31 Oktober 2011

LOMBA MENULIS, UNTUK NOMINASI BUKU: “99 SURAT CINTA UNTUK PRESIDEN”. DL: 22 November 2011


oleh Erpin Leader pada 31 Oktober 2011 jam 20:38
 
Salam semangat untuk pemikir yang terus bergerak.
Salam cinta untuk jiwa-jiwa yang terus memberi inspirasi.
Ikutan lomba yuk!...

Pengantar:
Bismillahirrahmanirrahim...
Sesuatu yang biasa, akan menjadi luar biasa. Jika kita memiliki kesungguhan, untuk menjadikannya luar biasa. Demikian pula secarik surat cinta yang sederhana. Ia akan menjadi Istimewa, ketika kita berani menyatukannya dalam sebuah buku yang berjudul “99 Surat Cinta Untuk Presiden”.

Surat “cinta” adalah salah satu media, untuk menyampaikan pesan dari hati untuk seseorang. Meskipun saat ini, teknologi semakin canggih, tapi ia tetap memiliki nilai tersendiri. Wujudnya yang spesial, bisa disentuh dan dapat diabadikan. Menambah keunikan surat cinta yang tidak dimiliki oleh media lain.
Lalu, keunikan apa yang tercipta? Jika surat cinta tersebut kita tujukan untuk seorang Presiden? Pasti dahsyat bukan?!
Surat cinta yang kita tulis, bukan lagi dalam bentuk secarik kertas yang berwarna pink. Tapi dalam bentuk buku. Kumpulan 99 surat cinta yang berisi impian, curhat, gambaran lokalitas, serta kritik membangun. Dari penulis Nasional maupun pemula. Yang berasal dari seluruh pelosok Nusantara. Memiliki pengalaman hidup yag berbeda, selama berpijak di bumi Indonesia tercinta.
***
Sahabat-sahabatku yang idealis dan kritis. Tangan ini pernah memegang microfon (TOA) dan berorasi di jalan, di lapangan, di depan kantor. Memimpin demonstrasi ratusan orang. Untuk menuntut keadilan. Tapi aku yakin, Ibu pertiwi pasti mulai merasakan lelah. Melihat generasinya yang  hanya bisa berteriak di jalanan. Meneriakkan sumpah serapah untuk pemimpin-pemimpin yang aku pilih sendiri. Aku malu pada generasi berikutnya. Olehnya itu, izinkan aku berkarya bersama sahabat kita yang lainnya. Yang memiliki pena dan tinta yang belum mengering.

Kami ingin menyampaikan keprihatinan, gagasan, solusi kongkrit, dan cita-cita mulia. Dengan cara damai dan mendamaikan. Lewat surat cinta ini, kami memotret wajah bangsa yang sedang gundah. Biarlah ini menjadi bukti sejarah, bahwa kami pernah berfikir untuk Indonesia.

Salam cinta. Dari pemuda sederhana, yang terus belajar menjadi ada.
Erpin Leader (EL)


#Syarat dan Ketentuan Lomba:
  1. Lomba ini terbuka untuk umum. Tidak mengenal batasan usia, status, profesi dan sebagainya.
  2. Naskah di tulis dalam bentuk surat cinta. Yang diawali dengan kata: “Teruntuk Ayahanda Presiden di Istana Cinta”. Di akhir  surat jangan lupa dicantumkan: Tempat, Tanggal, Nama lengkap dan Profesi. Jika bagian ini tidak tertulis, maka isi surat dinyatakan tidak berlaku.
  3. Isi Surat merupakan kata hati penulis berdasarkan realitas kehidupan yang benar-benar dijalani sendiri (true story). Baik berupa curhat, impian, gagasan, solusi kongkrit untuk kemajuan bangsa dan Negara. Maupun kritik yang bersifat membangun. Dimana semua itu, disampaikan secara santun dan bijak. Tanpa ada hujatan, cacian maupun hinaan. Serta tidak menyebutkan nama Presiden/keluarga Presiden.
  4. Naskah surat maksimal 350 kata, termasuk kalimat pembuka dan keterangan tempat, tanggal, nama lengkap dan profesi pada akhir surat.
  5. Naskah ditulis pada kertas A4, margin setiap sisi: 3 cm, huruf: Times New Roman, ukuran font: 12, spasi 1,5.
  6. Setiap penulis, melampirkan biodata berupa narasi maksimal 80 kata. Yang ditulis di lembar bawah tulisannya (terpisah dari surat).
  7. Naskah surat dikirim ke email: antologi.erpinleader@ymail.com berupa attachman, bukan di badan email.
  8. Tulis judul email: Surat Cinta Untuk Presiden-Nama Lengkap. Tulis nama file word: SCUP-Nama Pena.
  9. Lomba ini dibuka pada tanggal 01 Nopember 2011 sampai dengan  22 Nopember 2011 (Jam 22:00 WIB)
  10. Hasil lomba akan dimumkan pada tanggal 12-12-2011.
  11. Bagi yang ingin bertanya tentang info lomba, silahkan Add fb Erpin Leader. Link: http://www.facebook.com/ERPINGIBRAN. Kemudian klik link: http://www.facebook.com/note.php?saved&&note_id=293877190639764 untuk melihat contoh surat yang di maksud.
#Apresiasi untuk peserta:
  1. 90 surat cinta yang terpilih sebagai nominator, akan dibukukan bersama surat cinta dari dewan juri dan penulis hebat lainnya. Termasuk surat cinta Erpin Leader.
  2. Dewan juri akan memilih 3 surat cinta paling inspiratif, yang akan mendapatkan hadiah masing-masing: *Juara I   = Rp 200,000. *Juara II  = Rp 150,000. *Juara III = Rp 100,000
  3. 90 orang nominator akan mendapatkan e-sertifikat dari Erpin Leader.
  4. Jika Allah memberi keberkahan/setitik keajaiban dalam penerbitan buku ini. Setelah biaya penerbitan buku tertutupi. Insya Allah 50 % royalti akan kita sumbangkan untuk anak yatim piatu dan media belajar menulis.
  5. Apresiasi lainnya, akan EL persembahkan untuk nominator, jika keajaiban itu benar-benar terwujud. Maaf karena hanya ini apresiasi yang bisa diberikan untuk kalian yang luar biasa. Kita hanya berencana, Dia lah maha penentu segalanya.

