09 Januari 2010

*Syarat-Syarat Agar Ibadat diterima Allah SWT.



Menurut Ibnu Taymiyyah ada dua syarat agar ibadat diterima oleh Allah swt. dan diridhai-Nya :

1. Niat Yang Ikhlas.

2. Ittiba’(sesuai dengan ketentuan Allah & Rasul)



1. Niat Yang Ikhlas.

Ibnu Taymiyah menekankan bahwa syarat yang paling utama agar setiap ibadat diterima Allah swt. adalah:

“ Niat yang ikhlas, hanya mengharapkan keridhaan Allah SWT, saja dalam beribadat ”, kerana ibadat itu bukan hanya bentuk teknis yang lahir tanpa roh, roh ibadat itu adalah ikhlas. Apabila hati tidak ikut aktif dalam ibadat, dan tidak ikhlas kerana Allah, hanya bentuk lahir yang kosong dari roh, maka Allah akan menolak ibadat tersebut. (Ibnu.Taymiyah 1981.41).

Niat adalah sesuatu yang disembunyikan manusia dalam hatinya; jika yang disembunyikannya dalam hati itu adalah mengharapkan keredaan Allah Yang Maha Tinggi, maka dia akan mendapatkan pahala daripada Allah SWT, Jika yang disembunyikannya dalam hati itu adalah keinginan agar dilihat manusia, maka tidak dianggap sebagai niat yang ikhlas, dan dia akan mendapatkan hukuman daripada Allah swt. sebagaimana firman Allah SWT :

فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ(4)الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلاتِهِمْ سَاهُونَ(5) الَّذِينَ هُمْ يُرَاءُونَ(6)

(سورة الماعون)

4.Maka celakalah orang-orang yang shalat;

5.Yaitu mereka yang lalai dari menyempurnakan shalatya,

6.Juga bagi orang-orang yang ria dalam dalam ibadatnya.(QS. 107:5-6)

إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصّلاةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلآ قَلِيلا(142)

Sesungguhnya orang orang munafiq itu menipu Allah, danAllah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan malas. Mereka sebetulnya ria dengan shalatnya dihadapan manusia. dan tidaklah mereka mengingat Allah kecuali sedikit. (QS.3:142)

Niat yang ikhlas, semata mata mengharapkan keridhaan Allah merupakan motifasi yang menggerakkan seorang hamba untuk beribadah kepada Allah SWT, sesuai dengan perintah-Nya:

وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصّلاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ (البينة 5)

Dan tidaklah mereka disuruh kecuali supaya beribadat kepada Allah dengan penuh keikhlasan dalam menjalankan agama dengan lurus , dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.(QS.Al-Bayyinah 98: 5).

قُلْ إِنَّ صَلآتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَاي وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ(162)لا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ(163)

162. Katakanlah, “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk (mengharapkan keredhaan) Allah, Rabb (Tuhan) alam semesta

163. Tiada sekutu bagi-Nya, dan demikianlah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).” (QS.Al-An’am: 162-163).



2. Ittiba’(Sesuai dengan ketentuan Allah & Rasul saw.).

Syarat yang kedua agar ibadah diterima Allah SWT, adalah : ” Sesuai dengan ketentuan Allah & Rasul SAW ”, dengan arti kata semua amal ibadah hendaklah dikerjakan sesuai dengan yang dicontohkan atau diajarkan oleh Rasulullah SAW

عن عائشة رضي الله عنها قالت: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:من عمل عملا ليس عليه أمرنا فهو رد .رواه أحمد ومسلم

Dari Aisyah r.a beliau berkata : Bersabda Rasulullah saw. ” Siapa yang beramal dengan suatu amalan yang tidak sesuai dengan syariat kami, maka amalnya itu akan ditolak ”

(.Ahmad.3:146 & Muslim.Aqdhiah 17.).

Mengatur syari’at ibadat adalah hak Allah dan RasulNya ; kerana itu tidak seorangpun yang berhak membuat syariat selain daripada Allah dan Rasul SAW. Sebagaimana firman Allah SWT, dalam Al -Quran:

شَرَعَ لَكُمْ مِنْ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ ولا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ. (الشورى 13)

Dia (Allah) telah mensyari’atkan bagi kamu tentang agama sebagaimana telah diwasiatkanNya kepada Nuh dan dan yang telah Kami wahyukan kepadamu apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa, yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. (QS.Asy-Syura 42:13).

Ayat ini menjelaskan bahwa sumber asal daripada syari’at sepanjang zaman untuk semua agama (risalah) hanyalah Allah SWT.

