu pendidikan Islam bertujuan untuk menumbuhkan pola kepribadian manusia yang bulat melalui latihan kejiwaan kecerdasan otak, penalaran, perasaan dan indera. Pendidikan ini harus melayani pertumbuhan manusia dalam semua aspek, baik aspek spiritual, intelektual, imajinasi, maupun aspek ilmiah, (secara perorangan maupun secara berkelompok).


Dan pendidikan ini mendorong aspek tersebut ke arah keutamaan serta pencapaian kesempurnaan hidup. Tujuan ini merupakan cerminan dan realisasi dari sikap penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah, baik secara perorangan, masyarakat, maupun sebagai umat manusia keseluruhannya. Sebagai hamba Allah yang berserah diri kepada Khaliknya, ia adalah hamba-Nya yang berilmu pengetahuan dan beriman secara bulat, sesuai kehendak pencipta-Nya untuk merealisikan cita-cita yang terkandung dalam firman Allah SWT, Qs. Al-Anam: 162






Artinya: “Katakanlah, sesungguhnya salatku dan ibadahku dan hidupku serta matiku hanya untuk Allah, Pendidikan sekalian alam.” (Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 2004, hal: 151)


Tujuan pendidikan merupakan suatu kondisi yang menjadi target penyampaian pengetahuan. Tujuan ini merupakan acuan dan panduan untuk seluruh kegiatan yang terdapat dalam seluruh system pendidikan.


Tujuan pendidikan Islam adalah untuk mempersiapkan anak didik atau individu dan menumbuhkan segenap potensi yang ada, baik jasmani maupun rohani agar dapat hidup dan berpenghidupan sempurna, sehingga ia dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna bagi dirinya dan umatnya.


Dengan demikian dapat dilihat bagaimana tujuan pendidikan Islam yang dirumuskan oleh Al-Ghazali dalam kitabnya, seperti yang dikutip oleh Zainuddin, dkk, yaitu:


1. Mempelajari ilmu pengetahuan semata-mata untuk ilmu pengetahuan itu saja.
Al-Ghazali dalam bukunya, seperti dikutip oleh Zainuddin, dkk, mengatakan bahwa: “Apabila engkau mengadakan penelitian atau penalaran terhadap ilmu pengetahuan, maka engkau akan melihat kelezatan padanya, oleh karena itu tujuan mempelajari ilmu pengetahuan adalah karena ilmu pengetahuan itu sendiri.”


2. Tujuan utama pendidikan adalah pembentukan akhlak .Al-Ghazali mengatakan bahwa:


“Tujuan murid mempelajari segala ilmu pengetahuan pada masa sekarang adalah kesempurnaan akhlak dan keutamaan jiwanya.”


3. Tujuan pendidikan adalah untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Bagi Al-Ghazali menimba pengetahuan tidaklah semata-mata untuk tujuan akhirat, akan tetapi terdapat keseimbangan tujuan hidup termasuk kebahagiaan di dunia.


“Dan sesungguhnya engkau mengetahui bahwa hasil ilmu pengetahuan adalah pendekatan diri pada Tuhan pencipta alam, menghubungkan diri dan berhampiran dengan ketinggian malaikat, demikian itu adalah akhirat. Adapun di dunia adalah kemuliaan, kebesaran, pengaruh pemerintahan bagi pemimpin Negara dan penghormatan menurut kebiasaannya.”
Untuk mencapainya sebuah tujuan dalam pendidikan Islam, maka unsur dalam pendidikan itu haruslah dirumuskan dengan baik. Program yang akan dijadikan rujukan dalam pelaksanaan pendidikan Islam tentunya harus sinergis dengan tujuan yang ingin dicapai, berdasarkan nilai-nilai Islam, termasuk tujuan manusia diciptakan di muka bumi ini.


3. Fungsi Pendidikan Islam


Seperti diketahui bahwa pembinaan mental anak didik tidaklah dimulai dari sekolah, akan tetapi dimulai dari rumah (keluarga), sejak si anak dilahirkan ke titik maksimal yang dapat sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan dunia, mulailah ia menerima didikan-didikan dan perlakuan-perlakuan. Mula-mula ibu bapaknya, kemudian dari anggota keluarga yang lain (saudara) dan kemudian dari lingkungan masyarakatnya.


Hal demikian memberikan warna dan mempengaruhi dasar-dasar pembentukan kepribadiannya. Pembinaan, pertumbuhan mental dan kepribadiannya itu kemudian akan ditambah dan disempurnakan oleh sekolah. Orang tua seharusnya memberikan pendidikan agama pada anak-anaknya sejak kecil, bahkan sejak masih dalam kandungan, sebab disadari atau tidak, hal ini akan mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan anak setelah lahir terutama pada perkembangan dan pertumbuhan aspek kejiwaannya.


DR. Zakiah Daradjat dalam bukunya “Kesehatan Mental” mengemukakan tentang pentingnya fungsi pendidikan Islam baik di rumah, di sekolah maupun di lingkungan masyarakat.
Beliau mengatakan bahwa:


“Pendidikan agama Islam mempunyai fungsi yang sangat penting untuk pembinaan dan penyempurnaan kepribadian dan mental anak, karena pendidikan agama Islam mempunyai dua aspek terpenting, yaitu aspek pertama yang ditujukan kepada jiwa atau pembentukan kepribadian anak, dan kedua, yang ditujukan kepada pikiran yakni pengajaran agama Islam itu sendiri.”


Aspek pertama dari pendidikan Islam adalah yang ditujukan pada jiwa atau pembentukan kepribadian. Artinya bahwa melalui pendidikan agama Islam ini anak didik diberikan keyakinan tentang adanya Allah swt.


Aspek kedua dari pendidikan Agama Islam adalah yang ditujukan kepada aspek pikiran (intelektualitas), yaitu pengajaran Agama Islam itu sendiri. Artinya, bahwa kepercayaan kepada Allah swt, beserta seluruh ciptaan-Nya tidak akan sempurna manakala isi, makna yang dikandung oleh setiap firman-Nya (ajaran-ajaran-Nya) tidak dimengerti dan dipahami secara benar. Di sini anak didik tidak hanya sekedar diinformasikan tentang perintah dan larangan, akan tetapi justru pada pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana beserta argumentasinya yang dapat diyakini dan diterima oleh akal.


Fungsi pendidikan Agama Islam di sini dapat menjadi inspirasi dan pemberi kekuatan mental yang akan menjadi bentuk moral yang mengawasi segala tingkah laku dan petunjuk jalan hidupnya serta menjadi obat anti penyakit gangguan jiwa.


Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa fungsi pendidikan Agama Islam adalah:


1. Memperkenalkan dan mendidik anak didik agar meyakini ke-Esaan Allah swt, pencipta semesta alam beserta seluruh isinya; biasanya dimulai dengan menuntunnya mengucapkan la ilaha illallah.

2. Memperkenalkan kepada anak didik apa dan mana yang diperintahkan dan mana yang dilarang (hukum halal dan haram).

3. Menyuruh anak agar sejak dini dapat melaksanakan ibadah, baik ibadah yang menyangkut hablumminallah maupun ibadah yang menyangkut hablumminannas.

4. Mendidik anak didik agar mencintai Rasulullah saw, mencintai ahlu baitnya dan cinta membaca al-Qur’an.

5. Mendidk anak didik agar taat dan hormat kepada orang tua dan serta tidak merusak lingkungannya.


Dari uraian tersebut di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pendidikan Agama Islam adalah sebuah proses yang dilakukan untuk menciptakan manusia-manusia yang seutuhnya, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta mampu mewujudkan eksistensinya sebagai khalifah Allah di muka bumi yang berdasarkan kepada ajaran al-Qur’an dan Sunnah, maka tujuan dalam konteks ini berarti terciptanya insan-insan kamil setelah proses pendidikan berakhir.


Fungsi pendidikan Islam secara mikro adalah proses penanaman nilai-nilai ilahiah pada diri anak didik, sehingga mereka mampu mengaktualisasikan dirinya semaksimal mungkin sesuai dengan prinsip-prinsip religius. Secara makro pendidikan Islam berfungsi sebagai sarana pewarisan budaya dan identitas suatu komunitas yang di dalamnya manusia melakukan interaksi dan saling mempengaruhi antara satu dengan yang lain.



B. Pengertian dan Fungsi Keluarga


1. Pengertian Keluarga


Keluarga adalah unit/satuan masyarakat yang terkecil yang sekaligus merupakan suatu kelompok kecil dalam masyarakat. Keluarga biasanya terdiri dari suami, istri, dan juga anak-anak yang selalu menjaga rasa aman dan ketentraman ketika menghadapi segala suka duka hidup dalam eratnya arti ikatan luhur hidup bersama.


a. Macam-macam fungsi keluarga :


1) Fungsi Biologis: Diharapkan agar keluarga dapat menyelenggarakan persiapan- persiapan perkawinan bagi anak-anaknya, karena dengan perkawinan akan terjadi proses kelangsungan keturunan.

2) Fungsi Pemeliharaan: Keluarga diwajibkan untuk berusaha agar setiap anggotanya dapat terlindung dari gangguan-gangguan, yang pada intinya harus dapat menciptakan rasa aman, tentram dan nyam

3) Fungsi Ekonomi: Orang tua diwajibkan untuk berusaha keras supaya setiap anggota keluarga dapat cukup makan dan minum, cukup pakaian dan tempat tinggal.

4) Fungsi Keagamaan: Diwajibkan untuk menjalani dan mendalami serta mengamalkan ajaran-ajaran agama dengan pelakunya sebagai manusia yang bertakwa kepada Tuhan YME.

5) Fungsi Sosial: Keluarga berusaha untuk mempersiapkan anak-anaknya bekal-bekal selengkapnya dengan memperkenalkan nilai-nilai dan sikap yang dianut oleh masyarakat serta mempelajari peranan-peranan yang diharapkan akan mereka jalankan kelak bila sudah dewasa.


b. Individu Keluarga Masyarakat


1) Pengertian Individu: Individu berasal dari kata Individuum yang berarti tak terbagi, kata individu bukan berarti manusia sebagai suatu keseluruhan yang tak dapat terbagi melainkan sebagai kesatuan yang terbatas yaitu sebagai manusia perseorangan.

2) Pengertian Keluarga: Kumpulan beberapa orang yang karena terikat oleh satu turunan lalu mengerti dan merasa berdiri sebagai satu gabungan yang hakiki, esensial, enak dan berkehendak bersama-sama memperteguh gabungan itu untuk memuliakan masing-masing anggotanya (Ki Hajar Dewantara)

3) Pengertian Masyarakat: Masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang telah memiliki tatanan kehidupan, norma-norma, adapt-istiadat yang sama-sama ditaati dalam lingkungannya. Dalam pertumbuhan dan perkembangan suatu masyarakat, dapat digolongkan menjadi: Masyarakat sederhana, dan masyarakat maju (masyarakat modern).


Pengertian Keluarga Menurut Departemen Kesehatan RI dan Para Pakar


Menurut Departemen Kesehatan RI 1998:


“Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang tinggal dan berkumpul di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.”


