12 Januari 2010

*AL-BAQARAH AYAT 1-20





















Alif laam miim.
(QS. 2:1)

2

Kitab (Al quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,
(QS. 2:2)

3

(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka.
(QS. 2:3)

4

Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.
(QS. 2:4)

5

Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhannya, dan merekalah orang-orang yang beruntung.
(QS. 2:5)

6

Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman.
(QS. 2:6)

7

Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat.
(QS. 2:7)

8

Di antara manusia ada yang mengatakan: `Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian`, pada hal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.
(QS. 2:8)

9

Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, pada hal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.
(QS. 2:9)

10

Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.
(QS. 2:10)

11

Dan bila dikatakan kepada mereka: `Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi`. Mereka menjawab: `Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.`
(QS. 2:11)

12

Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.
(QS. 2:12)

13

Apabila dikatakan kepada mereka: `Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman.: Mereka menjawab:` Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman? `Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh, tetapi mereka tidak tahu.
(QS. 2:13)

14

Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan:` Kami telah beriman `. Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan:` Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok `.
(QS. 2:14)

15

Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terumbang-ambing dalam kesesatan mereka.
(QS. 2:15)

16

Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaannya dan tidaklah mereka mendapat petunjuk.
(QS. 2:16)

17

Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat.
(QS. 2:17)

18

Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar),
(QS. 2:18)

19

atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena (mendengar suara) petir, sebab takut akan mati. Dan Allah meliputi orang-orang kafir.
(QS. 2:19)

20

Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.
(QS. 2:20)



[TAFSIR] : AL-BAQARAH
Ayat [286] First Previous Next Last Balik Ke Atas Hal:1/15

1 Alif laam miim.(QS. 2:1)


Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Baqarah 1


الم (1)
Alif, lam, mim, termasuk huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan beberapa surah Alquran. Ada dua hal yang perlu dibicarakan tentang huruf-huruf abjad yang disebutkan pada permulaan beberapa surah dari Alquranul Karim itu, yaitu apa yang dimaksud dengan huruf ini, dan apa hikmahnya menyebutkan huruf-huruf ini?


Tentang soal pertama, maka para mufassir berlainan pendapat, yaitu:


1.Ada yang menyerahkan saja kepada Allah, dengan arti mereka tidak mau menafsirkan huruf-huruf itu. Mereka berkata, "Allah sajalah yang mengetahui maksudnya." Mereka menggolongkan huruf-huruf itu ke dalam golongan ayat-ayat mutasyabihat.


2.Ada yang menafsirkannya. Mufassirin yang menafsirkannya ini berlain-lain pula pendapat mereka, yaitu:


a.Ada yang berpendapat bahwa huruf-huruf itu adalah isyarat (keringkasan dari kata-kata), umpamanya Alif Lam Mim. Maka "Alif" adalah keringkasan dari "Allah", "Lam" keringkasan dari "Jibril", dan "Mim" keringkasan dari Muhammad, yang berarti bahwa Alquran itu datangnya dari Allah, disampaikan oleh Jibril kepada Muhammad. Pada Alif Lam Ra; "Alif" keringkasan dari "Ana", "Lam" keringkasan dari "Allah" dan "Ra" keringkasan dari "Ar-Rahman", yang berarti: Saya Allah Yang Maha Pemurah.


b.Ada yang berpendapat bahwa huruf-huruf itu adalah nama dari surah yang dimulai dengan huruf-huruf itu.


c.Ada yang berpendapat bahwa yang dimaksud dengan huruf-huruf abjad ini adalah huruf-huruf abjad itu sendiri. Maka yang dimaksud dengan "Alif" adalah "Alif", yang dimaksud dengan "Lam" adalah "Lam", yang dimaksud dengan "Mim" adalah "Mim", dan begitu seterusnya.


d.Huruf-huruf abjad itu untuk menarik perhatian.

Menurut para mufassir ini, huruf-huruf abjad itu disebut Allah pada permulaan beberapa surah dari Alquranul Karim, hikmahnya adalah untuk "menantang". Tantangan itu bunyinya kira-kira begini: Alquran itu diturunkan dalam bahasa Arab, yaitu bahasa kamu sendiri, yang tersusun dari huruf-huruf abjad, seperti Alif Lam Mim Ra, Ka Ha Ya Ain Shad, Qaf, Tha Sin dan lain-lainnya. Maka kalau kamu sekalian tidak percaya bahwa Alquran ini datangnya dari Allah dan kamu mendakwakan datangnya dari Muhammad, yakni dibuat oleh Muhammad sendiri, maka cobalah kamu buat ayat-ayat yang seperti ayat Alquran ini. Kalau Muhammad dapat membuatnya tentu kamu juga dapat membuatnya."


Maka ada "penantang", yaitu Allah, dan ada "yang ditantang", yaitu bahasa Arab, dan ada "alat penantang", yaitu Alquran. Sekalipun mereka adalah orang-orang yang fasih berbahasa Arab, dan mengetahui pula seluk-beluk bahasa Arab itu menurut naluri mereka, karena di antara mereka itu adalah pujangga-pujangga, penyair-penyair dan ahli-ahli pidato, namun demikian mereka tidak bisa menjawab tantangan Alquran itu dengan membuat ayat-ayat seperti Alquran. Ada juga di antara mereka yang memberanikan diri untuk menjawab tantangan Alquran itu, dengan mencoba membuat kalimat-kalimat seperti ayat-ayat Alquran itu, tetapi sebelum mereka ditertawakan oleh orang-orang Arab itu, lebih dahulu mereka telah ditertawakan oleh diri mereka sendiri.


Para mufassir dari golongan ini, yakni yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad itu disebut oleh Allah pada permulaan beberapa surah dari Alquran untuk menantang bangsa Arab itu, mereka sampai kepada pendapat itu adalah dengan "istiqra" artinya menyelidiki masing-masing surah yang dimulai dengan huruf-huruf abjad itu.

Dengan penyelidikan itu mereka mendapat fakta-fakta sebagai berikut:


1.Surah-surah yang dimulai dengan huruf-huruf abjad ini adalah surah-surah Makiyah (diturunkan di Mekah), selain dari dua buah surah saja yang Madaniyah (diturunkan di Madinah), yaitu surah Al-Baqarah yang dimulai dengan Alif Lam Mim dan surah Ali Imran yang dimulai dengan Alif Lam Mim juga. Sedang penduduk Mekah itulah yang tidak percaya bahwa Alquran itu adalah dari Tuhan, dan mereka mendakwakan bahwa Alquran itu buatan Muhammad semata-mata.


2.Sesudah menyebutkan huruf-huruf abjad itu ditegaskan bahwa Alquran itu diturunkan dari Allah, atau diwahyukan oleh-Nya. Penegasan itu disebutkan oleh Allah secara langsung atau tidak langsung. Hanya ada 9 surah yang dimulai dengan huruf-huruf abjad itu yang tidak disebutkan sesudahnya penegasan bahwa Alquran itu diturunkan dari Allah.


3.Huruf-huruf abjad yang disebutkan itu adalah huruf-huruf abjad yang banyak terpakai dalam bahasa Arab.
Dari ketiga fakta yang didapat dari penyelidikan itu, mereka menyimpulkan bahwa huruf-huruf abjad itu didatangkan oleh Allah pada permulaan beberapa surah dari Alquranul Karim itu adalah untuk "menantang" bangsa Arab agar membuat ayat-ayat seperti ayat-ayat Alquran itu, bila mereka tidak percaya bahwa Alquran itu, datangnya dari Allah dan mendakwakan bahwa Alquran itu buatan Muhammad semata-mata sebagai yang disebutkan di atas. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa para mufassir yang mengatakan bahwa huruf-huruf abjad ini didatangkan Allah untuk "tahaddi" (menantang) adalah memakai tariqah (metode) ilmiah, yaitu "menyelidiki dari contoh-contoh, lalu menyimpulkan daripadanya yang umum". Tariqah ini disebut "Ath-Thariqat Al-Istiqra'iyah" (metode induksi).


Ada mufassir yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad ini didatangkan oleh Allah pada permulaan beberapa surah-surah Alquranul Karim untuk menarik perhatian. Memulai pembicaraan dengan huruf-huruf abjad adalah suatu cara yang belum dikenal oleh bangsa Arab di waktu itu, karena itu maka hal ini menarik perhatian mereka.


Tinjauan terhadap pendapat-pendapat ini:

1.Pendapat yang pertama yaitu menyerahkan saja kepada Allah karena Allah sajalah yang mengetahui, tidak diterima oleh kebanyakan mufassirin ahli-ahli tahqiq (yang menyelidiki secara mendalam). (Lihat Tafsir Al-Qasimi j.2, hal. 32)
Alasan-alasan mereka ialah:


a.Allah sendiri telah berfirman dalam Alquran:

بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُبِينٍ (195)


Artinya:
Dengan bahasa Arab yang jelas.
(Q.S. Asy Syu'ara': 195)


Maksudnya Alquran itu dibawa oleh Jibril kepada Muhammad dalam bahasa Arab yang jelas. Dari ayat ini dapat dipahami bahwa ayat-ayat dalam Alquran itu adalah "jelas", tak ada yang tidak jelas, yang tak dapat dipahami atau dipikirkan, yang hanya Allah saja yang mengetahuinya.


b.Di dalam Alquran ada ayat-ayat yang menunjukkan bahwa Alquran itu menjadi petunjuk bagi manusia. Di antaranya firman Allah:

ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ (2)


Artinya:
Kitab Alquran ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa.
(Q.S. Al-Baqarah: 2)

Firman-Nya lagi:

وَهُدًى وَبُشْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ


Artinya:
....dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman.
(Q.S. Al-Baqarah: 97)
Firman-Nya lagi:

هَذَا بَيَانٌ لِلنَّاسِ وَهُدًى وَمَوْعِظَةٌ لِلْمُتَّقِينَ (138)


Artinya:
(Alquran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.
(Q.S. Ali Imran: 138)


Dan banyak lagi ayat-ayat yang menerangkan bahwa Alquran itu adalah petunjuk bagi manusia. Sesuatu yang fungsinya menjadi "petunjuk" tentu harus jelas dan dapat dipahami. Hal-hal yang tidak jelas tentu tidak dijadikan petunjuk.


c. Dalam ayat yang lain Allah berfirman pula:

وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ (17)


Artinya:
Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Alquran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?
(Q.S. Al-Qamar: 17, 22, 32, dan 40)


2.
a.Pendapat yang menafsirkan bahwa huruf-huruf abjad itu adalah keringkasan dari suatu kalimat. Pendapat ini juga banyak para mufassir yang tidak dapat menerimanya.
Keberatan mereka ialah: tidak ada kaidah-kaidah atau patokan-patokan yang tertentu untuk ini, sebab itu para mufassir yang berpendapat demikian berlain-lainan pendapatnya dalam menentukan kalimat-kalimat itu. Maka di samping pendapat mereka bahwa Alif Lam Mim artinya ialah: Allah, Jibril, Muhammad, ada pula yang mengartikan "Allah, Latifun, Maujud" (Allah Maha Halus lagi Ada). (Dr. Mahmud Syaltut, Tafsir al Qur'anul Karim, hal. 73)


b.Pendapat yang menafsirkan bahwa huruf-huruf abjad yang terdapat pada permulaan beberapa surah ini adalah nama surah, juga banyak pula para mufassir yang tidak dapat menerimanya. Alasan mereka ialah: bahwa surah-surah yang dimulai dengan huruf-huruf itu kebanyakannya adalah mempunyai nama yang lain, dan nama yang lain itulah yang terpakai. Umpamanya surah Al-Baqarah, Ali Imran, Maryam dan lain-lain. Maka kalau betul huruf-huruf itu adalah nama surah, tentu nama-nama itulah yang akan dipakai oleh para sahabat Rasulullah dan kaum muslimin sejak dari dahulu sampai sekarang.