أم لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنْ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ وَلَولا كَلِمَةُ الْفَصْلِ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ وَإِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ. (الشورى 21)



Apakah mereka mempunyai sekutu (tuhan selain Allah) yang mesyari’atkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah? Sekiranya tidak ada ketetapan yang menetapkan (dari Allah) tentulah mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu akan memperoleh azab yang pedih. (QS.Asy-Syura 42:21)

Ayat ini merupakan bantahan terhadap orang-orang kafir yang telah menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah swt. untuk membuat syari’at untuk mereka yang tidak sesuai dengan ketentuan Allah SWT,dan tidak diizinkan Allah SWT. Karena itu maka semua ibadat dalam Islam diwajibkan agar mengambil dan meneladani Rasullullah SAW tanpa menambah, mengurangi, ataupun merobahnya sedikitpun sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

صلوا كما رأيتموني أصلي روا البخارى

Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat. (Bukhari.Azan 18:631).

خذوا عني منا سككم رواه النسائى

Ambillah oleh mu manasik haji daripada aku.(An-Nasai.Manasik:220).

Rasulullah juga memberikan peringatan kepada orang-orang yang melakukan bid’ah dalam ibadat dan agama:

كل محدثة بدعة وكل بدعة ضلا لة (رواه أبو داود)

Setiap orang yang mengada-ada dalam agama dan ibadah , adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat.(Abu Daud:4583).

ومن أحدث فى أمرنا ما ليس منه فهو رد (رواه أبواداود)

Dan siapa yang meng-ada-adakan dalam urusan agama kami, yang tidak sesuai dengan agama itu, maka dianya ditolak. ( Abu Daud:4582).

من عمل عملا ليس عليه أمرنا فهو رد ( مسلم عقيدة 17)

Siapa yang mengamalkan suatu amalan yang tidak sesuai dengan agama kami, maka amalnya itu ditolak”. (Muslim.Aqdiah: 17). .

Allah SWT menyuruh kita untuk mengerjakan apa yang diperintahkan oleh RasulNya, sebagaimana firman Allah SWT :

وَمَا آتَاكُمْ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

0 (الحشر 7)

Dan apa saja yang diperintahkan oleh Rasulullah saw.kepada kamu terimalah serta amalkannlah, dan apa jua yang dilarangnya kamu melakukannya maka patuhilah larangannya.(QS.Al-Hasyr.59:7). (Ibn Taymiyah:1981:53)

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Allah hanya akan menerima ibadat yang dikerjakan dengan ikhlas, semata-mata mengharapkan keredaan Allah SWT dan ibadat yang dikerjakan itu hendaklah sesuai dengan syariat yang telah ditetapkan oleh Allah dan RasulNya, karena hanya Allah dan RasulNya yang berhak membuat dan menetapkan syari’at untuk hamba-hambaNya. Dengan demikian pula maka siapa yang menerima dan mengamalkan syari’at yang tidak berasal dari Allah SWT berarti dia telah mempersekutukan Allah SWT dalam ibadahnya.


Apa yang dimaksud dengan ibadah?

Menurut bahasa Arab, ibadat (العبادة) artinya adalah (الخضوع والتذلل) Merendahkan dan menghinakan diri.(Lisanul arab 3:221) ),(الطاعة) Tunduk dan patuh secara mutlaq.(As-Shihah 408).

Menurut istilah, ibadat adalah:

أسم جامع لما يحبه الله ويرضاه,قولا أوفعلا,ظاهرا أوباطنا (إبن تيمية العبودية:4)

Ibadah adalah segenap aktifitas kehidupan yang yang dilakukan (dengan cara dan tujuan) yang diredhai Allah, baik perkataan maupun perbuatan, baik lahir maupun bathin.(Ibnu Taimiyah, al-‘Ubudiyah :4)


Dari denifisi yang dikemukakan Ibnu Taimiyah diatas dapat kita fahami bahwa ibadah itu mencakup segenap aspek kehidupan manusia. Apa saja yang kita kerjakan asal dikerjakan dengan cara dan tujuan yang diredhai Allah akan mempunyai nilai ibadat dihadapan Allah swt.

Pembahagian Ibadah.

Secara garis besarnya para ulama membagi ibadah kepada dua macam :

Pertama : Ibadah Mahdhah (Ubudiyah)
Kedua : Mu’amalah.