Menurut Salvicion:


“Keluarga adalah dua atau lebih dari individu yang tergabung karena ikatan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan, dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam peranannya masing-masing, dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.”


Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa keluarga adalah:


1. Unit terkecil masyarakat

2. Terdiri dari 2 orang atau lebih

3. Adanya ikatan perkawinan dan pertalian darah

4. Hidup dalam satu rumah tangga

5. Di bawah asuhan seseorang kepala rumah tangga

6. Berinteraksi diantara sesame anggota keluarga

7. Setiap anggota keluarga mempunyai peranan masing-masing

8. Diciptakan, mempertahankan suatu kebudayaan


2. Fungsi Keluarga


Fungsi keluarga adalah suatu pekerjaan-pekerjaan atau tugas-tugas yang harus dilaksankan di dalam atau oleh keluarga itu.


Macam-Macam Fungsi Keluarga


a) Fungsi Biologis


Dengan fungasi ini diharapkan agar keluarga dapat menyelenggarakan persiapan-persiapan perkawinan bagi anak-anaknya. Persiapan perkawinan yang perlu dilakukan oleh orang-orang tua bagi anak-anaknya dapat berbentuk antara lain pengetahuan tantang kehidupan sex bagi suami istri, pengetahuan mengatur rumah tangga bagi sang istri, tugas dan kewajiban bagi suami, memelihara pendidikan bagi anaak-anak dan lain-lain.


Dengan persiapan deperti ini dapat terbentuk keluarga yang harmonis dan berpengaruh baik bagi kehidupan bermasyarakat.


b) Fungsi Pemeliaharaan


Keluarga diwajibkan untuk berusaha agar setiap anggotanya terlindung dari gangguan-gangguan sebagai berikut :


(1) gangguan udara dengan berusaha menyediakan rumah;

(2) gangguan penyakit denagan menyediakan obat-obatan

(3) gangguan bahaya dengan berusaha menyediakan senjata, pagar tembok dan lain-lain.


c) Fungsi Ekonomi


Keluarga berusaha menyelenggarakan kebutuhan manusia yang pokok yaitu :


(1) Kebutuhan makan dan minum

(2) Kebutuhan pakaian untuk menutup tubuhnya

(3) Kebutuhan tempat tinggal.


d) Fungsi Keagamaan


Dengan dasar pedoman ini keluarga diwajibkan untuk menjalani dan mendalami serta mengamalkan ajaran-ajaran agama dalam pelakunya sebagai manusia yang taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.


e) Fungsi Sosial


Dengan fungsi ini keluarga berusaha untuk mempersiapkan anak-anaknya bekal-bekal selengkapnya dengan memperkenalkan nilai-nilai dan sikap-sikap yang dianut oleh masyarakat serta mempelajari peranan-peranan yang diharapkan akan mereka jalankan kelak bila sudah dewasa yag disebut sosialisasi. Dalam fungsi ini juga harus ada pewarisan kebudayaan dan nilai-nilainya, misalnya : sopan santun, bahasa, cara bertingkah laku, ukuran tentang baik buruknya perbuatan dan lain-lain. Dengan melalui nasihat dan larangan, orang tua menyampaikan norma-norma hidup tertentu dalam bertingkah laku.


Dalam buku Ilmuku Sosial Dasar karangan Drs. Soewaryo Wangsanegara dikatakan bahwa fungsi-fungsi keluarga meliputi :


(1) Pembentukkan kepribadian; dalam lingkungan keluarga, para orang tua meletakkan dasar-dasar kepribadian kepada anak-anaknya, dengan tujuan untuk memproduksikan serta melestarikan kepribadian mereka kepada anak cucu dan keturunannya.

(2) Erat kaitannya dengan butir, keluarga juga berfungsi sebagai alat reproduksi kepribadian-kepribadian yang berakar dari etika, estetika, moral, keagamaan, dan kebudayaan yang berkorelasi fungsional dengan sebuah struktur masyarakat tertentu.

(3) Keluarga merupakan eksponen dari kebudayaan masyarakat, karena menempati posisi kunci. Keluarga adalah sebagai jenjang dan perantara pertama dalam transmisi kebudayaan.

(4) Keluarga berfungsi sebagai lembaga perkumpulan perekonomian. Pada kelompok-keliompok masyarakat modern perkonomian berkembang sangat pesat. Namun ikatan-ikatan kekeluargaan masih terjalin kuat dan sering memengaruhi atau menguasai bidang perekonomian mereka.

(5) Keluarga berfungsi sebagai pusat pengasuhan dan pendidikan.



C. Pentingnya Pendidikan Islam dalam Keluarga


Pendidikan merupakah hal penting bagi manusia. Dikatakan penting karena pendidikan berkaitan dengan nilai diri manusia, terutama dalam mencari nilai itu sendiri. Dengan pendidikan manusia akan mempunyai banyak ketrampilan dan kepribadian. Ketrampilan dan kepribadian merupakan sekian banyak dari proses yang dialami manusia untuk menjadi makhluk yang bekualitas baik fisik maupun mental. Pribadi berkualitasdan berakhlak mulai tidak datang dengan sendirinya, tetapi ada semacam latihan-latihan/ riyadhah.


Kebiasaan yang baik akan berakibat baik dan menjadi bagian dari kepribadian keseharian, sebaliknya kepribadian dan kebisaan sehari-hari yang buruk juga akan berakibat buruk terhadap kepribadaian dan perbuatan dirinya sendiri.


Maka pendidikan dalam keseharian manusia menjadi penting artinya dalam rangka membawa manusia menjadi manusia yang berbudi dan berperadaban yang luhur.
Pendidikan bukan hanya sekedar transfer ilmu, tetapi juga transfer nilai, dengan adanya transfer ilmu dan nilai-nilai yang baik dimungkinkan manusia menjadi pribadi yang tidak hanya cerdas otaknya, tetapi juga cerdas akhlaknya. Tidak heran jika Allah menyatakan bahwa kepribadain saja belum cukup, ilmu saja juga belum ada artinya, tetapi jika keduanya, antara ilmu dan iman sudah menyatu ,maka kepribadian dan ketinggian derajat akan diperoleh manusia. Hal ini dapat dipahami dari ayat 11 surat Mujadalah:


Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”(QS. Al Mujadalah: 11).


Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa antara kecerdasan intelektual/ ilmu pengetahuan dan spiritual/keimanan menjadi kesatuan yang utuh dalam rangka mencapai tujuan mulia, pencapaian derajat yang tinggi di hadapan Allah. Artinya adalah ilmu saja tidak cukup untuk mengantarkan manusia menjadi makhluk yang berperadaban dan mempunyai derajat tertinggi di hadapan Allah. Maka dalam ayat tersebut secara eksplisit dapat dipahami bahwa untuk mencapai derajat yang tinggi dibutuhkan paling tidak dua variable yaitu ilmu pengetahuan dan kedalaman keimanan seseorang. Jika kedua variable tersebut telah ada dalam diri seseorang, maka sangat dimungkinkan derajatnya akan dimuliakan oleh Allah Swt.


Dengan demikian pendidikan pada dasarnya mempunyai dimensi keilahian, karena semua makhluk yang ada di alam ini adalah murid Allah, dikatakan murid karena semua makhluk di alam ini diajarkan dan dididik oleh Allah sebagai pendidik utama di jagad ini. Oleh karena itu pendidikan pada awalnya adalah berasal dari Yang Maha Mendidik yaitu Rabb alam semesta ini. Tidak hanya itu selain Allah mendidik, Allah juga memelihara makhluknya di antaranya dengan menurunkan kitab-kitab suci sebagai bahan bacaan, bahan referensi dalam menyikapi berbagai kejadian dan fenomena alam raya.


Allah mengutus para rasul-Nya juga untuk mendidik manusia menjadi makhluk yang baik, makhluk yang mau dan tahu akan Tuhannya, makhluk yang paham kepada siapa harus mengabdi dan menyembah. Kesemua itu dapat ditemukan dalam pendidikan Islam, pendidikan Islam bertujuan membebaskan manusia dari belenggu dunia, belenggu kesyirikan dan menuju keikhlasan dalam berbuat dan beribadah. Pendidikan dalam Islam bukan hanya untuk mencerdaskan, tetapi lebih dari itu pendidikan dalam Islam berusaha mewujudkan manusia yang berkualitas dan beriman dan tahu siapa yang berhak disembah dan dijadikan tempat bergantung.


Selain berusaha mewujudkan manusia yang ikhlas dan tahu Tuhannya,pendidikan Islam juga didukung oleh adanya kitab-kitab Allah, yang dibawa oleh para Rasul-Nya, yang kesemua itu bertujuan untuk mendidik manusia menjadi makhluk yang berperadaban. Dengan adanya para Rasul dan adanya Kitab yang dibawanya, kemudian diajarkan, maka manusia akan terbebas dari kesesatan dan mendapatkan hikmah, karena kitab-kitab tersebut, diajarkan oleh para Nabi dan rasul dengan hikmah, maka manusia yang menerima pengajaran dan dididik juga akan mendapatkan hikmah tersebut.


Allah berfirman,” Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata,(QS. Al-Jumuah:2).


Pendidikan dalam Islam bertujuan untuk membentuk dan mewujudkan peserta didik yang berkualitas, beribadah dengan ikhlas karena Allah, dan menjadikan Alah satu-satunya tempat menyembah dan bergantung.


Pendidikan dalam Islam mempunyai arti penting karena merupakan ruh dari awal turunnya wahyu Allah, perintah pertama dalam Islam adalah untuk membaca, membaca dalam arti lebih luas, termasuk di dalamnya adalah meneliti, mengkaji,memahami, melakukan observasi, melakukan proses pembelajaran dan peruses pendidikan.dengan demikian pendidikan merupakan tonggak awal dari kewahyuan, hal ini dapat dicermati dari firman Allah surat Al-Alaq :


Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS.Al-Alaq:1-5).


Pendidikan dalam tataran ini sudah melampaui pendidikan awal, dalam arti pendidikan dalam konotasi tazkiyah lebih mempunyai tingkat yang lebih tinggi jika dibanding dengan mendidik secara konsep keilmuan dan peruses menuju kesucian diri, tazkiyah dalam konotasi pendidikan merupakan sebuah proses menuju akhlak mulia, membebakan manusia dari kekotoran jiwa, pendidikan dalam Islam berusaha meluruskan tujuan manusia yang sesungguhnya, tujuan tersebut adalah mencapai keridhoan Allah.


Disisi lain pendidikan dalam Islam merupakan sebuah langkah preventif agar terhindar dari neraka dunia dan neraka akherat,” hal ini dapat dicermati dari firman Allah dalam surat Tahrim ayat 6 :


Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim: 6).


Dalam ayat tersebut mengandung tangungjawab penuh orang tua untuk mendidik anak mereka. Mendidik anaknya agar menjadi anak yang soleh, anak yang berbakti kepada Allah dan orang tuanya. Dalam ayat tersebut mengandung sebuah proses pendidikan dan pembelajaran, dengan demikian realitas ini memberi kesan bahwa pendidikan pertama awal bagi anak adalah pendidikan dan pembelajaran yang diterimanya ketika di rumah. Pendidikan dan pembelajaran di rumah sangat penting, dikatakan penting karena mempunyai pengaruh besar bagi anak kelak kalau mereka sudah bergaul dan bermasyarakat.