Hanya ada empat buah surah yang sampai sekarang tetap dinamai dengan huruf-huruf abjad yang terdapat pada permulaan surah-surah itu, yaitu: Surah Thaha, surah Yasin, surah Shad dan surah Qaf. (Dr. Mahmud Syaltut, Tafsir al Qur'anul Karim, hal. 73)


c.Pendapat yang menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan huruf-huruf abjad itu sendiri, dan abjad-abjad ini didatangkan oleh Allah ialah untuk "menantang" (tahaddi). Inilah yang dipegang oleh sebahagian mufassirin ahli tahqiq. (Di antaranya: Az Zamakhsyari, Al Baidawi, Ibnu Taimiah, dan Hafizh Al Mizzi, lihat Rasyid Rida, Tafsir Al Manar jilid 8, hal. 303 dan Dr Shubhi As Salih, Mabahis Ulumi Qur'an, hal 235. Menurut An Nasafi: pendapat bahwa huruf abjad ini adalah untuk menantang patut diterima. Lihat Tafsir An Nasafi, hal. 9)


d.Pendapat yang menafsirkan bahwa huruf-huruf abjad ini adalah untuk "menarik perhatian" (tanbih) pendapat ini juga diterima oleh ahli tahqiq. (Tafsir Al Manar jilid 8 hal. 209-303)


Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa "yang dimaksud dengan huruf-huruf abjad yang disebutkan oleh Allah pada permulaan beberapa surat dari Alquran hikmahnya adalah untuk "menantang" bangsa Arab serta menghadapkan perhatian manusia kepada ayat-ayat yang akan dibacakan oleh Nabi Muhammad saw."


2 Kitab (Al quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,(QS. 2:2)


Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Baqarah 2


ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ (2)


Ayat di atas menerangkan bahwa Alquran ini tidak ada keraguan padanya karena ia wahyu Allah swt. yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw Nabi yang terakhir dengan perantaraan Jibril a.s.
Hal ini tegaskan oleh Allah swt. dalam firman-Nya:

الم تَنْزِيلُ الْكِتَابِ لَا رَيْبَ فِيهِ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ


Artinya:
Alif lam mim. Turunnya Alquran yang tidak ada keraguan padanya (adalah) dari Tuhan semesta alam. (Q.S As Sajadah: 1 dan 2)


Yang dimaksud "Al Kitab" di sini ialah Alquran . Disebut "Al Kitab." sebagai isyarat bahwa Alquran harus ditulis, karena itu Nabi Muhammad saw. memerintahkan para sahabat menulis ayat-ayat Alquran
Alquran ini bimbingan bagi orang-orang bertakwa, sehingga ia berbahagia hidup di dunia dan di akhirat nanti.


Orang-orang yang bertakwa ialah orang-orang yang memelihara dan menjaga dirinya dari azab Allah dengan selalu melaksanakan perintah-perintah Allah swt. dan menghentikan larangan-larangan-Nya.
Di antara tanda-tanda orang yang bertakwa ialah sebagaimana yang tersebut pada ayat-ayat berikut:


3 (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka.(QS. 2:3)


Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Baqarah 3


الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ (3)


Pertama : Beriman kepada yang gaib. Termasuk di dalamnya beriman kepada Allah dengan sesungguhnya, menundukkan diri serta menyerahkannya sesuai dengan yang diharuskan oleh iman itu. Tanda keimanan seseorang, ialah melaksanakan semua yang diperintahkan oleh imannya itu.


Yang gaib, ialah sesuatu yang tidak dapat dicapai oleh pancaindra. Pengetahuan tentang yang gaib itu semata-mata berdasar kepada petunjuk-petunjuk Allah swt. Karena kita telah beriman kepada Allah, maka kita beriman pula kepada firman-firman dan petunjuk-petunjuk-Nya Termasuk yang gaib ialah : Allah, Malaikat, hari kiamat, surga, neraka, mahsyar dan sebagainya.


Pangkal iman kepada yang gaib ialah iman kepada Allah swt. Iman kepada Allah adalah dasar dari pembentukan watak dan sifat-sifat seseorang manusia agar ia menjadi manusia yang sebenarnya, sesuai dengan maksud Allah menciptakan manusia.

Allah swt. berfirman:

صِبْغَةَ اللَّهِ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ صِبْغَةً وَنَحْنُ لَهُ عَابِدُونَ


Artinya:
Sibghah Allah. Siapakah yang lebih baik sibgahnya dari Allah ? Kepada-Nyalah kami menyembah. (Q.S Al Baqarah: 138)
Iman membentuk manusia menjadi makhluk individu dan makhluk yang jadi anggota masyarakatnya, suka memberi, menolong, berkorban, berjihad dan sebagainya.

Allah swt. berfirman:

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ


Artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang sebenarnya beriman hanyalah orang orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar. (Q.S Al Hujurat: 15)


Dalam mencari arti iman itu hendaklah mempelajari sejarah hidup Nabi Muhammad saw, merenungkan ciptaan Allah, menggunakan akal pikiran dan mempelajari ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw.
Iman dapat bertambah dan dapat pula berkurang. Iman akan rusak bila amal seseorang rusak dan akan bertambah bila nilai dan jumlah amal ditingkatkan


Kedua: Mendirikan salat ialah, mengerjakan dan menunaikan salat dengan menyempurnakan rukun-rukun dan syarat-syaratnya, terus-menerus mengerjakannya sesuai dengan yang diperintahkan Allah, baik lahir maupun batin.

Yang dimaksud dengan lahir ialah mengerjakan salat sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditentukan sunah Rasul dan yang dimaksud dengan "batin" ialah mengerjakan salat dengan hati, dengan segala ketundukan dan kepatuhan kepada Allah karena merasakan keagungan dan kekuasaan Allah yang menguasai dan menciptakan seluruh alam ini sebagai yang dikehendaki oleh agama.


Yang dimaksud "Iqamatussalah" ialah mengerjakan salat dengan sempurna; sempurna rukun-rukun, syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang lain yang ditentukan oleh agama.


Arti asal dari perkataan "salat" ialah "doa", kemudian dipakai sebagai istilah yang berarti "salat" sebagai ibadat yang telah terkenal di dalam agama Islam karena salat itu banyak mengandung doa.


Ketiga: Menafkahkan sebahagian rezeki yang telah dianugerahkan Allah. "Rezeki" ialah segala sesuatu yang dapat diambil manfaatnya. "Menafkahkan sebahagian rezeki" ialah memberikan sebahagian rezeki atau harta yang telah direzekikan Allah kepada orang-orang yang telah ditentukan oleh agama.


Harta yang akan dinafkahkan itu ialah sebahagiannya, tidak seluruh harta. Dalam ayat ini tidak disebutkan berapa banyak yang dimaksud dengan sebahagian itu, apakah seperdua, sepertiga, seperempat dan sebagainya.
Dalam pada itu Allah melarang berlaku kikir dan melarang berlaku boros:

Firman Allah swt:

وَلَا تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُولَةً إِلَى عُنُقِكَ وَلَا تَبْسُطْهَا كُلَّ الْبَسْطِ فَتَقْعُدَ مَلُومًا مَحْسُورًا


Artinya:
Janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu, sebaliknya janganlah kamu terlalu mengulurkannya, agar kamu tidak menjadi tercela dan menyesal. (Q.S Al Isra': 29)
Dan Allah menyuruh agar jangan berlebih-lebihan dalam membelanjakan harta dan jangan pula kikir. Firman-Nya:

وَالَّذِينَ إِذَا أَنْفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَلِكَ قَوَامًا


Artinya:
Orang-orang yang apabila membelanjakan (harta) mereka tidak berlebih-lebihan, tidak (pula) kikir tapi adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian . (Q.S Al Furqan: 67)
Pada firman Allah yang lain dijelaskan bahwa yang dimaksudkan dengan sebahagian harta itu ialah:

وَيَسْأَلُونَكَ مَاذَا يُنْفِقُونَ قُلِ الْعَفْوَ


Artinya:
....mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah, "Yang lebih baik dari keperluan". (Q.S Al Baqarah: 219)
Allah telah menjelaskan cara-cara membelanjakan harta itu dan cara-cara menggunakannya. Dan dijelaskan lagi oleh hadis-hadis Rasulullah saw:

عن النبى صلى الله عليه وسلم قال: وابدأ بمن تعول، خير الصدقة عن ظهر الغنى


Artinya:
Nabi saw. telah bersabda, "Mulailah dari orang-orang yang dekat denganmu, sedekah yang paling baik ialah sedekah dari orang kaya" (H.R Bukhari dan Muslim)


4 Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.(QS. 2:4)


Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Baqarah 4


وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَبِالْآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ (4)


Keempat: Beriman kepada kitab-kitab yang telah diturunkan-Nya, yaitu beriman kepada Alquran dan kepada kitab-kitab yaitu Taurat, Zabur, Injil dan sahifah-sahifah yang diturunkan kepada nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad saw. Beriman kepada Kitab-kitab dan sahifah-sahifah tersebut berarti beriman pula kepada para rasul yang telah diutus Allah kepada umat-umat yang dahulu dengan tidak membedakan antara seseorang pun dengan yang lain dari rasul-rasul Allah itu.


Beriman kepada Kitab-kitab Allah merupakan salah satu sifat dari orang-orang yang bertakwa, yaitu orang-orang yang beriman, waris-waris para nabi. waris ajaran-ajaran Allah baik orang-orang dahulu, maupun orang-orang sekarang sampai akhir zaman. Sifat ini akan menimbulkan rasa dalam diri seseorang muslim bahwa mereka adalah umat yang satu, agama mereka adalah satu yaitu agama Islam. Tuhan yang mereka sembah ialah Tuhan Yang Maha Esa, Pengasih lagi Penyayang kepada hamba-hamba-Nya. Sifat ini akan menghilangkan dalam diri seseorang muslim, semua sifat menyombongkan diri, rasa golongan, rasa kedaerahan dan perasaan kebangsaan yang berlebih lebihan.


5 Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhannya, dan merekalah orang-orang yang beruntung.(QS. 2:5)


Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Baqarah 5


أُولَئِكَ عَلَى هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (5)


Kelima: Beriman kepada adanya hari akhirat. Akhirat lawan dari "dunia". "Negeri akhirat" ialah Negeri tempat manusia berada setelah dunia ini lenyap. "Yakni akan adanya negeri akhirat" ialah benar-benar percaya adanya hidup yang kedua setelah dunia ini berakhir.


Orang-orang yang mempunyai sifat-sifat yang lima (5) di atas adalah orang orang yang mendapat petunjuk dan bimbingan Allah swt. dan merekalah orang-orang yang akan merasakan hasil iman dan amal mereka di akhirat nanti, mereka memperoleh keridaan Allah dan tempat tinggal mereka di akhirat ialah di surga yang penuh kenikmatan.


6 Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman.(QS. 2:6)


Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Baqarah 6


إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنْذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ (6)


Orang-orang kafir ialah orang yang tidak beriman kepada Allah swt, sebagaimana-yang dikehendaki-Nya
Di dalam Alquran disebutkan bahwa orang-orang kafir, yaitu Ahli Kitab dan orang-orang musyrik, yang sangat ingkar kepada Rasulullah saw; mereka tidak akan beriman walaupun diberi peringatan yang disertai dengan ancaman. Bagi mereka sama saja, apakah mereka diberi peringatan keras atau tidak.


7 Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat.(QS. 2:7)


Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Baqarah 7


خَتَمَ اللَّهُ عَلَى قُلُوبِهِمْ وَعَلَى سَمْعِهِمْ وَعَلَى أَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ (7)


Sebab orang-orang kafir tidak menerima peringatan ialah karena hati dan pendengaran mereka terkunci mati, tidak dapat menerima petunjuk dan segala macam nasihat pun tidak berbekas padanya. Dan juga karena penglihatan mereka tertutup, mereka tidak dapat memperhatikan dan memahami ayat-ayat Alquran yang telah mereka dengar, tidak dapat mengambil pelajaran dari tanda-tanda kebesaran Allah yang mereka lihat di cakrawala, di permukaan bumi dan pada diri mereka sendiri.


Terkuncinya hati dan pendengaran serta tertutupnya penglihatan orang-orang kafir karena mereka selalu mengerjakan perbuatan-perbuatan yang terlarang. Tiap-tiap perbuatan yang terlarang yang mereka lakukan akan menambah terkunci dan tertutupnya hati dan pendengaran mereka. Makin banyak perbuatan itu mereka lakukan, makin bertambah kuat pula kunci dan tutupan pada hati dan telinga mereka sendiri.