Demikian info ini  saya sampaikan dengan penuh tanggung jawab. Berharap banyak peserta yang akan berpartisipasi.
Hayalkan dalam imajinasi bahwa: Surat cinta kita akan dibaca oleh Presiden dan para pemimpin di tingkat daerah. Buku kita akan ada di perpustakaan pribadi bapak Presiden. Lalu menginpirasi jutaan orang. Bermimpilah! Lalu yakini dan lengkapi dengan do’a. Semesta akan memeluk mimpimu.

Salam cinta,
Pelaksana lomba, sponsor sekaligus penggagas ide.
Erpin Leader

29 Oktober 2011

Lomba Cerpen DP (DuniaPenulis.com)


oleh Leutika Publisher Dua pada 28 Oktober 2011 jam 10:44
Syarat:
-          Tema bebas, non SARA, karya sendiri, blm pernah dipublikasikan (di media cetak)
-          Cerpen min 4 maks 8 halaman A4 Times New Roman 12 spasi 1,5
-          Boleh mengirim lebih dari 1 cerpen
-          Deadline 31 Desember 2011 jam 24.00 WIB
-          Diposting langsung di Rubrik “Cerpenmu” website duniapenulis.com
Pengumuman pemenang 15 Januari 2012, di website: duniapenulis.com, leutikaprio.com, leutika.com, dan seluruh akunFB/ twitter group Leutika.
Hadiah:
-          10 cerpen terbaik akan dibukukan oleh LeutikaPrio, dicetak secara POD (Print On Demand) dan dijual hanya secara online di www.leutikaprio.com
-          10 Paket buku dari Leutika Publisher, judul tidak bisa memilih, dikirim ke alamat pemenang (alamat Indonesia)
-          Masing-masing pemenang mendapat 1 buku bukti terbit
-          Masing-masing pemenang mendapat diskon Paket Penerbitan Reguler 50% di LeutikaPrio
-          Penulis TIDAK mendapat royalti, seluruh royalti akan disumbangkan ke yayasan sosial

Lomba Cerpen Terfavorit DP (DuniaPenulis.com)
Selain memilih 10 cerpen terbaik juga akan ditetepkan 1 cerpen terfavorit berdasar jumlah REVIEW terbanyak untuk mendapatkan paket buku dan diskon Paket Penerbitan Reguler 50% di Leutikaprio.com.

