07 Mei 2010

media maping2

resume materi 2 mei 2010 " Media Mapping "

Hari ini jam 9:47
Pembicara : Reni Erina

Assalamualaikum.Wr.Wb.

lagi dan lagi, sindrom lupa selalu datang menghinggapi ketika tiba saatnya saya harus mengumpulkan resume materi. (ah alesan aja itu mah) ::hammer:: ^_^

tapi saya jadi inget sama kutipanya mas Taufan kemarin. yang kurang lebih begini redaksinya " Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain" (tolong dikoreksi ya kalau salah ^_^). Kalau kita cuma nulis buat diri sendiri, misal di diary(masih ada nggak sih jaman sekarang yang nulis di buku diary) atau di tempat yang nggak ada orang lain yang baca kecuali diri kita sendiri, ya berarti tulisan itu hanya bermanfaat buat diri kita sendiri, itu artinya kita belum menjadi sebaik-baik orang, karena kita belum mempunyai manfaat buat orang lain. maka dari itu, biar resume saya ini nanti agak sedikit ngaco (kalau nggak sedikit berarti ya banyak), tapi niat saya adalah ingin berbagi sedikit ilmu yang telah saya dapatkan dari pertemuan di Mimazah kemarin. Karena saya juga pengen menjadi orang yang bermanfaat buat orang lain biarpun sedikit. (masak mau terus-terusan mengambil manfaat dari orang lain, bisa-bisa nanti saya jadi seburuk-buruk orang dong. ^_^ )

okelah, langsung saja dengan resume materi yang disampaikan sama mbak Reni kalau begitu. (masih mencoba mengumpulkan kepingan-kepingan cerita mbak Reni, karena catatan di buku saya kurang begitu jelas).

pertama-tama sebelum kita mengirim naskah ke media, kita harus menentukan dulu genre tulisan kita, kita harus menyesuaikan tulisan kita dengan media yang ingin kita kirimi. Kita harus tahu juga, majalah yang akan kita kirimi naskah itu segmennya untuk siapa. Majalah anak-anak kah, majalah khusus wanita kah, atau segmen yang lainnya. Jangan sampai kita asal kirim tapi tidak pernah tahu segmen majalah itu untuk siapa. Seperti yang diceritakan sama mbak Reni kemarin (berdasar pengalaman pribadi mbak Reni sendiri niy), yang tigabelas kali mengirim naskah di majalah "A" tapi selaluuuu saja ditolak.Wuihhh,, sadis ya. Bayangkan saja, betapa menjengkelkannya hal tersebut saudara-saudara. Saya yang cuma mendengarkan dan nggak ngirim saja bisa jadi ikutan jengkel (Loh,,hehehe). Apalagi mbak Reni. Nggak kebayang tuh bagaimana jengkelnya. Hingga akhirnya, karena saking jengkelnya mungkin, mbak Reni menyambangi kantor majalah "A". Masak dari tigabelas cerpen yang dikirimkannya tak ada satupun yang dimuat. Ini pelecehan namanya. Hehe. Padahal mbak Reni merasa bahwa cerpen-cerpen yang dikirimkanya bagus. Buktinya ketika mbak Reni mengirimkan cerpen tersebut ke majalah lain, cerpen tersebut diterima. Tapi kenapa di majalah "A" ini nggak ada satupun cerpen mbak Reni yang dimuat.

Setelah mbak Reni ketemu dan ngobrol dengan editor majalah "A", mbak Reni malah dibiliang sok tau sama editornya. Wah,, ada apakah gerangan?? Kok mbak Reni malah dibilang sok tau. Usut punya usut, ternyata eh ternyata berjudi itu haram (teng teroret), eh maksud saya, ternyata cerita yang dibutuhkan majalah tersebut adalah cerita romantis yang menyentuh hati para wanita, sedangkan dari ketigabelas cerita yang dikirim sama mbak Reni itu, semuanya menceritakan tentang cewek-cewek yang tomboy(mohon koreksinya kalau salah) yang nggak sesuai dengan apa yang dibutuhkan sama majalah tersebut. Ya, pantesan aja ditolak. Dari sini saya belajar, bahwa kita harus tahu jenis tulisan yang seperti apa yang dibutuhkan sama media yang ingin kita kirimi. Karena biar dikata tulisan kita itu bagus, tapi ketika yang kita tulis itu tidak sesuai dengan apa yang diinginkan sama media, ya wassalam, tulisan kita nggak akan pernah dimuat. Satu hikmah juga dari cerita ini, ketika cerita kita ditolak oleh media, bukan berarti bahwa tulisan kita itu jelek, bukan. Mungkin saja cerita kita itu memang tidak sesuai dengan yang diharapkan media. Jadi mari berpositif thinking dan berkhusnudzon thinking dan terus saja menulis. ^_^

