31 Desember 2009

*KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA



A. Pengertian, Tujuan dan Fungsi Pendidikan

Islam

1. Pengertian Pendidikan Islam


Makna pendidikan Islam:


1) Al-Tarbiyyat

2) Al-Ta’lim

3) Al-Tadris

4) Al-Ta’dib

5) Al-Tahdzib


Pendidikan dalam bahasa Arab adalah al-Tarbiyyat, kata ini dapat dikembalikan kepada tiga akar kata:


(1) Raba – yarubu – raburan, bermakna = nama – yanumu, berarti = tumbuh, berkembang

(2) Rabba – yurabbi – rabban, bermakna = nama, zada, atamma, ashlaha berarti mengembangkan, menambah, menyempurnakan.

(3) Rabiyya – yarba bermakna nasya’a berarti tumbuh, maka secara bahasa, pendidikan berarti = menumbuhkan, menambah, menyempurnakan, membereskan.


Secara etimologis al-Tarbiyyat terbentuk dari rabba – yurabbi – tarbiyyatan.
Pendidikan berasal dari kata “didik” lalu kata ini mendapat awalan me- sehingga menjadi kata mendidik, artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntunan, dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Selanjutnya dalam kamus besar bahasa Indonesia, pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran.


Berikut pengertian pendidikan menurut tinjauan etimologis dan tinjauan terminologis :


1. Tinjauan etimologis

Istilah asing yang biasa dipakai unuk memaknai kata pendidikan adalah ; padagogie (bahasa yunani) dan education (bahasa latin). Berikut penjelasan istilah tersebut:


a. Padegogie


Padegogie merupakan rangkaian dari dua kata dari bahasa Yunani : pias (anak) dan ago (saya membimbing) dengan demikian padegogie berarti saya membimbing anak. Pada zaman Yunani kuno, anak golongan bangsawan biasanya diantar dan dijemput ke sekolah oleh seorang pengasuh khusus yang disebut padagogos


b. Education


Menurut Khursyid Ahmad, istilah education berasal dari bahasa latin; e, ex (out) artinya keluar, dan ducere duc (mengatur, memimpin, menyerahkan). Sehingga education memiliki arti : mengumpulkan dan menyampaikan informasi (pelajaran) dan menyalurkan/menarik bakat keluar. Dalam praktik pendidikan, kegiatan-kegiatan seperti mengatur, memimpin dan mengarahkan bakat anak merupakan aktivitas utama.


2. Tinjauan Terminologis


Dari sudut pandang terminologis, pendapat para ahli pendidikan cukup beragam dalam memberikan arti pendidikan.


a. MJ. Langeveld


Pendidikan adalah mempengaruhi anak dalam usaha membimbingnya supaya menjadi dewasa. Usaha membimbing adalah usaha yang didasari dan dilaksanakan dengan sengaja antara orang yang dewasa dengan anak yang belum dewasa.


b. Hogeveld


Pendidikan adalah membantu anak supaya dia cukup cakap menyelenggarakan tugas hidup atas tanggung jawabnya sendiri.


c. Ki Hajar Dewantara


Pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.


d. Undang-Undang RI. Nomor 20 tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional (pasal 1 ayat 1)


Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara .


Dalam perspektif yang luas, pendidikan diartikan sebagai keseluruhan pengalaman belajar setiap orang sepanjang hidupnya (life long education), yang bisa terjadi secara formal, nonformal, dan informal. Dengan demikian dalam arti luas pendidikan tidak ada batas waktu dan tempat, kapan saja, dimana saja, disengaja atau tidak.


Jadi pendidikan berarti tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan (seperti sekolah dan madrasah) yang dipergunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap, dan sebagainya. Pendidikan dapat berlangsung secara informal dan nonformal di samping secara formal di sekolah, madrasah dan institusi-institusi lainnya.


Sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan sebagi suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik. Proses pembentukan pribadi melalui dua sasaran yaitu pembentukan pribadi bagi mereka yang belum dewasa oleh mereka yang sudah dewasa dan bagi mereka yang sudah dewasa atas usaha sendiri.


Crow (dalam Supriyatno, 2001) mengatakan bahwa pendidikan diinterpretasikan dengan makna untuk mempertahankan individu dengan kebutuhan-kebutuhan yang senantiasa bertambah dan merupakan suatu harapan untuk dapat mengembangkan diri agar berhasil serta untuk memperluas, mengintensifkan ilmu pengetahuan dan memahami elemen-elemen yang ada di sekitarnya. Pendidikan juga mencakup segala perubahan yang terjadi sebagai akibat dari partisipasi individu dalam pengalaman-pengalaman dan belajar.


“Pendidikan merupakan pengaruh lingkungan terhadap individu untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang tetap dalam kebiasaan perilaku, pikiran dan sikapnya” (Thompson, 1993)

Sedangkan Darnelawati (1994) berpendapat bahwa pendidikan formal adalah pendidikan di sekolah yang berlangsung secara teratur dan bertingkat mengikuti syarat-syarat yang jelas dan ketat.