Firman Allah swt:

فَبِمَا نَقْضِهِمْ مِيثَاقَهُمْ وَكُفْرِهِمْ بِآيَاتِ اللَّهِ وَقَتْلِهِمُ الْأَنْبِيَاءَ بِغَيْرِ حَقٍّ وَقَوْلِهِمْ قُلُوبُنَا غُلْفٌ بَلْ طَبَعَ اللَّهُ عَلَيْهَا بِكُفْرِهِمْ فَلَا يُؤْمِنُونَ إِلَّا قَلِيلًا (155)


Artinya:
Maka (Kami lakukan terhadap mereka beberapa tindakan), disebabkan mereka melanggar perjanjian itu dan karena kekafiran mereka terhadap keterangan-keterangan Allah dan mereka membunuh nabi-nabi tanpa (alasan) yang benar dan mengatakan "Hati kami tertutup", bahkan sebenarnya Allah telah mengunci mati hati mereka karena kekafirannya. Karena itu mereka tidak beriman kecuali sebahagian kecil dari mereka. (Q.S An Nisa': 155)
Dan firman-Nya:

وَنُقَلِّبُ أَفْئِدَتَهُمْ وَأَبْصَارَهُمْ كَمَا لَمْ يُؤْمِنُوا بِهِ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَنَذَرُهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ (110)


Artinya:
Dan (begitu pula) Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka. sebagaimana mereka tidak beriman kepadanya (Alquran) pada permulaannya dan Kami biarkan mereka bergelimang dalam kesesatan yang sangat. (Q.S Al An'am: 110)
Proses bertambahnya tutupan dan bertambah kuatnya kunci hati dan pendengaran orang-orang kafir diterangkan oleh hadis:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: إن المؤمن إذا أذنب ذنبا كان نقطة سوداء في قلبه، فإن تاب ونزع واستعتب صقل قلبه وان زاد زادت حتى تغلق قلبه


Artinya:
Bersabda Rasulullah saw., "Sesungguhnya orang yang beriman apabila ia mengerjakan perbuatan dosa terdapatlah suatu titik-titik hitam di dalam hatinya, maka jika ia bertobat, mencabut perbuatannya dan berusaha untuk menghapuskannya cemerlanglah hatinya dan jika ia tambah mengerjakan perbuatan buruk bertambahlah titik itu hingga tertutup hatinya". (H.R At Tirmizi dan Ibnu Jarir At Tabari dari Abu Hurairah)


8 Di antara manusia ada yang mengatakan: `Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian`, pada hal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.(QS. 2:8)


Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Baqarah 8


وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ آمَنَّا بِاللَّهِ وَبِالْيَوْمِ الْآخِرِ وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِينَ (8)


Ayat ini menerangkan golongan yang ketiga yaitu golongan munafik, golongan yang mengaku bahwa mereka beriman tetapi sebenarnya mereka tidak beriman. Sebenarnya pengakuan mereka itu tidaklah benar. Mereka mengakui demikian itu untuk mengelabui mata orang Islam dan mempermainkan mereka. Sewaktu Rasul saw hijrah dari Mekah ke Madinah, banyak penduduk Madinah masuk Islam seperti kabilah Aus, Khazraj dan beberapa orang Yahudi. Pada mulanya masih belum nampak golongan mi.
Akan tetapi sesudah perang Badar tahun kedua hijrah, yang membawa kemenangan bagi kaum muslimin, mulailah timbul golongan munafik ini.


Abdullah bin Ubay, seorang pemimpin di Madinah dari kabilah Khazraj, anak dari seorang yang pernah menjadi pemimpin atas suka Aus dan Khazraj dan oleh pengikut-pengikutnya ia dijadikan calon raja di Madinah, berkata kepada pengikut-pengikutnya, "Situasi sekarang jelas menunjukkan ketenangan bagi Muhammad, maka Abdullah bin Ubay dan pengikut-pengikutnya menyatakan masuk Islam tetapi hati mereka tetap membenci. Tujuan mereka hendak menghancurkan kaum muslimin dari dalam, dengan berbagai macam usaha dan tipu daya. Di antara mereka banyak pula orang-orang Yahudi.
Sabda Nabi saw:

عن ابن عمر عن النبى صلى الله عليه وسلم: مثل المنافق كمثل الشاة بين الغنمين تعير إلى هذا مرة وإلى هذا مرة


Artinya:
Perumpamaan orang munafik seperti seekor anak kambing yang bingung dan ragu di antara dua kambing, bolak-balik, kadang-kadang mengikuti yang satu ini, kadang-kadang mengikuti yang lainnya (H.R Muslim dari Ibnu Umar)


Mereka bukanlah termasuk orang-orang yang beriman yang benar dan yang merasakan keagungan Allah swt, bukanlah pula mereka menyadari bahwa Allah sebenarnya mengetahui perbuatan mereka lahir dan dalam. Sekiranya mereka beriman dengan iman yang benar, tentulah mereka tidak melakukan perbuatan yang menyakitkan hati Nabi saw dan kaum muslimin. Mereka melakukan ibadah salat dan puasa, hanya untuk mengelabui mata umum, sedang mereka sesungguhnya tidak menghayati jiwa ibadah-ibadah itu


9 Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, pada hal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.(QS. 2:9)


Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Baqarah 9


يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلَّا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ (9)


Orang munafik menipu Allah, ialah dengan menipu Rasul-Nya yaitu Muhammad saw. Menipu Allah, Rasul-Nya dan para Mukminin ialah memperlihatkan iman, kasih sayang dan menyembunyikan permusuhan dalam batin. Mereka bergaul dengan kaum Muslimin, untuk menyelidiki rahasia-rahasia mereka dan kemudian menyampaikan rahasia-rahasia itu kepada musuh-musuh Islam. Mereka menyebarkan permusuhan dan fitnah-fitnah untuk melemahkan barisan kaum Muslimin. Usaha kaum munafik itu gagal dan sia-sia. Hati mereka bertambah susah, sedih dan dengki, sehingga pertimbangan-pertimbangan yang benar dan jujur untuk menilai kebenaran semakin lenyap dari mereka. Sebenarnya mereka bukanlah menipu Allah, Rasul-Nya dan para mukminin tetapi mereka menipu diri mereka sendiri. Akibat perbuatan mereka itu akan menimpa diri mereka sendiri, akan tetapi mereka tidak menyadarinya. Kesadaran merupakan daya jiwa untuk menanggapi sesuatu yang tersembunyi yang tersirat dari yang nyata atau yang tidak nyata

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Baqarah 9


يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلَّا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ (9)


(Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman) yakni dengan berpura-pura beriman dan menyembunyikan kekafiran guna melindungi diri mereka dari hukum-hukum duniawi (padahal mereka hanya menipu diri mereka sendiri) karena bencana tipu daya itu akan kembali menimpa diri mereka sendiri. Di dunia, rahasia mereka akan diketahui juga dengan dibuka Allah kepada Nabi-Nya, sedangkan di akhirat mereka akan menerima hukuman setimpal (tetapi mereka tidak menyadari) dan tidak menginsafi bahwa tipu daya mereka itu menimpa diri mereka sendiri.


Mukhada`ah atau tipu-menipu di sini muncul dari satu pihak, jadi bukan berarti berserikat di antara dua belah pihak. Contoh yang lainnya mu`aqabatul lish yang berarti menghukum pencuri. Menyebutkan Allah di sana hanya merupakan salah satu dari gaya bahasa saja. Menurut suatu qiraat tidak tercantum 'wamaa yasy`uruuna' tetapi 'wamaa yakhda`uuna', artinya 'tetapi mereka tidak berhasil menipu'.


10 Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.(QS. 2:10)


Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Baqarah 10


فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ (10)


Ayat yang lalu menerangkan sikap pura-pura (dusta) dari orang munafik, maka ayat ini menerangkan keburukan dusta atau sikap berpura-pura itu dan akibat-akibatnya
Dendam, iri hati dan ragu-ragu termasuk penyakit jiwa. Penyakit ini akan bertambah parah, bilamana disertai dengan perbuatan nyata. Misalnya rasa sedih pada seseorang akan bertambah dalam, apabila disertai dengan perbuatan nyata, seperti menangis, meronta-ronta dan sebagainya. Penyakit-penyakit yang demikian itu terdapat dalam jiwa orang-orang munafik. Oleh karena itu mereka memusuhi Allah dan Rasul-Nya, menipu dengan sikap pura-pura palsu dan berusaha mencelakakan Rasul dan umatnya.

Kemudian penyakit itu bertambah tambah setelah melihat kemenangan-kemenangan Rasul. Setiap kali Rasul memperoleh kemenangan, bertambah pulalah penyakit mereka itu. Terutama sekali penyakit bimbang dan ragu-ragu, menimbulkan ketegangan jiwa yang sangat pada orang-orang munafik itu. Akal pikiran mereka bertambah lemah untuk menanggapi kebenaran agama dan memahaminya, seperti yang diungkapkan Allah dengan firman-Nya:

لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يفقهون بها


Artinya:
....mereka mempunyai hati yang tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah). (Q.S Al A'raf: 179)


Bukti-bukti yang nyata dari cahaya kebenaran yang terang benderang jelas bagi mereka, namun mereka enggan menerimanya, bahkan mereka tambah erat berpegang kepada pendiriannya yang lama. Cahaya terang menjadi gelap di mata mereka dan menjadi penyakit di hati mereka. Hati mereka tambah susah disebabkan lenyapnya kepemimpinan mereka. Iri dan dengki tambah mendalam karena melihat kokohnya Islam hari demi hari.
Akibat pendustaan mereka, yaitu mengaku beriman kepada Allah dan hari kesudahan dan tipu daya mereka terhadap Allah, mereka akan menderita azab yang pedih.


Dalam ayat ini dan ayat-ayat berikutnya, Allah menerangkan sebagian dari sifat-sifat buruk orang munafik yang melakukan tindakan-tindakan yang merusak, antara lain ialah membantu orang-orang kafir (musuh-musuh Islam) dengan membukakan rahasia kaum muslimin, mendorong orang-orang kafir segera menghancurkan kaum muslimin, mengadakan perjanjian kerja sama dengan lawan-lawan Islam menimbulkan pertentangan-pertentangan dalam masyarakat, menghasut orang-orang Islam supaya meninggalkan Nabi saw dan lain-lain sebagainya.
Firman Allah:

وَإِذَا تَوَلَّى سَعَى فِي الْأَرْضِ لِيُفْسِدَ فِيهَا وَيُهْلِكَ الْحَرْثَ وَالنَّسْلَ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الْفَسَادَ (205)


Artinya:
Apabila ia berpaling (dari mukamu); ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, sedang Allah tidak menyukai kebinasaan. (Q.S Al Baqarah: 205)

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Baqarah 10


فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ (10)


(Dalam hati mereka ada penyakit) berupa keragu-raguan dan kemunafikan yang menyebabkan sakit atau lemahnya hati mereka. (Lalu ditambah Allah penyakit mereka) dengan menurunkan Alquran yang mereka ingkari itu. (Dan bagi mereka siksa yang pedih) yang menyakitkan (disebabkan kedustaan mereka.) Yukadzdzibuuna dibaca pakai tasydid, artinya amat mendustakan, yakni terhadap Nabi Allah dan tanpa tasydid 'yakdzibuuna' yang berarti berdusta, yakni dengan mengakui beriman padahal tidak.


11 Dan bila dikatakan kepada mereka: `Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi`. Mereka menjawab: `Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.`(QS. 2:11)


Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Baqarah 11


وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ (11)


Bila mereka dinasihati agar meninggalkan perbuatan-perbuatan tersebut, mereka membuat dalih dan alasan dengan mengatakan bahwa mereka sebenarnya berusaha mengadakan perbaikan dan perdamaian antara kaum muslimin dengan golongan lainnya. Mereka mengatakan bahwa tindakan-tindakan mereka yang merusak itu sebagai suatu usaha perbaikan untuk menipu kaum muslimin.

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Baqarah 11


وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ (11)


(Dan jika dikatakan kepada mereka,) maksudnya kepada orang-orang munafik tadi ("Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi!") yakni dengan kekafiran dan menyimpang dari keimanan. (Jawab mereka, "Sesungguhnya kami ini berbuat kebaikan.") dan tidak dijumpai pada perbuatan kami hal-hal yang menjurus pada kebinasaan. Maka Allah swt. berfirman sebagai sanggahan atas ucapan mereka itu:


12 Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.(QS. 2:12)


Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Baqarah 12


أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ وَلَكِنْ لَا يَشْعُرُونَ (12)


Pada ayat ini Allah membantah pernyataan orang munafik bahwa mereka adalah orang yang mengadakan perbaikan. Sebenarnya mereka adalah kaum perusak tetapi mereka tidak menyadari kerusakan yang telah mereka lakukan karena setan membuat mereka memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan.