Pertama : Ibadah Mahdhah (Ubudiyah)

Ibadah mahdhah adalah ibadalah ritual dalam arti yang sempit dan terbatas; yaitu ibadat yang merupakan syi’ar agama yang telah diatur oleh syari’at aturan pelaksanaannya secara rinci dan ketat, tidak boleh dirobah sedikitpun; umpamanya shalat, puasa, zakat, haji dan umrah dll. Perinsip dasar dalam ibadat mahdhah ialah: Tidak boleh dikerjakan kecuali yang diperintahkan Allah SWT dan Rasul SAW

Ibadah mahdhah merupakan pelatihan (diklat) pengabdian kepada Allah dalam bentuk yang terbatas untuk diaplikasikan dalam kehidupan yang tidak terbatas sehingga segenap kehidupan itu mempunyai nilai ibadah yang diredhai Allah swt.
Kedua : Mu’amalah.

Mu’amalah merupakan ibadah dalam arti kata yang luas, mencakup segenap aspek kehidupan manusia, terutama dalam bentuk “hablun minannas” hubungan sesama manusia dan lingkungan.Perinsip dasar dalam mu’amalah adalah : Semua boleh dilaksanakan asal tidak ada larangan Allah swt. dan Rasul saw.Umpamanya mengenai aturan makan dan minum; semua boleh dimakan dan diminum asal tidak ada laranganNya. Ayam, Kambing, Sapi dan Kerbau boleh dimakan karena tidak ada larangan memakannya. Akan tetapi Babi haram untuk dimakan karena ada laranganNya dari al-Quran dan Sunnah.Demikian juga mengenai aturan jual beli; apapun boleh anda perjual belikan asal tidak ada larangannya, umpamanya memperjual belikan sesuatu yang haram atau najis.Tidak ada aturan yang ketat dalam jual beli seperti aturan shalat, yang ada hanya aturan dasar, yaitu jangan curang atau menipu, dan jangan ada unsur riba.

Kenapa kita beribadah ?



Kita beribadah kepada Allah SWT adalah:



(1).Karena patuh dan tha’at pada perintah Allah SWT :

يَاأَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمْ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (القرة 21)

Wahai sekalian manusia! Beribadahlah kamu kepada Tiuhanmu yang menciptakanmu dan orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.(al-Baqarah 2:21)



(2).Karena merupakan tujuan hidup manusia :

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإِنسَ إلا لِيَعْبُدُون (الذاريات 56)

Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia, melainkan agar mereka beribadah kepadaKu (adz-Dzariyat 51:56)



(3). Untuk mensyukuri nikmat Allah SWT :

إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ(1)فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ(2) (الكوثر)

Sesungguhnya Kami telah memberikan kepada engkau nikmat yang banyak, maka

shalat lah untuk mensyukuri nikmat Tiuhanmu dan berkorbanlah (al-Kautsar 108:1-2)



(4). Karena merupakan fithrah manusia :

وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ(172)

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):”Bukankah Aku ini Tuhan-Mu (yang akan kamu sembah)?” Mereka menjawab: Betul, (Engkau Tuhan yang kami sembah), kami menjadi saksi” (kami lakukan yang demikian itu) agar dihari kiamat kamu tidak mengatakan:”Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhn).( Al-A’raf 7:172).



(5). Karena merupakan kebutuhan pokok rohani manusia :

ثُمَّ سَوَّاهُ وَنَفَخَ فِيهِ مِنْ رُوحِهِ (السجدة 9)

Kemudian Dia menyempurnakan (kejadian manusia) dan meniupkan roh (ciptaan-Nya) kedalam tubuhnya.(as-Sajdah 32:9)



(6). Untuk mengharapkan keampunan Allah SWT.(mensucikan diri dari dosa) :

قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى(14)وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّى(15) (الأعلى)

Sungguh berbahagialah orang yang mensucikan dirinya (dari dosa), dan dia

Ingat kepada Tuhannya (berdzikir) dan melakukan shalat.(Al-A’la 87:14-15)



Sabda Rasulullah SAW :

عن عثمان ابن عفان رضى الله عنه قال: سمعت رسول الله صلىالله عليه وسلم يقول:

مامن امرىءمسلم تحضره صلاة مكتوبة,فيحسن وضوءها وخشوعها,وركوعها إلا كانت كفارة لما قبلها من الذنوب مالم تؤت كبيرة,وذالك الدهر كله (رواه مسلم)

Utsman bin Afan r.a. berkata: Saya pernah mendengarkan Rasulullah saw.bersabda: Apabila seorang muslim mengetahui masuknya waktu shalat fardhu,lalu dia berudhuk dengan sempurna, dan shalat dengan khusyu’ demikian pula rukuknya, maka akan diampuni segenap dosanya yang telah berlalu selagi dia tidak melakukan dosa besar; demikianlah sepanjang masa (dosanya diampuni). (HR.Muslim)



(7).Karena mengharap ridha Allah dan surga :

يَاأَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ(27)ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً(28)فَادْخُلِي فِي عِبَادِي(29)وَادْخُلِي جَنَّتِي (30) (الفجر)



27.Wahai jiwa yang tenang tenteram!