Tujuan pendidik adalah untuk memperkaya budi pekerti, pengetahuan dan untuk menyiapkan seseorang agar mampu dan trampil dalam suatu bidang pekerjaan tertentu.
Sebagian orang memahami arti pendidikan sebagai pengajaran karena pendidikan pada umumnya selalu membutuhkan pengajaran. Padahal mengajar pada umumnya diartikan secara sempit dan formal sebagai kegiatan menyampaikan meteri pelajaran kepada siswa agar ia menerima dan menguasai materi pelajaran tersebut, dengan kata lain siswa tersebut memiliki ilmu pengetahuan.


Pengertian Pendidikan Agama Islam menurut berbagai pakar


a. Menurut Drs. Ahmad D. Marimba :


“Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. Dengan pengertian yang lain sering kali Beliau mengatakan kepribadian yang memiliki nalai-nilai agama Islam, memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam, dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam.”


b. Menurut Abdul Rahman Nahlawi:


اَلتربيّةُ الإسْلاَ مِيَّةُ هِيَ ا لتَّنْظيمُ المُنْفَسِيُّ والإجتماعيُّ الَّذيْ يُؤْديْ إلى اعْتنَاق الإسْلاَم وتَطْبيْقَة كلّيّا فى حَياة الْفرْدِ وَالْجمَاعَةِ


Artinya; “Pendidikan Islam ialah pengaturan pribadi dan masyarakat yang karenanya dapatlah memeluk Islam secara logis dan sesuai secara keseluruhan baik dalam kehidupan individu maupun kehidupan kolektif”.


c. Menurut Drs. Burlian Shomad :


“Pendidikan Agama Islam ialah pendidikan yang bertujuan membentuk individu menjadi makhluk yang bercorak diri berderajat tinggi menurut ukuran Allah dan isi pendidikannya untuk mewujudkan tujuan itu adalah ajaran Allah. Secara rinci Beliau mengemukakan pendidikan itu baru dapat disebut Pendidikan Agama Islam apabila memiliki dua ciri khas yaitu:


1). Tujuannya untuk membentuk individu menjadi bercocok diri tertinggi menurut ukuran Al-Qur`an.


2). Isi pendidikannya ajaran Allah yang tercantum dengan lengkap dalam Al-Qur`an dan pelaksanaannya di dalam praktek kehidupan sehari-hari sebagaimana di contohkan oleh Nabi Muhammad SAW.


d. Menurut Mustofa Al-Ghulayani :


“Bahwa Pendidikan Agama Islam ialah menanamkan akhlak yang mulia di dalam jiwa anak dalam masa pertumbuhannya dan menyiraminya dengan petunjuk dan nasihat, sehingga akhlak itu menjadi salah satu kemampuan (meresap dalam) jiwanya kemudian buahnya berwujud keutamaan, kebaikan dan cinta bekerja untuk kemanfaatan tanah air.”


e. Menurut Syah Muhammad A. Naquib Al-Atas:


“Pendidikan Agama Islam ialah usaha yang dilakukan pendidik terhadap anak didik untuk pengenalan dan pengakuan tempat-tempat yang benar dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan sehingga membimbing kearah pengenalan dan pengakuan akan tempat Tuhan yang tepat di dalam tatanan wujud dan kepribadian.”


f. Menurut Prof. Dr. Hasan Langgulung :


“Pendidikan Agama Islam ialah Pendidikan yang memiliki 4 macam fungsi, yaitu :


1). Menyiapkan generasi muda untuk memegang peranan-peranan tertentu dalam masyarakat pada masa yang akan datang. Peranan ini berkaitan erat dengan kelanjutan hidup (survival) masyarakat sendiri.


2). Memindahkan ilmu pengetahuan yang bersangkutan dengan peranan-peranan tersebut dari generasi tua kepada generasi muda.


3). Memindahkan nilai-nilai yang bertujuan memelihara keutuhan dan kesatuan masyarakat yang menjadi syarat mutlak bagi kelanjutan hidup (surviral) suatu masyarakat dan peradaban. Dengan kata lain, tanpa nilai-nilai keutuhan (integrity) dan kesatuan (integration) suatu masyarakat, maka kelanjutan hidup tersebut tidak akan dapat terpelihara dengan baik yang akhirnya akan berkesudahan dengan kehancuran masyarakat itu sendiri.”


g. Hasil seminar pendidikan Islam se-Indonesia tanggal 7 sampai dengan 11mei 1960 di Cipayung Bogor menyatakan :


“Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh, dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam.”


h. Menurut M. Yusuf al-Qardhawi:


“Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan keterampilannya. Karena itu, pendidikan agama Islam menyiapkan manusia untuk hidup baik dalam keadaan damai maupun perang, dan menyiapkannya untuk menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatannya, manis dan pahitnya.”


i. Menurut Endang Saifuddin Anshari:


“Pendidikan Agama Islam adalah proses bimbingan (pimpinan, tuntunan, usulan) oleh obyek didik terhadap perkembangan jiwa (pikiran, perasaan, kemauan, intuisi, dan sebagainya ), dan raga obyek didik dengan bahan-bahan materi tertentu, pada jangka waktu tertentu, dengan metode tertentu, dan dengan alat perlengkapan yang ada kearah terciptanya pribadi tertentu disertai evaluasi sesuai dengan ajaran agama Islam. “


j. Menurut Zakiah Darajat :


“Pendidikan Agama Islam adalah Pendidikan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan itu ia dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak.”