Di sisi lain pendidikan di rumah mempunyai arti penting bagi anak untuk mendapatkan pengalaman, pengalaman yang berharga, pengalaman yang akan menjadi tolak ukur, sebagai pola utama dalam memandanag dunia luar. Pendidikan dalam keluarga merupakan pendidikan dalam Islam, pendidikan yang dianggap utama dan diutamakan, dikatakan diutamakan karena berdasarkan perintah Allah , agar setiap orang tua bertanggungjawab untuk menyelamatkan anak-anak mereka dari api neraka, baik neraka dunia maupun nereka akherat. Tidak heran jika Nabi Muhammad SAW menyatakan bahwa pemberian pendidikan dan pembelajaran di rumah lebih baik daripada hanya sekedar berbuat baik kepada anak.


“Pemberian perhatian(pendidikan dan pembelajaran) dari orang tua kepada anaknya, lebih baik daripada hanya besikap baik kepada mereka.”( HR. Ahmad).

30 Desember 2009

UKHUWAH ATAS NAMA ALLAH

Endirah Ekaningrum 15 November jam 14:42
Assalamu'alaikum....
Pa kabar teman - teman semua? Sekedar sedikit berbagi kiriman dari Grup Tetangga. Mungkin sudah ada yang pernah baca. Semoga bermanfaat.
=======================

Ukhuwah Atas Nama Allah

Muslim satu dengan Muslim yang lain itu ibarat satu tubuh. Jika satu disakiti, maka yang lain juga akan menderita. Tapi ukhuwah yang benar hanya atas nama Allah SWT

Muslim satu dengan Muslim yang lain itu ibarat satu tubuh, kata Nabi. Itulah ukhuwah atau persaudaraan. Ukhuwah islamiyah atau persaudaran Islam adalah sendi pokok untuk membangun tatanan masyarakat Muslim yang kokoh. Tatanan masyarakat Islam yang kokoh merupakan cita-cita kita semua dimana Islam sebagai Rahmatan lil 'alamin akan benar- benar terwujud.

Memperkokoh pilar-pilar ukhuwah islamiyah adalah kewajiban setiap Muslim. Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan kaum Muslimin untuk menegakkan ukhuwah. Hal itu termaktub dalam beberapa ayat di Al-Quranul Karim.

Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam dalam berbagai hadits juga memerintahkan ummatnya untuk melakukan hal yang sama. Di bawah ini adalah beberapa hadits yang menjelaskan kedudukan ukhuwah dalam Islam. Di bawah ini adalah anjuran ukhuwah menurut Islam.


Lillahi Ta'ala

Semangat ukhuwah di antara sesama Muslim hendaknya didasari karena Allah semata, karena ia akan menjadi barometer yang baik untuk mengukur baik-buruknya suatu hubungan. Rasulullah bersabda, "Pada hari kiamat Allah berfirman: Dimanakah orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku? Pada hari yang tiada naungan selain naungan-Ku ini, aku menaungi mereka dengan naungan-Ku." (HR Muslim)

Dalam hadits lain Rasulullah bersabda, "Barangsiapa yang bersaudara dengan seseorang karena Allah, niscaya Allah akan mengangkatnya ke suatu derajat di surga yang tidak bisa diperolehnya dengan sesuatu dari amalnya." (HR Muslim)

Dalam keterangan yang lain Nabi Muhammad menjelaskan, "Di sekeliling Arsy terdapat mimbar-mimbar dari cahaya yang ditempati oleh suatu kaum yang berpakaian dan berwajah (cemerlang) pula. Mereka bukanlah para nabi atau syuhada, tetapi nabi dan syuhada merasa iri terhadap mereka." Para sahabat berkata, "Wahai Rasulullah, beritahukanlah kepada kami tentang mereka." Beliau menjawab, "Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai, bersahabat, dan saling mengunjungi karena Allah." (HR Nasa'i dari Abu Hurairah Radiallahu 'anhu)

Tidak Saling Menzhalimi

"Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya, tidak menzhalimi atau mencelakakannya. Barangsiapa membantu kebutuhan saudaranya sesama Muslim dengan menghilangkan satu kesusahan darinya, niscaya Allah akan menghilangkan darinya satu kesusahan di antara kesusahan-kesusahan di hari kiamat. Dan barangsiapa menutupi aib seorang Muslim, niscaya Allah akan menutup aibnya pada hari kiamat." (HR Bukhari dari Abdullah bin Umar ra)

Imam Muslim meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah bersabda, "Janganlah kalian saling mendengki, melakukan najasy, saling membenci, memusuhi, atau menjual barang yang sudah dijual ke orang lain. Tetapi jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim yang lain, tidak menzhalimi, dan tidak membiarkan atau menghinakannya. Takwa itu di sini (beliau menunjuk ke dadanya tiga kali)."

Ibarat Satu Tubuh

Ukhuwah dalam Islam memperkuat ikatan antara orang-orang Muslim dan menjadikan mereka satu bangunan yang kokoh. "Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mencintai dan berkasih sayang adalah ibarat satu tubuh; apabila satu organnya merasa sakit, maka seluruh tubuh akan sulit tidur dan merasa demam." (HR Muslim)

"Orang-orang Muslim itu ibarat satu tubuh; apabila matanya marasa sakit, seluruh tubuh ikut merasa sakit; jika kepalanya merasa sakit, seluruh tubuh ikut pula merasakan sakit." (HR Muslim)

Merasakan Lezatnya Iman

"Barangsiapa ingin (suka) memperoleh kelezatan iman, hendaklah ia mencintai seseorang hanya karena Allah." (HR Ahmad)

Mengenal Baik Sahabatnya

"Jika seseorang menjalin ukhuwah dengan orang lain, hendaklah ia bertanya tentang namanya, nama ayahnya, dan dari suku manakah ia berasal, karena hal itu lebih mempererat jalinan rasa cinta."
By:Insan Kamil.

http://www.facebook.com/inbox/?drop&ref=mb#/inbox/?folder=[fb]messages&page=1&tid=1158144793590

PASANGANKU

Pasanganku
Untuk anggota RBA-Tegal
Endirah Ekaningrum 29 November jam 5:26
Gara - gara banyak yang mau nikah, semalam juga ada yang minta artikel pernikahan dan pagi - pagi pas buka FB dapet pesan tentang pernikahan. Akhirnya pagi ini saya bagikan sedikit buat temen - temen. Semoga bermanfaat. Diambil dari grup tetangga:
================================

Bertahun-tahun yang lalu,
saya berdoa kepada Tuhan
untuk memberikan saya pasangan,
"Engkau tidak memiliki pasangan karena engkau tidak memintanya", Tuhan menjawab.

Tidak hanya saya meminta kepada Tuhan,
seraya menjelaskan kriteria pasangan yang saya inginkan.
Saya menginginkan pasangan yang baik hati,
lembut, mudah mengampuni, hangat, jujur, penuh dengan damai dan sukacita,
murah hati, penuh pengertian, pintar, humoris, penuh perhatian.
Saya bahkan memberikan kriteria pasangan tersebut secara fisik
yang selama ini saya impikan.

Sejalan dengan berlalunya waktu,
saya menambahkan daftar kriteria
yang saya inginkan dalam pasangan saya.
Suatu malam, dalam doa,
Tuhan berkata dalam hati saya,
"HambaKu, Aku tidak dapat memberikan apa yang engkau inginkan."

Saya bertanya, "Mengapa Tuhan?"
dan Ia! menjawab, "Karena Aku adalah Tuhan dan Aku adalah Adil.
Aku adalah Kebenaran dan segala yang Aku lakukan adalah benar."

ku bertanya lagi, "Tuhan, ku tidak mengerti mengapa
ku tidak dapat memperoleh apa yang ku pinta dariMu?"

Jawab Tuhan, "Aku akan menjelaskan kepadamu.
Adalah suatu ketidak adilan
dan ketidakbenaran bagiKu untuk memenuhi keinginanmu
karena Aku tidak dapat memberikan sesuatu yang bukan seperti engkau.
Tidaklah adil bagiKu untukmemberikan seseorang
yang penuh dengan cinta dan kasih kepadamu
jika terkadang engkau masih kasar;
atau memberikan seseorang yang pemurah tetapi engkau masih kejam;
atau seseorang yang mudah mengampuni,
tetapi engkau sendiri masih suka menyimpan dendam;
seseorang yang sensitif, namun engkau sendiri tidak..."

Kemudian Ia berkata kepada saya,
"Adalah lebih baik jika Aku memberikan kepadamu
seseorang yang Aku tahu dapat menumbuhkan segala kualitas
yang engkau cari selama ini daripada membuat engkau
membuang waktu mencari seseorang yang sudah mempunyai semua itu.
Pasanganmu akan berasal dari tulangmu dan dagingmu,
dan engkau akan melihat dirimu sendiri di dalam dirinya
dan kalian berdua akan menjadi satu.

Pernikahan adalah seperti sekolah, suatu pendidikan jangka panjang.
Pernikahan adalah tempat dimana engkau dan pasanganmu
akan saling menyesuaikan diri dan tidak hanya
bertujuan untuk menyenangkan hati satu sama lain,
tetapi untuk menjadikan kalian manusia yang lebih baik,
dan membuat suatu kerjasama yang solid.
Aku tidak memberikan pasangan yang sempurna karena engkau tidak sempurna.
Aku memberikanmu seseorang yang dapat bertumbuh bersamamu".

Ini untuk :
yang baru saja menikah,
yang sudah menikah,
yang akan menikah
dan yang sedang mencari,
khususnya yang sedang mencari.
By:Insan Kamil.