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Baqarah 12


أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ وَلَكِنْ لَا يَشْعُرُونَ (12)


(Ingatlah!) Seruan untuk membangkitkan perhatian. (Sesungguhnya mereka itulah yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar) akan kenyataan itu.


13 Apabila dikatakan kepada mereka: `Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman.: Mereka menjawab:` Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman? `Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh, tetapi mereka tidak tahu.(QS. 2:13)


Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Baqarah 13


وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ آمِنُوا كَمَا آمَنَ النَّاسُ قَالُوا أَنُؤْمِنُ كَمَا آمَنَ السُّفَهَاءُ أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ السُّفَهَاءُ وَلَكِنْ لَا يَعْلَمُونَ (13)


Ayat ini melanjutkan keterangan sifat dan sikap orang munafik pada ayat yang dahulu. Orang-orang munafik itu bila diajak beriman melaksanakan amar makruf, nahi mungkar mereka menolak dengan alasan bahwa orang-orang yang beriman itu orang-orang yang lemah akalnya padahal kenyataannya tidak demikian.


Orang-orang munafik memandang orang-orang yang beriman itu bodoh dan lemah akal, seperti terhadap orang muhajirin yang meninggalkan keluarga dan kampung halaman, bahkan mereka bermusuhan terhadap keluarga-keluarga mereka sendiri dan hamba sahaya seperti Suhaib, Bilal dan Khabab. Orang-orang Ansar dipandang mereka juga bodoh karena mereka membagikan harta dan kekayaan mereka kepada orang muhajirin.
Allah menandaskan, merekalah sebenarnya orang-orang yang lemah akal karena mereka tidak menggunakan akal untuk menanggapi kebenaran dan mereka terpengaruh oleh kedudukan mereka dalam kaumnya.


Mereka tidak mengetahui iman dan hakikatnya karenanya mereka tidak mengetahui pula apakah orang-orang mukmin itu bodoh-bodoh atau pintar-pintar. Iman itu tidak akan sempurna diperoleh kecuali dengan ilmu yang yakin. Demikian pula kebahagiaan dunia dan akhirat sebagai tujuan dari iman itu tidaklah dapat dimengerti kecuali oleh orang yang mengetahui hakikat iman itu


14 Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan:` Kami telah beriman `. Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan:` Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok `.(QS. 2:14)


Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Baqarah 14


وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلَى شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ (14)


Di antara sifat-sifat orang-orang munafik yang buruk ialah bermuka dua. Jika mereka bertemu dengan orang-orang Islam mereka menyatakan keislamannya, dengan demikian mereka memperoleh segala apa yang diperoleh kaum muslimin pada umumnya, tapi bila berada di tengah teman-teman (setan setan) mereka, mereka pun menjelaskan apa yang telah mereka lakukan itu sebenarnya hanyalah untuk memperdaya dari memperolok-olokkan kaum muslimin. Iktikad mereka tidak berubah, mereka tetap dalam agama mereka.
Kata "setan" berasal dari kata "syaitana". artinya "jauh". Setan berarti "yang amat jauh". Orang-orang munafik itu dikatakan setan karena mereka amat jauh dari petunjuk Allah, jauh dan kebaikan. Setan itu mungkin berupa manusia atau jin, seperti tersebut dalam Firman Allah swt.

وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا


Artinya:
Demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh-musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). (Q.S Al An'am: 112)

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Baqarah 14


وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلَى شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ (14)


(Dan jika mereka berjumpa) asalnya 'laqiyuu' lalu damah pada ya dibuang karena beratnya pada lidah berikut ya itu sendiri karena bertemunya dalam keadaan sukun dengan wau sehingga menjadi 'laquu' (dengan orang yang beriman, mereka berkata, "Kami telah beriman." Dan bila mereka telah berpisah) dengan orang-orang yang beriman dan kembali (kepada setan-setan mereka) maksudnya pemimpin-pemimpin mereka. (Kata mereka, "Sesungguhnya kami ini bersama kamu) maksudnya sependirian dengan kamu dalam keagamaan, (kami ini hanya berolok-olok.") dengan berpura-pura beriman.


15 Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terumbang-ambing dalam kesesatan mereka.(QS. 2:15)


Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Baqarah 15


اللَّهُ يَسْتَهْزِئُ بِهِمْ وَيَمُدُّهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ (15)


Ayat ini menegaskan hukuman bagi orang munafik sebagai akibat perbuatan mereka yang tersebut pada ayat di atas. Allah membalas olok-olokan mereka dengan menimpakan kehinaan atas mereka dan Allah membiarkan mereka bergelimang terus dalam kesesatan dan mereka kelak akan diazab pada hari kiamat.


Di ayat lain Allah berfirman:

وَنُقَلِّبُ أَفْئِدَتَهُمْ وَأَبْصَارَهُمْ كَمَا لَمْ يُؤْمِنُوا بِهِ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَنَذَرُهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ (110)


Artinya:
Dan (begitu pula) Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepada (Alquran) pada permulaannya dan Kami biarkan mereka bergelimang dalam kesesatannya yang sangat, (Q.S Al An'am: 110)


Orang-orang munafik itu tidak dapat keluar dari lingkungan kesesatan yang mengurung mereka. Rasa sombong, sifat mementingkan diri sendiri dan penyakit lainnya yang bersarang di hati mereka, menyebabkan mereka tidak dapat melihat kenyataan yang ada di hadapan mereka, yakni kenyataan bahwa Islam dan umatnya semakin tambah kuat di kota Madinah.


Kegagalan mereka dalam menghambat kemajuan Islam menambah parah penyakit dalam hati mereka sehingga mereka tidak mampu lagi menemukan dan menerima kebenaran yang dibawa Nabi Muhammad saw. Oleh sebab itu mereka terus menerus dalam kebingungan, keragu-raguan serta keras kepala dan tidak menemukan jalan keluar dari lingkaran kesesatan itu.

Firman Allah swt.:

فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ وَلَكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ


Artinya:
....karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta tetapi buta adalah hati yang ada di dalam dada. (Q.S Al Hajj: 46)


16 Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaannya dan tidaklah mereka mendapat petunjuk.(QS. 2:16)


Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Baqarah 16


أُولَئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوُا الضَّلَالَةَ بِالْهُدَى فَمَا رَبِحَتْ تِجَارَتُهُمْ وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ (16)


Ayat ini menegaskan ayat-ayat sebelumnya tentang orang munafik dan menerangkan kebodohan mereka dengan mengemukakan keburukan tingkah laku dan perkataan mereka.
Orang-orang munafik dengan sifat-sifat yang buruk seperti tersebut pada ayat ayat di atas merupakan orang-orang yang salah pilih. Mereka menolak petunjuk dan jalan yang lurus, memilih jalan kesesatan dan hawa nafsu. Akhirnya pilihan itu merugikan mereka sendiri karena mereka tidak mau lagi menerima kebenaran.


Dalam ayat ini Allah mempergunakan kata "membeli" untuk ganti kata "menukar". Jadi orang munafik itu menukarkan hidayah (petunjuk) dengan dlalalah (kesesatan), hasilnya mereka kehilangan petunjuk dan memperoleh kesesatan.


Petunjuk yang semula mereka miliki itu ialah berupa kesediaan manusia untuk menanggapi kebenaran dan mencapai kesempurnaan. Kesediaan ini bagaikan modal pokok. Modal inilah yang lenyap dari tangan mereka, oleh karena itu mereka tidak akan mendapat untung dan tidak dapat petunjuk lagi.


17 Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat.(QS. 2:17)


Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Baqarah 17


مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ الَّذِي اسْتَوْقَدَ نَارًا فَلَمَّا أَضَاءَتْ مَا حَوْلَهُ ذَهَبَ اللَّهُ بِنُورِهِمْ وَتَرَكَهُمْ فِي ظُلُمَاتٍ لَا يُبْصِرُونَ (17)


Ayat ini memberikan gambaran lagi tentang orang-orang munafik seperti disebutkan ayat-ayat terdahulu dengan perumpamaan yang nyata.
Orang-orang munafik yang dimaksud dalam ayat ini ialah orang-orang kaum munafik dari ahli-ahli kitab (orang-orang Yahudi). Mereka itu telah beriman kepada kitab-kitab dan rasul-rasul yang telah lalu, maka seharusnya mereka beriman pula kepada Alquran dan Nabi Muhammad saw karena kedatangan Nabi Muhammad itu telah disebutkan dalam kitab-kitab mereka. Akan tetapi disebabkan mereka dipengaruhi oleh kebesaran mereka di masa lampau, mereka tidak mau beriman. Tak ubahnya mereka itu seperti orang yang menyalakan api tatkala menyinari tempat sekitarnya, tiba-tiba api itu padam. Dengan demikian mereka berada dalam gelap gulita.
Firman Allah :

ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ آمَنُوا ثُمَّ كَفَرُوا فَطُبِعَ عَلَى قُلُوبِهِمْ فَهُمْ لَا يَفْقَهُونَ (3)


Artinya:
Yang demikian itu adalah karena bahwa sesungguhnya mereka telah beriman. kemudian menjadi kafir (lagi). lalu hati mereka dikunci mati; karena itu mereka tidak dapat mengerti. (Q.S Al Munafiqun: 3)
Seperti ayat yang lalu, maka ayat ini memberikan gambaran yang jelas tentang orang munafik.


18 Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar),(QS. 2:18)


Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Baqarah 18


صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لَا يَرْجِعُونَ (18)


Ayat ini menggambarkan orang-orang munafik itu, tidak hanya seperti orang-orang yang kehilangan cahaya terang tetapi juga seperti orang-orang yang kehilangan beberapa indra yang pokok. Tidak dapat mendengar, bicara dan melihat. Orang yang seperti ini tentunya akan mengalami kebinasaan.
Mereka dikatakan tuli karena mereka tidak mendengarkan nasihat-nasihat dan petunjuk-petunjuk, bahkan mereka tidak paham, meskipun mereka mendengar. Dikatakan seperti bisu karena mereka tidak mau menanyakan hal-hal yang kabur bagi mereka, tidak meminta penjelasan dan petunjuk-petunjuk, sehingga mereka kehilangan kesempatan untuk mengambil manfaat dari segala pelajaran dan ilmu pengetahuan yang dikemukakan rasul. Dikatakan buta karena mereka kehilangan manfaat pengamatan dan manfaat pelajaran. Mereka tidak dapat mengambil pelajaran dari segala kejadian yang mereka alami dan pengalaman bangsa-bangsa lainnya.
Mereka tidak dapat kembali ke jalan yang benar karena sifat-sifat tersebut di atas dan mereka tetap membeku di tempatnya.

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Baqarah 18


صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لَا يَرْجِعُونَ (18)


(Mereka tuli) terhadap kebenaran, maksudnya tidak mau menerima kebenaran yang didengarnya (bisu) terhadap kebaikan hingga tidak mampu mengucapkannya (buta) terhadap jalan kebenaran dan petunjuk Allah sehingga tidak dapat melihatnya, (maka mereka tidaklah akan kembali) dari kesesatan.


19 atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena (mendengar suara) petir, sebab takut akan mati. Dan Allah meliputi orang-orang kafir.(QS. 2:19)


Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Baqarah 19


أَوْ كَصَيِّبٍ مِنَ السَّمَاءِ فِيهِ ظُلُمَاتٌ وَرَعْدٌ وَبَرْقٌ يَجْعَلُونَ أَصَابِعَهُمْ فِي آذَانِهِمْ مِنَ الصَّوَاعِقِ حَذَرَ الْمَوْتِ وَاللَّهُ مُحِيطٌ بِالْكَافِرِينَ (19)


Dalam ayat yang lalu Allah memberikan perumpamaan atas orang-orang munafik dari ahli kitab, maka dalam ayat ini Allah memberikan perumpamaan yang lain tentang hal ihwal orang-orang munafik itu. Mereka diumpamakan seperti keadaan orang-orang yang ditimpa hujan lebat dalam gelap gulita, penuh dengan suara guruh gemuruh yang menakutkan dan kadang-kadang cahaya kilat menyambar sehingga mereka menutup telinga karena takut binasa.
Demikian halnya orang-orang munafik itu selalu dalam keragu-raguan dan kecemasan dalam menghadapi cahaya Islam. Menurut anggapan mereka Islam itu hanya membawa kemelaratan, kesengsaraan dan penderitaan. Kadangkala pikiran mereka menyebabkan mereka tidak dapat melihat apa yang ada di balik hujan lebat itu (Islam), yaitu unsur yang membawa kehidupan di atas bumi.