Dari uraian tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa para ahli didik Islam berbeda pendapat mengenai rumusan Pendidikan Agama Islam. Ada yang menitik beratkan pada segi pembentukan akhlak anak, ada pula yang menuntut pendidikan teori pada praktek, sebagian lagi menghendaki terwujudnya kepribadian muslim dan lain-lain.


Namun dari perbedaan pedapat tersebut dapat diambil kesimpulan, bahwa adanya titik persamaan yang secara ringkas dapat dikemukakan sebagai berikut: Pendidikan Agama Islam ialah bimbingan yang dilakukan oleh seorang dewasa kepada terdidik dalam masa pertumbuhan agar ia memiliki kepribadian muslim yang sejati. Jika direnungkan,Syariat Islam tidak akan di hayati dan diamalkan orang kalau hanya diajarkan saja, tetapi harus didirikan melalui proses pendidikan. Nabi telah mengajak orang untuk beriman dan beramal serta berakhlak baik sesuai ajaran Islam dengan berbagai metode dan pendekatan.


Dari satu segi melihat, bahwa pendidikan Islam itu lebih banyak di tunjukan kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan, baik bagi keperluan diri sendiri maupun orang lain. Dari segi lainnya Pendidikan Agama Islam tidak hanya bersifat teoritis saja, tetapi juga praktis. Ajaran Agama Islam tidak memisahkan antara iman dan amal saleh. Oleh karena itu Pendidikan Agama Islam adalah sekaligus pendidikan iman dan pendidikan amal. Dan karena ajaran Islam berisi ajaran tentang sikap dan tingkah laku pribadi masyarakat. Menuju kesejahteraan hidup perorangan dan bersama, maka orang pertama yang bertugas mendidik masyarakat adalah para Nabi dan Rasul, selanjutnya para ulama dan para cendikiawan sebagai penerus tugas dan kewajiban mereka.



2. Tujuan Pendidikan Agama Islam


Tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusia dalam Islam, yaitu untuk menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah yang selalu bertakwa kepadaNya, dan dapat mencapai kehidupan yang berbahagia di dunia dan akhirat.



Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan 2004, hal: 524)



Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, 2004, hal: 64)


Dalam konteks sosiologi pribadi yang bertakwa menjadi rahmatan lil‘alamin, baik dalam skala kecil maupun besar. Tujuan hidup manusia dalam Islam inilah yang dapat disebut juga sebagai tujuan akhir pendidikan Islam.


Tujuan khusus yang lebih spesifik menjelaskan apa yang ingin dicapai melalui pendidikan Islam. Sifatnya lebih praktis, sehingga konsep pendidikan Islam jadinya tidak sekedar idealisasi ajaran-ajaran Islam dalam bidang pendidikan. Dengan kerangka tujuan ini dirumuskan harapan-harapan yang ingin dicapai di dalam tahap-tahap tertentu proses pendidikan, sekaligus dapat pula dinilai hasil-hasil yang telah dicapai.


Pendidikan Agama Islam merupakan pendidikan yang berkesadaran dan bertujuan, Allah telah menyusun landasan pendidikan yang jelas bagi seluruh umat manusia melalui Syariat Islam, termasuk tentang tujuan pendidikan agama Islam. Para ahli mengemukakan pendapatnya tentang tujuan pendidikan agama Islam sebagai berikut :


1) Imam al-Ghazali


Berpendapat bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam adalah membina insan paripurna yang bertaqarrub kepada Allah, bahagia di dunia dan di akhirat. Tidak dapat dilupakan pula bahwa orang yang megikuti pendidikan akan memperoleh kelezatan ilmu yang dipelajarinya dan kelezatan ini pula yang dapat mengantarkannya kepada pembentukan insan paripurna.


2) M Athiyah al-Abrasy


Mengemukakan bahwa tujuan pendidikan dan pengajaran adalah sebagai berikut :


a) Untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia.

b) Pendidikan dan pengajaran bukanlah sekedar memenuhi otak anak didik dengan segala macam ilmu yang belum mereka ketahui, tetapi mendidik akhlak dan jiwa mereka, menanamkan rasa fadhilah (keutamaan),

c) Membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi, mempersiapkan mereka untuk suatu kehidupan yang suci seluruhnya, ikhlas, dan jujur.

d) Persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat.

e) Pendidikan Islam memiliki dua orientasi yang seimbang, yaitu memberi persiapan bagi anak didik untuk dapat menjalani kehidupannya di dunia dan juga kehidupannya di akhirat.

f) Persiapan untuk mencari rizki dan pemeliharaan segi-segi kemanfaatan.

g) Pendidikan Agama Islam tidak bersifat spiritual, ia juga memperhatikan kemanfaatan duniawi yang dapat diambil oleh siswa dari pendidikannya.

h) Menumbuhkan roh ilmiah (scientific spirit) pada pelajar dan memuaskan keinginan hati untuk mengetahui (curiosity) dan memungkinkan ia mengkaji ilmu sebagai sekedar ilmu. Dengan demikan, Pendidikan Agama Islam tidak hanya memperhatikan pendidikan agama dan akhlak, tapi juga memupuk perhatian kepada sains, sastra, seni, dan lain sebagainya, meskipun tanpa unsur-unsur keagamaan didalamnya.

i) Menyiapkan pelajar dari segi profesinal, tekhnis, dan dunia kerja supaya ia dapat menguasai profesi tertentu.