Dalam mengirim tulisan, kita juga harus memperhatikan hal-hal teknis yang kadang kita anggap sepele, tapi ternyata hal itu dipertimbangkan oleh editor. Hal itu antara lain :
1. Pergunakan bahasa yang baik dan standar

Bahasa yang baik dan standar itu ya bahasa yang layak dan umum kita pergunakan sehari-hari. Tidak harus bahasa baku, karena dalam percakapan sehari-hari pun kita sering menggunakan bahasa tidak baku. Dan juga jangan pergunakan bahasa sms yang disingkat-singkat nggak jelas, atau menggunakan bahasa “alay”.

2. Hindari kesalahan

Kita harus konsisten dengan tulisan kita, kalau dari awal kita menempatkan diri kita sebagai sudut pandang orang pertama yang sampai akhir pun kita harus di sudut pandang orang pertama. Jangan di awal kita orang pertama, nanti dibelakang-belakangnya orang ketiga. Itu akan membuat rancu yang membaca.
Diceritakan juga kemarin, hindari kesalahan setting, sebagai contoh, dalam satu paragraf seseorang sedang berada di perpustakaan sekolah, tapi kemudian tiba-tiba saja dia sudah tiduran di kamar. ( Loh, kok tiba-tiba sudah di kamar?? ). Padahal cerita itu masih dalam satu paragraf.
Ada juga yang harus kita hindari dalam menulis adalah salah ketik, karena salah ketik satu huruf saja bisa berakibat fatal. Kemarin dicontohkan, misal kita pengen nulisnya ketika tapi kita menulisnya malah menjadi ketiak. Beda jauh kan artinya. Atau pengen nulisnya adza(n), tapi ternyata salah ketik satu huruf jadi adza(b), jauh kan. Hehehe.. (ngaco niy…)

Setelah faktor teknis tulisan, kemarin juga dijelaskan cara mengirim cerpen ke media.

CARA PENGIRIMAN CERPEN
- cek dulu, media itu mau nerima naskahnya via email atau via post. Atau bisa dua-duanya.
Kalau pakai pos berarti kita harus cari alamatnya dulu, beli amplop sama pernagko, baru bisa dikirim. (hehe, ya iyalah)..

Tapi misalkan diminta kirimnya via email, ada beberapa hal yang harus diperhatikan :

- perhatikan SUBJECT
Buatlah subject yang menarik. Misalnya saja “Editornya cuakep deh kalau email saya dibuka”, “Tolong dong dibaca, udah 101 kali ngirim nggak pernah dimuat” (lebay niy.. hehe) atau bisa juga di subject kita menuliskan judul cerpen kita, atau kalau tidak bisa juga kita tuliskan nama rubrik dari majalah tersebut.

- Buatlah judul yang eye & ear catching, yang spektakuler, fenomenal, bombastis (hehe, lebay lagi).

- Attachment jangan ditaruh dibadan email. Tuliskan saja data pribadi kita dibawah cerpen kita.

- Forward, forward, dan forward lagi email kita. Karena ada kemungkinan, saking banyaknya email yang masuk ke email editor setiap harinya, email kita ketimbun dibawah dan belum sempet dibaca. So, forward, forward, dan forward terus ya..

Sepertinya sudah semua, oh iya, kemarin mbak Reni juga bilang, editor itu biasanya hanya membaca tiga halaman pertama saja dari cerita kita. Jadi, buatlah awal cerita yang benar-benar menarik, tapi harus tetap logic. Karena dari tiga halaman pertama tersebut editor mengklasifikasin apakah cerita kita layak atau tidak untuk dimuat. Kalau masuk di folder layaknya editor, berarti langkah awal untuk dimuat telah kita dapatkan. Meskipun bukan jaminan bahwa tulisan kita akan dimuat. Tapi paling tidak, tulisan kita sudah masuk kriteria layak. Begitu teman-teman. Tetaplah menulis dan terus menulis. Ganbatte khudasai..

Alhamdulillah, akhirnya jadi juga resumenya. Maaf ya mbak Yathi kalau saya (selalu) yang paling akhir ngumpulin. Hehe. Maaf juga kalau resumenya ngaco dan nggak jelas.

Makasih buat mbak Reni yang sudah berkenan membagi ilmunya kepada kita. Makasih juga buat Mas Taufan, Mbak Reni, Mbak Yathi, Mbak Sari, dan semua teman-teman FLP. ^_____^

Wassalamualaikum. Wr. Wb.