28.Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas dan diredhai (Allah swt.)

29.Maka masuklah dalam kelompok orang yang beribadah kepadaku.

30.Dan masuklah kedalam syurga-Ku. (Al-Fajr 89:27-30)

وَبَشِّرْ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ (البقرة 25)

Dan beri khabar gembiralah orang-orang yang beriman dan beramal saleh bahwasanya bagi mereka telah disediakan syurga yang mengalir dibawahnya sungai. (Al-Baqarah 2:25)

Dari uraian diatas jelaslah bahwa ibadat itu sepenuhnya adalah untuk kepentingan manusia sendiri, yaitu untuk mencapai kebahagiaan hidup didunia dan diakhirat. Allah swt. sedikitpun tidak mempunyai kepentingan dari ibadat hamba-Nya.Bahkan Dia mewajibkan ibadah kepada hamba-Nya itu adalah karena cinta kasih sayangNya pada hamba tersebut agar hidup mereka tidak mengalami kesengsaraan didunia dan akhirat; ibarat seorang ibu yang menyuruh anaknya makan dan minum dengan penuh kasih sayang agar anaknya itu sehat dan selamat hidupnya, terhindar dari bahaya kelaparan.Dalam sebuah hadith qudsi Allah berfirman:”Kalaulah semua jin dan manusia, dari awal dan akhir zaman, semuanya bertaqwa kepada-ku setaqwa orang paling bertaqwa diantaramu, niscaya hal demikian itu tidaklah akan menambah kebesaran-Ku sedikitpun.” (HR.Muslim dari Abi Dzar al-Ghifariy)

Sayang sekali masih banyak manusia yang mengaku beriman masih merasakan ibadah sebagai beban yang memberati mereka padahal sebenarnya ibadah itu adalah kebutuhan hidup mereka yang asasi.

إِيَّاكَ نَعْبـُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعـِينُImage

Hanya kepada Engkau kami beribadah, dan hanya kepada Engkau kami mengharapkan pertolongan.

Dalam ayat kelima diingatkan oleh Allah SWT, bahwa segenap nikmat yang telah diterima manusia selama mereka hidup didunia akan dipertanggung jawabkan dihari pembalasan kelak, apakah mereka mensyukuri nikmat itu atau tidak. Salah satu cara yang terbaik untuk mensyukuri nikmat Allah adalah dengan menjadikan segenap nikmat Allah SWT, itu sebagai alat dan sarana untuk mengabdi (beribadah) mengharapkan keredhaan-Nya. Karena itulah dalam ayat kelima ini diingatkan agar manusia senantiasa mengabdi (beribadah) kepada-Nya dan menjauhkan diri daripada pengabdian selain kepada-Nya (kemusyrikan).

Ungkapan إِيَّاكَ نَعْبـُد”Hanya kepada Engkau kami beribadah” mengandung isyarat agar kita menjauhkan diri dari pengabdian (beribadah) kepada selain Allah, seperti pengabdian pada patung atau berhala, pengabdian kepada bulan, bintang, matahari, pengabdian kepada binatang ataupun pengabdian kepada harta, tahta dan wanita yang merupakan pengabdian kepada hawa nafsu sebagaimana disinyalir Allah SWT :

أَفَرَأَيْتَ مَنْ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هواه (الجاثية 23)

Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagi tuhannya. ( al-Jatsiyah 45:23)

Ungkapan(نعبد)”Kami beribadah” dan (نستعين) ”kami memohon pertolongan” memberi isyarat agar dalam beribadah dan memohon pertolongan Allah (berdo’a) jangan hanya memikirkan diri sendiri, tapi juga memikirkan kebersamaan, karena itu dalam beribadat kita dianjurkan agar senantiasa berjamaah karena berjamaah itu nilainya lebih tinggi daripada sendirian sampai duapuluh tujuh kali lipat. Sabda Rasulullah SAW :

صلاة الجماعة أفضل من صلاة الفذ بسبع وعشرين درجة (متفق عليه عن ابن عمر)

Shalat berjama’ah lebih utama daripada shalat sendirian duapuluh tujuh kali lipat.