3) Drs. Ahmad D. Marimba mengemukakan dua macam tujuan, yaitu tujuan sementara dan tujuan akhir.

a) Tujuan sementara. Yaitu sasaran sementara yang harus dicapai oleh umat Islam yang melaksanakan pendidikan Islam. Tujuan sementara artinya tercapainya berbagai kemampuan seperti kecakapan jasmaniah, pengetahuan membaca, menulis, dan ilmu-ilmu lainnya.

b) Tujuan akhir. Yaitu terwujudnya kepribadian muslim yang mencakup aspek-aspeknya untuk merealisasikan atau menceminkan ajaran agama Islam.


4) Zakiah Darajat membagi tujuan Pendidikan Agama Islam menjadi 4 (empat) macam, yaitu :


a) Tujuan umum. Tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain.

b) Tujuan akhir. Tujuan akhir adalah tercapainya wujud kamil, yaitu orang yang telah mencapai ketakwaan dan menghadap Allah dalam ketakwaannya.

c) Tujuan sementara. Tujuan sementara adalah tujuan yang akan dicapai setelah anak diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal.

d) Tujuan operasional. Tujuan operasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu.


5) Tujuan Pendidikan Agama Islam yang merupakan sebuah Rumusan dari Kongres Pendidikan Islam se Dunia di Islamabad tahun 1980 dan hasil keputusan seminar Pendidikan Islam se Indonesia taggal 07 sampai 11 Mei 1960 di Cipayung Bogor.


a) Rumusan yang ditetapkan dalam kongres se-Dunia tentang Pendidikan Islam sebagai berikut : “Education should aim at the balanced growth of total personality of man through the training of man’s spirit, intellect the rational self, feeling and bodily sense. Education should there for cater for the growth of man in all its aspect, spiritual, intellectual, imaginative, physical, scientific, linguistic, both individually and collectively, and motivate, all these aspect toward goodness and attainment perfection. The ultimate aim of education lies in the realization of complete submission to Allah on the level of individual. The community and humanity at larga.”


b) Rumusan hasil keputusan seminar pendidikan Islam se-Indonesia tanggal 07 sampai dengan 11 mei 1960 di Cipayung, Bogor. “Tujuan pendidikan Islam adalah menanamkan takwa dan akhlak serta menegakkan kebenaran dalam rangka membentuk manusia berpribadi dan berbudi luhur menurut ajaran Islam.”


Dari uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa pendidikan Islam mempunyai tujuan yang luas dan dalam, seluas dan sedalam kebutuhan hidup manusia sebagai makhluk individu dan sebagai makhluk sosial yang menghamba kepada khaliknya dengan dijiwai oleh nilai-nilai ajaran agama.


Oleh karena itu pendidikan Islam bertujuan untuk menumbuhkan pola kepribadian manusia yang bulat melalui latihan kejiwaan kecerdasan otak, penalaran, perasaan dan indera. Pendidikan ini harus melayani pertumbuhan manusia dalam semua aspek, baik aspek spiritual, intelektual, imajinasi, maupun aspek ilmiah, (secara perorangan maupun secara berkelompok).


Dan pendidikan ini mendorong aspek tersebut ke arah keutamaan serta pencapaian kesempurnaan hidup. Tujuan ini merupakan cerminan dan realisasi dari sikap penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah, baik secara perorangan, masyarakat, maupun sebagai umat manusia keseluruhannya. Sebagai hamba Allah yang berserah diri kepada Khaliknya, ia adalah hamba-Nya yang berilmu pengetahuan dan beriman secara bulat, sesuai kehendak pencipta-Nya untuk merealisikan cita-cita yang terkandung dalam firman Allah SWT, Qs. Al-Anam: 162






Artinya: “Katakanlah, sesungguhnya salatku dan ibadahku dan hidupku serta matiku hanya untuk Allah, Pendidikan sekalian alam.” (Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 2004, hal: 151)


Tujuan pendidikan merupakan suatu kondisi yang menjadi target penyampaian pengetahuan. Tujuan ini merupakan acuan dan panduan untuk seluruh kegiatan yang terdapat dalam seluruh system pendidikan.


Tujuan pendidikan Islam adalah untuk mempersiapkan anak didik atau individu dan menumbuhkan segenap potensi yang ada, baik jasmani maupun rohani agar dapat hidup dan berpenghidupan sempurna, sehingga ia dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna bagi dirinya dan umatnya.


Dengan demikian dapat dilihat bagaimana tujuan pendidikan Islam yang dirumuskan oleh Al-Ghazali dalam kitabnya, seperti yang dikutip oleh Zainuddin, dkk, yaitu:


1. Mempelajari ilmu pengetahuan semata-mata untuk ilmu pengetahuan itu saja.
Al-Ghazali dalam bukunya, seperti dikutip oleh Zainuddin, dkk, mengatakan bahwa: “Apabila engkau mengadakan penelitian atau penalaran terhadap ilmu pengetahuan, maka engkau akan melihat kelezatan padanya, oleh karena itu tujuan mempelajari ilmu pengetahuan adalah karena ilmu pengetahuan itu sendiri.”


2. Tujuan utama pendidikan adalah pembentukan akhlak .Al-Ghazali mengatakan bahwa:


“Tujuan murid mempelajari segala ilmu pengetahuan pada masa sekarang adalah kesempurnaan akhlak dan keutamaan jiwanya.”