Hari ini jam 9:47
Pembicara : Reni Erina

Assalamualaikum.Wr.Wb.

lagi dan lagi, sindrom lupa selalu datang menghinggapi ketika tiba saatnya saya harus mengumpulkan resume materi. (ah alesan aja itu mah) ::hammer:: ^_^

tapi saya jadi inget sama kutipanya mas Taufan kemarin. yang kurang lebih begini redaksinya " Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain" (tolong dikoreksi ya kalau salah ^_^). Kalau kita cuma nulis buat diri sendiri, misal di diary(masih ada nggak sih jaman sekarang yang nulis di buku diary) atau di tempat yang nggak ada orang lain yang baca kecuali diri kita sendiri, ya berarti tulisan itu hanya bermanfaat buat diri kita sendiri, itu artinya kita belum menjadi sebaik-baik orang, karena kita belum mempunyai manfaat buat orang lain. maka dari itu, biar resume saya ini nanti agak sedikit ngaco (kalau nggak sedikit berarti ya banyak), tapi niat saya adalah ingin berbagi sedikit ilmu yang telah saya dapatkan dari pertemuan di Mimazah kemarin. Karena saya juga pengen menjadi orang yang bermanfaat buat orang lain biarpun sedikit. (masak mau terus-terusan mengambil manfaat dari orang lain, bisa-bisa nanti saya jadi seburuk-buruk orang dong. ^_^ )

okelah, langsung saja dengan resume materi yang disampaikan sama mbak Reni kalau begitu. (masih mencoba mengumpulkan kepingan-kepingan cerita mbak Reni, karena catatan di buku saya kurang begitu jelas).

pertama-tama sebelum kita mengirim naskah ke media, kita harus menentukan dulu genre tulisan kita, kita harus menyesuaikan tulisan kita dengan media yang ingin kita kirimi. Kita harus tahu juga, majalah yang akan kita kirimi naskah itu segmennya untuk siapa. Majalah anak-anak kah, majalah khusus wanita kah, atau segmen yang lainnya. Jangan sampai kita asal kirim tapi tidak pernah tahu segmen majalah itu untuk siapa. Seperti yang diceritakan sama mbak Reni kemarin (berdasar pengalaman pribadi mbak Reni sendiri niy), yang tigabelas kali mengirim naskah di majalah "A" tapi selaluuuu saja ditolak.Wuihhh,, sadis ya. Bayangkan saja, betapa menjengkelkannya hal tersebut saudara-saudara. Saya yang cuma mendengarkan dan nggak ngirim saja bisa jadi ikutan jengkel (Loh,,hehehe). Apalagi mbak Reni. Nggak kebayang tuh bagaimana jengkelnya. Hingga akhirnya, karena saking jengkelnya mungkin, mbak Reni menyambangi kantor majalah "A". Masak dari tigabelas cerpen yang dikirimkannya tak ada satupun yang dimuat. Ini pelecehan namanya. Hehe. Padahal mbak Reni merasa bahwa cerpen-cerpen yang dikirimkanya bagus. Buktinya ketika mbak Reni mengirimkan cerpen tersebut ke majalah lain, cerpen tersebut diterima. Tapi kenapa di majalah "A" ini nggak ada satupun cerpen mbak Reni yang dimuat.

Setelah mbak Reni ketemu dan ngobrol dengan editor majalah "A", mbak Reni malah dibiliang sok tau sama editornya. Wah,, ada apakah gerangan?? Kok mbak Reni malah dibilang sok tau. Usut punya usut, ternyata eh ternyata berjudi itu haram (teng teroret), eh maksud saya, ternyata cerita yang dibutuhkan majalah tersebut adalah cerita romantis yang menyentuh hati para wanita, sedangkan dari ketigabelas cerita yang dikirim sama mbak Reni itu, semuanya menceritakan tentang cewek-cewek yang tomboy(mohon koreksinya kalau salah) yang nggak sesuai dengan apa yang dibutuhkan sama majalah tersebut. Ya, pantesan aja ditolak. Dari sini saya belajar, bahwa kita harus tahu jenis tulisan yang seperti apa yang dibutuhkan sama media yang ingin kita kirimi. Karena biar dikata tulisan kita itu bagus, tapi ketika yang kita tulis itu tidak sesuai dengan apa yang diinginkan sama media, ya wassalam, tulisan kita nggak akan pernah dimuat. Satu hikmah juga dari cerita ini, ketika cerita kita ditolak oleh media, bukan berarti bahwa tulisan kita itu jelek, bukan. Mungkin saja cerita kita itu memang tidak sesuai dengan yang diharapkan media. Jadi mari berpositif thinking dan berkhusnudzon thinking dan terus saja menulis. ^_^

