04 Mei 2010

Catatan Yang Bagus buat yang Jomblo

Catatan Yang Bagus buat yang Jomblo :)

oleh Ризкий Авал Rizqi Awal (catatan) Hari ini jam 12:29


Khutbah Nikah


oleh: Fahmi Lukman, M.Hum (Dosen UNPAD)


“Dan di antara tanda-tanda keagungan Allah adalah Dia menciptakan bagimu dari jenismu sendiri pasangan-pasangan, supaya kamu hidup tentram bersamanya; dan dijadikan Allah bagimu cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya dalam hal itu terdapat tanda-tanda bagi orang yang mau berfikir (Qs.30:21).

Menyimak rangkaian sebelum ayat ini, Allah swt. menyatakan bahwa semua ciptaanNya itu hanya untuk kebahagiaan manusia, termasuk keberadaan pasangan kita. Allah tahu adanya getar dan bisik rindu dalam hati kita, maka itu diciptakanlah bagi kita pasangannya. Mengapa? Karena kita tak mampu hidup sendiri. Acapkali kita memerlukan seseorang yang mau berdiri di samping kita untuk menentramkan kita. Kita perlu seseorang yang mau mendengar bukan saja kata yang diungkapkan, tetapi jeritan hati yang tidak terungkapkan. Acap kali kita diharu-biru persoalan hidup, dihempas gelombang lautan kehidupan, diguncang topan-badai, yang menggambarkan betapa nestapanya kehidupan kita ini. Pada saat itulah, kita butuh seseorang yang mampu untuk meniupkan kedamaian, menopang tubuh yang lemah, memperkuat hati dan jiwa kita. Hidup ini tidak mudah, karena hidup merupakan jalan yang mendaki, berbatu dan terjal, penuh onak dan duri, banyak tantangan, rintangan yang harus kita lalui. Acapkali kita putus asa menghadapinya, karena tidak tahu bagaimana jalan keluarnya.

Di sinilah Allah tidak menghendaki kita putus asa dan frustasi. Di sinilah Allah menghendaki kita hidup bahagia, karena itulah Allah menciptakan bagi kita pasangan yang diikat oleh ikatan suci, yaitu akad nikah. Melalui ijab dan qabul terjadilah perubahan besar: yang haram menjadi halal, yang maksiat menjadi kesucian, kebebasan menjadi tanggung jawab. Begitu besar perubahan yang terjadi sehingga Al Quran menyebut hal ini dengan mitsaqan ghalidhan (perjanjian yang berat).

Ananda,

Peristiwa akad nikah bukan merupakan perkara kecil di hadapan Allah. Akad ini sama tingginya dengan perjanjian para rasul, sama dahsyatnya dengan perjanjian Bani Israil yang digantungkan di atas mereka bukit Thursina. Peristiwa ini tidak hanya disaksikan oleh kedua orang tua, kerabat, para sahabat anda; tetapi disaksikan oleh para malaikat, dan terutama oleh Allah Rabbul alamin, Sang Penguasa alam semesta.

Jika ananda sia-siakan perjanjian ini, jika ananda cerai-beraikan ikatan yang sudah terpatri ini, maka bukan saja ananda harus bertanggung jawab kepada mereka yang hadir saat ini, tetapi ananda harus bertanggung jawab di hadapan Allah swt. Oleh sebab itu Rasulullah saw. bersabda: “laki-laki adalah pemimpin di tengah keluarganya dan ia harus bertanggung jawab atas kepemimpinannya itu. Wanita adalah pemimpin di rumah suaminya dan ia harus bertanggung jawab ata kepemimpinan-nya itu” (HR. Bukhari dan Muslim). Oleh sebab itu Rasulullah saw. mengukur baik-buruknya seseorang itu dari cara ia memperlakukan keluarganya. “Yang paling baik di antara kalian adalah yang paling baik dan paling lembut terhadap keluarganya”

Tentu kita bertanya, mengapa Allah dan RasulNya mewasiatkan agar kita memelihara akad nikah yang suci ini? Mengapa kebaikkan manusia diukur dari cara ia memperlakukan keluarganya? Mengapa suami-isteri harus bertanggung jawab di hadapan Allah? Jawabnya sederhanya, yaitu Karena Allah tahu bahwa kebahagiaan dan penderitaan manusia sangat tergantung pada hubungan mereka dengan orang-orang yang mereka cintai, yaitu keluarganya. Jika di dunia ini terdapat surga maka surga itu adalah pernikahan yang bahagia; tetapi jika di dunia ini terdapat neraka maka neraka itu adalah pernikahan yang gagal.