=========================================
1.Dana Sosial Milis Anadia
Emak Naik Haji, pasien tidak mampu, musibah kemanusiaan, palestina kita
An. Asmarani Rosalba, BCA Margonda Depok, No. Rek: 8690632111
Mohon SMS setelahnya (jika ada amanah khusus): Ibu Maria Amin (08158873733)

2. Gerakan RumahBaca AsmaNadia
Wakaf tanah RumahBaca AsmaNadia Penjaringan, pengadaan buku
(Dulu: Rumah Cahaya Kami: rumahcahayakami.multiply.com)
Rek. An Asmarani Rosalba, BCA Margonda Depok, No. Rek. 7650334056
SMS setelahnya:Andy Birulaut: 0818674667/email: birulaut3@yahoo.com


http://www.facebook.com/inbox/?drop&ref=mb#/inbox/?folder=[fb]messages&page=1&tid=1154463663133

MUHASABAH CINTA

Muhasabah Cinta
Untuk anggota RBA-Tegal
Endirah Ekaningrum 04 Desember jam 21:56
Cinta menurutku tak berwarna
Ia menjadi jingga sebagaimana kau memaknainya
Ia pun menjadi kuning, biru dan merah
sebagaimana kau menginginkannya

Cinta bagiku
Tak ubahnya kumpulan narasi
tentang kejujuran dan keberanian
tentang kemarahan dan kasih sayang

Cinta adalah lukisan yang unik dan tak terkatakan
sebab ia menenggelamkan kita pada angan - angan
dan mimpi yang abadi
dan CINTAKU PADAMU ADALAH SURGA
YANG TAK BISA KUMASUKI JIKA TANPAMU

[Diambil dari Buku terbaru Asma Nadia "Muhasabah Cinta Seorang Istri"]

============================
Entah mengapa saat membaca tulisan ini di cover belakang, saya pribadi merasakan makna yang dalam pada kalimat terakhir yang sengaja saya cetak tebal. Buat teman - teman yang sudah pernah baca buku terbaru mba Asma ini mungkin bisa di sharing dengan yang lain.

http://www.facebook.com/inbox/?drop&ref=mb#/inbox/?folder=[fb]messages&page=1&tid=1218494995817

BERSAMA MENUJU KEMULIAAN ISLAM

Khanan Stanner Tegal 14 Desember jam 23:41
Rubrik Nurul Hidayah kali ini mengangkat tema “Bersama menuju Kemuliaan Islam” secara khusus penulis angkat dengan artikel ini mengingat banyak sekali pihak-pihak sempalan dan orang-orang awam yang merasuk dan merusak pola fikir dalam menyikapi serta menelaah suatu ibadah muslim yang berbeda dengan kita sehingga melalaikan nilai mulia Islam itu sendiri.

Satu hal yang sangat disesalkan tatkala seorang muslim tidak mendahulukan prinsip melihat perbedaan syari’at dalam lingkup perbedaan madzhab apakah si Fulan sedang menjalankan madzhab Syafi’I, atau Hambali atau dua yang lainnya tapi justru yang mewabah adalah mereka melihat dari lingkup kelompok partai atau organisasi tertentu, sebut saja si A NU, si B Muhammadiyah, si C PKS dsb. Dalam aplikasinya, belum tentu para pengikutnya paham konsep bermadzhab sebenarnya. Ada yang paham dan masih banyak yang belum paham.

Kisah klasik di atas lebih disayangkan lagi karena muncul pemahaman lain yang dengan mudahnya menyatakan bahwa seseorang itu tidak perlu bermadzhab. Hal ini menunjukkan kurangnya pemahaman makna dari bermadzhab, syarat mujtahid, dan taqlid atau ittiba’.

Apa itu Madzhab, Mujtahid, dan Muqallid?

• Madzhab menurut pengertian bahasa ialah jalan yang dilalui. Menurut istilah, pengertian mazhab ialah hukum-hukum Islam yang dikeluarkan oleh seorang mujtahid langsung dari sumbernya. Sebagai contoh, apabila hukum-hukum Islam itu hasil ijtihad (fatwa atau pendapat) imam Syafi’i disebut “Mazhab Syafi’i”.
• Mujtahid yaitu ulama’ yang sanggup mengeluarkan hukum-hukum Islam dari sumbernya karena cukup padanya syarat-sayarat sebagai mujtahid.
• Orang yang mengikuti hukum-hukum Islam hasil ijtihad seorang mujtahid disebut “bermazhab” dengan mazhab mujtahid tersebut, misalnya orang yang mengikuti mazhab Imam Syafi’i r.a disebut “bermazhab Syafi’i”. Inilah yang disebut Pengikut/ Muqallid/ Muttabi alias orang yang bukan Mujtahid. Ini artinya di dunia ini cuma ada dua golongan umat manusia: mujtahid dan bukan mujtahid.

Berapa Jumlah Madzhab yang diakui Ulama?

Pada zaman dahulu Imam Mujtahid Muthlaq banyak jumlahnya. Sahabat-sahabat Nabi yang berfatwa tentang hukum-hukum Islam sesudah beliau wafat dapat juga digolongkan kepada Imam-imam Mujtahid Muthlaq jumlahnya sekitar 130 orang. Pada masa Tabi’in dan Tabi’it Tabi’in terdapat sekitar 13 orang Imam Mujathid Muthlaq. Sehubungan dengan itu pada zaman dahulu banyak terdapat mazhab seperti mazhab Ibnu Hazm, Mazhab Al-lits, Mazhab Al-Auza’i. Dan lain-lainnya, tetapi semuanya tidak tercatat lengkap bahkan banyak yang sudah hilang, mungkin karena dasar-dasar mazhabnya tidak kuat. Mazhab-mazhab yang tercatat lengkap sampai saat sekarang ini hanya 4 yang terkenal dengan nama “Al Madzhibul Arba’ah” yaitu :

1. Mazhab Hanafi. Pemukanya Imam Abu Hanifah An Nu’man bi Tsabit, lahir di Al Anbar (Kufah) pada tahun 80 H, dan wafat di Bagdad pada tahun 150 H.
2. Mazhab Maliki. Pemukanya Imam Malik bin Anas Al Asbahi, lahir di Madinah pada tahun 93 H, dan wafat di Madinah juga pada tahun 179 H.
3. Mazhab Syafi’i. Pemukanya Imam Muhammad bin Idris Asy Syafi’i lahir di Chazzah pada tahun 150 H. dan wafat di Mesir pada tahun 204 H.
4. Mazhab Hambali. Pemukanya Imam Ahmad bin Hambali bin Hilal Asy Syaibani, lahir di Baghdad pada tahun 164 H, dan wafat di Baghdad juga pada tahun 241 H.

Apa Saja Syarat Menjadi Seorang Mujtahid?

Orang baru dapat mencapai derajat mujtahid apabila memenuhi beberapa syarat yaitu:
1. Mengetahui bahasa dan sastra Arab sedalam-dalamnya, karena Al-qur’an dan hadits sebagai sumber hukum Islam menggunakan bahasa Arab yang fasih, yang mutunya tinggi dan pengertiannya luas dan dalam.
2. Mahir dalam hukum-hukum Al-Qur’an yakni diketahui lebih dulu mana diantara ayat-ayat Al-Qur’an itu yang umum, yang khusus, yang mujmal, yang mubayyan, yang muthlaq, yang muqayyad, yang zahir, yang nash, yang nasikh, yang mansukh, yang muhkam, yang mutasyabih dan lain-lain sebagainya.
3. Mengerti isi dan maksud Al-Qur’an seluruhnya.
4. Mengetahui “asbabunnuzul” yaitu sebab-sebab ayat diturunkan.
5. Mengetahui hadits-hadits Nabi saw sekurang-kurangnya yang termaktub dalam kitab-kitab hadits yang enam, yaitu: 1. Shahih Bukhari, 2. shahih Muslim, 3. shahih Tirmizi, 4. sunan Nasa’i, 5. Sunan Abu Dawud, 6. Sunan Ibnu Majah.
6. Sanggup menyisihkan mana hadits-hadits yang kuat yang shahih, yang mudlu’ dan mana yang lemah.
7. Mengerti dan mengetahui fatwa-fatwa imam-imam mujtahid yang terdahulu dalam masalah-masalah yang dihadapi.
8. Selain itu syarat yang harus dipenuhi ialah bertaqwa kepada Allah Swt, shahih, berakhlaq mulia, tidak sombong dan tidak takabbur serta tidak mengerjakan maksiat.

Satu kesalahan konsep yang fatal kalau seseorang mengatakan ia tidak bermadzhab. Karena setiap orang pasti dan harus bermadzhab karena madzhab adalah hukum/syariat Islam. Jika seseorang tidak mengikuti suatu madzhab (pendapat / pernyataan hukum) orang lain yang lebih alim, itu maknanya ia sedang membuat madzhab baru.
Maka, dapat disimpulkan bahwa pintu ijtihad itu sebenarnya masih terbuka, dan yang jadi pertanyaan adalah apakah sang mujtahid baru itu memenuhi syarat diatas (yang tentunya dimiliki keempat pemuka madzhab)? Nyatanya, beratus ribu ulama belum ada yang berani memproklamirkan madzhab barunya semenjak keempat madzhab itu ada. Lalu dengan mudahnya kita yang awam menyimpang dari madzhab yang empat? Na’udzubillah…

Mengapa Harus Bermadzhab Kepada Salah Satu dari Imam yang Empat?

Beberapa alasan kuat kita harus bermadzhab ada tiga hal yaitu:
1. Hal ini sesuai perintah agama bersumber dari firman Allah SWT yang artinya:
“Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai ilmu jika kamu tidak mengetahui” (An-Nahl, 43)
2. Keempat Imam itu paling tidak (minimal) menggunakan Ushulis Syar’iyyah (Sumber-sumber Mazhab) dengan tetap mengindahkan prosedur pendahuluan sumber penelaahan. Keempat sumber itu ialah Al-Qur’an; Hadits; Ijma’; dan Qiyas.
3. Keempat Imam Madzhab itu mendapatkan pujian dari hadits Nabi SAW langsung! Inilah keistimewaan sebenarnya mengapa kita mesti memilih salah satu dari keempatnya.
4. Banyak ulama tawadlu beranalogi kurang lebih seperti ini: Jika sudah ada 4 jalan tol yang kuat dan kokoh, untuk apa membuat jalan tol lagi untuk menggapai tujuan? Cukuplah menjalankan madzhab yang diyakini dengan tetap menuntut ilmu sebanyak-banyaknya dan beribadah semaksimal mungkin. Begitulah kira-kira.

Bolehkah Orang Berpindah Mazhab dalam Lingkungan Mazhab Empat?

Boleh. Demikian juga orang boleh pindah bertaqlid kepada Imam Mujtahid yang lain dalam sesuatu masalah, tetapi dengan dua syarat yaitu:
1. Jangan ada talfiq (Mencampur Mazhab dalam Satu Amalan)
Talfiq adalah taqlid kepada dua orang Imam Mujtahid dalam satu amal ibadah, tetapi kedua Imam yang bersangkutan tidak mengakui sahnya amal ibadah itu karena tidak sesuai dengan ajaran mereka masing-masing. Contohnya, seseorang berwudlu dengan wudlu mazhab Syafi’i yang menyapu hanya sebagian kecil dari kepala, kemudian kainnya dijilat anjing dan ia terus shalat. Shalat orang semacam ini, tidak sah, karena baik Imam Syafi’i maupun Imam Maliki menganggap bahwa shalat itu tidak sah dan batal.
2. Jangan mencari yang ringan-ringan saja.
Adapun syarat yang kedua, jangan mencari yang ringan-ringan ialah perpindahan dari satu mazhab kepada mazhab yang lain dengan mencari fatwa yang ringan-ringan saja. Ini dilarang karena bisa mengakibatkan agama akan hapus bagi orang yang bersangkutan. dan akhirnya akan mengakibatkan mereka tidak menjalankan agama yang benar. Yang lebih baik, peganglah satu mazhab saja dan bertawakkallah kepada Tuhan. Berpindah Madzhab hanya berlaku pada satu kondisi tertentu yang darurat. Bisa juga terkait adab sebagai penghormatan terhadap pengikut madzhab masyarakat setempat sebagaimana yang telah dicontohkan Para Imam Madzhab dan ulama salaf pengikutnya.