Dalam mengirim tulisan, kita juga harus memperhatikan hal-hal teknis yang kadang kita anggap sepele, tapi ternyata hal itu dipertimbangkan oleh editor. Hal itu antara lain :
1. Pergunakan bahasa yang baik dan standar

Bahasa yang baik dan standar itu ya bahasa yang layak dan umum kita pergunakan sehari-hari. Tidak harus bahasa baku, karena dalam percakapan sehari-hari pun kita sering menggunakan bahasa tidak baku. Dan juga jangan pergunakan bahasa sms yang disingkat-singkat nggak jelas, atau menggunakan bahasa “alay”.

2. Hindari kesalahan

Kita harus konsisten dengan tulisan kita, kalau dari awal kita menempatkan diri kita sebagai sudut pandang orang pertama yang sampai akhir pun kita harus di sudut pandang orang pertama. Jangan di awal kita orang pertama, nanti dibelakang-belakangnya orang ketiga. Itu akan membuat rancu yang membaca.
Diceritakan juga kemarin, hindari kesalahan setting, sebagai contoh, dalam satu paragraf seseorang sedang berada di perpustakaan sekolah, tapi kemudian tiba-tiba saja dia sudah tiduran di kamar. ( Loh, kok tiba-tiba sudah di kamar?? ). Padahal cerita itu masih dalam satu paragraf.
Ada juga yang harus kita hindari dalam menulis adalah salah ketik, karena salah ketik satu huruf saja bisa berakibat fatal. Kemarin dicontohkan, misal kita pengen nulisnya ketika tapi kita menulisnya malah menjadi ketiak. Beda jauh kan artinya. Atau pengen nulisnya adza(n), tapi ternyata salah ketik satu huruf jadi adza(b), jauh kan. Hehehe.. (ngaco niy…)

Setelah faktor teknis tulisan, kemarin juga dijelaskan cara mengirim cerpen ke media.

CARA PENGIRIMAN CERPEN
- cek dulu, media itu mau nerima naskahnya via email atau via post. Atau bisa dua-duanya.
Kalau pakai pos berarti kita harus cari alamatnya dulu, beli amplop sama pernagko, baru bisa dikirim. (hehe, ya iyalah)..

Tapi misalkan diminta kirimnya via email, ada beberapa hal yang harus diperhatikan :

- perhatikan SUBJECT
Buatlah subject yang menarik. Misalnya saja “Editornya cuakep deh kalau email saya dibuka”, “Tolong dong dibaca, udah 101 kali ngirim nggak pernah dimuat” (lebay niy.. hehe) atau bisa juga di subject kita menuliskan judul cerpen kita, atau kalau tidak bisa juga kita tuliskan nama rubrik dari majalah tersebut.

- Buatlah judul yang eye & ear catching, yang spektakuler, fenomenal, bombastis (hehe, lebay lagi).

- Attachment jangan ditaruh dibadan email. Tuliskan saja data pribadi kita dibawah cerpen kita.

- Forward, forward, dan forward lagi email kita. Karena ada kemungkinan, saking banyaknya email yang masuk ke email editor setiap harinya, email kita ketimbun dibawah dan belum sempet dibaca. So, forward, forward, dan forward terus ya..

Sepertinya sudah semua, oh iya, kemarin mbak Reni juga bilang, editor itu biasanya hanya membaca tiga halaman pertama saja dari cerita kita. Jadi, buatlah awal cerita yang benar-benar menarik, tapi harus tetap logic. Karena dari tiga halaman pertama tersebut editor mengklasifikasin apakah cerita kita layak atau tidak untuk dimuat. Kalau masuk di folder layaknya editor, berarti langkah awal untuk dimuat telah kita dapatkan. Meskipun bukan jaminan bahwa tulisan kita akan dimuat. Tapi paling tidak, tulisan kita sudah masuk kriteria layak. Begitu teman-teman. Tetaplah menulis dan terus menulis. Ganbatte khudasai..

Alhamdulillah, akhirnya jadi juga resumenya. Maaf ya mbak Yathi kalau saya (selalu) yang paling akhir ngumpulin. Hehe. Maaf juga kalau resumenya ngaco dan nggak jelas.

Makasih buat mbak Reni yang sudah berkenan membagi ilmunya kepada kita. Makasih juga buat Mas Taufan, Mbak Reni, Mbak Yathi, Mbak Sari, dan semua teman-teman FLP. ^_____^

Wassalamualaikum. Wr. Wb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar Anda