28 Oktober 2011

PERAN IBU YANG TERGANTIKAN AYAH



By: Puput Happy
Saya sempat tertegun setiap Bagus, salah satu muridku, selalu menangis histeris begitu ayahnya pergi setelah mengantarnya sekolah. Ia sama sekali tak mau ditinggal, ingin selalu ditemani ayahnya selama belajar di sekolah. Sebagai murid Taman Kanak-Kanak yang masih duduk di kelompok A, para guru memakluminya, meski sebenarnya semua murid diharapkan mandiri dan  lepas dari orangtua begitu tiba di sekolah.
Yang membuatku heran, meski Bagus mau ditinggal, jika ia sedang ngambek, langsung nangis dan memanggil-manggil ayahnya. Padahal hampir semua siswa jika menangis, yang dipanggilnya adalah ibunya. Tapi berbeda dengan Bagus. Ia tak pernah sekalipun memanggil ibunya, meski hanya sebentar. Yang ada dalam pikirannya seolah cuma ayahnya.
“Ayaaaaahh!! Ayah! Bagus pengin pulang….! Cepetan telepon Ayah! Ayaaahh…..!” teriaknya tiap menangis. Semua guru sering kewalahan menghadapi Bagus yang cenderung memaksa ayahnya segera datang ke sekolah. Dia bisa bertahan berjam-jam menangis hingga ayahnya datang menjemputnya. Tak dihiraukannya segala nasihat ataupun rayuan para guru untuk diam dan kembali belajar.
Dan begitu ayahnya datang, Bagus langsung menghentikan tangisnya. Ia mendadak ceria dan bercengkerama dengan ayahnya, seolah lupa bahwa ia baru saja menangis. Pemandangan yang menyenangkan ketika melihat mereka tertawa-tawa dan bercerita.
Didorong rasa penasaran dan ingin tahu kebiasaan Bagus yang selalu memanggil ayahnya, bukan ibunya ketika menangis, membuatku ingin berbincang-bincang dengan ayah Bagus.
“Maaf ya Pak, kalau boleh saya tahu…. Kenapa Bagus selalu memanggil “Ayah” ketika menangis, bukan “Ibu” atau “Mama”? Bukankah seorang anak biasanya selalu memanggil ibunya jika menangis? Ini yang mengherankan kami sebagai gurunya Bagus….” tanyaku.
Ayah Bagus sempat tersenyum dan bercerita tentang keluarganya.
“Iya Bu…. Bagus sangat bergantung pada saya, begitu juga kakaknya. Saya juga tak pernah jauh dari anak-anak. Mereka sangat dekat dengan saya, sampai kemana-mana selalu bertiga.”
“Lho, memangnya Ibu kemana?” tanyaku heran.
“Ibunya anak-anak jarang di rumah. Setiap pagi jam enam sudah berangkat kerja, dan pulangnya sore. Jadi Ibunya anak-anak jarang komunikasi. Meskipun istri saya ada di tengah-tengah mereka, mereka jarang sekali bertanya atau becanda. Bahkan mereka tidak pernah menanyakan atau merasa kehilangan jika Ibunya tidak pulang-pulang. Mereka seolah tidak butuh seorang ibu. Justru mereka akan menangis histeris jika saya tidak ada di samping mereka…..” jawabnya panjang lebar.
“Terus, ibunya anak-anak tidak merasa cemburu dengan kedekatan Bapak dan anak-anak?” tanyaku.
“Tidak, Bu…. Istri saya juga sepertinya tidak ambil pusing dengan sikap mereka yang seolah tidak peduli dengan kehadiran ibunya. Istri saya memang orangnya cuek dan tidak mempermasalahkan hal itu. Dia malah bersyukur jika mereka tidak rewel ketika hendak berangkat kerja, sehingga ia merasa tidak terbebani.”
“Memangnya istri Bapak kerja di mana?” tanyaku lagi.
“Mengajar, Bu…”
“Ohh…. Berarti istri Bapak seorang guru ya? Terus, Bapak tidak kerja? Kok bisa selalu ada di rumah?”
“Saya juragan kambing, Bu, hehehe…. Jadi bisa nyantai kerjanya.” jawabnya sambil tertawa.
Mendengar penuturan dari ayah Bagus tersebut membuatku banyak berpikir. Kenapa ada seorang ibu yang kurang peduli dengan keadaan dirinya dan anak-anaknya? Bukankah sudah menjadi fitrahnya jika setiap anak membutuhkan kehadiran seorang ibu? Mungkin ini akibat dari aktivitas rutin seorang istri di luar rumah untuk bekerja atau menggapai karir.
Saya jadi salut dengan peran ganda ayah Bagus di rumah. Ia bisa membagi waktunya untuk anak-anak. Ia tetap bekerja mencari nafkah untuk keluarganya, tapi masih sempat memberikan waktunya untuk anak-anaknya tercinta. Kasih sayangnya tak terhingga. Ia mampu menjadi Ibu bagi anak-anaknya di saat istrinya tidak bisa mendampingi mereka. Sementara saya dan guru-guru yang lain jadi tidak bersimpati dengan ibunya Bagus yang kurang respect dengan kegiatan Bagus di sekolah. Jika ada pertemuan wali murid, pasti yang datang ke sekolah adalah ayahnya, tak pernah sekalipun kami melihat ibunya.
Ini mengherankan, sebab peran dan fungsi seorang ibu adalah sebagai “tiang rumah tangga” amatlah penting bagi terselenggaranya rumah tangga yang sakinah yaitu keluarga yang sehat dan bahagia, membuat rumah tangga menjadi surga bagi anggota keluarga, menjadi mitra sejajar yang saling menyayangi bagi suaminya. Untuk mencapai ketentraman dan kebahagian dalam keluarga dibutuhkan isteri yang shaleh, yang dapat menjaga suami dan anak-anaknya, serta dapat mengatur keadaan rumah sehingga tempat rapih, menyenangkan, memikat hati seluruh anggota keluarga.
Menurut Baqir Sharif al-Qarashi (2003 : 64), bahwa para ibu merupakan sekolah-sekolah paling utama dalam pembentukan kepribadian anak, serta saran, untuk memenuhi mereka dengan berbagai sifat mulia, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW. yang artinya: “Surga di bawah telapak kaki ibu”, menggambarkan tanggung jawab ibu terhadap masa depan anaknya. (Zakiyah Daradjat, 1995 : 50)
Dari segi kejiwaan dan kependidikan, sabda Nabi di atas ditunjukan kepada para orang tua khususnya para ibu, harus bekerja keras mendidik anak dan mengawasi tingkah laku mereka dengan menanamkan dalam benak mereka berbagai perilaku terpuji serta tujuan-tujuan mulia.
Para ibu bertanggungjawab menyusun wilayah-wilayah mental serta sosial dalam pencapaian kesempurnaan serta pertumbuhan anak yang benar. Sejumlah kegagalan yang terjadi diakibatkan oleh pemisahan wanita dari fungsi-fungsi dasar mereka.
Ibu-ibu yang sering berada di luar rumah yang hanya menyisakan sedikit waktu untuk suami serta anak-anak telah menghilangkan kebahagian anak, menghalangi anak dari merasakan nikmatnya kasih sayang ibu, sebab mereka menjalankan berbagai pekerjaan di luar serta meninggalkan anak disebagian besar waktunya. Lalu, bagaimana dengan peran ayah Bagus yang seolah tengah menggantikan peran ibu, sementara ibu Bagus masih ada di samping ayahnya? Mungkin ini yang perlu menjadi perenungan buat kita bersama.

