[Say NO to Valentine] Artikel ; SAATNYA MENEROPONG KE KEDALAMAN SUBSTANSI ; Riawani Elyta
oleh Riawani Elyta pada 16 Februari 2011 jam 23:33
Valentine’s Day...what do you think about?
Guys ‘n’ gals....mohon lupain sejenak tentang sekotak coklat, simbol pinky heart ataupun berbait-bait puisi romantis yang terucap diantara nyala lilin temaram. Coba kamu pilih satu retorical question yang paling mewakili pikiranmu detik ini saat disodorin pertanyaan dalam cetak miring diatas :
a. Hare gene .....masih ngerayain Valentine??
b. Kenapa seh ....baru sekarang ngeributin Valentine? Kenapa gak dari dulu-dulu??
c. Gue yang Valentine-an..... kenapa lu yang sok peduli??
Hm, pilihanmu mungkin nggak bakal sama. Dan kalo kamu mengaku sebagai generasi Islam masa kini yang cerdas, kritis dan punya nurani yang jernih untuk mampu menerima serta menganalisa semua permasalahan dalam sudut pandang yang proporsional juga berwawasan, yuk, mari kita duduk bersama-sama, berbincang dari hati ke hati tentang apa sesungguhnya yang tengah dihadapi generasi bangsa ini, sesuatu yang jauh lebih krusial ketimbang sekedar say ‘yes’ or ‘no’ terhadap perayaan Valentine Day.
Untuk lebih mudahnya, mari sejenak kita menengok sekeliling dan memutar ulang memori. Masih ingat ‘kan? Setahun lalu, tepatnya pada 27 Juli 2010, hasil rapat pleno MUI memutuskan untuk mengeluarkan fatwa haram terhadap penayangan infotainment. Fatwa yang langsung menuai pro - kontra. Meski yang menjadi alasan pengharaman adalah lebih disebabkan konten infotainment yang banyak berisi pengumbaran aib, menjelek-jelekkan orang lain dan penyebaran gosip, deretan perilaku negatif yang bukan saja bertentangan dengan ajaran islam tapi juga dapat menebar energi negatif pada pemirsa, nyatanya sampai hari ini infotainment tetap eksis, menghiasi layar kaca tanpa sedikit pun berkurang jam tayangnya terlebih-lebih kontennya.
Lalu untuk sesaat kita mengingat momen hari kemerdekaan yang dirayakan bangsa ini setiap tahunnya. Apa aja sih yang dilakuin orang-orang dalam perayaan itu? berbagai macam lomba, mulai dari beraneka permainan rakyat, gerak jalan dan lomba-lomba yang digelar oleh lembaga pendidikan maupun lembaga masyarakat.
Kalo mau bicara jujur, emangnya apa sih tujuan utama dari ‘hajatan’ perayaan itu? Sekedar menghibur masyarakat? Buat ngerame-ramein? Atau emang bener-bener dalam rangka memperkokoh semangat perjuangan sebagaimana semangatnya para pejuang kita dulu?
Alih-alih meningkatkan semangat juang, nyatanya tiap kali bulan agustus datang, nggak sedikit pak erte-erwe juga perangkat kelurahan, kecamatan, de-es-te, de-es-be yang pada ngeluh, harus ngeluarin dana ekstra buat beli seragam lomba mulai dari topi hingga sepatu, dana untuk perayaannya sendiri, juga nebal-nebalin muka saat minta sumbangan dari donatur. Sementara bagi mereka yang berpartisipasi di perayaan, kegembiraan justru lebih terasa saat berhasil membawa pulang barang-barang dari hasil panjat pinang ataupun hadiah hiburan setelah kaki pegel linu bergerak-jalan. Tentang makna hari kemerdekaan itu sendiri? Wallahu’alam.