Ananda, izinkan saya menyampaikan amanat, pertama kepada ananda yang harus memikul wasiat nabi:

1. Niatkan pernikahan ini untuk ibadah. Jangan sekali-kali karena kecantikan atau ketampanannya. Atau karena harta-kekayaan, pangkat-jabatan, dan kedudukan. Cantik dan akan dimakan usia, tidak abadi. Harta benar sulit dicari, tapi gampang pergi dan hilangnya. Pangkat dan jabatan sulit diperoleh, tetapi mudah sirnanya. Oleh sebab itu, niatkan nikah ini untuk ibadah, sebab dengan ibadah akan tercipta sakinah wa rahmah, ketentraman lahir dan batin. Yakinlah. Perhatikan nasihat Luqmanul Hakim kepada anaknya: ” Wahai anakku, sesungguhnya dunia ini bagaikan samudera sangat yang sangat luas dan dalam. Telah banyak orang yang karam dan tenggelam di dalamnya. Maka jadikanlah ketaqwaan kepada Allah SWT. sebagai perahu dalam mengarungi lautan tersebut.” Dunia acapkali menipu dan hanyalah fatamorgana, ketiadaan keimanan dan ketakwaan menyebabkan manusia kehilangan pegangan dalam hidupnya. Ia akan terombang-ambing dalam lautan nafsu yang selalu haus minta untuk dipenuhi. Keimanan dan ketaqwaan memberikan arah, bahwa hidup ini sementara dan ada akhirnya. Hidup ini adalah hanya untuk beribadah kepadaNya, karena Dia adalah tujuan dari segalanya. Jadikan iman-islam dan taqwa sebagai perahu kita, karena kita akan selamat sampai ke tujuan.
2. Ananda, pernikahan itu adalah tanggung jawab dan cermin. Perlakukan isteri dengan ma’ruf, dengan yang terbaik. Ananda, seorang isteri yang akan mendampingi hidup ananda bukanlah segumpal daging yang dapat ananda kerat dengan tindakan semena-mena. Ia bukan pula budak belian atau pembantu yang dapat diperlakukan dengan sewenang-wenang. Ia adalah wanita yang Allah anugerahkan untuk menjadikan hidup ananda bermakna. Ia adalah amanah Allah yang harus dipertanggung jawabkan. Rasulullah bersabda: “Ada dua dosa yang didahulukan siksanya di dunia, yaitu albaghyu dan durhaka kepada orang tua” (HR. Turmudzi, Bukahri dan Thabrani). Al Baghyu adalah berbuat sewenang-wenang, berbuat zalim, dan mengananiaya orang lain; dan Al baghyu yang paling dimurkai adalah berbuat zalim terhadap isteri sendiri. Termasuk Al baghyu adalah menelantarkan isteri, menyakiti hatinya, merampas kehangatan cintanya, merendahkan kehormatannya, mengabaikannya dalam mengambil keputusan, dan mencabut haknya untuk memperoleh kebahagiaan hidup bersama ananda. Karena itulah Rasulullah saw. mengukur tinggi -rendahnya martabat seorang laki-laki adalah dari cara ia bergaul dengan isterinya. “Tidaklah memuliakan wanita kecuali laki-laki mulia dan tidaklah merendahkan wanita kecuali laki-laki yang rendah juga”.
3. Hormati orang tua dan mertua. Agama memerintahkan kita untuk mem-perlakukan keduanya dengan sebaik-baiknya. Karena berkat merekalah kita ada. Kewajiban kita terhadap keduanya adalah menjaga keduanya dan mendoakan keduanya agar Allah melindungi mereka, mengampuni setiap kesalahan mereka, memberikan kasih sayangNya kepada mereka. Berdoalah khusus untuk keduanya.
4. Jika suatu saat kelak Allah menganugerahkan keturunan maka didiklah mereka dengan ajaran agama. Jadikanlah dan didiklah anak-anak sebagai generasi Rabbiy Radliya (generasi yang Allah ridlai).
5. Ananda harus memiliki planning (rencana) rumah tangga. Jadikanlah RT sebagai rumah ibadah, pendidikan keluarga, sosial, perjuangan mengemban amanah Islam. Bukalah pintu rumah kita untuk siapapun yang berharap pertolongan kita, jangan tutup rapat pintu rumahmu. Karena Allah akan meudahkan hidup kita selama kita memudahkan urusan orang lain.
6. Bangun segala hal dalam rumah tangga dengan asas ajaran agama; bukan dengan asas materi atau kepentingan. Dengan asas agama, kita akan hidup dan beramal dnegan keikhlasan-ketulusan. Tapi dengan asas yang lain akan menjadikan hidup kita lelah dan letih dan menjadikan kita nestapa, karena kepentingan tidak pernah habisnya.

Ananda dengan seizin ananda, perkenankanlah saya sekarang menyampaikan wasiat Rasulullah saw. kepada wanita yang berada di samping anda. Rasul bersabda: “Seandainya aku boleh memerintahkan manusia bersujud kepada manusia lainnya, maka akan aku perintahkan isteri untuk bersujud kepada suaminya, karena besarnya hak suami yang dianugerahkan Allah atas mereka” (HR. Abu Daud, Al Hakim, dan Turmudzi).