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Baqarah 19


أَوْ كَصَيِّبٍ مِنَ السَّمَاءِ فِيهِ ظُلُمَاتٌ وَرَعْدٌ وَبَرْقٌ يَجْعَلُونَ أَصَابِعَهُمْ فِي آذَانِهِمْ مِنَ الصَّوَاعِقِ حَذَرَ الْمَوْتِ وَاللَّهُ مُحِيطٌ بِالْكَافِرِينَ (19)


(Atau) perumpamaan mereka itu, (seperti hujan lebat) maksudnya seperti orang-orang yang ditimpa hujan lebat; asal kata shayyibin dari shaaba-yashuubu, artinya turun (dari langit) maksudnya dari awan (padanya) yakni pada awan itu (kegelapan) yang tebal, (dan guruh) maksudnya malaikat yang mengurusnya. Ada pula yang mengatakan suara dari malaikat itu, (dan kilat) yakni kilatan suara yang dikeluarkannya untuk menghardik, (mereka menaruh) maksudnya orang-orang yang ditimpa hujan lebat tadi (jari-jemari mereka) maksudnya dengan ujung jari, (pada telinga mereka, dari) maksudnya disebabkan (bunyi petir) yang amat keras itu supaya tidak kedengaran karena (takut mati) bila mendengarnya. Demikianlah orang-orang tadi, jika diturunkan kepada mereka Alquran disebutkan kekafiran yang diserupakan dengan gelap gulita, ancaman yang dibandingkan dengan guruh serta keterangan-keterangan nyata yang disamakan dengan kilat, mereka menyumbat anak-anak telinga mereka agar tidak mendengarnya, karena takut akan terpengaruh lalu cenderung kepada keimanan yang akan menyebabkan mereka meninggalkan agama mereka, yang bagi mereka sama artinya dengan kematian. (Dan Allah meliputi orang-orang kafir) baik dengan ilmu maupun dengan kekuasaan-Nya hingga tidak sesuatu pun yang luput dari-Nya.


20 Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.(QS. 2:20)


Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Baqarah 20


يَكَادُ الْبَرْقُ يَخْطَفُ أَبْصَارَهُمْ كُلَّمَا أَضَاءَ لَهُمْ مَشَوْا فِيهِ وَإِذَا أَظْلَمَ عَلَيْهِمْ قَامُوا وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَذَهَبَ بِسَمْعِهِمْ وَأَبْصَارِهِمْ إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (20)


Ayat ini berhubungan erat dengan ayat sebelumnya, seolah-olah ayat ini menyambung pertanyaan, "Bagaimanakah keadaan mereka dengan kitab itu". Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka, betapa besar kesulitan yang mereka hadapi. Mereka melangkah bila mana ada sinar kilat dan berhenti bila cahaya itu hilang.
Demikianlah orang-orang munafik itu, mereka mendapatkan sinar iman karena kesaksian mereka pada kebenaran-kebenaran ayat Ilahi dan timbul keinginan dan mengikuti dakwah Rasul tetapi karena kefanatikan yang kuat kecemasan terhadap tantangan orang banyak, menghilangkan sinar iman itu dan akhirnya tetap membeku kebingungan di tempatnya.
Allah berkuasa menghilangkan pendengaran dan penglihatan mereka sehingga mereka tidak dapat memahami suatu pelajaran dan tidak dapat memanfaatkan suatu petunjuk. Namun Allah tidak berbuat demikian, meskipun Dia Maha Kuasa



[Asbabun Nuzul] : AL-BAQARAH



Ayat [286] First Previous Next Last Balik Ke Atas Hal:1/15



1 Alif laam miim.(QS. 2:1)


Tafsir / Indonesia / Sebab turun / Surah Al Baqarah 1


الم (1)
Faryabi dan Ibnu Jarir mengetengahkan dari Mujahid, "Ada empat ayat dari awal surah Al-Baqarah diturunkan berkenaan dengan orang mukmin, dua ayat tentang orang kafir dan tiga belas ayat tentang orang munafik."


2 Kitab (Al quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,(QS. 2:2)


Maaf, Belum tersedia ...atau lihat pada ayat sebelumnya...


3 (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka.(QS. 2:3)


Maaf, Belum tersedia ...atau lihat pada ayat sebelumnya...


4 Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.(QS. 2:4)


Maaf, Belum tersedia ...atau lihat pada ayat sebelumnya...


5 Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhannya, dan merekalah orang-orang yang beruntung.(QS. 2:5)


Maaf, Belum tersedia ...atau lihat pada ayat sebelumnya...


6 Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman.(QS. 2:6)


Tafsir / Indonesia / Sebab turun / Surah Al Baqarah 6


إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنْذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ (6)


Ibnu Jarir mengetengahkan dari jalur Ibnu Ishak, dari Muhammad bin Abu Ikrimah, dari Said bin Jubair, dari Ibnu Abbas mengenai firman Allah, "Sesungguhnya orang-orang yang kafir.." (Q.S. Al-Baqarah 6) sampai akhir dua ayat. Kedua ayat tersebut turun berkenaan dengan orang-orang Yahudi Madinah. Diketengahkan dari Rabi` bin Anas, "Dua ayat diturunkan tentang memerangi kaum sekutu, yaitu, 'Sesungguhnya orang-orang kafir itu sama saja halnya bagi mereka', sampai dengan '...dan bagi mereka disediakan siksa yang keras.'" (Q.S. Al-Baqarah 6-7).


7 Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat.(QS. 2:7)


Tafsir / Indonesia / Sebab turun / Surah Al Baqarah 7



خَتَمَ اللَّهُ عَلَى قُلُوبِهِمْ وَعَلَى سَمْعِهِمْ وَعَلَى أَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ (7)



Ibnu Jarir mengetengahkan dari jalur Ibnu Ishak, dari Muhammad bin Abu Ikrimah, dari Said bin Jubair, dari Ibnu Abbas mengenai firman Allah, "Sesungguhnya orang-orang yang kafir.." (Q.S. Al-Baqarah 6) sampai akhir dua ayat. Kedua ayat tersebut turun berkenaan dengan orang-orang Yahudi Madinah. Diketengahkan dari Rabi` bin Anas, katanya, "Dua ayat diturunkan tentang memerangi kaum sekutu, yaitu, 'Sesungguhnya orang-orang kafir itu sama saja halnya bagi mereka', sampai dengan '...dan bagi mereka disediakan siksa yang keras.'" (Q.S. Al-Baqarah 6-7).


8 Di antara manusia ada yang mengatakan: `Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian`, pada hal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.(QS. 2:8)


Maaf, Belum tersedia ...atau lihat pada ayat sebelumnya...


9 Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, pada hal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.(QS. 2:9)


Maaf, Belum tersedia ...atau lihat pada ayat sebelumnya...


10 Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.(QS. 2:10)


Maaf, Belum tersedia ...atau lihat pada ayat sebelumnya...


11 Dan bila dikatakan kepada mereka: `Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi`. Mereka menjawab: `Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.`(QS. 2:11)


Maaf, Belum tersedia ...atau lihat pada ayat sebelumnya...


12 Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.(QS. 2:12)


Maaf, Belum tersedia ...atau lihat pada ayat sebelumnya...


13 Apabila dikatakan kepada mereka: `Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman.: Mereka menjawab:` Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman? `Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh, tetapi mereka tidak tahu.(QS. 2:13)


Maaf, Belum tersedia ...atau lihat pada ayat sebelumnya...


14 Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan:` Kami telah beriman `. Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan:` Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok `.(QS. 2:14)


Tafsir / Indonesia / Sebab turun / Surah Al Baqarah 14



وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلَى شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ (14)



Diketengahkan oleh Wahidi dan Tsa`labi, dari jalur Muhammad bin Marwan dan Assadiyush Shaghir, dari Al-Kalbiy, dari Abu Shalih, dari Ibnu Abbas, katanya, "Ayat ini turun berkenaan dengan Abdullah bin Ubay dan konco-konconya.


Ceritanya bahwa pada suatu hari mereka keluar lalu ditemui oleh beberapa sahabat Rasulullah saw., lalu Abdullah bin Ubay berkata, 'Lihatlah, bagaimana orang-orang bodoh itu kuusir dari kalian!' Lalu ia maju ke depan dan menjabat tangan Abu Bakar seraya berkata, 'Selamat untuk Shiddiq penghulu Bani Tamim dan sesepuh agama Islam, pendamping Rasulullah di dalam gua dan telah membaktikan raga dan hartanya untuk Rasulullah.' Kemudian dijabatnya pula tangan Umar seraya berkata, 'Selamat untuk penghulu Bani Adi bin Kaab, Faruq yang perkasa (Umar) dalam agama Allah dan telah menyerahkan raga dan hartanya untuk Rasulullah.' Setelah itu disambutnya pula tangan Ali seraya berkata, 'Selamat untuk saudara sepupu dan menantu Rasulullah, penghulu Bani Hasyim selain Rasulullah.' Kemudian mereka berpisah, Abdullah mengatakan kepada anak buahnya, 'Bagaimana pendapat kalian tentang perbuatanku tadi? Nah, jika kalian menemui mereka, lakukanlah seperti yang telah aku lakukan itu!' Mereka memuji perbuatannya itu, sementara kaum muslimin kembali kepada Nabi saw. dan menceritakan peristiwa tersebut, maka turunlah ayat ini."


Isnad dari riwayat ini lemah sekali, karena Assadiyush Saghir itu seorang pembohong, demikian pula Al-Kalbiy dan Abu Saleh adalah orang-orang yang akurasinya lemah.


15 Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terumbang-ambing dalam kesesatan mereka.(QS. 2:15)


Maaf, Belum tersedia ...atau lihat pada ayat sebelumnya...


16 Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaannya dan tidaklah mereka mendapat petunjuk.(QS. 2:16)


Maaf, Belum tersedia ...atau lihat pada ayat sebelumnya...


17 Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat.(QS. 2:17)


Maaf, Belum tersedia ...atau lihat pada ayat sebelumnya...


18 Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar),(QS. 2:18)


Maaf, Belum tersedia ...atau lihat pada ayat sebelumnya...


19 atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena (mendengar suara) petir, sebab takut akan mati. Dan Allah meliputi orang-orang kafir.(QS. 2:19)


Tafsir / Indonesia / Sebab turun / Surah Al Baqarah 19



أَوْ كَصَيِّبٍ مِنَ السَّمَاءِ فِيهِ ظُلُمَاتٌ وَرَعْدٌ وَبَرْقٌ يَجْعَلُونَ أَصَابِعَهُمْ فِي آذَانِهِمْ مِنَ الصَّوَاعِقِ حَذَرَ الْمَوْتِ وَاللَّهُ مُحِيطٌ بِالْكَافِرِينَ (19)



Diketengahkan oleh Ibnu Jarir, dari jalur Assadiyul Kabir, dari Abu Malik dan Abu Saleh, dari Ibnu Abbas, dari Murrah, dari Ibnu Masud, segolongan sahabat, kata mereka, "Ada dua orang laki-laki dari kaum munafik warga kota Madinah, melarikan diri dari Rasulullah kepada golongan musyrik, mereka ditimpa hujan lebat yang disebutkan Allah itu, diiringi guruh dan petir serta kilat yang memancar-mancar tiap petir itu datang, mereka pun menyumbat anak telinga mereka dengan jari, karena takut akan dimasukinya hingga mereka tewas karenanya. Jika kilat memancar, mereka pun berjalan dalam cahayanya, tetapi jika cahayanya padam, mereka berhenti karena tidak melihat apa-apa. Akhirnya dengan berjalan seperti itu sampailah mereka ke tempat yang dituju, lalu kata mereka; 'Wahai, cepatlah kiranya datang waktu pagi, hingga kita dapat menemui Muhammad dan berbaiat kepadanya.' Demikianlah mereka menemuinya serta berbaiat kepadanya lalu masuk Islam serta baiklah keislaman mereka." Maka Allah pun menjadikan perilaku kedua orang munafik yang melarikan diri ini sebagai tamsil perbandingan bagi orang-orang munafik yang ada di Madinah. Orang-orang munafik itu, jika mereka hadir dalam majelis Nabi saw. menaruh jari-jiri mereka ke telinga masing-masing karena takut akan ucapan Nabi saw. kalau-kalau ada wahyu turun mengenal diri mereka, atau disebutkan sesuatu tentang perilaku mereka hingga mereka menemui ajal karenanya, sebagaimana yang dilakukan serta dikhawatirkan oleh kedua orang munafik yang melarikan diri tadi. Jika ada cahaya, mereka pun berjalan, artinya jika telah banyak harta benda dan anak-anak mereka, serta mereka beroleh harta rampasan atau mencapai suatu kemenangan, mereka pun maju ke depan, lalu kata mereka ketika itu, "Benarlah agama Muhammad", dan mereka berpegang teguh kepadanya, tak ubahnya bagai dua orang munafik tadi yang berjalan setiap kilat memancar; dan jika hari gelap, mereka berhenti, artinya jika harta benda dan anak-anak mereka habis, punah, atau jika mereka ditimpa malapetaka, maka kata mereka, "Ini tidak lain hanyalah karena ulah agama Muhammad, dan mereka berbalik kafir seperti halnya kedua orang munafik tadi, yakni jika kilat tidak memancar lagi."