3. Tujuan pendidikan adalah untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Bagi Al-Ghazali menimba pengetahuan tidaklah semata-mata untuk tujuan akhirat, akan tetapi terdapat keseimbangan tujuan hidup termasuk kebahagiaan di dunia.


“Dan sesungguhnya engkau mengetahui bahwa hasil ilmu pengetahuan adalah pendekatan diri pada Tuhan pencipta alam, menghubungkan diri dan berhampiran dengan ketinggian malaikat, demikian itu adalah akhirat. Adapun di dunia adalah kemuliaan, kebesaran, pengaruh pemerintahan bagi pemimpin Negara dan penghormatan menurut kebiasaannya.”
Untuk mencapainya sebuah tujuan dalam pendidikan Islam, maka unsur dalam pendidikan itu haruslah dirumuskan dengan baik. Program yang akan dijadikan rujukan dalam pelaksanaan pendidikan Islam tentunya harus sinergis dengan tujuan yang ingin dicapai, berdasarkan nilai-nilai Islam, termasuk tujuan manusia diciptakan di muka bumi ini.


3. Fungsi Pendidikan Islam


Seperti diketahui bahwa pembinaan mental anak didik tidaklah dimulai dari sekolah, akan tetapi dimulai dari rumah (keluarga), sejak si anak dilahirkan ke titik maksimal yang dapat sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan dunia, mulailah ia menerima didikan-didikan dan perlakuan-perlakuan. Mula-mula ibu bapaknya, kemudian dari anggota keluarga yang lain (saudara) dan kemudian dari lingkungan masyarakatnya.


Hal demikian memberikan warna dan mempengaruhi dasar-dasar pembentukan kepribadiannya. Pembinaan, pertumbuhan mental dan kepribadiannya itu kemudian akan ditambah dan disempurnakan oleh sekolah. Orang tua seharusnya memberikan pendidikan agama pada anak-anaknya sejak kecil, bahkan sejak masih dalam kandungan, sebab disadari atau tidak, hal ini akan mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan anak setelah lahir terutama pada perkembangan dan pertumbuhan aspek kejiwaannya.


DR. Zakiah Daradjat dalam bukunya “Kesehatan Mental” mengemukakan tentang pentingnya fungsi pendidikan Islam baik di rumah, di sekolah maupun di lingkungan masyarakat.
Beliau mengatakan bahwa:


“Pendidikan agama Islam mempunyai fungsi yang sangat penting untuk pembinaan dan penyempurnaan kepribadian dan mental anak, karena pendidikan agama Islam mempunyai dua aspek terpenting, yaitu aspek pertama yang ditujukan kepada jiwa atau pembentukan kepribadian anak, dan kedua, yang ditujukan kepada pikiran yakni pengajaran agama Islam itu sendiri.”


Aspek pertama dari pendidikan Islam adalah yang ditujukan pada jiwa atau pembentukan kepribadian. Artinya bahwa melalui pendidikan agama Islam ini anak didik diberikan keyakinan tentang adanya Allah swt.


Aspek kedua dari pendidikan Agama Islam adalah yang ditujukan kepada aspek pikiran (intelektualitas), yaitu pengajaran Agama Islam itu sendiri. Artinya, bahwa kepercayaan kepada Allah swt, beserta seluruh ciptaan-Nya tidak akan sempurna manakala isi, makna yang dikandung oleh setiap firman-Nya (ajaran-ajaran-Nya) tidak dimengerti dan dipahami secara benar. Di sini anak didik tidak hanya sekedar diinformasikan tentang perintah dan larangan, akan tetapi justru pada pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana beserta argumentasinya yang dapat diyakini dan diterima oleh akal.


Fungsi pendidikan Agama Islam di sini dapat menjadi inspirasi dan pemberi kekuatan mental yang akan menjadi bentuk moral yang mengawasi segala tingkah laku dan petunjuk jalan hidupnya serta menjadi obat anti penyakit gangguan jiwa.


Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa fungsi pendidikan Agama Islam adalah:


1. Memperkenalkan dan mendidik anak didik agar meyakini ke-Esaan Allah swt, pencipta semesta alam beserta seluruh isinya; biasanya dimulai dengan menuntunnya mengucapkan la ilaha illallah.

2. Memperkenalkan kepada anak didik apa dan mana yang diperintahkan dan mana yang dilarang (hukum halal dan haram).

3. Menyuruh anak agar sejak dini dapat melaksanakan ibadah, baik ibadah yang menyangkut hablumminallah maupun ibadah yang menyangkut hablumminannas.

4. Mendidik anak didik agar mencintai Rasulullah saw, mencintai ahlu baitnya dan cinta membaca al-Qur’an.

5. Mendidk anak didik agar taat dan hormat kepada orang tua dan serta tidak merusak lingkungannya.


Dari uraian tersebut di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pendidikan Agama Islam adalah sebuah proses yang dilakukan untuk menciptakan manusia-manusia yang seutuhnya, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta mampu mewujudkan eksistensinya sebagai khalifah Allah di muka bumi yang berdasarkan kepada ajaran al-Qur’an dan Sunnah, maka tujuan dalam konteks ini berarti terciptanya insan-insan kamil setelah proses pendidikan berakhir.