Wallahu a’lam bishshowwab.
Syar’i… text by Khanan.R.K

http://www.facebook.com/inbox/?drop&ref=mb#/inbox/?folder=[fb]messages&page=1&tid=1267944909634

KEAJAIBAN SHALAWAT

Khanan Stanner Tegal 14 Desember jam 23:43
KEAJAIBAN SHALAWAT

Allahumma Sholli ‘alaa Sayyidinaa Muhammad
Dalam edisi kali ini, kami dari redaksi menyajikan shalawat sebagai bahasan Fikrah kali ini mengingat kaum muslimin di segala penjuru dunia sedang memperingati Maulid Nabi Besar Muhammad SAW. Semoga kita mendapat manfaat dan ridho dari Allah SWT. Amin
Shalawat merupakan bacaan pujian sanjungan dan doa yang ditujukan kepada Rasulullah SAW, sebagai bukti rasa hormat dan cinta kepadanya. Karena jasa-jasa beliau inilah sampai dalam AlQuran terdapat ayat yang menganjurkan kaum mu’minin untuk memanjatkan shalawat kepadanya: “Sesungguhhya Allah dan malaikatNya bersholawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang berioman, bersholawatlah kamu kepada Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (Surat AlAhzab: 56)
Beraneka ragam jenis shalawat yang kita ketahui mulai dari shalawat Al-Fatih, shalawat Nurul Qolbi, Shalawat Mustajab, Shalawat Munjiyat, hingga shalawat Nariyah.

Hukum Membaca Shalawat

A. Wajib Membaca Shalawat
Merupakan kewajiban membaca shalawat kepada Nabi SAW yaitu pada:
1. Di Dalam Tasyahud Akhir (Attadzhib:54)
2. Di Dalam Shalat Jenazah (Fathul Qaribi Mujib:22)
3. Di Dalam khutbah Shalat Jumat

B. Sunnah Membaca Shalawat
Membaca shalawat merupakan hal sunnah namun ada waktu-waktu yang utama untuk membacanya:
1. Hari Jum’ah (HR Daud, Nasai, Ibnu Majah, Ibnu Hibban)
2. Ketika mendengar Nama Nabi Muhammad SAW disebut (HR Thabrani)
3. Ketika masuk masjid (Q.S. Annur:61)
4. Selesai adzan da Iqamah (HR Muslim,RiyadhusShalihin:442)
5. Ketika berdoa (Fathul Mu’in)

C. Haram Membaca Shalawat
Salah satu yang diharamkan membaca shalawat adalah ketika kita berada di kamar mandi atau toilet
Rahasia Keajabaiban Shalawat
Sesungguhnya banyak keajaiban dan rahasia yang bersifat irrasional namun itu terbukti dan nyata. Diantaranya sebagai berikut:
1. Shalawat mendatangkan syafaat1
2. Shalawat menjadi sebab diampuninya dosa1
3. Shalawat pasti sampai langsung kepada Rasulullah SAW2
4. Shalawat dapat membuat kaya dan menghilangkan kefakiran3
5. Shalawat menghilangkan kehausan di hari kiamat3
6. Shalawat dalam majelis dapat membaw barokah 1
7. Shalawat sebagai perantara diterimanya amal 1
8. Shalawat menambah dekat dengan Allah SWT1
9. Shalawat menyebabkan wangi dan mengharumkan bau jenazah1
10. Shalawatakan diganti dengan 1 malaikat1
11. Shalawat menjadi sebab dicabutnya nyawa secara pelan21
12. Shalawat menghapus kesedihan1
13. Shalawat balasannya yaitu rahmat berlipat ganda3
14. Shalawat membela saat kesulitan3
15. Shalawat menjadi ukuran menialai kekikiran1
16. Shalawat sebagai jalan menuju surga2
17. Penulis Shalawat dimuliakan Allah SWT1,3

Sumber:
1. Duratun Nasihin
2. AlJamiul AshShaghir
3. Irsyadul Ibad
4. AsSabiyyatu Fi Mawaidhil Birriyat

http://www.facebook.com/inbox/?drop&ref=mb#/inbox/?folder=[fb]messages&page=1&tid=234693941437

SYEH ABDUL QADIR JAILANI

Khanan Stanner Tegal 14 Desember jam 23:44
Syekh Abdul Qadir Jailani

Syekh Abdul Qadir Jailaniy adalah imam yang zuhud dari kalangan sufi. Nama lengkap beliau adalah Abdul Qadir bin Abi Sholih Abdullah bin Janki Duwast bin Abi Abdillah bin Yahya bin Muhammad bin Daud bin Musa bin Abdillah bin Musa Al-Hauzy bin Abdullah al-mahdh bin Al-Hasan Al-Mutsanna bin Hasan bin Ali bin Abi Thalib. Al Jailaniy dinisbahkan ke sebuah tempat di dekat thobistan yaitu Jiil atau Jilan atau Kilan.

Beliau lahir tahun 471 H di Jilan dan kemudian di masa mudanya beliau pergi ke Baghdad dan belajar dari Al-Qadhy Abi Sa’ad al-Mukhorromy. Beliau pun banyak meriwayatkan hadits dari sejumlah ulama pada masa itu diantaranya: Abu Gholib AlBaqilany dan Abu Muhammad Ja’far AsSirraj.

Syekh ‘Izzudin bin Abdissalam mengatakan: “Tidak ada seorangpun yang karamahnya diriwayatkan secara mutawatir kecuali Syekh Abdul Qadir Jailani.” Syekh Nurruddin AsySyathonufy alMuqry mengarang sebuah bukuy7ang menjelaskan tentang sirah dan karamah beliau dalam 3 jilid, dalam buku tersebut dikumpulkan semua berita yang berkaitan dengan syekh.

Diantara cerita yang terdapat dalam buku tersebut adalah sebuah kisah yang diriwayatkan dari Musa bin Syekh Abdul Qadir AlJailaniy. Ia berkata: “Aku mendengar ayahku bercerita: Pada suatu waktu ketika sedang berada dalam perjalanan di sebuah gurun. Berhari-hari lamanya aku tidak menemukan air, dan aku sangat kehausan.

Tiba-tiba ada awan yang melindungiku dan turun darinya setetes air kemudian aku meminumnya dan hilang rasa dahagaku, kemudian aku melihat cahaya terang benderang,. Tiba-tiba ada suara memanggggilku, “Wahai Abdul Qadir, Aku Rabbmu dan KAu telah halalkan segala yang haram kepadamu. “ Maka Syekh Abdul Qodir berkata: “PErgilah engakau wahai syetan terkutuk.” Tiba-tiba keadaan berubah menjadi gelap dan berasap, kemudian ada suara yang mengucapkan: “Engkau telah selamat tentang dariku (setan) dengan amalmu dan fiqihmu”.. Demikianlah sedikit kisah Syekh Abdul Qodir Jailaniy.

Syekh Abdul Qodir Jailaniy memiliki 49 anak, 27 anak diantaranya adalah laki-laki. Beliaulah yang mendirikan tariqat a-Qadiriyah. Diantara tulisan beliau antara lain kitab Al-Fathu arRabbani, Al-Ghunyah li Thalibi Tahriqi al-Haq dan Futuh alGhaib. Beliau wafat pada tanggal 10 Rabiul Akhir tahun 561 H bertepatan dengan 1166 M pada saat usia beliau 90 tahun.
Adapun penyebab kenapa begitu banyak orang di zaman sekarang mengagungkan beliau adalah karena beliau termasuk orang yang solih dan banyak karomahnya.

http://www.facebook.com/inbox/?drop&ref=mb#/inbox/?folder=[fb]messages&page=1&tid=1094121411754

PESAN SEJUK

Endirah Ekaningrum 20 Desember jam 20:49
Hidup di dunia hanya satu kali dan sebentar saja. Kita harus bersungguh-sungguh meniti karier kehidupan kita ini menjadi orang yang memiliki harga diri dan terhormat dalam pandangan Allah SWT juga terhormat dalam pandangan orang-orang beriman. Dan kematian kita pun harus kita rindukan menjadi sebaik-baik kematian yang penuh kehormatan dan kemuliaan dengan warisan terpenting kehidupan kita adalah nama baik dan kehormatan kita yang tanpa cela, kehinaan.

Kita harus berjuang mati-matian untuk memelihara harga diri kehormatan kita menjadi seorang muslim yang terpercaya, sehingga tidak ada keraguan sama sekali bagi siapapun yang bergaul dengan kita, baik muslim maupun non muslim, baik kawan atau lawan, tidak boleh ada keraguan terhadap ucapan, janji, maupun amanah yang kita pikul.

Oleh karena itu, pertama, jaga lisan kita. Jangan pernah berbohong dalam hal apapun. Sekecil dan sesederhana apapun, bahkan betapa pun terhadap anak kecil atau dalam senda gurau sekalipun. Harus benar-benar bersih dan meyakinkan, tidak ada dusta, pastikan tidak pernah ada dusta! Lebih baik kita disisihkan karena kita tampil apa adanya, daripada kita diterima karena
berdusta. Sungguh tidak akan pernah bahagia dan terhormat menjadi seorang pendusta. (Tentu saja bukan berarti harus membeberkan aib-aib diri yang telah ditutupi Allah, ada kekuasaan tersendiri, ada kekhususan tersendiri. Jujur bukan berarti bebas membeberkan aib sendiri).

Kedua, jaga lisan, jangan pernah menambah-nambah, mereka-reka, mendramatisir berita, informasi, atau sebaliknya meniadakan apa yang harus disampaikan. Sampaikanlah berita atau informasi yang mesti disampaikan seakurat mungkin sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Kita terkadang suka ingin menambah-nambah sesuatu atau bahkan merekayasa kata-kata atau cerita. Jangan lakukan! Sama sekali tidak akan menolong kita, nanti ketika orang tahu informasi yang sebenarnya, akan runtuhlah kepercayaan mereka kepada kita.

Ketiga, jangan sok tahu atau sok pintar dengan menjawab setiap dan segala pertanyaan. Nah, orang yang selalu menjawab setiap pertanyaan bila tanpa ilmu akan menunjukkan kebodohan saja. Yakinlah kalau kita sok tahu tanpa ilmu itulah tanda kebodohan kita. Yang lebih baik adalah kita harus berani mengatakan “tidak tahu” kalau memang kita tidak mengetahuinya, atau jauh lebih baik disebut bodoh karena jujur apa adanya, daripada kita berdusta dalam pandangan Allah.

Keempat, jangan pernah membocorkan rahasia atau amanat, terlebih lagi membeberkan aib orang lain. Jangan sekali-kali melakukannya. Ingat setiap kali kita ngobrol dengan orang lain, maka obrolan itu jadi amanah buat kita. Bagi orang yang suka membocorkan rahasia akan jatuhlah harga dirinya. Padahal justru kita harus jadi kuburan bagi rahasia dan aib orang lain. Yang namanya kuburan tidak usah digali-gali lagi kecuali pembeberan yang sah menurut syariat dan membawa kebaikan bagi semua pihak. Ingat, bila ada seseorang datang dengan menceritakan aib dan kejelekan orang lain kepada kita, maka jangan pernah percayai dia, karena ketika berpisah dengan kita, maka dia pun akan menceritakan aib dan kejelekan kita kepada yang lain lagi.