Lalu mari lihat deretan tanggal-tanggal merah yang mengisi kalendermu. Ada begitu banyak perayaan hari keagamaan. Untuk peringatan hari besar Islam saja, kita menemukan tanggal-tanggal merah untuk menandai Tahun Baru Islam, Isra’ Mi’raj, Maulid Nabi, Idul Fitri dan Idul Adha. Hari yang sebagian darinya justru tidak pernah ‘dirayakan’ oleh umat Islam di negara Islam manapun selain hanya ada di Indonesia!
Namun untuk kesekian kalinya, mari kita tengok sekeliling dan jawab dengan jujur. Sudahkah peringatan demi peringatan hari besar yang rata-rata membutuhkan budget yang juga lumayan besar itu, menghasilkan efek yang benar-benar berarti terhadap peningkatan akhlak dan aplikasi ajaran Islam yang kaffah oleh umat Islam negeri ini?
Hm, mulai paham ‘kan? Kemana arah pembicaraan ini? Benar, kita tengah bicara soal substansi, soal makna dari konten, tidak lagi melulu berkutat pada cover, pada kemasan, pada judul, pada segala sesuatu yang sesungguhnya hanya sekedar tampak depan dari materi.
Mulai menyadari, bukan? Bahwa negeri ini sudah terlalu lama menguras energi hanya untuk bicara dan fokus pada kemasan, bukannya malah mementingkan materi yang tepat sasaran tepat tujuan, sehingga output yang didapat pun sering kali hanya sekadar euforia yang dalam sekejap hilang tak berbekas. Lebih ironinya lagi, umat Islam yang meski secara kuantitas menjadi mayoritas di negeri ini namun kondisinya tak ubahnya seperti apa yang dikatakan junjungan Rasulullah, yaitu serupa buih yang terbawa air saat banjir, tak memiliki daya upaya untuk eksis di tengah gelombang lautan kemajemukan.
Kembali pada masalah perayaan Valentine Day, setidak-tidaknya ada beberapa versi yang diduga melatarbelakangi lahirnya hari Kasih sayang atau Valentine Day ini :
1. Terdapat seorang pemimpin agama Katolik bernama Valentine yang dijatuhi hukuman mati karena menentang kebijakan pemerintahan Kaisar Claudius II kala itu. Sebelum dihukum, Valentino dipenjara, dan didalam penjara, Valentino telah jatuh hati pada anak gadis seorang sipir. Gadis itu setia menjenguknya di penjara. Menjelang ajalnya, Valentine menitipkan sebuah surat untuk gadis yang dicintainya itu. Surat yang berisi tiga buah kata yang populer hingga kini : ‘From Your Valentine’. Sekitar 200 tahun sesudah peristiwa itu, Paus Gelasius meresmikan tanggal 14 Februari tahun 496 SM sebagai hari memperingati Santo Valentine.
2. Pada zaman roma kuno, tanggal 14 Februari merupakan hari raya untuk memperingati dewi Juno. Dewi yang dipercaya orang romawi sebagai dewi bagi kaum perempuan dan perkawinan. Dan sehari setelahnya, yaitu tanggal 15 Februari adalah perayaan Lupercalia. Ini adalah perayaan dewa Lupercus, dewa kesuburan, yang dilambangkan dengan wujud setengah telanjang dan berpakaian kulit kambing. Sebagai bagian dari ritual, para pendeta Lupercus mempersembahkan korban kambing pada sang dewa, dan setelah minum anggur mereka berlari-lari di jalan-jalan dengan membawa kulit kambing dan menyentuh siapapun yang dijumpai. Wanita-wanita muda biasanya akan maju dan sukarela untuk disentuh karena mereka yakin dengan ritual ini mereka akan mudah mendapatkan keturunan.
3. Menurut ensiklopedi Katolik, nama Valentinus bisa merujuk pada tiga martir atau santo yang berbeda, yaitu seorang pastur di Roma, seorang Uskup Interamna dan seorang martir di Romawi Africa. Namun tidak terdapat keterangan akan koneksi yang jelas antara ketiga santo ini dengan perayaan hari kasih sayang.