Banyak isteri menuntut suami agar membahagiakan mereka. Jarang terpikirkan bagaimana ia berusaha membahagiakan suaminya. Cinta dan kasih sayang tumbuh dalam suasana memberi, bukan mengambil. Cinta adalah sharing (saling berbagi). Anda tidak akan memperoleh cinta jika yang anda tebarkan itu adalah kebencian. Anda tidak akan memetik kasih sayang jika yang anda tanamkan adalah kemarahan. Anda tidak akan meraih ketenangan jika yang anda suburkan adalah dendam dan kekecewaan.

Ananda, Anda boleh memberi apa saja yang ananda miliki. Tetapi buat suami anda, tidak ada pemberian isteri yang paling indah dan membahagiakan hati selain hati yang selalu siap berbagi kesenangan dan penderitaan. Di Luar, suami anda menemukan wajah-wajah tegar, kasar, mata-mata tajam, ucapan kasar, dan pergumulan hidup yang sangat berat. Ia ingin ketika kembali ke rumah, ditemukannya wajah yang ceria, ucapan yang lembut,dan ia berlindung di dalam keteduhan kasih sayang anda. Suami anda ingin mencairkan seluruh beban jiwa raganya dengan kehangatan kasih sayang anda. Rasul yang mulai bersabda: “Isteri yang paling baik adalah yang paling membahagiakanmu jika kamu memandangnya, yang mematuhimu jika kamu menyuruhnya, dan memelihara kehormatan dirinya dan hartamu jika kamu tidak ada (di rumah)” (HR. Thabrani). Rasul yang mulia bersabda bahwa surga terletak di bawah kaki kaum ibu. Apakah rumah tangga yang anda bangun hari ini akan menjadi surga ataukah neraka, semua itu tergantung kepada anda sebagai Ibu Rumah tangga. Rumah tangga akan menjadi surga jika di situ anda hiaskan kesabaran, kesetiaan, dan kesucian.

Ananda, jika kelak perahu RT anda bertabrakan dengan kerikil tajam, jika impian indah berganti dengan kepahitan, jika harapan diguncang cobaan; kami (yang hadir si sini) ingin melihat anda tetap teguh berada di samping suami anda tercinta. Anda tetap tersenyum walaupun langit semakin mendung. Pada saat seperti itu, mungkin tidak ada yang paling menyejukkan suami anda selain melihat isterinya bangun malam, shalat malam dan duduk di atas sajadah; sujud memohon pertolongan Allah. Suaranya gemetar, ia sedang bermohon agar Allah menganugerahkan pertolongan bagi suaminya. Pada saat seperti itu, suami anda akan mengangkat tangan ke langit dan bersamaan dengan tetes-tetes air matanya ia berdoa: “Yaa Allah, karunikanlah kami isteri dan keturunan kami yang menentramkan hati kami dan jadikanlah kami penghulu orang bertakwa”

Ananda, membangun rumah itu jelas berbeda dengan membina dan membangun rumah tangga. Dalam membangun rumah, asal punya dana, buat perencanaan, lalu panggil tukang insinyur, maka rumah pun akan terwujud dengan mudah. Adapun, membangun dan membina rumah tangga jelas sangat sulit. Dalam membangun rumah tangga terdapat banyak aspek yang harus diperhatikan, di antaranya ada segenggam cinta, ada sejumput rindu, ada sekilas cemburu, ada rasa benci, dan ada sejuta rasa yang lain.

Itu bahan-bahan komponen. Tinggal kepandaian meramunya bagaimana? Seperti sebuah masakan, ada garam, ada gula, ada pedas, ada asam, ada manis. Jika satu komponen lebih banyak dari yang lain maka akan terasa pedas, asin, dll.

Niatkan nikah untuk ibadah. Jangan sekali-kali karena kecantikan atau ketampanannya. Atau harta, kekayayaan, pangkat dan kedudukan. Cantik dan ganteng akan dimakan usia, tidak abadi. Harta sulit dicari gampang perginya dan hilangnyta. Pangkat dan jabtan sulit diperoleh dan gampang turun. Oleh sebab itu, niatkan untuk ibadah, sebab dengan ibadah akan tercipta sakinah wa rahmah.

Nasihat Luqmanul Hakim sepada anaknya: ” Wahai anaku, sesungguhnya dunia itu bagaikan samudera sangat luas dan dalam. Telah banyak orang yang karam dan tenggelam di dalamnya. Maka jadikanlah Ketaqwaan kepada Allah sebagai perahu dalam mengarungi lautan tersebut.”

Perhatikan rumah tangga Charles dan Lady Di, setgala ada dan tersedia, tetapi berantakan.

Untuk membina RT perlu rumus. Nabi menyatakan: ”Innnaloha idza arada bi ahli baitin khairan: faq qahahum fid diin, ” Sesungguhnya Allah jika menghendaki kebaikan bagi seuah rumah tangga hidup bahagia, maka keluarga itru memamhami mengetahui dan mau mengamalkan ajaran agama, suami menyayangi istri dan istri patuh pada suami”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar Anda