Fungsi pendidikan Islam secara mikro adalah proses penanaman nilai-nilai ilahiah pada diri anak didik, sehingga mereka mampu mengaktualisasikan dirinya semaksimal mungkin sesuai dengan prinsip-prinsip religius. Secara makro pendidikan Islam berfungsi sebagai sarana pewarisan budaya dan identitas suatu komunitas yang di dalamnya manusia melakukan interaksi dan saling mempengaruhi antara satu dengan yang lain.



B. Pengertian dan Fungsi Keluarga


1. Pengertian Keluarga


Keluarga adalah unit/satuan masyarakat yang terkecil yang sekaligus merupakan suatu kelompok kecil dalam masyarakat. Keluarga biasanya terdiri dari suami, istri, dan juga anak-anak yang selalu menjaga rasa aman dan ketentraman ketika menghadapi segala suka duka hidup dalam eratnya arti ikatan luhur hidup bersama.


a. Macam-macam fungsi keluarga :


1) Fungsi Biologis: Diharapkan agar keluarga dapat menyelenggarakan persiapan- persiapan perkawinan bagi anak-anaknya, karena dengan perkawinan akan terjadi proses kelangsungan keturunan.

2) Fungsi Pemeliharaan: Keluarga diwajibkan untuk berusaha agar setiap anggotanya dapat terlindung dari gangguan-gangguan, yang pada intinya harus dapat menciptakan rasa aman, tentram dan nyam

3) Fungsi Ekonomi: Orang tua diwajibkan untuk berusaha keras supaya setiap anggota keluarga dapat cukup makan dan minum, cukup pakaian dan tempat tinggal.

4) Fungsi Keagamaan: Diwajibkan untuk menjalani dan mendalami serta mengamalkan ajaran-ajaran agama dengan pelakunya sebagai manusia yang bertakwa kepada Tuhan YME.

5) Fungsi Sosial: Keluarga berusaha untuk mempersiapkan anak-anaknya bekal-bekal selengkapnya dengan memperkenalkan nilai-nilai dan sikap yang dianut oleh masyarakat serta mempelajari peranan-peranan yang diharapkan akan mereka jalankan kelak bila sudah dewasa.


b. Individu Keluarga Masyarakat


1) Pengertian Individu: Individu berasal dari kata Individuum yang berarti tak terbagi, kata individu bukan berarti manusia sebagai suatu keseluruhan yang tak dapat terbagi melainkan sebagai kesatuan yang terbatas yaitu sebagai manusia perseorangan.

2) Pengertian Keluarga: Kumpulan beberapa orang yang karena terikat oleh satu turunan lalu mengerti dan merasa berdiri sebagai satu gabungan yang hakiki, esensial, enak dan berkehendak bersama-sama memperteguh gabungan itu untuk memuliakan masing-masing anggotanya (Ki Hajar Dewantara)

3) Pengertian Masyarakat: Masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang telah memiliki tatanan kehidupan, norma-norma, adapt-istiadat yang sama-sama ditaati dalam lingkungannya. Dalam pertumbuhan dan perkembangan suatu masyarakat, dapat digolongkan menjadi: Masyarakat sederhana, dan masyarakat maju (masyarakat modern).


Pengertian Keluarga Menurut Departemen Kesehatan RI dan Para Pakar


Menurut Departemen Kesehatan RI 1998:


“Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang tinggal dan berkumpul di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.”


Menurut Salvicion:


“Keluarga adalah dua atau lebih dari individu yang tergabung karena ikatan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan, dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam peranannya masing-masing, dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.”


Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa keluarga adalah:


1. Unit terkecil masyarakat

2. Terdiri dari 2 orang atau lebih

3. Adanya ikatan perkawinan dan pertalian darah

4. Hidup dalam satu rumah tangga

5. Di bawah asuhan seseorang kepala rumah tangga

6. Berinteraksi diantara sesame anggota keluarga

7. Setiap anggota keluarga mempunyai peranan masing-masing

8. Diciptakan, mempertahankan suatu kebudayaan


2. Fungsi Keluarga


Fungsi keluarga adalah suatu pekerjaan-pekerjaan atau tugas-tugas yang harus dilaksankan di dalam atau oleh keluarga itu.


Macam-Macam Fungsi Keluarga


a) Fungsi Biologis


Dengan fungasi ini diharapkan agar keluarga dapat menyelenggarakan persiapan-persiapan perkawinan bagi anak-anaknya. Persiapan perkawinan yang perlu dilakukan oleh orang-orang tua bagi anak-anaknya dapat berbentuk antara lain pengetahuan tantang kehidupan sex bagi suami istri, pengetahuan mengatur rumah tangga bagi sang istri, tugas dan kewajiban bagi suami, memelihara pendidikan bagi anaak-anak dan lain-lain.


