NYANYIAN USANG SI BURUNG MALAM
Untuk anggota Mengukir Hati
Dadan Hermawan
27 Maret jam 10:45
Malam ini terasa amat hening... sisa sisa air hujan masih tampak jelas membekas di teras-teras rumah, dan kini malam benar benar semakin tak bertuan... senyap terlelap di pekat gelapnya dinding2 malam yang melayang terikat kesunyian .... akupun senyap dalam kesendirian.
Sesaat kemudian.... diantar ranting – ranting dahan dan dedaunan yang kini mulai disapa remang suram rembulan di balik awan.. terdengar nyaring menyusuri angin sepi dan masuk tenggelam ke dalam jiwa yg masih terjaga di keheningan alam... suara lengkingan burung malam.
Kian malam kian riuh bersahutan... lengkingan demi lengkingan mulai menusuk rasa rasa para penjaga dan mengusik pemilik mimpi... siulan dan jeritan yang berseling desir angin di antar rongga – rongga dinding malam kian terasa menakutkan. Namun si burung malam masih teramat senang bersahutan, seakan dia kian tenggelam dalam kenikmatan lolongan malam paruh paruh menakutkannya....
Semakin riang ... semakin menambah lengkingannya dan semakin mencekam para jiwa penghuni malam.
Ku coba beranjak dari ketersimaan .. dan melangkah ke pintu rumah yg dari tadi terdiam terkesima oleh lolongan tajam para pengangkuh suara alam... ku buka ia dan kusapa hembusan semilir angin sunyi yang singgah di teras teras rumah. Lalu ku berbisik lirih mengurai isi hati pada sang angin yang kembali menyambangi....
“saudaraku.... engkau dengarkah suara itu ? suara burung malam yang angkuh mengalunkan lengkingan-lengkingan nyanyiannya, merasa jika suaranya indah dan bangga memecah kesunyian, menganggap paruhnya berharga karena yang lain diam dan tak berani menyahut atau membalas kata kata mengerikannya, sungguh kasihan dia.... menganggap orang lain bahagia dengan kehadirannya. Padahal jika saja dia tahu bahwa kita sungguh ngeri mendengar lengkingan nyanyiannya, sungguh ngilu menyaksikan kengkuhan paruh tak tau waktu itu. Bahkan kita bosan dengan lolongn malamnya.. kalau saja kita tak punya hati mungkin sudah kita usir dia dari tadi....” dan engkau saudaraku... maukah jadi burung malam yang tak tau diri.....??????
Wahai saudaraku... belajarlah darinya.. dari kebodohan nyanyian burung malam itu.. berhentilah menganggap diri ini amat berharga bagi orang lain sehingga kita asik bernyanyi tentang keangkuhan diri dan berkata-kata “kalau saja bukan karena aku yg melakukannya..........” karena bisa jadi sesungguhnya saudara kita yang lain malah merasa ngeri mendengar nyanyian kita ini.. Astagfirullohaladziim... kita tak mau nyanyi sunyi sendiri.....
Bisikan hati di daun sunyi sisa sisa gerimis dibalik pelangi
Penanti taman suci
25 03 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar Anda