20 Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.(QS. 2:20)


Maaf, Belum tersedia ...atau lihat pada ayat sebelumnya...


http://alquranonline.co.cc/



Al Baqarah 1


2. 1. Alif laam miim


Ialah huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan sebagian dari surat-surat Al Qur'an seperti: alif laam miim, alif laam raa, alif laam miim shaad dan sebagainya. Diantara ahli-ahli tafsir ada yang menyerahkan pengertiannya kepada Allah karena dipandang termasuk ayat-ayat mutasyaabihaat, dan ada pula yang menafsirkannya. Golongan yang menafsirkannya ada yang memandangnya sebagai nama surat, dan ada pula yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad itu gunanya untuk menarik perhatian para pendengar supaya memperhatikan Al Qur'an itu, dan untuk mengisyaratkan bahwa Al Qur'an itu diturunkan dari Allah dalam bahasa Arab yang tersusun dari huruf-huruf abjad. Kalau mereka tidak percaya bahwa Al Qur'an diturunkan dari Allah dan hanya buatan Muhammad s.a.w. semata-mata, maka cobalah mereka buat semacam Al Quran itu.


2. 2. Kitab (Al Quraan) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa , Tuhan menamakan Al Qur'an dengan Al Kitab yang di sini berarti "yang ditulis", sebagai isyarat bahwa Al Qur'an diperintahkan untuk ditulis. [12] Takwa yaitu memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-perintah-Nya; dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya; tidak cukup diartikan dengan takut saja.


2. 3. (yaitu) mereka yang beriman [13] kepada yang ghaib [14], yang mendirikan shalat [15], dan menafkahkan sebahagian rezki [16] yang Kami anugerahkan kepada mereka. [13] Iman ialah kepercayaan yang teguh yang disertai dengan ketundukan dan penyerahan jiwa. Tanda-tanda adanya iman ialah mengerjakan apa yang dikehendaki oleh iman itu. [14] Yang ghaib ialah yang tak dapat ditangkap oleh pancaindera. Percaya kepada yang ghjaib yaitu, meng-i'tikadkan adanya sesuatu "yang maujud" yang tidak dapat ditangkap oleh pancaindera, karena ada dalil yang menunjukkan kepada adanya, seperti: adanya Allah, Malaikat-Malaikat, Hari akhirat dan sebagainya. [15] Shalat menurut bahasa 'Arab: doa. Menurut istilah syara' ialah ibadat yang sudah dikenal, yang dimulai dengan takbir dan disudahi dengan salam, yang dikerjakan untuk membuktikan pengabdian dan kerendahan diri kepada Allah. Mendirikan shalat ialah menunaikannya dengan teratur, dengan melangkapi syarat-syarat, rukun-rukun dan adab-adabnya, baik yang lahir ataupun yang batin, seperti khusu', memperhatikan apa yang dibaca dan sebagainya. [16] Rezki: segala yang dapat diambil manfa'atnya. Menafkahkan sebagian rezki, ialah memberikan sebagian dari harta yang telah direzkikan oleh Tuhan kepada orang-orang yang disyari'atkan oleh agama memberinya, seperti orang-orang fakir, orang-orang miskin, kaum kerabat, anak-anak yatim dan lain-lain.


2. 4. dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Qur'an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu [17], serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat [18]. [17] Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelum Muhammad s.a.w. ialah kitab-kitab yang diturunkan sebelum Al Qur'an seperti: Taurat, Zabur, Injil dan Shuhuf-Shuhuf yang tersebut dalam Al Qur'an yang diturunkan kepada para Rasul. Allah menurunkan Kitab kepada Rasul ialah dengan memberikan wahyu kepada Jibril a.s., lalu Jibril menyampaikannya kepada Rasul. [18] Yakin ialah kepercayaan yang kuat dengan tidak dicampuri keraguan sedikitpun. Akhirat lawan dunia. Kehidupan akhirat ialah kehidupan sesudah dunia berakhir. Yakin akan adanya kehidupan akhirat ialah benar-benar percaya akan adanya kehidupan sesudah dunia berakhir.

2. 5. Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung [19]. [19] Ialah orang-orang yang mendapat apa-apa yang dimohonkannya kepada Allah sesudah mengusahakannya.


Tafsir Surat Al-Baqarah 1 ~ 5 (bag 1)
Written by Ust. Dr. H. Suhairy Ilyas, MA
Sunday, 30 August 2009
Pengelompokkan Manusia

Dalam ayat 1 - 20 ini Allah SWT membagi manusia pada tiga kelompok, yaitu : Pertama: Orang Bertaqwa (Muttaqin) Kedua : Orang Kafir (Kafirun) Ketiga: Orang Munafiq (Munafiqun). Masing masing kelompok dijelaskan Allah SWT.tanda-tanda dan sifat mereka.

ImageAyat 1-5 : Tanda-Tanda Orang Bertaqwa.
1. Alif laam miim.
2. Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa,
3. (yaitu) mereka yang beriman dengan yang ghaib, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka.
4. Dan mereka yang beriman dengan kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.
5. Mereka Itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.


Ayat pertama : ألم ِِ (Alif lam mim)

Huruf potong yang terletak pada 29 surat Al-Qur’an merupakan ayat-ayat muhkamat. Ayat muhkamat adalah ayat-ayat yang mengandung pengertian lebih dari satu, karena itu bermacam macam penafsiran kita temui waktu menafsiran huruf huruf potong seperti : الم ألمص طه يس المر كهيعص ق ص ن ö

Ada ulama yang menafsirkannya sebgai nama surat-surat tertentu, seperti surat Thaha, surat Yasin surat Alif lam mim dan lain lain.

Ada juga yang menafsirkannya sebagai himbauan untuk menarik hati pendengar Al-Qur’an. Umpamanya nabi sedang sibuk dengan pekerjaan beliau, lalu datanglah malaikat Jibril menghimbau beliau dengan ucapan: Alif lam Mim, Thaha. Yasin dll. Sehingga beliau segera tertarik dan siap untuk menerima kedatangan wahyu. Demikian pula umpamanya para sahabat sedang sibuk dengan urusan mereka, lalu datanglah Rasulullah dengan himbauan: Alif lam mim shad…. Alif lam ra dan lain lain, sehingga para sahabat jadi tertarik dan siap untuk mendengarkan Al-Qur’an dari Rasulullah saw.

Ada juga yang tidak menafsirkannya , dan mengembalikannya pada Allah: Allah yang maha tahu maksudnya.

Sedangkan menurut imam Ibnu Katsir huruf huruf potong pada awal surat Al-Qur’an merupakan suatu tantangan pada umat manusia dengan mengatakan pada mereka : Wahai mereka yang meragukan kemukjizatan Al-Qur’an! Cobalah kamu perhatikan, huruf huruf yang Saya pakai untuk menyusun Al-Qur’an adalah huruf huruf yang biasa kamu pakai juga seperti alif, lam, mim dan lain lain, Namun setelah Saya susun menjadi Al-Qur’an pasti kamu tidak ada yang mampu menandinginya, disanalah antara lain letak kemukjizaran Al-Qur’an. Ibnu Katsir menekankan keyakinan beliau pada penafsiran beliau tersebut karena duapuluh dua dari duapuluh sembilan huruf potong yang terdapat dalam Al-Qur’an senantiasa diiringi dengan pernyataan keagungan Al-Qur’an.

Menurut Sayid Quthub, kemukjizatan Al-Qur’an sama dengan semua kemukjizatan penciptaan Allah SWT. Apa yang dciptakan (dibuat) manusia pada umumnya menghhasilkan sesuatu yang mati. Sebaliknya semua yang diciptakan Allah adalah sesuatu yang hidup dan menghidupkan. Manusia meniru Allah membuat tubuh seperti manusia dari tanah, namun hasil maksimalnya adalah patung yang mati,tidak hidup dan tidak menghidupkan..Sebaliknya Allah menciptakan manusia dari tanah, hasilnya adalah manusia yang hidup dan menghidupkan, hidup dan berkembang biak. Demikian juga manusia merangkai kalimat dengan kalimat, namun hasilnya adalah kalimat kalimat prosa atau sastra yang mati, tidak hidup. Sebaliknya Allah menyusun Al-Qur’an dari haruf huruf yang dipergunakan manusia untuk menggubah kalimat demi kalimat, namun hasilnya adalah Al-Qur’an yang hidup dan menghidupnan.Ayat ayat Al-Qur’an akan menghidupkan hati manusia yang mati, dan menyehatkan hati yang sakit. Sedangkan kalimat kalimat ciptaan manusia, dalam bahasa apapun tidak demikian halnya.

Ayat ke 2 :

2. Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.

Al-Qur’an adalah kitab yang tidak mengandung keraguan sedikitpun, maksudnya adalah :

Pertama : Al-Qur’an adalah kalamullah (firman Allah) yang merupakan kebenaran muthalaq yang maha sempurna, tidak sedikitpun mengandung keraguan dan kebingungan, apalagi mengandung hal salah., hal demikian karena Al-Qur’an berasal dari Allah Yang Maha Benar dan Maha Sempurna. Firman Allah SWT :

Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Qur’an) sebagai kalimat yang benar dan adil. tidak ada yang dapat merobah robah kalimat-kalimat-Nya dan dia lah yang Maha Mendenyar lagi Maha Mengetahui.(QS.Al-An’am 6:115)

Kedua: Al-Qur’an itu pasti, dan tidak diragukan sedikitpun bahwa ia diturunkan oleh Allah, Tuhan yang menciptakan dan mengatur alam semesta. Firman Allah SWT :

Turunnya Al-Qur’an yang tidak ada keraguan di dalamnya, (adalah) dari Tuhan semesta alam.(QS.Assajdah 32:2).

Untuk apa Al-Qur’an itu diturunkan Allah SWT.? Jawabnya adalah sebagai petunjuk (hidayah) untuk orang yang bertaqwa.

Waktu menafsirkan surat Al-Fatihah sudah kita jelaskan bahwa hidayah itu adalah petunjuk Allah yang dapat menggerakkan hati manusia untuk menerima dan mengamalkan yang haq.

Al-Qur’an adalah hidayah dari Allah SWT. Namun yang akan mendapatkan hidayah Al-Qur’an itu adalah orang yang bertaqwa, yaitu orang yang imannya selalu aktif untuk menerima dan mengamalkan semua petunjuk Allah SWT.Al-Qur’an atau Hidayah itu laksana mata hari, sedangkan iman dan taqwa itu adalah laksana mata manusia. Kendatipun cahaya matahari terang benderang, akan tetapi kalau mata manusia buta, maka dia akan tetap merasa gelap dibawah cahaya matahari yang demikian terang benderang. Demikian juga, kendatipun Al-Qur’an mengndung hidayah yang terang benderang, akan tetapi bila hati manusia buta (karena tidak beriman), maka tetap saja manusia yang buta hati itu akan berada dalam gelap gulita. Betapa banyak orang yang ahli dalam Ilmu Al-Quram dan Tafsir Al-Qur’an , namun karena hatinya buta, tetap saja dia jauh dari nur Al-Qur’an.