Kelima, jangan pernah mengingkari janji dan jangan mudah mengobral janji. Pastikan setiap janji tercatat dengan baik dan selalu ada saksi untuk mengingatkan dan berjuanglah sekuat tenaga dan semaksimal mungkin untuk menepati janji walaupun dengan pengorbanan lahir batin yang sangat besar dan berat. Ingat, semua pengorbanan menjadi sangat kecil dibandingkan dengan kehilangan harga diri sebagai seorang pengingkar janji, seorang munafik, na’udzubillah. Tidak artinya. Semua pengorbanan itu kecil dibanding jika kita bernama si pengingkar janji. Rasulullah SAW pernah sampai tiga hari menunggu orang yang menjanjikannya untuk bertemu, beliau menunggu karena kehormatan bagi beliau adalah menepati janji.

*)di copas dari sebuah blog, semoga bermanfaat
----------------------------------------------------------
1.Dana Sosial Milis Anadia
Emak Naik Haji, pasien tidak mampu, musibah kemanusiaan, palestina kita
An. Asmarani Rosalba, BCA Margonda Depok, No. Rek: 8690632111
Mohon SMS setelahnya (jika ada amanah khusus): Ibu Maria Amin (08158873733)

2. Gerakan RumahBaca AsmaNadia
Wakaf tanah RumahBaca AsmaNadia Penjaringan, pengadaan buku
(Dulu: Rumah Cahaya Kami: rumahcahayakami.multiply.com)
Rek. An Asmarani Rosalba, BCA Margonda Depok, No. Rek. 7650334056
SMS setelahnya:Andy Birulaut: 0818674667/email: birulaut3@yahoo.com

http://www.facebook.com/inbox/?drop&ref=mb#/inbox/?folder=[fb]messages&page=1&tid=1291615536236

Habib Abdullah Bin Abdul Qadir Bilfaqih

Habib Abdullah bin Abdul Qadir Bilfagih, Ulama Karismatik dan Ahli Hadis
Masyarakat Malang dan sekitarnya mengenal dua tokoh ulama yang sama-sama karismatik, sama-sama ahli hadis, sama-sama pendidik yang bijaksana.

Mereka adalah bapa dan anak: Habib Abdul Qadir Bilfagih dan Habib Abdullah bin Abdul Qadir Bilfagih. Begitu besar keinginan sang ayah untuk 'mencetak' anaknya menjadi ulama besar dan ahli hadis, mewarisi ilmunya.

Ketika menunaikan ibadah haji, Habib Abdul Qadir Bilfagih berziarah ke makam Rasulullah saw di kompleks Masjid Nabawi, Madinah. Di sana ia memanjatkan doa kepada Allah SWT agar dikurniai putera yang kelak tumbuh sebagai ulama besar, dan menjadi seorang ahli hadits.
Beberapa bulan kemudian, doa itu dikabulkan oleh Allah SWT. Pada 12 Rabiulawal 1355 H/1935 M, lahirlah seorang putera buah pernikahan Habib Abdul Qadir dengan Syarifah Ummi Hani binti Abdillah bin Agil, yang kemudian diberi nama Abdullah.

Sesuai dengan doa yang dipanjatkan di makam Rasulullah SAW, Habib Abdul Qadir pun mencurahkan perhatian sepenuhnya untuk mendidik putra tunggalnya itu. Pendidikan langsung ayahanda ini tidak sia-sia. Ketika masih berusia tujuh tahun, Habib Abdullah sudah hafal Al-Quran.
Hal itu tentu saja tidak terjadi secara kebetulan. Semua itu berkat kerja sama yang seimbang antara ayah yang bertindak sebagai guru dan anak sebagai murid. Sang guru mengerahkan segala daya upaya untuk membimbing dan mendidik sang putra, sementara sang anak mengimbanginya dengan semangat belajar yang tinggi, ulet, tekun, dan rajin.

Menjelang dewasa, Habib Abdullah menempuh pendidikan di Lembaga Pendidikan At-Taroqi, dari madrasah ibtidaiyah hingga tsanawiyah di Malang, kemudian melanjutkan ke madrasah aliyah di Pondok Pesantren Darul Hadits Al-Faqihiyyah li Ahlis Sunnah Wal-Jama’ah. Semua lembaga pendidikan itu berada di bawah asuhan ayahandanya sendiri.
Sebagai murid, semangat belajarnya sangat tinggi. Dengan tekun ia menelaah berbagai kitab sambil duduk. Gara-gara terlalu kuat belajar, ia pernah jatuh sakit. Meski begitu ia tetap saja belajar. Barangkali karena ingin agar putranya mewarisi ilmu yang dimilikinya, Habib Abdul Qadir pun berusaha keras mendidik Habib Abdullah sebagai ahli hadits.

Maka wajarlah jika dalam usia relatif muda, Habib Abdullah telah hafal dua kitab hadits shahih, yakni Shahihul Bukhari dan Shahihul Muslim, lengkap dengan isnad dan silsilahnya. Tak ketinggalan kitab-kitab Ummahatus Sitt (kitab induk hadits), seperti Sunan Abu Daud, Sunan Turmudzy, Musnad Syafi’i, Musnad Imam Ahmad bin Hanbal; Muwatha’ karya Imam Malik; An-Nawadirul Ushul karya Imam Hakim At-Turmudzy; Al-Ma’ajim ats-Tsalats karya Abul Qasim At-Thabrany, dan lain-lain.
Tidak hanya menghafal hadits, Habib Abdullah juga memperdalam ilmu musthalah hadist, yaitu ilmu yang mempelajari hal ikhwal hadits berikut perawinya, seperti Rijalul Hadits, yaitu ilmu tentang para perawi hadits. Ia juga menguasai Ilmu Jahr Ta’dil (kriteria hadits yang diterima) dengan mempelajari kitab-kitab Taqribut Tahzib karya Ibnu Hajar Al-Asqallany, Mizanut Ta’dil karya Al-Hafidz adz-Dzahaby.

Empat Mazhab
Selain dikenal sebagai ahli hadits, Habib Abdullah juga memperdalam tasawuf dan fiqih, juga langsung dari ayahandanya. Dalam ilmu fiqih ia mempelajari kitab fiqih empat madzhab (Madzhab Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hanbali), termasuk kitab-kitab fiqih lain, seperti Fatawa Ibnu Hajar, Fatawa Ramli, dan Al-Muhadzdzab Imam Nawawi.

Setelah ayahandanya wafat pada 19 November 1962 (21 Jumadil Akhir 1382 H), otomatis Habib Abdullah menggantikannya, baik sebagai pengasuh pondok peantren, muballigh, maupun pengajar. Selain menjabat direktur Lembaga Pesantren Darul Hadits Malang, ia juga memegang beberapa jabatan penting, baik di pemerintahan maupun lembaga keagamaan, seperti penasihat menteri koordinator kesejahteraan rakyat, mufti Lajnah Ifta Syari’i, dan pengajar kuliah tafsir dan hadits di IAIN dan IKIP Malang. Ia juga sempat menggondol titel doktor dan profesor.

Sebagaimana ayahandanya, Habib Abdullah juga dikenal sebagai pendidik ulung. Mereka bak pinang dibelah dua, sama-sama sebagai pendidik, sama-sama menjadi suri tedalan bagi para santri, dan sama-sama tokoh kharismatik yang bijak. Seperti ayahandanya, Habib Abdullah juga penuh perhatian dan kasih sayang, dan sangat dekat dengan para santri.
Sebagai guru, ia sangat memperhatikan pendidikan santri-santrinya. Hampir setiap malam, sebelum menunaikan solat Tahajjud, ia selalu mengontrol para santri yang sedang tidur. Jika menemukan selimut santrinya tersingkap, ia selalu membetulkannya tanpa sepengetahuan si santri. Jika ada santri yang sakit, ia segera memberikan obat. Dan jika sakitnya serius, ia akan menyuruh seseorang untuk mengantarkannya ke dokter.

Seperti halnya ulama besar atau wali, pribadi Habib Abdullah mulia dan kharismatik, disiplin dalam menyikapi masalah hukum dan agama. Tanpa tawar-menawar, sikapnya selalu tegas: yang haq tetap dikatakannya haq, yang bathil tetap dikatakannya bathil.

Sikap konsisten untuk mengamalkan amar ma’ruf nahi munkar itu tidak saja ditunjukkan kepada umat, tapi juga kepada pemerintah. Pada setiap kesempatan hari besar Islam atau hari besar nasional, Habib Abdullah selalu melancarkan saran dan kritik membangun – baik melalui pidato maupun tulisan.

Habib Abdullah juga dikenal sebagai penulis artikel yang produktif. Media cetak yang sering memuat tulisannya, antara lain, harian Merdeka, Surabaya Pos, Pelita, Bhirawa, Karya Dharma, Berita Buana, Berita Yudha. Ia juga menulis di beberapa media luar negeri, seperti Al-Liwa’ul Islamy (Mesir), Al-Manhaj (Arab Saudi), At-Tadhammun (Mesir), Rabithathul Alam al-Islamy (Makkah), Al-Arabi (Makkah), Al-Madinatul Munawarah (Madinah).

Habib Abdullah wafat pada hari Sabtu 24 Jamadilawal 1411 H (30 November 1991) dalam usia 56 tahun. Ribuan orang melepas kepergiannya memenuhi panggilan Allah SWT. Setelah disolatkan di Masjid Jami’ Malang, jenazahnya dimakamkan berdampingan dengan makam ayahandanya di pemakaman Kasin, Malang, Jawa Timur.

Dihantar oleh M.A.Uswah pada 8:43 AM
Label: Taman Habaib Indonesia

http://www.facebook.com/inbox/?folder=[fb]messages&page=1&tid=1335600669526

27 Desember 2009




*IBUKU SAYANG HARUS DISAYANG



Kalau ada yang bertanya, siapa orang yang paling berjasa dalam hidupku, aku langsung menjawab: “Ibu!” dan kalau ada yang bertanya, siapa orang yang patut dijadikan figur, aku langsung jawab : “Ibu!”.


Yah, Ibuku adalah orang nomor satu di dunia yang paling baik, paling berjasa dan paling menyenangkan untuk diajak berkomunikasi. Entah bagaimana kehidupanku kelak jika Ibu “ meninggalkanku”. Aku paling tidak bisa jauh dari Ibuku, jika Bapak sedang marah, Ibu-lah yang selalu menenangkanku, membuatku merasa senantiada terlindungi. Yang selalu membelaku di saat ada orang yang menyakitiku, dan yang selalu menghiburku kala ku bersedih. Yang senantiasa menasehatiku saat ku lalai, dan mengingatkanku saat ku lupa. Mensupportku setiap aku jatuh tak bergairan menjalani hidup. Teman, aku sayang Ibuku… Yuk, kita bersama-sama menyayangi orang tua kita, terutama Ibu…..banyak nasihat yang telah kudapatkan dan berusaha kukerjakan, agar kasih sayang yang kumiliki bisa sama dengan kasih sayang Ibu yang tak terbatas dan terbalas.