Dari keterangan diatas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa Valentine Day memiliki latar belakang sejarah yang serba amburadul, belum jelas a.k.a simpang siur. Dan saat kita melihat lebih seksama, ketiga versi tersebut adalah berlatar peristiwa yang berkaitan dengan tokoh umat Kristiani bahkan ada yang merupakan ritual primitif penyembahan dewa!
Lantas, kalo masih serba simpang siur, kenapa justru terus berkembang dan diperingati sebagai hari kasih sayang (termasuk hari perayaan ‘terbesar’ di dunia, kedua setelah Natal) yang dirayakan setiap tahunnya oleh umat manusia di berbagai belahan dunia?
One of a simple answer – for a sake of business.
Yup. Siapa lagi yang lebih diuntungkan dari perayaan ini kalo bukan para pelaku bisnis? The Greeting Card Association (Asosiasi kartu Ucapan AS) memperkirakan bahwa di seluruh dunia tak kurang ada semilyar kartu ucapan valentine yang dikirimkan pertahun. Belum termasuk bermilyar kotak coklat dan assesoris pinky heart serta event-event berbudget miliaran yang diselenggarakan dalam rangka merayakan hari kasih sayang.
Lebih jauh lagi, jika kita melihat dan meneropong akan apa yang sesungguhnya menjadi substansi dari perayaan hari kasih sayang, maka tanpa ragu – dalam kacamata kita sebagai umat Islam - hakikat utama dari perayaan ini adalah ‘legalisasi hubungan kasih sayang dalam bingkai penegakan eksistensi syahwati’.
Hm, kita udah muter kemana-mana, kini saatnya untuk kembali ngomongin soal substansi. Meski saat ini kamu mungkin belum menganggapnya penting, percayalah, saat kamu sejenak merenung dan memusatkan perhatian pada substansi, tak hanya seputar urusan hari kasih sayang, namun dalam berbagai hal yang berkaitan dengan peringatan demi peringatan lainnya pun, perenungan sejenakmu akan sangat berharga untuk melahirkan ide brilian terhadap upaya mereposisi tujuan dari event-event yang ‘kering makna boros biaya’, meredam arus euforia ‘sekedar meramaikan’ belaka termasuk meminimalisir pengaruh-pengaruh buruk terhadap pendangkalan akhlak generasi islam di negeri ini.
Kamu ingin bukti, bahwa segelintir dari teman-temanmu (atau barangkali termasuk kamu?? ^^), masih mengalami apa yang dinamakan ‘pendangkalan’ pemahaman terhadap substansi’?
Ini sebuah contoh sederhana. Baru-baru ini saya menerima forward SMS terkait perayaan hari kasih sayang :
SMS 1 berbunyi :
“Ingat...tgl 14 februari “BUKANLAH HARI KASIH SAYANG” Tp 14 Februari adlh “HARI KEMATIAN PASTUR” yang bernama “VALENTINUS” qt telah dibodohi orang2 YAHUDI yg BENCI ISLAM...Dan qt dilarang ngucapin selamat tuk mereka...Apalagi merayakan dgn tukeran kado!!! Tp ingat rayakanlah tgl 15 februari karna tu adlh hr kelahiran nabi qt MUHAMMAD SAW...! Sebarkan jk km peduli dan syg ma teman2 muslim/muslimah...DEMI KOKOHNYA AGAMA ISLAM
SMS 2 (Ini adalah SMS yang menjawab SMS 1) :
“Tapi mas...al-Quran kan tdk prnah mengajarkan kpd kita kalo kita tdk boleh merayakan hari selain hari raya agama islam, kecuali klo hari raya agama lain memang tdk boleh. Valentine bukan hr raya agama. Klo memang orang islam itu sendiri mengatakan itu dosa atau haram hukumnya dlm islam, BUKTINYA APA. Hadits mana dan surah mana dlm alquran yg menyatakan spt itu. Klo tdk ada buktiny, berarti orang islam itu sendiri yg buat ajaran baru diluar ajaran ALLAH, krn ALLAH tidak pernah mengharamkan hari Valentine. Klo memang hari Valentine itu tdk boleh dirayakan, knp hari kemerdekaan, hr ultah perusahaan, hr buruh sedunia, hr pers nasional dan lain2 boleh dirayakan? Haramkan aja semuanya. itu kan jg bukan hari raya agama islam. Betul tak?