Karena itu Al-Qur’an hanya berfungsi sebgagai hidyah bagi orang yang beriman dan bertaqwa.. Firman Allah SWT.

Dan kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang Beriman (QS.Isra’ 17:82)

Katakanlah: "Al Quran itu adalah petunjuk(hidayah) dan penawar bagi orang-orang mukmin. dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al Quran itu suatu kegelapan bagi mereka. mereka itu adalah (seperti) orang yang dipanggil dari tempat yang jauh".(QS.Fushilat 41:44)

Setelah menjelaskan bahwa Al-Qur’an itu adalah petunjuk bagi orang yang bertaqwa, maka selanjutnya Allah menjelaskan pula sifat-sifat atau tanda tanda orang yang bertaqwa pada ayat berikutnya, yaitu ayat ke : 3 - 5 :

3. (yaitu) mereka yang beriman dengan yang ghaib,dan mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang kami anugerahkan kepada mereka.

4. Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang Telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang Telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.

5. Mereka Itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.

Ada lima tanda atau sifat sifat orang bertaqwa yang diuraikan dalam ayat ketiga dan keempat diatas.

Pertama :

Beriman dengan yang ghaib. (yaitu) mereka yang beriman dengan yang ghaib. Pangkal ayat 3)

Iman adalah keyakinan yang tertanam dalam hati dan mempengaruhi kehidupan . Yang ghaib adalah sesuatu yang tidak dapat dilihat dengan mata atau alat apapun, ia hanya dapat dilihat dengan mata hati. Induk atau inti dari iman dengan yang ghaib itu adalah iman dengan Allah, kemudian iman dengan malikat, iman dengan hari akhir.. Beriman dengan yang ghaib hakekatnya adalah meyakini dan merasakan yang ghaib itu hadir (dalam hati) seakan akan dia berhadapan secara lahir. Menurut hadits Nabi saw. Al-Ihsan adalah bila seseorang beribadat dengan merasakan penuh keyakinan seakan akan dia melihat Allah (yang ghaib), atau dia merasa yakin bahwa Allah pasti melihatnya (HR.Muslim dari Umar bin Khathab r.a.). Orang yang beriman dengan Allah (yang ghaib) adalah orang yang merasakan senantiasa merasa bersama Allah bila dan dimanapun dia berada, dan dia yakin bahwa Allah melihat dan mengamati apa yang dikerjakannya. (QS.Al-Hadid 57:4) Oleh karena itu dia senantiasa berbuat yang diredhai Allah saja dan senantiasa menjauhkan diri dari perkataan dan perbuatan yang tidak diredhai Allah.swt.

Orang yang beriman dengan malaikat (yang ghaib) adalah orang yang senantriasa meyakini dan merasakan bersama malaikat bila dan dimanapun dia berada. Dia yakin dan merasakan ada malaikat Raqib dan Atid yang mencatat setiap perktaan dan perbuatannya, karena itu dia sangat hati hati dalam setiap perkataan dan perbuatannya.

Orang yang beriman dengan yang ghaib adalah orang yang senatiasa ta’aat pada perintah Allah dan takut melakukan maksiat walaupun dia jauh dari pandangan manusia, namun yakin dia senantiasa berada dibawah pengawasan Allah, dan dicatat oleh para Malaikat Allah SWT.

Kedua :

Mendirikan Shalat. (dan mendirikan shalat. Lanjutan pangkal ayat 3).

Mendirikan shalat menurut Ibnu Abbas adalah, melakukan ruku’ dan sujud dengan sempurna, membaca segenap bacaan shalat dengan khusyu’ serta menghayatinya dan mengaplikasikannya dalam kehidupan. Menurut Qatadah mendirikan shalat adalah senantiasa menjaga waktu shalat (shalat diawal waktu) dengan wudhuk yang sempurna seta ruku’ dan sujud yang sempurna. (Mukhtashar Tafsir Ibnu Katsir 1:29).

Ketiga:

Senantiasa berinfaq (dan menafkahkan sebahagian rezki yang kami anugerahkan kepada mereka. Akhir ayat 3)

Orang yang bertaqwa adalah orang yang membudayakan infaq dalam kehidupannya. Dia senantiasa berinfaq dalam keadaan senang atau susah, dalam keadaan aman atau perang, dalam keadaan sakit atau sehat, dalam keadaan kaya atau miskin.Orang yang bertaqwa senantiasa berinfaq karena keyakinannya bahwa infaq itu adalah tabungan atau infestasinya untuk hidup abadi diakhirat kelak. Orang yang bertaqwa senantiasa rajin berinfaq dalam keadaan bagaimanapun karena keyakinannya semakin banyak dia berinfaq semakin Redha Allah kepadanya. Dan dia yakin bahwa infaqnya pasti akan diterimanya hasilnya diakhrat berlipat ganda sampai tujuh ratus kali lipat atau lebih .Firman Allah SWT :

Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki. dan Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.(QS.Al-Baqarah 2:261)



Sabda Rasulullah saw.:

عن ابن مسعود قال: جاء رجل بناقة مخطومة فقال يا رسول الله هذه فى سبيل الله فقا ل لك بها يوم القيامة سبعمأة ناقة (رواه مسلم)



Ibnu Mas’ud berkata: Ada seorag laki laki yang datang menemui Nabi saw. dengan seekor Unta yang terikat dengan tali. Orang itu berkata pada Rasulullah, wahai Rasullah! Unta ini saya infaqkan pada jalan Allah. Maka Rasulullah menjawab: Engkau akan mendapatkan ganjaran tujuh ratus Unta dihari kiamat (akhirat) kelak. (HR.Muslim. Mukhtashar Tafsir Ibnu Katsir 1:237).

Keempat:

Beriman Dengan Al-Qur’an dan Kitab suci lainnya.( Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang Telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang Telah diturunkan sebelummu .Pangkal ayat 4)

Orang yang bertqwa adalah orang yang beriman dengan Al-Qur’an dan beriman dengan kitab suci yang diturunkan Allah pada para nabi dan Rasul sebelum Nabi Muhammad saw. seperti Taurat yang diturunkan pada Musa a.s. dan Injil yang diturunkan pada Isa a.s. dan Zabur yang diturunkan pada nabi Daud a.s.

Beriman dengan Al-Qur’an adalah dengan membacanya dengan tajwid yang betul (QS.Al-Muzammil 72:4). Memahami makna dan tafsirnya, kemudian mengamalkannya dan menjadikannya sebagai “imam” dalam kehidupan, yaitu menjadikannya sebagai pedoman dan pegangan hidup dalam segenap aspek kehidupan. Kehidupan Rohani (Ibadah), politik, ekonomi, social, seni dan budaya.Kehidupan pribadi, rumah tangga dan masyarakat.Sedangkan iman dengan kitab suci lainnya cukup dengan meyakini bahwa kitab suci tersebut sudah dituturunkan Allah pada nabi yang bersangkatun. Nabi Ibrahim telah menerima Suhuf. Nabi Musa menerima Taurat, nabi Isa menerima Injil dan nabi Daud menerima Zabur.

Kelima :

Meyakini Hari Akhir.( serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. Akhir ayat 4)

Orang yang bertaqwa meyakini adanya kehidupan akhirat. Mereka yakin bahwa hidup didunia ini adalah untuk sementara, sedangkan kehidupan akhirat adalah kehidupan yang abadi. Kehidupan didunia merupan ladang persiapan untuk panen dikampung akhirat.Karena itu orang yang bertaqwa senantiasa berusaha mempersiapkan diri dengan bakal sebanyak banyaknya untuk kehidupan diakhirat yang abadi kelak. dengan memperbanyak ibadat dan membersihkan diri dari dosa dan maksiat dengan banyak bertobat kepada Allah SWT. .

Setelah menguraikan lima sifat atau tanda tanda orang yang bertaqwa, maka selanjutnya Allah SWT. menjelaskan pula bahwa orang yang bertaqwa akan senantisa mendapat hidayah dari Allah dan akan mendapatkan kebahagiaan didunia dan akhirat : Mereka Itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.(ayat 5).

Orang yang bertaqwa senantiasa mendapat petunjuk Allah dalam menghadapi setiap persoalan hidup, karena itu orang bertaqwa tidak akan pernah stress menghadapi kesulitan hidup. Orang yang bertaqwa senantiasa berbahagia dan beruntung dalam kehidupan karena Allah senantiasa memberi orang bertaqwa rezeki diluar dugaannya. Firman Allah :

Siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. dan memberinya rezki yang tiada disangka-sangkanya.(QS.Thalaq 65:2-3)

Dan siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.

Dan siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipat gandakan pahala baginya.(QS.Ath-Thalaq65: 4,5)

Demikianlah diantara keutamaan yang diberikan Allah SWT.kepada orang orang yang bertaqwa dalam kehidupan didunia ini. .Sedangkan untuk kehidupan diakhirat kelak dalam banyak ayat Al-Qur’an Allah SWT. telah menjanjikan Syurga dengan segala kesenangan dan kenikmatannya yang abadi .(QS.Al-Hijr 15:45-46. Ad-Dukhan 44:51-56. Adz-Dzariat 51:15. Ath-Thur 52:17-20. Al-Mursalat 77,41-44. An-Naba’ 78:31-36).




http://www.mazvi.com/?surano=2&ayatno=1&aksi=hasil&pilih=quran&mod=yes

http://www.nurulyaqin.org/index.php?option=com_content&task=view&id=242&Itemid=99999999


05 Januari 2010
*AL-BAQARAH AYAT 6-10





2. 6. Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman.


2. 7. Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka [20], dan penglihatan mereka ditutup [21]. Dan bagi mereka siksa yang amat berat. [20] Yakni orang itu tidak dapat menerima petunjuk, dan segala macam nasehatpun tidak akan berbekas padanya. [21] Maksudnya: mereka tidak dapat memperhatikan dan memahami ayat-ayat Al Qur'an yang mereka dengar dan tidak dapat mengambil pelajaran dari tanda-tanda kebesaran Allah yang mereka lihat di cakrawala, di permukaan bumi dan pada diri mereka sendiri.


2. 8. Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian [22]," pada hal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. [22] Hari kemudian ialah: mulai dari waktu mahluk dikumpulkan di padang mahsyar sampai waktu yang tak ada batasnya.


2. 9. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.


2. 10. Dalam hati mereka ada penyakit [23], lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta. [23] Yakni keyakinan mereka terdahap kebenaran Nabi Muhammad s.a.w. lemah. Kelemahan keyakinan itu, menimbulkan kedengkian, iri-hati dan dendam terhadap Nabi s.a.w., agama dan orang-orang Islam.


http://www.mazvi.com/?surano=2&ayatno=10&aksi=hasil&pilih=quran&mod=yes


TAFSIR


6.gif (1255 bytes)

"Orang-orang yang kafir, sama saja bagi mereka, apakah engkau memberi peringatan kepada mereka atau tidak, mereka tak akan beriman.


Setelah memperkenalkan orang-orang yang bertakwa dan bersih hati, ayat ini berbicara tentang orang-orang kafir yang memiliki sifat fanatik dan keras kepala, yang tak akan terpengaruh sedikit pun oleh jalan-jalan kebenaran dan sama sekali tak beriman kepadanya. Kafara di dalam bahasa Arab berarti menutup dan mengingkari. Kufur nikmat, berarti mengingkari nikmat dan tidak mensyukurinya. Kafir berarti orang yang menyembunyikan kebenaran dan tidak memperdulikannya.

Jika Allah SWT mau memaksa semua orang agar beriman, maka Allah mampu berbuat demikian. Namun iman yang tumbuh karena paksaan, tak memiliki nilai. Oleh karena itu Allah ingin agar manusia menumbuhkan keimanan berdasarkan kehendak sendiri. Dengan demikian maka kita tak boleh berharap semua orang beriman dan bertakwa.

Pelajaran-pelajaran yang dapat kita ambil dari ayat ini ialah seperti berikut:

1. Kufur dan fanatisme, membuat hati manusia beku dan mati, bagaikan batu
atau kayu yang bergeming menghadapi nasehat-nasehat dan petunjuk.

2. Jika seseorang tidak menerima kebenaran, maka seruan Nabi pun tak akan
berpengaruh padanya. Seruan para Nabi, bagaikan hujan yang jika turun
menyirami tanah yang memiliki kesiapan, maka tanah tersebut akan
menumbuhkan bunga. Sedangkan jika hujan tersebut turun di atas tanah yang
kering tandus dan tidak subur, maka paling-paling ia akan menumbuhkan onak
berduri dan rumput liar.