25 Oktober 2011

PKS Berbagi Dengan Anak Yatim


Catatan Harian:
PKS Berbagi Dengan Anak Yatim
                                                                                                 By Puput Happy
Jumat siang, tanggal 20 Mei 2011 pukul 14.00 WIB saya dan teman-teman dari Mawar Keadilan diajak oleh Ketua Bidang Keperempuanan DPD PKS (Partai Keadilan Sejahtera) Kabupaten Tegal, Ir. Rahmi Mardiningsih untuk mengadakan bakti sosial dengan mengunjungi sebuah yayasan Panti asuhan Darul Farroh yang mengasuh anak-anak yatim, bertempat di Jl. Mbah Santri No. 24 Desa Harjosari Kidul, Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Tegal Jateng Kode Pos 52194. Tempatnya jauh dari jalan raya, bahkan bisa dikatakan keberadaan panti asuhan tersebut mungkin tidak banyak orang yang mengetahui jika di sana ternyata ada panti asuhan yang perlu mendapat santunan.
Melihat kondisi Panti asuhan Darul Farroh yang kurang terekspos di masyarakat Tegal dan sekitarnya, serta kemandirian dari panti asuhan tersebut yang tidak ditopang oleh bantuan dari manapun juga membuat tim Bidang Keperempuanan DPD PKS Tegal tergerak untuk berbagi dengan 30 anak yatim yang kini ditampung oleh Panti Asuhan Darrul Farroh tersebut berupa pemberian sembako dan sejumlah uang. Sikap yang diambil oleh tim tersebut berdasarkan visi dan misi PKS yang berusaha memperjuangkan kesejahteraan hidup kaum wanita dan anak-anak sebagaimana yang dianjurkan  Rasulullah SAW untuk menyantuni anak yatim.
Barang siapa yang mengusap kepala anak yatim karena Allah maka baginya kebaikan yang banyak dari setiap rambut yang ia usap. Dan barang siapa yang berbuat baik kepada anak yatim perempuan atau laki-laki maka aku dan dia akan berada di surga seperti ini, Rasulullah SAW mengisyaratkan antara jari telunjuk dan jari tengahnya.” (HR. Ahmad dari Abu Umamah)
Sebaik-baiknya rumah di antara orang-orang Islam adalah rumah yang di dalamnya ada anak yatim yang diperlakukan dengan sebaik-baiknya, dan seburuk-buruknya rumah adalah rumah yang di dalamnya ada anak yatim namun diperlakukan dengan buruk. Apabila sebuah keluarga memelihara, menyantuni, dan memuliakan anak yatim, Allah SWT akan meliputinya dengan rahmat, kebahagiaan, dan keberkahan.” (HR. Ibnu Majah dari Abu Hurairah)
Panti Asuhan Darul Farroh yang telah berdiri sejak tahun 1997 hingga kini di bawah pimpinan Bapak Ahmad Rifa’i yang lebih dikenal dengan sebutan Pak Rifa’i. Orangnya ramah dan familiar, membuat penduduk sekitar mempercayakan Bapak Rifa’i untuk mengurus anak-anak yatim yang dinaunginya. Semoga menjadi amalan yang penuh berkah dan mendapat ridho dari Allah SWT. Amin.
Dan tujuan utama tim Bidang Keperempuanan PKS ke yayasan tersebut selain untuk berbagi kebahagiaan dan rezeki kepada anak-anak yatim juga mengajak kita sebagai makhluk Allah SWT untuk lebih banyak bersyukur atas segala karunia dan rahmat-Nya yang sudah banyak kita nikmati. Sebab dengan makin banyak kita bersyukur, hidup kita akan lebih berkah dan bahagia.
Sungguh merupakan suatu perbuatan yang terpuji jika kita yang berkelebihan harta, berbagi rezeki dengan orang lain yang kekurangan, terutama anak-anak yatim. Sebab memang ada hak anak yatim di setiap rezeki yang kita dapat dari Allah SWT.
Pembaca, sebagai renungan, kita dianjurkan berbagi dengan anak yatim karena berkah menyantuni anak yatim antara lain :
  • Meraih peluang menjadi teman Rasulullah SAW di surga
  • Dijamin masuk surga
  • Hati dan perasaan menjadi lembut
  • Senantiasa mendapat pertolongan Allah SWT
  • Mempermudah terkabulnya doa
  • Terhindar dari siksa akhirat
Sebaliknya jika menelantarkan anak yatim bahayanya yaitu :
  • Menutup peluang menjadi teman Rasulullah SAW di surga
  • Tergolong sebagai pendusta agama
  • Hati dan perasaan menjadi keras
  • Terhalang dari pertolongan dan rahmat Allah SWT
  • Tidak terkabulnya doa
  • Kelak mendapat siksa akhirat
Naudzubillah min zaliik. Semoga kita terhindar dari-hal-hal demikian.
Semoga dengan kegiatan berbagi dengan anak yatim bisa menjadi suatu kebiasaan yang dapat kita lakukan secara rutin, sebagai tanda bersyukur dan mencari ridho Allah SWT. Amiin ya robbal a’alamin.

Pendiri Yayasan

Foto Saya
Pekerja Sosial, lingkungan dan masyarakat yang selalu mencari manfaat untuk orang lain. Blogger dari http://pantiasuhandarulfarroh.blogspot.com
Profil Panti Asuhan Darrul Farroh
Alamat : Jln. Mbah Santri 24 ds Harjosari Kidul, Kec Adiwerna, Kab Tegal Jateng Kode POs 52194 HP 085865095719, Rek. BRI Unit Adiwerna I : 6059-01-004437-53-3 a.n. Darul Farroh, Rek. Bank Jateng Cab. Slawi : 3-035-01231-1 a.n. Darul Farroh, Giro Pos Cab. Tegal : 5210003369 a.n. Darul Farroh

POLEMIK CALISTUNG DI TK


Catatan Harian:

                                                                                    By: Puput Happy

Saya sempat bingung ketika beberapa orangtua murid mengeluhkan anaknya yang sekolah  di Taman Kanak-kanak (TK) tempat saya mengajar yang belum bisa membaca, menulis dan berhitung (calistung). Padahal, teman-temannya  sebagian besar sudah lancar calistung. Karena khawatir anaknya ketinggalan dan tidak bisa masuk ke Sekolah Dasar (SD) favorit pilihannya, ia pun beberapa kali menyampaikan keinginannya kepada saya untuk bisa sesegera mungkin mengajari anaknya  menjadi pintar membaca,  menulis, dan berhitung. Seolah menuntut agar anaknya cepat pintar dalam waktu singkat, bagaimanapun caranya! Saya sebagai guru mereka jadi merasa dipaksa untuk menyulap anak-anak mereka dalam waktu secepat mungkin untuk menjadi anak yang bisa dibanggakan dari segi akademisnya. Mereka memohon kepada saya:
“Bu, tolong dong, anak saya dipacu untuk segera bisa membaca, menulis, dan berhitung, biar nanti saat masuk SD sudah bisa semuanya. Kan malu Bu, sekolah TK selama dua tahun tapi nggak ada perubahan sama sekali .…”
“Aduh Bu, bagaimana dengan anak saya? Kenapa anak saya belum bisa membaca, padahal sudah mau masuk SD? Bantu saya dong Bu .…”
“Bu, saya pusing, ditegur suami saya terus, gara-gara anak saya nggak pinter-pinter. Tolong dong Bu, dorong anak saya biar jadi pinter …. jadi kan saya nggak diomelin suami saya terus ….”
“Bu, tolong awasi anak saya, untuk tidak kebanyakan main di sekolah …. Suruh anak saya belajar serius. Kalau main terus, kapan pintarnya?”
“Bu, saya capek mengajari anak saya membaca. Masak tiap hari belajar tapi nggak bisa-bisa juga? Saya harus bagaimana, Bu? Tolongin saya dong Bu …. Saking kesalnya, sampai aku cubitin anak saya. Habis, menjengkelkan sekali!”
“Tolong dong Bu, anak saya di-les privat di rumah, biar cepat pintar, nggak bodoh terus .… Bisa ya Bu, nanti datang ke rumah?”
***
Itu beberapa keluhan yang saya dapat dari orangtua murid yang anaknya kurang bisa mengikuti pelajaran calistung. Dari keluhan-keluhan itu, bisa saya ambil kesimpulan, bahwa sebagian besar dari orangtua murid masih belum mengerti akan arti pendidikan di Taman Kanak-kanak, di mana anak-anak belajar sambil bermain atau bermain sambil belajar. Ini artinya hakikat pendidikan pra-sekolah masih belum dipahami benar oleh mereka selaku guru utama dalam keluarga.
Masuk akal juga mengapa banyak orangtua - khususnya para ibu - bereaksi keras merespon keterlambatan anaknya dalam membaca. Bagi mereka, keterampilan anak membaca bisa jadi merupakan sebuah "prestasi" membanggakan yang layak diceritakan kepada kerabat dan relasi. Makin kurang berkenan lagi, bila para orangtua juga mempersepsikan, lancar baca adalah jaminan paling oke untuk bisa mengikuti pelajaran di jenjang pendidikan selanjutnya.
Kalau sudah begitu, yang terjadi bisa ditebak. Banyak orangtua lalu beramai-ramai menempuh "jalan pintas" yakni memanggil guru les privat mengajari anaknya supaya cepat bisa baca. Kalau perlu, "Anakku harus lebih lancar daripada teman-teman di kelasnya!”
Sungguh tidak salah, membaca merupakan salah satu kemampuan dasar yang sangat penting untuk dikuasai supaya anak dapat belajar lebih luas. Oleh karena itulah, tahapan dan cara mengajarkan membaca perlu dicermati supaya tidak salah dalam menanamkan dasar yang sangat penting ini.
Huruf merupakan lambang bunyi yang abstrak untuk anak yang sedang belajar membaca dan menulis. Anak yang dipaksa untuk menghafalkan lambang bunyi dapat merasa bingung atau cenderung menolak jika suasana dan cara yang digunakannya tidak disesuaikan dengan pemahaman dan perhatian anak. Kebingungan anak itu dapat tampil dalam kekeliruan menulis huruf "d" padahal yang diharapkan adalah "b"; menulis huruf "p" padahal yang dimaksudkan adalah "b", dan seterusnya.
Keinginan orangtua supaya anaknya bisa baca dalam waktu singkat sering dituruti oleh para guru dengan menempuh jalan pintas. Guru lalu memaksa diri dan muridnya belajar membaca dengan menghafalkan lambang bunyi. Murid "dipaksa" melafalkan rangkaian huruf sebagai kata, tetapi tanpa makna yang dipahami dan menjadi perhatian anak yang sedang belajar.
Kalau situasinya demikian, guru akan mengajar membaca dengan metode: ba-bi-bu-be- bo, ca-ci cu-ce-co,da-di-de-do sebagai jurus mujarab guna menjawab keresahan orangtua. Lebih parah lagi, banyak orangtua juga tak acuh akan tahap kepekaan anak dalam membaca dan cara yang benar dalam mengajarkan membaca yang mengembangkan kecerdasan. Umumnya, orang tua hanya ingin agar anaknya trampil membaca.
Mengharuskan semua anak TK untuk bisa baca tulis, tampaknya menjadi hal yang kurang bijaksana mengingat setiap anak memiliki kemampuan dan kesiapan belajar baca tulis yang berbeda satu sama lainnya. Sebenarnya masih banyak hal-hal lain yang penting untuk dapat diajarkan pada anak TK, ketimbang hanya terfokus pada kemampuan baca tulis semata, misalnya penanaman disiplin, kemandirian, tanggung jawab serta budi pekerti yang baik. Stimulasi terhadap kecerdasan intelektual anak, seperti pada kegiatan baca tulis, memang penting, namun perlu diupayakan jangan sampai stimulasi terhadap kecerdasan intelektual terlalu berlebihan sehingga cenderung memaksakan anak dan melupakan aspek-aspek kecerdasan lain yang juga perlu mendapat stimulasi seperti kecerdasan sosial, emosional, dan sebagainya, yang semuanya sangat diperlukan agar dapat menjadi bekal bagi anak dalam menghadapi masa depannya kelak.
Namun, karena melihat banyaknya orang tua murid kelompok B yang menghendaki anaknya cepat bisa calistung demi persiapan memasuki Sekolah Dasar, akhirnya kami dari pihak sekolah mengambil jalan alternatif dengan memberikan jam pelajaran tambahan bagi kelompok B sebelum pulang sekolah. Dan itu mendapat respon positif dari semua orang tua murid. Bahkan, ada beberapa orang tua murid yang mendatangkan guru privat ke rumahnya demi terwujudnya keinginan mereka.