(HR.Muttafaq ‘alaih dari Ibn Umar)

Rasulullah SAW sangat gigih mendorong para sahabat untuk senantiasa shalat berjama’ah kemesjid, bahkan pernah Rasulullah saw.mengancam akan membakar rumah mereka yang tidak mau shalat berjamaah kemesjid. selain dengan motifasi mengharapkan fadhilahnya yang mencapai duapuluhtujuh kali lipat, juga sekaligus untuk melatih dan membiasakan mereka hidup berjamaah atau bermasyarakat, saling kenal mengenal, saling tolong menolong dan saling mencintai sesama mukmin karena bukankah orang-orang mukmin itu semuanya merupakan satu keluarga besar yang diikat dengan tali ukhuah islamiyah?

Berusaha untuk senantiasa beribadah, atau menjadikan kehidupan kita sepenuhnya mempunyai nilai ibadah bukanlah suatu hal yang mudah, banyak kesulitan dan rintangan yang kita hadapi dalam kehidupan ini untuk mencapai kehidupan yang mempunyai nilai ibadah.; baik rintangan dari dalam diri sendiri seperti pengaruh hawa nafsu dan godaan syetan, maupun rintangan dari luar diri sendiri seperti pengaruh pergaulan dan lingkungan yang tidak mendorong untuk beribadah bahkan condrong menghambat kita untuk beribdah kepada Allah swt. Karena itulah setelah pernyataan (إياك نعبد) : ”Hanya kepada Engkau kami beribadah” diiringi dengan ungkapan (وَإِيَّاكَ نَسْتَعـِينُ) “ Hanya kepada Engkau kami mengharapkan pertolongan” . Hanya dengan pertolongan Allah SWT, saja kita akan dapat hidup menuju kehidupan yang bernilai pengabdian (ibadah) kepada Allah SWT, dan hanya Allah saja yang dapat menolong kita secara hakikat. Karena itu pertolongan manusia hanyalah bersifat simbolis. Umpamanya jika kita sakit maka dokter akan menolong kita dengan memberikan pengobatan, namun obat yang diberikan dokter itu tidak akan ada artinya kalau tidak ada pertolongan Allah SWT. yang akan menyehatkan kita setelah meminum obat, karena dokter tidak dapat menyehatkan, dan obat juga tidak dapat menyehatkan, maka disamping meminta tolong kepada dokter agar diberi obat, sekaligus kita juga meminta kepada Allah agar memberkati obat yang diberikan dokter pada kita sehingga kita sehat dengan izin Allah SWT.

“Hanya kepada Engkau kami mengharapkan pertolongan” bukan berarti melarang kita untuk meminta tolong kepada manusia, bahkan Allah swt.pun menyuruh kita agar senantiasa tolong menolong dalam kehidupan ini: .

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلا تَعَاوَنُوا عَلَى الإِثْمِ وَالْعُدْوَان (المائدة 2(

Bertolong-tolonganlah kamu menuju kebaikan dan taqwa, dan janganlah kamu tolong menolong menuju dosa dan permusuhan ( al-Maidah 5:2)

Hanya saja harus disadari bahwa mengharapkan pertolongan manusia hanyalah bersifat lahiriah, sedangkan pada hakekatnya kita tetap memohon pertolongn hanya kepada Allah, karena hakekat pertolongan itu hanya dari Allah, sedangkan pertolongan manusia hanyalah sejauh diizinkan Allah SWT.(QS.2:255). Karena itu mengharap pertolongan manusia tidaklah terlarang asal tidak menggantungkan harapan kepada manusia, karena harapan kita sepenuhnya hanya boleh digantungkan kepada Allah swt. yang Maha Menolong.

Pernyataan “Hanya kepada Engkau kami mengharapkan mengharapkan pertolongan” yang diawali dengan pernyataan “Hanya kepada Engkau kami beribadah” mengandung isyarat agar sebelum mengharapkan pertolongan Allah swt. hendaklah kita laksanakan lebih dahulu perintah Allah swt. untuk beribadah kepadaNya, karena itulah setelah melakukan ibadah shalat disunatkan untuk berzikir dan berdo’a dan dinyatakan pula bahwa doa’ sesudah shalat itu adalah diantara doa’ yang paling maqbul. Bahkan adakalanya Allah SWT, memerintahkan kepada kita agar memohon pertolongan itu dilakukan sejalan dengan ibadah.

(واستعينوا بالصبر والصلاة)

Dan minta tolonglah kamu (kepada Allah swt) dengan sabar dan shalat.(Al- Baqarah 2:45)


http://www.nurulyaqin.org/index.php?option=com_content&task=view&id=212

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar Anda