Penulis itu harus MEMPERTIMBANGKAN WAKTU
July 28th, 2010 Administrator
Suatu ketika ada seorang editor in chief di penerbit ABC mengeluh kepada saya.
“Kang, setiap rapat dua pekanan saya selalu menolak belasan bahkan puluhan naskah hanya dengan melihat judulnya saja.”
“Loh, kok bisa.”
“Yah, mau bagaimana lagi.”
“Emang temanya nggak bagus? Atau cara nulisnya?”
“Bukan. Bukan soal itu. Temanya kadang bagus banget, cara nulisnya juga bisa dikatakan hampir baik, dan naskah ini sangat layak diterbitkan.”
“Karena penulisnya?”
Dia menggeleng.
“Lalu?”
“Ini soal waktu saja.”
***
Yup, keluhan sang editor in chief di penerbit ABC juga adalah keluhan yang sama dirasakan tidak hanya para editor akuisisi, melainkan juga mereka yang memiliki kewenangan untuk menentukan lolos tidaknya sebuah naskah untuk diterbitkan. Waktu ibarat salah satu nilai penting yang kadang kala bak ‘emas panas digenggam di tangan’; mau dilepas sayang, tapi mau terus digenggam rasanya kok ya menyakiti diri.
Anehnya, banyak penulis—tidak hanya penulis pemula, namun juga penulis yang sudah lama menekuni profesi ini—hampir tidak pernah melakukan perhitungan terhadap waktu; baik itu waktu menggarap naskah, waktu menyelesaikan naskah, dan yang jauh lebih penting adalah waktu menyerahkan/menawarkan naskah ke penerbit. Seolah-olah urusan penulis adalah menggeluti proses kreatifnya dalam menghasilkan sebuah calon buku yang laku di pasar, namun melupakan bahwa ada persoalan teknis di luar dirinya dan ini yang menyangkut penerbit.
Kenapa? Karenan konon ceritanya yang namanya sebuah ‘naskah bagus’ untuk diterbitkan itu berkaitan dengan tema yang sesuai dengan pasar, disajikan dengan gaya dan kemasan berbeda, dan juga faktor penulis yang sudah punya nama dan atau punya kapabilitas, baik praktis maupun akademis, untuk menulis sebuah naskah. Waktu? Nomor belakang!
***
Sebagai writerpreneurship, maka persoalan waktu menjadi pertimbangan penting yang harus diperhatikan. Sebaik apapun naskah yang kita hasilkan jika dibenturkan dengan waktu, maka bisa dipastikan bahwa waktu itu yang akan menjadi alasan mengapa banyak penerbit menolak naskah Anda.
Bagaimana cara menghitung waktu yang pas untuk naskah Anda dan bagian waktu apa saja yang mesti kita perhatikan?
Pertama-tama kita memulainya dengan menghitung waktu di penerbitan. Beberapa komponen itu adalah:
1. Waktu menerima naskah sampai proses sidang penentuan layak terbit adalah 1 bulan atau setara dengan 4 minggu.
2. Waktu untuk proses penyuntingan adalah 2 minggu.
3. Waktu yang dipakai untuk mendesain kaver dan layout halaman 2 minggu.
4. Waktu proof reading atau penyetujuan naskah telah disunting 1 minggu.
5. Waktu koreksi desain dan layout 1 minggu.
6. Waktu pencetakan 1 minggu.
7. Waktu pengepakan dan pendistribusian 2 minggu.
Jika dikalkulasikan ketujuh komponen di atas, maka sebuah naskah akan memakan waktu sekitar 13 minggu atau setara dengan 2 bulan 1 minggu.
Namun, patut dicatat dan diingat bahwa perhitungan di atas adalah perhitungan standar. Artinya, jika naskah Anda adalah satu-satunya naskah yang diterima oleh pihak redaksi. Bagaimana jika dalam satu hari ada puluhan bahkan ratusan naskah yang masuk, maka perhitungannya bisa dua kali lipat menjadi 4,5 bulan untuk menyelesaikan sebuah buku sampai di-display di rak toko buku. Ditambah lagi ada kebijakan yang berbeda antara satu penerbit dengan penerbit lain, misalnya dalam urusan penentuan naskah lolos seleksi ada yang satu bulan tetapi ada juga yang enam bulan.
Langkah kedua adalah menentukan bagaimana kita menghasilkan sebuah naskah. Untuk menghasilkan satu naskah buku dengan ketebalan 150 halaman dibutuhkan berapa minggu? Berapa juga kecepatan kita menulis dalam sehari? Dan berapa waktu yang dihabiskan untuk riset, observasi, atau mencari pustaka yang mendukung penulisan naskah buku kita?
Jika jawaban langkah kedua adalah 3 bulan, proses di penerbit—jika mengambil perhitungan terendah penerbit—memakan waktu 2 bulan 1 minggu, berarti perjalanan naskah buku kita sampai terbit dan ada di toko buku adalah 5 bulan 1 minggu.
***
“Loh, jadi urusan naskah ini sampai ditolak itu apa ya?”
“Ya itu tadi waktunya sangat tidak pas.”
“Waktu ya….”
“Masak tinggal sebulan lagi puasa ramadhan, naskah baru ada di meja redaksi. Coba Kang Arul bayangkan berapa lama kita mau ngerjain naskah ini sampai jadi sementara naskah-naskah yang lain sudah mengantri sejak berbulan-bulan lalu.”
Ilustrasi perbincangan di atas rasanya sudah bisa memberikan gambaran bagaimana sebenarnya waktu itu menjadi satu komponen terpenting yang harus diperhitungkan oleh penulis.
Termasuk juga jika membincangkan masalah waktu adalah menyamakan kecepatan kita menulis dengan momentum tema buku laku. Artinya, jangan bersemangat menulis tentang sebuah tema, misalnya tentang motivasi bisnis, yang saat ini sedang laris manis sementara untuk sebuah naskah diperlukan waktu sampai 3 bulan untuk menyelesaikannya.
Sebagai writerpreneurship, selayaknyalah kita mempertimbangkan dua komponen waktu ini; waktu kita mengerjakan naskah dan waktu naskah itu berproses di penerbit sampai dipajang di toko buku.
http://www.menulisyuk.com/?p=158&cpage=1#comment-81
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar Anda