3. Meskipun kita tahu bahwa orang kafir tak akan beriman, namun kita harus
melaksanakan kewajiban kita memberikan peringatan kepadanya.


http://www2.irib.ir/worldservice/melayuRADIO/tafsir/index_tafsir.htm


:: Ayat 7 ::


7.gif (1631 bytes)

"Allah menutup hati mereka dan pendengaran mereka, sedangkan di mata mereka terdapat tabir yang menutupi, dan bagi mereka azab yang besar".


Orang-orang kafir memiliki akal, mata dan telinga, tapi perkataan-perkataan jelek dan fanatisme serta sifat keras kepala, telah menutupi semua itu sehingga tidak lagi mampu memahami dan melihat kebenaran. Itu merupakan hukuman dari Allah di dunia sedangkan di akhirat, azab yang pedih telah menunggu mereka. Di sini muncul pertanyaan. Yaitu jika Allah SWT telah menutup hati, mata dan telinga orang-orang kafir, maka berarti mereka tidak lagi bertanggung jawab atas kekafiran mereka. Karena mereka telah dipaksa oleh Allah SWT untuk tetap dalam keadaan kafir. Untuk menjawab pertanyaan ini Al-Quran memberikan keterangan yang sangat jelas di dalam ayat 35 Surah Al-Mukmin. Kadzalika Yatba'ullah kulli qalbi mutakabbiran jabbar. Artinya: Demikianlah Allah akan menutup hati orang yang sombong dan zalim.

Juga di dalam ayat 155 Surah An-Nisa Allah berfirman: Bal taba'allah hu 'alaiha bikufrihim Artinya: Tetapi Allah menutup hati mereka karena kekafiran mereka. Sesungguhnya ayat ini menerangkan sunnatullah yang berlaku pada manusia, yaitu jika seseorang memiliki sifat takabbur, keras hati dan keras kepala dalam menghadapi kebenaran, maka alat-alat pencari pengetahuannya pun akan macet dan tak mampu bekerja lagi. Kebenaran pun akan tersembunyi baginya dan abibat buruk di dunia dan akhirat bakal menimpanya.

Beberapa hal berikut ini dapat kita ambil sebagai pelajaran yang kita simpulkan dari ayat di atas:

1) Orang yang memahami kebenaran, namun menolaknya, maka Allah akan
menutup mata hatinya sehingga akan selalu menolak kebenaran. Hal itu
merupakan ganjaran baginya.

2) Kelebihan manusia dibanding dengan hewan ialah akal dan kemampuan
berpikir dengan benar yang dimiliki oleh manusia. Tetapi kelebihan ini dapat
hilang dan musuh dengan kekafiran.


:: Ayat 8 ::


"Diantara orang-orang itu, ada yang mengatakan: "kami beriman kepada Allah dan hari akhir.' padahal mereka bukan orang-orang yang beriman."

Al-Quran yang merupakan Kitab hidayah, menjelaskan kepada kita sifat-sifat orang-orang Mukmin, Kafir dan Munafik, supaya kita dapat mengenali diri kita sendiri, bahwa kita ini termasuk golongan yang mana; juga untuk mengenali orang lain sehingga kita dapat menentukan sikap yang sesuai dengan seluruh anggota masyarakat.

Sejak awal Surah Al-Baqarah hingga ayat 8, 4 ayat berbicara tentang orang-orang Mukmin, dua ayat tentang orang-orang Kafir, sedangkan ayat ke 8 ini dan seterusnya, berjumlah 13 ayat, memaparkan tentang manusia-manusia yang masuk ke dalam kelompok ke 3, yaitu orang-orang yang tidak memiliki sinar cahaya seperti yang dimiliki oleh kelompok pertama, tidak pula memiliki keberanian dan keterusterangan yang dimiliki oleh kelompok ke dua. Mereka tidak mempunyai iman di dalam hati, sementara lidah
mereka tidak pula menyatakan kufur. Mereka itu adalah Munafikin penakut, yang sesungguhnya berhati Kafir tetapi mengaku beriman secara lahir.

Setelah Rasul Allah SAWW berhijrah dari Makkah ke Madinah, dan Musyrikin mengalami kekalahan berat dalam perang menghadapi Muslimin, sebagian rakyat Makkah dan Madinah, meskipun hati mereka tak pernah menerima Islam, namun demi menyelamatkan jiwa dan harta mereka, atau demi mencapai posisi dan kedudukan di antara Muslimin, mereka mengakui secara lahir sebagai Muslim, dan memoles diri dengan warna yang sama sebagaimana Muslimin lain. Jelas sekali bahwa orang-orang seperti ini adalah pengecut yang tidak memiliki harga diri dan keterusterangan, sebagaimana orang-orang Kafir lain yang menyatakan kekufuran mereka secara terang-terangan, sehingga barisan mereka terpisah dari orang-orang yang benar-benar beriman.

Bagaimanapun, hipokritas, hati bercabang, dan bermuka dua, adalah fenomena yang selalu dihadapi oleh setiap revolusi dan perubahan-perubahan sosial. Dan jangan sekali-kali mengira bahwa semua orang yang menunjukkan keimanan dan kesetiaan serta kebersamaan, lalu hatinya pun memiliki konsistensi yang sama. Betapa banyak orang-orang yang pada lahirnya sangat Islami, namun di dalam hati, sangat memusuhi Islam.

Pelajaran yang dapat kita ambil dari ayat ini ialah:. Iman adalah perkara hati, bukan lidah. Oleh sebab itu untuk mengenali orang-orang tertentu, kita tidak boleh mencukupkan dengan pernyataan-pernyataan lahir mereka.




:: Ayat 9 ::

"Mereka berusaha menipu Allah dan orang-orang yang beriman. Tetapi mereka tidak menipu siapa pun kecuali diri mereka sendiri. Sedangkan mereka tidak merasa."


Munafikin mengira bahwa mereka adalah orang-orang yang cerdik dan pandai; dan merasa bahwa dengan menunjukkan keimanan, mereka akan menipu Tuhan orang-orang Mukmin, serta memperoleh perlakuan dan hak-hak yang sama sebagai Muslimin yang lain. Mereka berusaha menipu Nabi dan orang-orang beriman, sampai jika datang saat yang tepat mereka pun akan melancarkan serangan mereka terhadap Islam. Akan tetapi Allah SWT mengetahui kekufuran batin mereka dan mengenali hipokritas atau sikap mendua mereka. Lalu Allah SWT mengungkapkan apa yang tersembunyi di dalam hati mereka dan membuka kedok mereka yang buruk untuk orang-orang yang beriman. Pasien yang datang untuk berobat kepada dokter, lalu dokter tersebut memberikan perintah-perintah atau resep obat yang mesti dimakan olehnya, namun ia tidak mentaati dan berbohong kepada dokter dengan mengatakan bahwa obat-obat yang diberikan sudah ia makan; maka si pasien menyangka bahwa ia telah menipu si dokter. Padahal ia hanya menipu dan menimpakan kerugian pada dirinya sendiri. Karena sesungguhnya akibatburuk kebohongannya itu hanya akan menimpa dirinya sendiri. Jadi orang yang terkena penyakit nifaq ini, menyangka telah menipu Allah dan orang-orang beriman. Sedangkan sesungguhnya ia tidak menipu siapa pun kecuali dirinya sendiri. Pendengar sekalian yang terhormat. Berikut ini beberapa poin yang merupakan pelajaran yang dapat kita ambil dari ayat di atas:

1) Munafik adalah penipu, Kita harus berhati-hati jangan sampai termakan oleh sikap-sikap lahir para penipu ini.

2) Kita sendiri jangan sekali-sekali menipu orang lain. Dan mesti kita sadari bahwa seorang yang menggali lubang, maka ia sendiri yang akan terperosok ke dalam lubang itu.

3) Sikap Islam terhadap Munafik, sama sebagaimana sikap Munafik itu sendiri terhadap Islam. Secara lahir ia menyatakan sebagai Muslim. Maka Islam pun secara lahir memperlakukannya sebagai seorang Muslim. Munafik tidak memiliki iman di dalam hatinya. Allah pun, di hari kiamat, akan menimpakan azab kepadanya sama sebagaimana kepada orang-orang Kafir.

4) Munafik menganggap dirinya sebagai orang yang cerdik dan pandai. Padahal ia tidak tahu bahwa diseberangnya adalah Allah SWT yang Maha Mengetahui segala rahasia dan perasaan hati semua manusia.



:: Ayat 10 ::

10.gif (1527 bytes)

"Di dalam hati mereka terdapat penyakit, lalu Allah menambah mereka dengan penyakit, dan mereka akan menerima azab yang pedih, karena sebelum ini mereka selalu berbohong".


Menurut Al-Quran, jiwa manusia, sama sebagaimana tubuhnya, kadang-kadang terkena penyakit, yang jika tidak diobati akan semakin parah dan terus berkembang sampai suatu saat, kemanusiaan orang itu pun akan musnah pula. Kemunafikan atau nifaq adalah penyakit jiwa yang paling berbahaya yang mengancam jiwa dan hati kita semua. Manusia yang sehat tidak memiliki lebih dari satu wajah, sementara antara lahir dan batinnya terdapat keserasian yang baik dan sempurna. Lidahnya mengatakan hal-hal yang ada di dalam hatinya, dan tingkah lakunya sesuai dengan pikiran-pikirannya. Tetapi jika tidak demikian, maka jiwa telah menjadi sakit dan terkena penyimpangan.

Penyakit nifaq mempersiapkan lahan yang subur bagi penyakit-penyakit jiwa lain, seperti kikir, dengki dan tamak. Dan bagaikan akar-akar penyakit kanker ia akan semakin menghujam di hati dan jiwa si munafik. Al-Quran menyebut sumber utama yang menumbuhkan penyakit nifaq ini ialah watak suka berbohong dan akan berkembang terus bersamanya. Tentu saja bohong tidak terbatas hanya pada lidah.

Suatu perbuatan pun, yang dilakukan tidak sesuai dengan akidah seseorang (dengan tujuan dan niat jahat kepada pihak lain) juga merupakan kebohongan perbuatan. Bangkai binatang yang terjatuh ke dalam air, lalu menebarkan bau tak sedap, setiap kali hujan menyiraminya, bukannya hujan tersebut menghapus polusi yang ditimbulkan oleh bangkai tersebut, tapi hujan itu justru semakin menyebarkannya.

Nifaq bagaikan bangkai, yang jika bersemayam di dalam hati manusia, setiap petunjuk yang datang dari Allah SWT, meskipun berupa rahmat, namun bukannya menerima petunjuk tersebut, seorang Munafik hanya menunjukkan kepura-puraan dan riya', sementara penyakit nifaqnya semakin parah. Nifaq memiliki makna yang luas yang mencakup segala sikap mendua diantara perkataan dan perbuatan, lahir dan batin. Makna seperti ini kadang kala juga muncul dari seorang Mukmin; seperti riya' dan sikap pamer dalam melaksanakan ibadat. Artinya, ia melakukan ibadah dan perbuatan-perbuatan baik lainnya adalah karena selain Allah. Maka yang demikian ini pun termasuk sejenis nifaq.

Rasulullah SAWW bersabda: "Tiga sifat jika salah satunya terdapat pada seseorang maka ia adalah seorang Munafik, meskipun ia berpuasa, melakukan salat dan menganggap dirinya sebagai seorang Muslim. Tiga sifat tersebut ialah khianat dalam memegang amanat, dusta ketika berbicara dan ingkar janji".

Berikut ini beberapa poin yang dapat kita ambil sebagai pelajaran dari ayat
yang telah kita pelajari di atas:


1) Nifaq adalah penyakit jiwa. Dan Munafik bagai seorang yang sakit,
tidak sehat dan tidak pula mati. Bukan Mukmin bukan pula Kafir secara
nyata.

2) Nifaq berkembang bagaikan penyakit kanker, yang jika tidak segera
diobati akan menguasai seluruh wujud manusia dan sifat-sifat
kemanusiaannya.

3) Sumber penyakit nifaq, ialah sifat dusta, dan berdusta adalah perbuatan
yang biasa dilakukan oleh orang Munafik.


http://www2.irib.ir/worldservice/melayuRADIO/tafsir/index_tafsir.htm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar Anda