Seorang laki-laki bertanya kepada Nabi, "Beritahukan aku tentang tanda-tandanya (hari kiamat)".
Beliau bersabda, "Jika seorang hamba melahirkan tuannya,dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan dada,
orang-orang miskin dan penggembala domba (kemudian) berlomba-lomba meninggikan bangunannya." (HR. Bukhari Muslim)
INNALILLAAHI WA INNA ILAIHI ROOJI'UN
Bagaimana reaksi kita mendengar kalimat tersebut?
Biasanya tergambar adanya kematian seseorang, begitu bukan?
Ya tepat! Namun kini yang mati bukan hanya seseorang,tapi banyak sekali. Secara fisik mereka memang masih hidup,
tetapi sejatinya dia sudah mati. Mati hati,mati rasa,mati jiwa,mati fikiran dan mati ide-ide kebaikannya.
Memang hari-hari ini, di akhir zaman ini, kita barangkali harus banyak melayat, ta'ziyah. Bukan saja kepada orang-orang
yang telah mati, tapi bisa juga kepada orang yang masih hidup namun hatinya ternyata telah mati. Apa penyebabnya?
Sebab, di zaman akhir ini banyak sekali orang yang telah mati sebelum waktunya. Harakiri bukan karena membela harga diri
tapi justru menghinakan diri.
Hati-hati dengan peringatan Nabi : peringatan mengenai "seorang hamba melahirkan tuannya". Ini tanda akurat kalau
kiamat makin dekat, banyak pembangkangan terhadap kedua orang tua. Anak-anak memperlakukan orang tuanya seperti tuan
atau majikan memperlakukan hamba sahayanya atau budaknya. Istighfarlah, barangkali kita pernah salah dalam memperlakukan
orang tua kita.
Kama Tadiinu Tudaanu
Rasulullah SAW bersabda, "Kama Tadiinu Tudaanu" Sebagaimana kamu memperlakukan, maka begitu juga kamu akan
diperlakukan." (HR. Ibnu 'ADi, Arbain Tarbawi)
Siapa menanam bakal memanen. Siapa menebar bakal menuai. Siapa serius bakal lulus. Siapa bersalah bakal diperkarakan.
Setiap perbuatan adalah instrumen hidup kita. Apa yang kita lakukan adalah pita rekaman dan file abadi, di dunia ini maupun
di akhirat nanti.
Belajarlah dari berbagai kisah untuk menggugah jiwa dan memerdekakan rasa. Membuka ruang kesadaran, agar kesalahan
tak jadi kebiasaan, agar dosa kecil tak tumbuh besar, dan agar dosa besar tak semakin besar, agar tak menganggap wajar dosa
lalu mencari-cari alasan sebagai pembenar.
Merekalah orang-orang yang tidak sadar diri, tak ingat Ilahi, tak sempat menyebut nama pencipta semesta ini. Mereka disibukkan
oleh kemegahan duniawi. Itulah digambarkan oleh Nabi. "Perumpamaan orang yang mengingat Allah dengan orang yang tidak
mengingat-Nya itu seperti orang yang hidup dengan orang yang mati." (HR. Bukhari dari Abu Musa al- Asy'ari r.a.)
Selain itu ada bencana moral yang dampaknya tak kalah dahsyat. Tercerabutnya nilai-nilai kemanusiaan. Hilangnya visi berbakti,
berbagi, menghormati dan menghargai sesama, tak terkecuali kepada orang tua sendiri. Hidup sengsara,berakhir dalam derita,
nestapa dalam duka. Komplit sudah penderitaan ini. Semrawut bak benang kusut. Blunder menjadi lingkaran setan.
Ini peringatan dari Allah agar kita ambil peran dan tanggung jawab, agar azab tidak semakin dahsyat, merata tak pandang bulu
dan tak kenal waktu. "Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang berbuat zalim saja di
antara kamu dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaannya." (QS. Al-anfal : 25)
ehm,....ternyata bakat jg nih menulis......ga nyangka, sekedar masukkan utk next postingan : gelar2 yg melekat pd nama Alloh, Rasululloh & sahabat jgn disingkat donk (mis : Alloh SWT, Rasululloh SAW, Sahabat RA dsb)...moga bermanfaat
BalasHapus