Berbicara tentang anak TK, hingga saat ini masih menjadi polemik mengenai boleh tidaknya mengharuskan anak-anak TK untuk bisa membaca dan menulis. Pendapat yang mengharuskan anak TK bisa baca tulis, biasanya dilatar belakangi oleh keinginan untuk bisa masuk SD dengan mudah karena pada saat tes masuk SD, ada banyak sekolah yang mensyaratkan calon siswanya untuk bisa baca tulis. Sedangkan pendapat yang berlawanan dengan hal tersebut, mengatakan bahwa mengharuskan anak TK bisa membaca dan menulis, berarti memaksakan anak untuk memiliki kemampuan yang seharusnya baru diajarkan di SD. Hal ini membuat aktivitas bermain anak yang seyogyanya dominan untuk usia mereka, menjadi berkurang atau bahkan terabaikan, sehingga dikhawatirkan akan menghambat perkembangan potensi-potensi kemampuan anak secara optimal kelak kemudian hari. Dengan adanya polemik tersebut, tidak jarang membuat orangtua menjadi bingung, pendapat mana yang harus diikuti, karena masing-masing pendapat, tampak memiliki alasan yang cukup kuat.
Dalam menyikapi hal ini, sudah selayaknyalah kita mempertimbangkan alasan-alasan yang melatarbelakangi kedua pendapat tersebut, untuk kemudian mencari jalan tengah yang dapat menjadi sebuah solusi yang bijaksana bagi anak. Bukankah kita sebagai orangtua atau guru memang menginginkan potensi dan kemampuan anak dapat tumbuh optimal melalui stimulasi pendidikan atau pengajaran yang kita berikan kepada mereka?
Berbicara tentang pendidikan anak usia dini, Sebenarnya sah-sah saja mengajarkan pelajaran baca tulis pada anak-anak TK, asalkan anak sudah siap untuk menerima pelajaran tersebut atau biasa disebut sebagai sudah muncul masa pekanya. Adanya kesiapan atau kepekaan tersebut, biasanya muncul pada usia sekitar 4 - 6 tahun. Hal ini misalnya ditandai dengan adanya ketertarikan anak pada kegiatan-kegiatan pra membaca dan pra menulis seperti adanya kematangan visual motorik untuk dapat memegang alat tulis dengan benar atau meniru beberapa bentuk sederhana, kemampuan memusatkan perhatian, keinginan atau minat yang kuat untuk melihat gambar-gambar/tulisan di buku atau sekedar membuka-buka buku/majalah, senang bermain dengan huruf-huruf, dan sebagainya.
Selain memperhatikan masa peka anak untuk belajar baca tulis, penting pula untuk mengetahui bagaimana cara memberikan pelajaran baca tulis tersebut. Mengacu pada karakteristik umum anak TK, dimana aktivitas bermain menjadi aktivitas dominan mereka, maka perlu diingat bahwa dalam memberikan pelajaran baca tulis pada anak TK hendaknya dilakukan dengan pendekatan yang menyenangkan anak dan tidak memaksa anak. Pendekatan informal dimana pelajaran disampaikan dalam koridor bermain tampaknya menjadi sesuatu yang cocok untuk diterapkan pada pengajaran baca tulis anak-anak TK. Pendekatan informal yang dapat dilakukan, misalnya membacakan buku cerita sambil memperlihatkan gambar dan tulisan di buku/majalah yang sedang dibacakan, menempelkan gambar-gambar yang berhubungan dengan huruf atau tulisan pada ruang bermain atau kamar tidur anak, mecoba meniru bentuk lingkaran/garis atau huruf tertentu, mengajak anak menonton film yang bersifat mendidik sekaligus menghibur sehubungan dengan pelajaran baca tulis, bermain tebak-tebakan huruf, menelusuri bentuk huruf dengan jari, dan sebagainya.
Proses belajar menuju kemampuan baca tulis pada anak TK sebaiknya tidak dilakukan dengan pendekatan formal, seperti layaknya anak-anak SD. Karena hal ini dikhawatirkan akan membuat anak merasa tertekan dan jenuh, mengingat kemampuan anak untuk bisa berkonsentrasi pada satu topik bahasan biasanya masih sangat terbatas dan secara umum anak masih berada dalam dunia bermain. Apalagi bila dalam memberi pelajaran tersebut dilakukan dengan kekerasan, misalnya disertai dengan bentakan-bentakan, hinaan atau ejekan manakala anak belum mampu mengikuti pelajaran baca tulis yang diberikan, maka bukan tidak mungkin anak akan tumbuh menjadi anak rendah diri, yang justru hal ini akan menghambat perkembangan kemampuannya secara optimal kelak kemudian hari.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pendekatan bermain sambil belajar, merupakan cara terbaik menuju kemampuan baca tulis pada anak TK. Guru dan orang tua hendaknya saling bekerjasama untuk dapat memberikan cara belajar dan mengajar yang sesuai untuk anak-anak TK mereka. Orangtua atau guru perlu menyesuaikan cara mengajar baca tulis sesuai dengan kemampuan yang dimiliki tiap anak.
Selama ini Taman kanak-kanak didefinisikan sebagai tempat untuk mempersiapkan anak-anak memasuki masa sekolah yang dimulai di jenjang sekolah dasar. Kegiatan yang dilakukan di Taman kanak-kanak pun hanyalah bermain dengan mempergunakan alat-alat bermain edukatif. Pelajaran membaca, menulis, dan berhitung tidak diperkenankan di tingkat taman kanak-kanak, kecuali hanya pengenalan huruf-huruf dan angka-angka, itu pun dilakukan setelah anak-anak memasuki TK B. Dan perbedaan definisi belajar memang menjadi pangkal persoalan dalam mempelajari apa pun, termasuk belajar membaca. Selama bertahun-tahun belajar telah menjadi istilah yang mewakili kegiatan yang begitu serius, menguras pikiran dan konsentrasi.
Teori psikologi perkembangan Jean Piaget selama ini telah menjadi rujukan utama kurikulum TK dan bahkan pendidikan secara umum. Pelajaran membaca, menulis, dan berhitung secara tidak langsung dilarang untuk diperkenalkan pada anak-anak di bawah usia 7 tahun. Piaget beranggapan bahwa pada usia di bawah 7 tahun anak belum mencapai fase operasional konkret. Fase itu adalah fase, di mana anak-anak dianggap sudah bisa berpikir terstruktur. Sementara itu, kegiatan belajar calistung sendiri didefinisikan sebagai kegiatan yang memerlukan cara berpikir terstruktur, sehingga tidak cocok diajarkan kepada anak-anak TK yang masih berusia balita.
Piaget khawatir otak anak-anak akan terbebani jika pelajaran calistung diajarkan pada anak-anak di bawah 7 tahun. Alih-alih ingin mencerdaskan anak, akhirnya anak-anak malah memiliki persepsi yang buruk tentang belajar dan menjadi benci dengan kegiatan belajar setelah mereka beranjak besar.
Pembebanan yang berlebihan justru akan berakibat kontaproduktif bagi perkembangan sang anak. Anak bisa menjadi trauma dengan membaca, menulis, dan berhitung. Jadi, pembelajaran pada anak usia dini mestinya lebih bersifat memberi rangsangan pada anak agar tumbuh minatnya dalam membaca, menulis, dan berhitung. Fauzil Adhim (2006) menyebutnya dengan 'semangati jangan bebani'.