(Kedua SMS diatas saya tulis dalam versi aslinya tanpa editing satu kata pun).
Hayo, ada yang mulai ngerasa ‘panas’? ^^
Tarik nafas dalam-dalam dulu, ucapin istigfar, lalu hembuskan pelan-pelan. Bagaimana pun, kedua SMS ini berasal dari teman-teman kita sesama generasi islam, generasi yang sudah semestinya bersatu padu dalam hati dan fikrah demi menegakkan kebenaran berlandaskan ajaran islam yang haq. Jadi, buang jauh-jauh pikiran untuk saling menyalahkan, saling menuduh dan mencerca, sebaliknya mari kita cermati dengan kepala dingin dan nurani yang jernih untuk dapat mereposisi permasalahan kembali pada substansi. Karena, hal-hal semacam ini tak jarang kita jumpai tak hanya sekedar dalam pertukaran pesan, tapi juga dalam interaksi dan pergaulan bahkan mewarnai arena diskusi dan perdebatan.
Pada SMS pertama, secara pesan, tentu saja maksudnya baik, namun jika kita cermati kontennya, ada yang terasa janggal, bukan? Di awal menyebutkan bahwa tanggal 14 Februari adalah hari kematian Valentinus. Selanjutnya menyebutkan bahwa umat islam telah dibodohi orang Yahudi. Jadi kalau ditarik satu benang lurus, itu artinya Valentine Day terinspirasi oleh peristiwa yang menimpa tokoh Kristiani, lalu dikembangkan orang Yahudi dan ‘diamalkan’ berame-rame termasuk oleh orang Islam, begitu?
O-ow, gak maksud nge-les, tapi ada baiknya kita gak terlalu cepat mencipta praduga terhadap sesuatu yang sifatnya masih simpang siur apalagi yang dapat memicu perdebatan gak penting. Yuk, kita simak sabda Rasulullah berikut ini :
“Sesungguhnya Allah menyukai bagimu tiga perkara dan membenci tiga perkara ; Dia menyukai kalian supaya beribadah kepadaNya dan tidak menyekutukanNya dengan sesuatu apa pun, kalian berpegang teguh dengan agamaNya dan tidak berpecah belah, dan Allah membenci kalian dari mengatakan sesuatu yang tidak jelas sumbernya, banyak bertanya dan menyia-nyiakan harta.” (Riwayat Muslim).
Jadi, daripada menyebutkan sesuatu atas dasar alasan yang belum diketahui pasti asal usulnya, barangkali alangkah lebih baik jika ajakan pada SMS pertama lebih ditujukan pada substansi dari Valentine Day itu sendiri (tentang yang ini, kita bicarain di paragraph berikutnya aja ya?), dan berhubung hari kasih sayang tahun ini ‘tetanggaan’ ama Maulud Nabi junjungan kita Muhammad SAW, ada baiknya juga kita sekalian menyimak SMS lanjutannya..... rayakanlah tgl 15 februari karna tu adlh hr kelahiran nabi qt MUHAMMAD SAW...!
Salah satu hadis Rasulullah menyebutkan bahwa beliau akan mengingat barang siapa yang selalu mengingatnya. Maka, alangkah indahnya jika esensi dari ‘mengingat’ ini lebih dari sekadar mengajak untuk merayakan, melainkan mengingatkan untuk meneladani akhlak Rasulullah SAW yang merupakan cerminan sempurna dari akhlak Qurani dan panutan umat islam seluruhnya.