Dengan persiapan deperti ini dapat terbentuk keluarga yang harmonis dan berpengaruh baik bagi kehidupan bermasyarakat.


b) Fungsi Pemeliaharaan


Keluarga diwajibkan untuk berusaha agar setiap anggotanya terlindung dari gangguan-gangguan sebagai berikut :


(1) gangguan udara dengan berusaha menyediakan rumah;

(2) gangguan penyakit denagan menyediakan obat-obatan

(3) gangguan bahaya dengan berusaha menyediakan senjata, pagar tembok dan lain-lain.


c) Fungsi Ekonomi


Keluarga berusaha menyelenggarakan kebutuhan manusia yang pokok yaitu :


(1) Kebutuhan makan dan minum

(2) Kebutuhan pakaian untuk menutup tubuhnya

(3) Kebutuhan tempat tinggal.


d) Fungsi Keagamaan


Dengan dasar pedoman ini keluarga diwajibkan untuk menjalani dan mendalami serta mengamalkan ajaran-ajaran agama dalam pelakunya sebagai manusia yang taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.


e) Fungsi Sosial


Dengan fungsi ini keluarga berusaha untuk mempersiapkan anak-anaknya bekal-bekal selengkapnya dengan memperkenalkan nilai-nilai dan sikap-sikap yang dianut oleh masyarakat serta mempelajari peranan-peranan yang diharapkan akan mereka jalankan kelak bila sudah dewasa yag disebut sosialisasi. Dalam fungsi ini juga harus ada pewarisan kebudayaan dan nilai-nilainya, misalnya : sopan santun, bahasa, cara bertingkah laku, ukuran tentang baik buruknya perbuatan dan lain-lain. Dengan melalui nasihat dan larangan, orang tua menyampaikan norma-norma hidup tertentu dalam bertingkah laku.


Dalam buku Ilmuku Sosial Dasar karangan Drs. Soewaryo Wangsanegara dikatakan bahwa fungsi-fungsi keluarga meliputi :


(1) Pembentukkan kepribadian; dalam lingkungan keluarga, para orang tua meletakkan dasar-dasar kepribadian kepada anak-anaknya, dengan tujuan untuk memproduksikan serta melestarikan kepribadian mereka kepada anak cucu dan keturunannya.

(2) Erat kaitannya dengan butir, keluarga juga berfungsi sebagai alat reproduksi kepribadian-kepribadian yang berakar dari etika, estetika, moral, keagamaan, dan kebudayaan yang berkorelasi fungsional dengan sebuah struktur masyarakat tertentu.

(3) Keluarga merupakan eksponen dari kebudayaan masyarakat, karena menempati posisi kunci. Keluarga adalah sebagai jenjang dan perantara pertama dalam transmisi kebudayaan.

(4) Keluarga berfungsi sebagai lembaga perkumpulan perekonomian. Pada kelompok-keliompok masyarakat modern perkonomian berkembang sangat pesat. Namun ikatan-ikatan kekeluargaan masih terjalin kuat dan sering memengaruhi atau menguasai bidang perekonomian mereka.

(5) Keluarga berfungsi sebagai pusat pengasuhan dan pendidikan.



C. Pentingnya Pendidikan Islam dalam Keluarga


Pendidikan merupakah hal penting bagi manusia. Dikatakan penting karena pendidikan berkaitan dengan nilai diri manusia, terutama dalam mencari nilai itu sendiri. Dengan pendidikan manusia akan mempunyai banyak ketrampilan dan kepribadian. Ketrampilan dan kepribadian merupakan sekian banyak dari proses yang dialami manusia untuk menjadi makhluk yang bekualitas baik fisik maupun mental. Pribadi berkualitasdan berakhlak mulai tidak datang dengan sendirinya, tetapi ada semacam latihan-latihan/ riyadhah.


Kebiasaan yang baik akan berakibat baik dan menjadi bagian dari kepribadian keseharian, sebaliknya kepribadian dan kebisaan sehari-hari yang buruk juga akan berakibat buruk terhadap kepribadaian dan perbuatan dirinya sendiri.


Maka pendidikan dalam keseharian manusia menjadi penting artinya dalam rangka membawa manusia menjadi manusia yang berbudi dan berperadaban yang luhur.
Pendidikan bukan hanya sekedar transfer ilmu, tetapi juga transfer nilai, dengan adanya transfer ilmu dan nilai-nilai yang baik dimungkinkan manusia menjadi pribadi yang tidak hanya cerdas otaknya, tetapi juga cerdas akhlaknya. Tidak heran jika Allah menyatakan bahwa kepribadain saja belum cukup, ilmu saja juga belum ada artinya, tetapi jika keduanya, antara ilmu dan iman sudah menyatu ,maka kepribadian dan ketinggian derajat akan diperoleh manusia. Hal ini dapat dipahami dari ayat 11 surat Mujadalah:


Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”(QS. Al Mujadalah: 11).


Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa antara kecerdasan intelektual/ ilmu pengetahuan dan spiritual/keimanan menjadi kesatuan yang utuh dalam rangka mencapai tujuan mulia, pencapaian derajat yang tinggi di hadapan Allah. Artinya adalah ilmu saja tidak cukup untuk mengantarkan manusia menjadi makhluk yang berperadaban dan mempunyai derajat tertinggi di hadapan Allah. Maka dalam ayat tersebut secara eksplisit dapat dipahami bahwa untuk mencapai derajat yang tinggi dibutuhkan paling tidak dua variable yaitu ilmu pengetahuan dan kedalaman keimanan seseorang. Jika kedua variable tersebut telah ada dalam diri seseorang, maka sangat dimungkinkan derajatnya akan dimuliakan oleh Allah Swt.