Secara fisiologis syaraf mata anak balita belum siap untuk membaca, disebutnya masih kontralateral. Masih terbalik-balik, seperti antara b dan d. Karena itu resiko balita yang diajar membaca untuk terkena kesulitan belajar (baca-tulis) nantinya lebih besar. Informasi yang sama di dapatkan pada  buku Jalaludin Rahmat,  tentang cara otak belajar. Waktu terbaik untuk belajar membaca sesuai dengan perkembangan otak justru pada usia sekolah dasar.
Beberapa literatur menunjukan bahwa tidak ada jaminan seseorang yang lebih dahulu bisa membaca akan lebih sukses di masa depan daripada mereka yang terlambat. Banyak tokoh sukses yang justru terlambat membaca. Di buku Right Brained Children in a Left Brained World disebutkan tokoh2 Albert Einstein, George S. Patton, William Butler Yeats adalah mereka yang terlambat membaca. Anak2 di Rusia baru membaca di usia 7 tahun, tapi mereka cerdas-cerdas.
Sebuah penelitian menyatakan bahwa akibat memaksakan lancar calistung di usia dini khususnya dibawah 5 tahun. Adalah pemahaman membaca yang kurang.  Pemahaman membaca anak-anak usia 9-15 tahun yang sangat minim. Kita bisa lihat anak-anak usia SD klas 3-6 dengan pemahaman membaca yang sangat kurang . Hal itu salah satunya bisa dilihat dalam menjawab soal cerita, kebanyakan anak-anak SD sangat kesulitan, bahkan pertanyaannya kemana... jawabnya kemana... yang dikarenakan tidak paham makna soal yang berupa cerita. Hal ini sebetulnya fatal, akibatnya banyak dari kita yang tidak senang membaca, karena membaca merupakan hal yang sulit. Akibatnya prestasi anak usia SD dan SMP Indonesia  rangking 32 dari 34 negara dalam pemahaman membaca dan kompetisi matematika.
Menurut suatu penelitian di Finlandia, anak yang belajar membaca saat mendapat pendidikan formal di usia 7 tahun memiliki reading achievement (prestasi membaca) lebih bagus dibanding anak lain yang belajar membaca di usia 6 tahun atau sebelumnya. Hal ini diketahui ketika dilakukan tes pada anak-anak tersebut di usia 9 atau 10 tahun.
Kesimpulannya, tak ada hubungan bahwa anak yang belajar membaca di usia lebih dini akan lebih maju kemampuan membacanya. Jikapun ada yang seperti itu boleh jadi sifatnya kasuistik sehingga tak bisa dipukul rata dan diterapkan sama pada semua anak. yang penting untuk anak usia dini bukanlah mengajar membacanya, tetapi mengajarkan budaya membaca. Belum tentu anak yang bisa membaca lebih dahulu akan suka membaca.
Persoalan membaca, menulis, dan berhitung atau calistung memang merupakan fenomena tersendiri khususnya di Indonesia. Awalnya  memang pelajaran baca tulis mulai diajarkan pada tingkat pendidikan SD. pada perkembangan terakhir, hal itu menimbulkan sedikit masalah, karena ternyata pelajaran di kelas satu sekolah dasar sulit diikuti jika asumsinya anak-anak lulusan TK belum mendapat pelajaran calistung. Sehingga banyak institusi pendidikan SD mentargetkan kemampuan calistung sebagai pra syarat masuk SD, bahkan SD hanya mau menerima anak-anak yang sudah bisa membaca, menulis dan berhitung. Nah, ini dilema bukan?
Pemberian materi calistung pada anak usia TK harus disesuaikan dengan dunianya yakni bermain sambil belajar. Banyak cara yang bisa dilakukan guru untuk mengajari anak calistung, misalnya saat pelajaran olahraga dengan permainan ‘bintang beralih’ permainan itu akan mengajarkan anak tentang angka dan berhitung.
Tapi sayangnya masih banyak guru yang belum paham cara memberi materi calistung pada anak TK. Mereka ada yang masih memberikan murni pelajaran tanpa ada unsur bermain, seperti 3+3, 2x3 dan sebagainya. Konsep pembelajaran yang mereka berikan seperti layaknya SD padahal belum saatnya.
Selain itu, kemampuan setiap anak juga berbeda, ada anak yang usia tersebut sudah paham tapi ada pula yang masih belum paham. Jika dipaksakan akan berdampak negatif pada perkembangan anak. Namun demikian hal ini juga menimbulkan dilema tersendiri bagi sekolah, di satu sisi mereka dituntut tidak memaksa anak belajar calistung.
Namun di sisi lain, orangtua menghendaki selepas lulus TK bisa calistung untuk kesiapan masuk SD. Padahal ada pula orangtua yang menghendaki anaknya masuk SD meski usianya masih 6 tahun lebih atau kurang dari 7 tahun. Selain itu, jika dulu pengenalan calistung adalah tugas guru di kelas 1 SD namun sekarang banyak sekolah menghendaki ketika masuk SD sudah bisa dasar-dasar calistung. Calistung juga kerap dijadikan model seleksi untuk memasuki SD terutama sekolah favorit. Dengan alasan penjajakan jika sekolah kelebihan pendaftar untuk menyeleksi calon siswa dengan penjajakan salah satunya calistung.
Dengan model tambahan pelajaran, namun calistung tetap diberikan dengan model bermain sambil belajar. Guru juga rajin memantau perkembangan si anak untuk disampaikan kepada orangtua. Jika ternyata belum paham padahal orangtua memaksa untuk memasukkan ke SD, guru menyarankan orangtua untuk menstimulasi di rumah. 
Kuatnya keinginan orangtua agar anaknya yang di TK sudah bisa calistung, membuat tempat les calistung kelarisan. Tantangan dalam dunia pendidikan yang semakin kompleks memang menuntut kreativitas dari seorang guru. Fenomena tersebut menjadikan dirinya termotivasi untuk menawarkan metode baru yang bisa membantu anak belajar calistung tanpa merasa terbebani yaitu lewat metode fonetis.
Agar siswa tidak ketinggalan dan bisa belajar calistung secara cepat, tentunya dengan tetap menggunakan metode yang menarik dan menyenangkan sesuai dengan usia anak. Misalnya mengenalkan huruf dengan menggunakan logo, sehingga lebih mudah diingat anak. Begitu pula untuk membaca tidak lagi mengeja berdasarkan suku kata, tapi langsung dibaca. Meski secara sepintas cara ini terkesan sederhana tapi cukup efektif.
Karena tuntutan itulah, akhirnya banyak TK yang secara mandiri mengupayakan pelajaran membaca bagi murid-muridnya. Berbagai metode mengajar dipraktikkan, dengan harapan bisa membantu anak-anak untuk menguasai keterampilan membaca dan menulis sebelum masuk sekolah dasar. Beberapa anak mungkin berhasil menguasai keterampilan tersebut, namun banyak pula di antaranya yang masih mengalami kesulitan. Lalu, apa yang harus kita lakukan ???  Menentang arus atau mengikuti arus ? Ini PR buat kita selaku guru Taman Kanak-kanak, juga orangtua murid sebagai guru pertama di rumah.
***SELESAI***