Aku selalu ingat peringatan Allah dalam kitab-Nya, untuk selalu berbuat baik terhadap Ibu-Bapak, firman Allah yang selalu mengingatkanku siang dan malam.


“Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya; ibu telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua ibu bapakmu; hanya kepada-Ku engkau akan kembali .”(Q.S 31:14-15)


Dan tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia, dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya, atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka janganlah sekali-kali engkau membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih-sayang dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku! Sayangilah mereka berdua, sebagaimana mereka berdua telah menyayangi aku semenjak kecil”. (Q.S 17:23-24


Juga nasihat-nasihat dari baginda Rosulullah SAW untuk senantiasa membahagiakan mereka, seperti dalam hadist-hadist berikut ini :


“Surga terletak di bawah telapak kaki Ibu “(Al-Hadist)


“Memandang dengan kasih sayang dan ramah tamah kepada ibu dan ayah adalah ibadah “(Al-Hadist).



“Apabila engkau ingin Allah memanjangkan umurmu, maka bahagiakanlah kedua orang orang tuamu” (Imam Ja’far Shiddiq)


Rasulullah Saw bersabda “Ada empat macam orang yang Allah wajib tidak memasukkannya ke dalam golongan orang-orang yang beriman, bahkan dijauhkan dari harumnya bau surga. Pertama, pecandu minuman keras, pemakan harta riba, pemakan harta anak yatim tanpa dibenarkan syara’ dan orang yang menyakiti kedua orang tuanya “.(Hr. Al Hakim)


Nabi SAW bersabda “Pandangan kasih sayang seorang anak kepada orang tuanya dipandang sebagai suatu ibadah”.


Dari Abu Hurairah dia berkata telah datang kepada Rasulullah Saw seorang laki-laki lalu bertanya: “Wahai Rasulullah, siapakah yang lebih berhak untuk saya pergauli dengan baik?” Beliau menjawab: “Ibumu” dan dia bertanya lagi “Kemudian siapa?” Beliau menjawab “Ibumu” dia bertanya lagi “Kemudian siapa?” Beliau menjawab “Ibumu” dia bertanya lagi “Kemudian siapa” Beliau menjawab “Ayahmu’.


Dari isi hadist terlihat betapa Allah melalui Rasulullah menilai besar pengorbanan orang tua kita terutama ibu. Apa yang sudah ibu berikan kepada anak tak dapat dibandingkan dengan apapun di dunia ini, orang tua terutama ibu harus selalu kita hormati sepanjang hdup kita. Walaupun itu bukan orang tua kita. Begitu juga bila kita memaki orang tua yang bukan orang tua kandung maka berarti kita memaki orang tua kita sendiri. Memuliakan orang tua kita bukan dengan memberi harta yang berlimpah, tetapi akhlak yang baik dari anak-anak sudah membuat orang tua kita damai dan senang. Harta tak dapat dibandingkan dengan kemuliaan akhak yang baik. Kita sebagai anak harus memohon berjuang sekuat tenaga kepada Allah bila orang tua kita belum mendapat hidayah dari Allah. Dan kita harus selalu menerima segala kekurangan orang tua kita dengan lapang dada.


Semakin anak besar, tentu saja ibu tak selalu bisa mendampingi anak-anaknya, tapi ibu yakin jalinan yang ada di antara ibu dan anaknya. Ibu akan terus berdoa dan menyerahkan anak pada Allah SWT dan semoga dijauhkan dari segala marabahaya. Dan ibu percaya, doa-doa ibu yang dipanjatkan akan menyertai perjalanan anaknya kemanapun dia pergi dan selalu menjadi penerang atas kehidupannya.


Ibu akan tahu dan merasa, apakah anaknya sedang resah dan sedang mempunyai masalah yang belum dapat diselesaikan. Ibu akan menunggu, apakah anak datang untuk memohon doa ibu atau anak akan berusaha menyelesaikan sendiri. Ibu tetap akan mendoakannya.
Semakin anak menjadi dewasa, ibu juga akan mendudukkan dirinya, untuk membuat anak mandiri, dan tidak mencampuri persoalannya tanpa diminta. Kadang anak bisa berbuat salah , tapi seorang ibu harus bisa mengarahkan anaknya untuk menerima akibat atas segala kesalahan yang dilakukan dan berusaha untuk tidak mengulangi lagi kesalahan yang sama.


Betapa beratnya peran ibu.... Oleh karena itu menjadi seorang ibu bukanlah hal yang mudah. Diperlukan kedewasaan, kematangan, agar ibu dapat menjalankan perannya dan membuat keluarga bahagia, atas peran ibu yang bisa menaungi seluruh anggota keluarganya, dengan kelembutan, ketegasan dan kebijaksanaannya.


Hak-hak istimewa yang diberikan Islam bagi seorang ibu, adalah karena susah payah yang telah ditanggungnya dalam mengembangkan kehidupan rohani dan jasmani anak-anaknya. Sehingga hanya para ibu yang melaksanakan tugas keibuannya dengan baik yang layak mendapatkan kedudukan dan hak istimewa tersebut. Sedangkan ibu yang justru memilih untuk bersenang-senang, berfoya-foya meninggalkan kewajibannya mengasuh dan mendidik anak, serta membiarkan anaknya di panti asuhan, sesungguhnya telah melakukan kezaliman yang tak termaafkan terhadap anaknya. Oleh karena itu tidaklah pantas ia mengharapkan keutamaan akan hak dan kedudukan ibu.


Ibu-ibu semacam itu bukan saja merusak kebahagiaan anak-anak mereka tetapi juga memberi pukulan pada masyrakat disebabkan kegagalan mereka mengambil manfaat dari anak-anaknya. Seorang anak yang tidak belajar dari ajaran cinta kasih ibunda dan yang emosinya tidak dikembangkan dalam pangkuan ibunda, tidak dapat diharapkan untuk menunjukan kasih sayang di tahun-tahun berikutnya. Lihatlah betapa pribadi-pribadi besar di dunia mendapatkan keberhasilan terutama dari pengaruh ibu, ibu mereka telah melaksanakan tugas penting dan memainkan peranan yang berhasil dalam membina anak-anaknya.


Dengan kepribadian, simpati dan usahanya, para ibu dapat meletakan dasar kehidupan bahagia bagi anak-anaknya dan melatih mereka untuk masa depan. Sedangkan para ibu yang teledor dan mementingkan diri sendiri, dengan tindakan salah, justri menyeret anak-anaknya kepada kepedihan dan nestapa.


Islam dengan jelas menyatakan bahwa salah satu penyebab utama penyelewengan anak-anak adalah penyelewengan orang tua sendiri. Nabi Muhammad SAW menegaskan bahwa setiap anak memasuki dunia ini dengan wataknya yang suci, siap menerima tauhid dan kebaikan moral, tetapi orang tuanya jsutru menyeret anak-anak mereka dengan pendidikan ke arah penyimpangan moral dan kadang juga membawa ke jurang kekafiran dan syirik.


Karena pengaruh orang tua kepada anak-anak yang tak terhindarkan inilah, maka Rasul SAW dan para Imam AS mengajukan banyak saran kepada para orang tua dan sangat menghargai usaha-usaha mereka.


Nabi Muhammad SAW bersabda, “Hormatilah anak-anakmu. Ajari mereka akhlak yang baik, agar engkau mendapatkan keridhaan ilahi dan keselamatan.”


Beliau SAW bersada pula, “jika engkau melatih anak-anakmu berperilaku baik dan memberi pendidikan yang semestinya, maka hal itu lebih baik daripada memberikan sebagian hartamu setiap harinya di jalan Allah.”


Hadist lain menyebutkan bahwa “Apabila seseorang meninggal, maka terputuslah amalnya, kecuali tiga hal :

1. jika ia berbuat amal yang selalu membawa manfaat bagi manusia,

2, jika ia meninggalkan ilmu pengetahuan yang bermanfaat,

3. jika ia meninggalkan anak saleh yang mendoakannya.


Apabila orang tua melaksanakan kewajibannya dengan mendidik anak-anaknya dengan semestinya, maka mereka mendapatkan manfaat sepenuhnya dari hak-hak mereka sebagai orang tua dan mendapatkan keuntungan berupa keturunan yang baik. Disini Islam menyeru kepada anak-anak dan menyuruh mereka untuk berbuat baik kepada orang tua.


Imam Ja’far AS berkata “berlaku baik dan sopan kepada orang tua merupakan bukti ketakwaan seseorang, karena tak ada amal yang disenangi Allah sebagaimana menghormati orang tua.”


Imam Ahlubait yang ke-4 berpesan “Adalah hak ibumu agar engkau mengingatnya bahwa ia telah mengandungmu dalam rahimnya selama berbulan-bulan. Memeliharamu dengan sari hidupnya. Mengerahkan semua yang ada padanya untuk memelihara dan melindungimu. Ia tidak mempedulikan rasa laparnya, sedangkan engkau diberinya makan sepuas-puasnya. Ia mengalami rasa haus sementara dahagamu dipuaskan. Ia mungkin tak berpakaian, tapi engkau diberikan baju yang baik-baik, ia mungkin berdiri di panas terik matahari, sementara engkau berteduh. Ia meninggalkan tidurnya yang enak demi tidurmu yang pulas. Ia melindungimu dari panas dan dingin. Ia menanggung semua kesusahan itu demi engkau! Maka engkau layak untuk mengetahui bahwa engkau tak akan mampu bersyukur kepada ibumu secara pantas kecuali Allah menolongmu dan memberikan keridhaan untuk membalas budinya.


Ibu sangat penting dalam meletakkan dasar-dasar pondasi pendidikan anak-anaknya pada sikap dan perilaku serta menjaga agar rumah tangga aman tentram sedasyat apapun badai cobaan menggulungnya. Ada pancaran kasih, doa serta pengobanan seorang ibu, banyaknya wanita karir, diikuti semakin dasyatnya pengaruh globalisasi yang juga sangat berpengaruh pada perilaku anak-anak kita, semakin menunjukkan betapa peran ibu harus semakin kuat.


Seperti yang disampaikan Mario Teguh dalam acara dengan judul “A Mother’s Prayer” di Metro TV tanggal 21 Desember 2008, Mario Teguh menyatakan “Ibu tak pernah cuti, tak ada lembur. Keberhasilan ibu adalah keberhasilan anak-anaknya, serta kesedihan anak-anaknya adalah kesedihan ibunya.”


Selanjutnya Mario Teguh juga mengatakan bahwa “ibu menjadi tempat bersandar banyak orang. Ibu menginginkan anaknya berdiri tegak, berjalan dan mempunyai kehidupan yang lebih baik. Oleh karena itu, sebaiknya kita sedikit mungkin bercerita pada beliau, karena begitu masalah yang kita hadapi telah selesai, ibu masih kepikiran”.