Dengan demikian pendidikan pada dasarnya mempunyai dimensi keilahian, karena semua makhluk yang ada di alam ini adalah murid Allah, dikatakan murid karena semua makhluk di alam ini diajarkan dan dididik oleh Allah sebagai pendidik utama di jagad ini. Oleh karena itu pendidikan pada awalnya adalah berasal dari Yang Maha Mendidik yaitu Rabb alam semesta ini. Tidak hanya itu selain Allah mendidik, Allah juga memelihara makhluknya di antaranya dengan menurunkan kitab-kitab suci sebagai bahan bacaan, bahan referensi dalam menyikapi berbagai kejadian dan fenomena alam raya.


Allah mengutus para rasul-Nya juga untuk mendidik manusia menjadi makhluk yang baik, makhluk yang mau dan tahu akan Tuhannya, makhluk yang paham kepada siapa harus mengabdi dan menyembah. Kesemua itu dapat ditemukan dalam pendidikan Islam, pendidikan Islam bertujuan membebaskan manusia dari belenggu dunia, belenggu kesyirikan dan menuju keikhlasan dalam berbuat dan beribadah. Pendidikan dalam Islam bukan hanya untuk mencerdaskan, tetapi lebih dari itu pendidikan dalam Islam berusaha mewujudkan manusia yang berkualitas dan beriman dan tahu siapa yang berhak disembah dan dijadikan tempat bergantung.


Selain berusaha mewujudkan manusia yang ikhlas dan tahu Tuhannya,pendidikan Islam juga didukung oleh adanya kitab-kitab Allah, yang dibawa oleh para Rasul-Nya, yang kesemua itu bertujuan untuk mendidik manusia menjadi makhluk yang berperadaban. Dengan adanya para Rasul dan adanya Kitab yang dibawanya, kemudian diajarkan, maka manusia akan terbebas dari kesesatan dan mendapatkan hikmah, karena kitab-kitab tersebut, diajarkan oleh para Nabi dan rasul dengan hikmah, maka manusia yang menerima pengajaran dan dididik juga akan mendapatkan hikmah tersebut.


Allah berfirman,” Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata,(QS. Al-Jumuah:2).


Pendidikan dalam Islam bertujuan untuk membentuk dan mewujudkan peserta didik yang berkualitas, beribadah dengan ikhlas karena Allah, dan menjadikan Alah satu-satunya tempat menyembah dan bergantung.


Pendidikan dalam Islam mempunyai arti penting karena merupakan ruh dari awal turunnya wahyu Allah, perintah pertama dalam Islam adalah untuk membaca, membaca dalam arti lebih luas, termasuk di dalamnya adalah meneliti, mengkaji,memahami, melakukan observasi, melakukan proses pembelajaran dan peruses pendidikan.dengan demikian pendidikan merupakan tonggak awal dari kewahyuan, hal ini dapat dicermati dari firman Allah surat Al-Alaq :


Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS.Al-Alaq:1-5).


Pendidikan dalam tataran ini sudah melampaui pendidikan awal, dalam arti pendidikan dalam konotasi tazkiyah lebih mempunyai tingkat yang lebih tinggi jika dibanding dengan mendidik secara konsep keilmuan dan peruses menuju kesucian diri, tazkiyah dalam konotasi pendidikan merupakan sebuah proses menuju akhlak mulia, membebakan manusia dari kekotoran jiwa, pendidikan dalam Islam berusaha meluruskan tujuan manusia yang sesungguhnya, tujuan tersebut adalah mencapai keridhoan Allah.


Disisi lain pendidikan dalam Islam merupakan sebuah langkah preventif agar terhindar dari neraka dunia dan neraka akherat,” hal ini dapat dicermati dari firman Allah dalam surat Tahrim ayat 6 :


Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim: 6).


Dalam ayat tersebut mengandung tangungjawab penuh orang tua untuk mendidik anak mereka. Mendidik anaknya agar menjadi anak yang soleh, anak yang berbakti kepada Allah dan orang tuanya. Dalam ayat tersebut mengandung sebuah proses pendidikan dan pembelajaran, dengan demikian realitas ini memberi kesan bahwa pendidikan pertama awal bagi anak adalah pendidikan dan pembelajaran yang diterimanya ketika di rumah. Pendidikan dan pembelajaran di rumah sangat penting, dikatakan penting karena mempunyai pengaruh besar bagi anak kelak kalau mereka sudah bergaul dan bermasyarakat.


Di sisi lain pendidikan di rumah mempunyai arti penting bagi anak untuk mendapatkan pengalaman, pengalaman yang berharga, pengalaman yang akan menjadi tolak ukur, sebagai pola utama dalam memandanag dunia luar. Pendidikan dalam keluarga merupakan pendidikan dalam Islam, pendidikan yang dianggap utama dan diutamakan, dikatakan diutamakan karena berdasarkan perintah Allah , agar setiap orang tua bertanggungjawab untuk menyelamatkan anak-anak mereka dari api neraka, baik neraka dunia maupun nereka akherat. Tidak heran jika Nabi Muhammad SAW menyatakan bahwa pemberian pendidikan dan pembelajaran di rumah lebih baik daripada hanya sekedar berbuat baik kepada anak.


“Pemberian perhatian(pendidikan dan pembelajaran) dari orang tua kepada anaknya, lebih baik daripada hanya besikap baik kepada mereka.”( HR. Ahmad).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar Anda