PEKAN SENI PELAJAR DUKUHWARU


Catatan Harian:

                                                                                     By Puput Happy

Jumat, 20 Mei 2011 pukul 08.00 WIB di aula UPTD Kecamatan Dukuhwaru telah diadakan latihan Pekan Seni Pelajar SD se-Kecamatan Dukuhwaru sekaligus latihan presentasi peserta Lomba Guru Berprestasi tahun 2011 dari Kecamatan Dukuhwaru.
Kesenian sebagai salah satu media pengungkapan pengalaman hidup yang unik dan kreatif dapat bermanfaat dalam pembentukan sikap, kepribadian, tingkah laku maupun moral bagi diri pelaku dan orang lain sehingga perlu terus menerus diupayakan pengenalan dan penanamannya pada anak-anak. Kesenian juga berfungsi dan bermanfaat dalam pengembangan prinsip, daya serap, daya pikir, emosi, daya cipta, bakat dan sekaligus sebagai media bermain sehingga sangat relevan dalam menunjang tercapainya tujuan pendidikan.
Pekan Seni Pelajar sebagai wahana untuk kemampuan olah kreasi dan prestasi dibidang seni oleh para siswa merupakan salah satu program Dinas Pendidikan Kabupaten Tegal dalam pembinaan dan pengembangan seni di sekolah serta sebagai salah satu upaya memasyarakatkan seni di lingkungan sekolah.
Pekan Seni Pelajar bertujuan:
1.      Menyiapkan anak-anak sebagai generasi penerus yang berkemampuan tinggi, berkepribadian luhur, berakhlak mulia.
2.      Mengembangkan minat, bakat, kreativitas dan ketrampilan di bidang seni bagi siswa.
3.      Memupuk cita rasa seni dan kecintaan terhadap khasanah budaya bangsa, sebagai rujukan dan filter terhadap pengaruh budaya luar.
Kecamatan Dukuhwaru sebagai wilayah kecil di Kabupaten Tegal ternyata memiliki banyak keunggulan, di antaranya para pelajar berbakat di bidang seni, seperti Dika, Dina dari SDN Kalisoka 02, Cindy dari SDN Blubuk 03, David dari SDN Blubuk 02 yang merupakan peserta Lomba Menyanyi Tunggal. Agus Supriyadi dari SDN Slarang Lor 01 sebagai peserta Lomba Macapat. Dua siswi dari SDN Dukuhwaru 04 sebagai peserta Lomba Tari Daerah.
Selain menampilkan para siswa berbakat tersebut, peserta Lomba Guru Berprestasi Tingkat Kabupaten Tegal Ibu Sugiyatmi, S. Pd. M. Pd dari SDN Blubuk 05, Futicha Turisqoh, S. PdI dari TKIT Miftahul Ulum Gumayun, dan Aliyatun, S. Pd. AUD dari TK Masyitoh Dukuhwaru juga ikut meramaikan acara. Semua itu tak lepas dari peran UPTD Kecamatan Dukuhwaru yang selalu men-support para kandidatnya untuk maju di bidang pendidikan. Semoga Kecamatan Dukuhwaru semakin maju dalam membangun sumber daya manusia di daerahnya, terutama di bidang pendidikan.