Yuk, kita lanjutkan ke SMS ke-2. Ini adalah bukti lebih konkrit dari kedangkalan pemahaman terhadap substansi. Memang sih, didalam Al-Quran tidak secara eksplisit menyebut tentang pengharaman Valentine Day, namun satu hal yang pasti lagi terang kebenarannya adalah bahwa sebagian perilaku manusia (khususnya yang memproklamirkan diri sebagai pasangan kekasih) dalam menyambut perayaan Valentine Day adalah dengan melakukan perbuatan yang jauh melenceng dari ajaran Islam!
Mempelajari makna substansi isi al-Quran dan ajaran Islam gak boleh setengah-setengah, melainkan harus secara kaffah (keseluruhan), agar semua ilmu dan aturan yang telah ditetapkan olehNya dapat bermanfaat secara penuh dan holistik pula dalam kerangka kemaslahatan yang akan menjamin keselamatan umat manusia baik di kehidupan dunia maupun di kehidupan nanti.
Maka, kedangkalan pemahaman terhadap substansi inilah yang berkemungkinan menyebabkan sebagian besar batas pengharaman di negeri dengan jumlah umat Islam terbesar di dunia ini (baca : di Indonesia) menjadi tumpul. Mandul! Jangan-jangan, mereka yang tidak menyetujui pengharaman infotainment juga beranggapan sama bahwa Allah tidak pernah secara terang-terangan menyebut pelarangan infotainment! Naudzubillahimin dzalik...
Inilah saatnya paradigma dirubah, mindset ditata dalam kerangka yang berwawasan Islam yang kaffah dengan tetap mengedepankan ukhuwah islamiyah, terhadap berbagai permasalahan yang berkaitan dengan penegakan dienul islam,kita butuh lebih dari sekedar penegasan fatwa ataupun menggaungkan ‘say no’, melainkan bagaimana upaya kita untuk mereposisi pemahaman terhadap kedalaman substansi.
Kenapa sih dari tadi ngomongin substansi mulu?
Sst, kamu-kamu, sudah pada akil balig ‘kan? Udah pada pinter-pinter ‘kan? Pasti sudah tak asing dengan ayat Al-Quran berikut ini yang artinya :
“Janganlah kamu mengetahui apa yang kamu tidak mengetahui tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semua akan diminta pertanggungjawabannya.” (al-Isra ; 36).
Telah sejauh ini bincang-bincang kita, sudahkah kamu memahami apa sesungguhnya substansi perayaan valentine day yang berkembang di masyarakat kita sekarang ini? Belum? Baiklah. Semoga aja sejak tadi kamu tetap menyimak dan nggak banyak melamun ^_^
Mari, jawab dengan jujur pertanyaan berikut.
Apa sih sesungguhnya makna Valentine? Kasih sayang-kah?
(kalau dicari di kamus, yakin deh, sampai kiamat juga kasih sayang tetap berkonotasi dengan kata LOVE, bukan valentine ^^).
Oh, maksudnya hari untuk mengeratkan kasih sayang. Begitu?
Hm. Menurutmu, golongan mana sih yang sesungguhnya lebih banyak ngerayain valentine? Pasangan ibu-anakkah? Suami-istri? Kakak-adik? Antar sahabat? Atau....sepasang kekasih a.k.a. pasangan yang bukan muhrim? (Kamu pasti tahu banget deh jawabannya ^^)
Trus, apa sih yang dilakuin sebagian besar orang di hari Valentine? Tukeran kado, coklat, puisi romantis, pergi kencan, saling gandengan tangan, pelukan, .......dst? (Lagi-lagi, kamu juga pasti sudah tahu!)
Emang di perayaan Valentine day, siapa sih yang menurutmu paling beruntung?
Ya tentu aja pemilik pabrik coklat, pabrik bantal pinky heart, pabrik asesoris dan produsen kartu ucapan! ( pinteer >_< )
Setelah hari Valentine Day berlalu, apa sih efek yang diperoleh? Apa iya kasih sayang jadi semakin erat? Kasih sayang antara mereka yang dihalalkankah? Atau kasih sayang yang digerakkan dan dipromotori oleh roda syahwati?