Pada saat si anak masih dalam kandungan, ibu harus telah mempersiapkan diri mendisplinkan diri, agar anak telah menjadi disiplin sejak masih di dalam kandungan. Seorang anak tidak ingin dilahirkan, namun orang tua-lah yang menginginkan kelahiran anak-anaknya sebagai penyambung keturunannya. Ibu yang telah mempersiapkan diri akan lebih tenang dalam menghadapi kesulitan, baik dalam masa kehamilan, proses kelahiran maupun merawat bayinya dengan penuh kasih sayang setelah anak lahir dengan selamat.
Perkembangan kepribadian dan perilaku anak, sangat ditentukan oleh bagaimana orang tua mendidiknya, disini peran ibu sangat penting. Ibu-lah yang selama 9 bulan, kemudian menyusui serta menimang anaknya…selain itu juga mengajarkan anak-anaknya sejak anak bisa mengerti. Mengajarkan etika, agama dan pelajaran lain yang akan mengembangkan pola pikir dan perilaku anak ke arah yang baik.


Seorang laki datang kepada Nabi seraya berkata “Wahai nabi Allah! Tunjuki saya kepada siapa mesti berbuat baik untuk mendapatkan manfaat yang sempurna atas amal kebajikan saya!” beliau bersabda . “Berbuat baiklah kepada ibumu.” Lelaki itu bertanya dua kali lagi “Dan sesudah beliau?” Nabi menjawab, “Kepada ibumu. “Lelaki itu bertanya kepada orang lain siapakah saya mesti berbuat baik pula?” Nabi bersabda ,”Kepada ayahmu!.”


Seorang lelaki bertanya kepada Imam Ja’far Shadiq (AS) : “ Apakah ada nikmat yang diperintahkan Allah dalam Al-Qur;an untuk diperlihatkan kepada orang tua?” Imam menjawAb, “Itu berarti bahwa engkau harus bersikap baik dan terpuji dalam pergaulan dengan mereka. Tidak memaksa mereka meminta pertolonganmu di saat perlu, bahkan justru engkau berusaha memenuhi keperluan mereka sebelum mereka memintamu.”


Allah berfirman, “Engkau sekali pun tak akan sampai pada kebaktian (yang sempurna) sebelum engkau menafkahkan sebagian harta yang engkau cintai. Dan apa pun yang engkau nafkahkan, maka sungguh Allah mengetahuinya.” (Q.S 3:92).


“Jika orang tuamu menyebabkan perasaan tidak senang pada dirimu, maka janganlah engkau ( membalas dengan ) menyakiti mereka. Bahkan engkau mesti mendoakan emreka, dan tidak melemparkan apapun selain pandangan cinta dan kasih sayang kepada mereka. Suaramu tidak boleh lebih keras dari mereka dan engkau tidak boleh berjalan mendahului mereka!”.


Imam Muhammad Baqir AS berkata, “Ada empat hal yang kepemilikannya akan memberikan pada pemiliknya rumah di surga melalui keridhaan-Nya:


1.Mengasuh anak yatim dan memberikan tempat perlindungan kepada mereka.

2.Berkasih sayang kepada yang tua renta dan tak berdaya

3.Berbaik hati dan berperilaku ramah kepada orang tua

4.Berhati lembut kepada bawahan dan pelayan


Islam juga memandang bahwa kebajikan kepada ibu sebagai suatu jalan yang bermanfaat untuk menghapus dosa seseorang dan memandang kebaikan kepada ibu sebagai suatu sarana untuk menyelamatkan dari dosa dan menggapai keridhaan Allah.


Seorang lelaki datang kepada Rasulullah SAW seraya mengeluh, ‘Wahai Nabi! Saya telah berbuat banyak dosa dalam hidup ini. Saya telah melakukan segala macam perbuatan jahat. Apkah pintu taubat masih terbuka untuk saya? Apakah Allah masih akan menerima taubat saya?” Nabi bertanya, “Apakah orang tuamu masih hidup?” Lelaki itu mengatakan, “Ya ayah saya masih hidup!” Nabi lalu berkata, “Maka pergilah kepadanya dan berbuat baiklah kepadanya (agr dosamu diampuni Allah).” Lelki itu pamit kemudian keluar. Kemudian Nabi bersabda,” Saya berharap ibunya masih hidup!” [yang beliau maksudkan ialah bahwa apabila ibunya masih hidup untuk menerima kebajikan anaknya, maka dosa-dosanya akan lebih cepat diampuni.]


Seorang lelaki datang kepada Nabi seraya berkata, “Wahai Nabi Allah! Saya dianugerahi Allah seorang anak perempuan, saya membesarkannya hingga ia dewasa. Suatu hari saya pakaikan baju padanya, saya hiasi dia, lalu saya membawanya ke sebuah sumur, “Wahai ayahku tersayang!” sekarang saya bertaubat atas apa yang telah saya lakukan. Bagaimana saya bisa menebus dosa saya, apa yang harus saya kerjakan untuk menebus dosa itu?” Nabi SAW bertanya, “Apakah ibumu masih hidup?” Lelaki itu menjawab,” Tidak” Nabi bertanya, “Apakah bibimu masih hidup?” lelaki itu mengatakan “ya”. Nabi lalu bersada ia (bibimu) sama dengan ibu. Pergilah berbuat baik padanya, dengan demikian dosamu akan diampuni!’


Dalam Islam, kemarahan dan ketidakpuasan Ibu dipandang sebagai sarana datangnya bencana dan kehancuran. Dalam beberapa riwayat telah dikatakan secara gamblang bahwa orang yang durhaka terhadap orang tuanya tidak akan pernah mencium bau surga dan tidak akan mencapai kebahagiaan.


Seorang pemuda di masa Nabi telah jatuh sakit dan terbaring tak berdaya di tempat tidur. Nabi pergi menjenguknya dan mendapatkan ia sakit parah di saat terakhirnya. Nabi berkata padanya, “Akuilah keesaan Allah dan ucapkan kalimat syadahat : Laa ilaaha illallah!” Pemuda yang sakit itu menggagap dan tidak dapat mengucapkan kalimat suci. Nabi bertanya pada seorang perempuan yang hadir, “Apakah ia mempunyai ibu?” perempuan itu menjawab,”Ya, saya adalah ibunya,” Nabi bertanya lagi, “Apakah engkau tidak rela kepadanya” perempuan itu mengiyakan,” ya. Saya tidak rukun dengan dia selama enam tahun!” Nabi meminta perempuan itu memaafkan kesalahan putranya. Perempuan itu berujar, “Wahai Nabi Allah! Saya akan melakukannya demi engkau.” Kemudian Nabi menoleh kepada pemuda itu sambil berkata, “Sekarang ucapkanlah Laa ilaaha illallah.”pemuda itu sekarang dengan lidah bebas mengucapkan kalimat suci itu.


Jenius Islam almarhum Murtadha Anshari, meratap dengan pedih ketika ibunya meninggal. Sambil berlutut di sisi jenasah ibunya, ia menangis dan mencurahkan air mata. Untuk menghibur dan menyatakan simpatinya, salah seorang muridnya mengatakan “Tidak pantas engkau yang berkedudukan alim bersikap resah dan mengucurkan air mata, hanya karena kematian seorang perempuan tua. Ulama besar itu mengangkat kepala dan menjawab “Sepertinya engkau belum menyadari kedudukan mulia Ibu, saya berhutang budi atas kedudukan saya kepada pendidikan yang diberikan ibu pada saya dan kerja kerasnya. Ibulah yang meletakkan dasar kemajuan saya pada kedudukan sebagai ulama sekarang ini”.


Inilah contoh pengaruh ibu kepada anaknya. Betapa banyak ibu yang usahanya sekarang telah menghasilkan suatu sumbangan besar bagi kemajuan para ilmuwan terkenal di dunia.


Thomas Alfa Edison bukan saja gagal menunjukkan bakatnya di masa kanak-kanak tetapi juga kelihatan sangat bodoh karena ia mempunyai kepala yang terlalu besar. Keluarga dan kenalannya menganggap ia menderita kelemahan mental. Pertanyaan-pertanyaan aneh yang sekali-kali ditanyakannya semakin menguatkan anggapan mereka. Bahkan di sekolah yang hanya dikunjunginya lebih dari tiga bulannya dijuluki “si tolol”, karena pertanyaan-pertanyaanya yang berulang kali kepada guru.


Seorang sahabat keluarga Edison menulis berkaitan dnegan ini, “Kadang-kadang ketika melewati rumah, saya melihat ibu Edison dan putranya duduk-duduk di ruang depan, sementara sang ibu mengajari anaknya. Tempat itu menjadi ruang kelas dan Edison adalah satu-satunya murid di situ, isyarat dan gerakan-gerakannya seperti ibunya, ia sangat mencintai ibunya! Ketika ibunya berkata, Edison mendengarkan penuh perhatian seakan-akan perempuan itu lautan ilmu”.


Sebagian hasil usaha ibunya, sebelum usia 9 tahun, Edison telah membaca karya-karya besar Gibbson, Hume, Plato,dan Humerus! Ibu yang bijaksana dan cerdas itu juga mengajarkan geografi, sejarah, matematika, dan akhlak. Edison hanya bersekolah selama tiga bulan, dan semua yang dipelajarinya di masa kanak-kanak didapat dari ibunya. Ibu itulah guru yang sesungguhnya, karena asuhannya bukan saja bagi pendidikan anaknya tetapi juga untuk menemukan bakat-bakat yang alami dan mengembangkannya kemudian ketika Edison menjadi terkenal ia berkata :


“Di masa kanak-kanak, saya menyadari betapa bagusnya tokoh seorang ibu. Ketika guru itu menjuluki saya “tolol”, ibu membela saya. Apabila ibu tidak mendorong saya , mungkin saya tidak akan menjadi penemu, menurut ibu saya jika orang-orang yang salah jalan setelah dewasa telah mendapatkan pendidikan dan diasuh sebagaimana mestinya, mereka tidak akan menjadi parasit yang tidak berguna dalam masyarakat. Pengalaman yang telah dikupulkannya seorang guru telah mengajarkan kepadanya banyak rahasia watak manusia. Sebelumnya saya selalu tak peduli dan apabila bukan karena perhatian ibu, kemungkinan besar saya telah menyeleweng dari jalan yang semestinya! Namun ketabahan ibu dan kebaikannya merupakan faktor-faktor kuat yang menghalangi saya dari penyelewengan dan kesesatan.


Subahanallah… ternyata peran ibu sangat mempengaruhi keberhasilan seorang anak. Andai semua ibu di dunia ini adalah ibu yang baik, tentu dunia akan dipenuhi oleh manusia-manusia berguna dan sempurna, dan betapa damainya dunia ini.


Aku jadi ingat ibuku kembali….ibuku yang penyabar dan selalu tersenyum dalam menghadapi cobaan dan problema yang ada. Ibuku yang lebih kuat dari bapakku, yang mampu tertawa di saat bersedih dan mampu bekerja lebih dari 8 jam sehari.


Ibuku sayang, aku sangat menyayangimu……dan ingin membahagiakanmu.. Namun, mampukah?




By: Futicha Turisqoh
( Penulis adalah anggota FLP Tegal )