Nyatanya gak sedikit pasangan kekasih yang menutup perjalanan hari kasih sayang dengan melakukan ML....ups! (ini fakta, bukan lagi sekedar rekayasa praduga!) sebagai bukti ‘eratnya kasih sayang’. Hmmm......
Nah, mulai paham, bukan?
Lalu, sekarang saya harus gimana dong?
Saya ‘kan juga pengen mengekspresikan kasih sayang?
Jadi balik nanya nih. Kepada siapa kasih sayang yang kamu maksud itu bakal kamu tujukan?
Islam adalah agama yang sangat memuliakan kasih sayang antar umatnya. Kamu pasti sudah hafal bunyi Hadist Rasulullah yang satu ini : “Tidaklah beriman seseorang sampai ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri”. Kasih sayang yang terekat dalam buhul persatuan ukhuwah islamiyah, sebagaimana perintah Allah swt dalam Al-Quran surat Ali Imran ayat 103 : “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah dan janganlah kamu bercerai berai.”
Maka, ekspresikanlah kasih sayangmu itu sebagaimana Islam telah mengajarkan dan membimbingmu, tebarkanlah salam, jalin silaturahmi, saling mengingatkan dan menasihati dalam kebaikan, hidupkan budaya komunikasi dan tabayyun (klarifikasi) guna mencegah perselisihan yang dapat memicu perpecahan. Karena sesungguhnya nilai persatuan didalam islam adalah karunia amat berharga. Bukan kasih sayang yang mengatasnamakan cinta namun sesungguhnya adalah dorongan nafsu semata terhadap seseorang yang bukan hakmu untuk mengekspresikan kasih sayang itu dengan cara yang terlarang.
Berdekatannya Valentine day tahun ini dengan Maulidur Rasulullah SAW, juga dapat kamu jadikan momen kebangkitan untuk buktikan kecintaan pada junjungan kita dengan mencontoh teladani akhlak Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari termasuk salah satunya adalah merekatkan kasih sayang dalam koridor yang telah diatur oleh agama Islam.
Sebagai penutup, inilah seruan Allah untuk pedoman kita semua dalam apapun langkah dan tindakan serta perbuatan di dunia ini :
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara kaffah (keseluruhannya), dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan. (QS. al-Baqarah [2] : 208).
So, guys, jangan lagi menunda-nunda. Terhadap segala persoalan dan peristiwa di sekitarmu, pelajari dan pahamilah substansinya. Bacalah Al-Quran bersama maknanya. Sikapi dilema dan pro-kontra di tengah masyarakat dengan arif dan ditopang oleh luasnya ilmu. Keberadaan hari kasih sayang tak harus disikapi dengan penolakan membabi buta apalagi yang sampai memicu pertikaian antara sesama umat Islam sendiri, melainkan rangkullah saudara-saudaramumu untuk memahami akan kedalaman substansi dengan ‘bahasa’ kasih sayang berlandaskan iman dan takwa. Inilah saatnya kebangkitanmu. Kebangkitan kita. Mari tegakkan Islam yang kaffah dan menebar kemaslahatan bagi umat.Islam yang bersatu padu dalam ikatan yang kokoh serta rekatan kasih sayang yang hakiki.
Alhamdulillah. Bincang-bincang kita berakhir sudah. Sampai sejauh ini, kira-kira, sudahkah kamu mampu memberi jawaban substansial – bukan lagi sekadar retorical question gak penting - atas pertanyaan di awal bincang-bincang tadi? ^_^
SEKIAN
Referensi :
1. Awas Kesetrum Cinta (antology panduan remaja) ; Afifah Afra dkk ; Indiva Media Kreasi 2007
2. Kajian Utama Majalah Hidayatullah edisi Februari 2011
_______________________________________________________________________________________
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar Anda