28 April 2011

AYO PEREMPUAN INDONESIA, KENCANGKAN LAGI SUARAMU !!

Menurut saya, peran perempuan di era sekarang harus lebih eksis lagi, di mana perempuan tak lagi terkungkung seperti tahun-tahun sebelumnya yang kurang bisa “bersuara”. Kini sudah saatnya kita untuk lebih kencang lagi dalam menyuarakan perempuan, demi kemajuan perempuan itu sendiri.

Saya setuju dengan apa yang disampaikan oleh Ketua KPPI, Farida Rahma, S. Ag saat saya menghadiri Pelatihan dan Workshop Jurnalistik Perempuan yang diselenggarakan oleh KPPI (Kaukus Perempuan Politik Indonesia) Provinsi Jawa Tengah di Hotel Nirwana, Jl. Dr. Wahidin No. 1 Pekalongan tanggal 18-19 Desember 2010 dengan tema “Menyiapkan Kandidat Perempuan Menuju Pemilu 2014” tentang disahkannya RUU Parpol yang memberikan kuota perempuan hingga 30%. Itu artinya, kaum perempuan diberi kesempatan untuk duduk di legislatif, dan masyarakat tidak salah memilih perempuan sebagai anggota legislatif.

Sebagaimana yang disampaikan juga oleh Edhie Prayitno Ige, reporter Radio Elshinta, seorang koresponden Radio BBC London dan TV Al Jazeera Inggris yang mengisi acara tersebut, membahas tentang pentingnya “Membumikan Isu-isu Perempuan” untuk membangun image perempuan di bidang politik. Isu perempuan di antaranya tentang ketidakadilan gender dalam berbagai bentuk, meliputi stereotip, diskriminasi, subordinasi, pemiskinan, keterbelakangan, dan kekerasan terhadap perempuan. Masih kuatnya budaya patrialkhal, sistem ekonomi politik, dan konstruksi sosial yang memposisikan perempuan dan laki-laki yang tidak setara. Ditambah lagi munculnya berbagai kebijakan nasional dan daerah yang membelenggu kepentingan perempuan.

Menurut Beliau, membangun kesadaran gender di tengah masyarakat kita yang plural, diperlukan strategi dan pendekatan yang tepat. Kita perlu mempromosikan dan mengubah kesadaran gender dalam masyarakat, secara sinambung, penuh komitmen, dan berkelanjutan, yang akhirnya akan menghasilkan kader-kader perempuan yang tangguh, cerdas, kritis, militan, dan berpihak kepada rakyat miskin dan perempuan.

Yang menarik dari pesan Beliau, bahwa "benar yang sebenar-benarnya benar adalah kebenaran sejati". Jadi kita sebagai perempuan, jangan takut untuk menulis opini dalam mengungkapkan kebenaran, karena opini itu bersifat subyektif. Miskin kreativitas agar segera dijauhi, bahkan perempuan dianjurkan untuk bisa memprovokasi media, dengan memperbanyak tulisan tentang isu perempuan atau siaran pers yang mengangkat tema perempuan atau diadakannya acara dialog dengan aktivis perempuan. Dan pesan terakhir Beliau: miliki citra perempuan yang baik di mata masyarakat maupun di mata kostituen!

Saya sebagai perempuan, ingin mengajak semua perempuan di Indonesia agar lebih berperan aktif sebagai bentuk kepedulian kita terhadap perempuan dan anak-anak. “Kalau perempuan tidak ada yang peduli dengan perempuan dan anak-anak, siapa lagi yang akan peduli?”, begitu yang ditanyakan oleh Ibu Sulaemah, Ketua BP2AKB yang mengisi acara itu. Beliau bahkan mengkritisi media yang lebih banyak menempatkan perempuan sebagai obyek, bukan menampilkan representasi perempuan. Lebih sering menampilkan perempuan sebagai polotisi yang cengeng, politisi yang tidak bersuara atau politisi yang tidak gigih. Sering menampilkan perempuan sebagai korban, bukan pahlawan. Keseksian dan sensualitas perempuan yang lebih ditampilkan, seolah citra perempuan hanya sebagai obyek seksualitas!

Masih kata Beliau, bahwa saat ini penulis perempuan baru 10%, karenanya kita harus lebih banyak lagi menampilkan isu-isu perempuan. Beliau juga menganjurkan para perempuan agar mulai sekarang harus lebih profesional, lebih hati-hati terhadap godaan, harus berani menolak dengan tegas, agar terangkat harkat dan martabat wanita.

Kaitannya dengan jurnalistik, sebagaimana tema yang diangkat pada acara tersebut, narasumber Setiawan Hendra Kelana, pemimpin redaksi Suara Merdeka Cybernews, juga memberikan materi penting tentang kiat membuat press release, sebagai pembekalan untuk kaum perempuan dalam peran aktifnya di dunia publikasi. Dan ini sangat penting bagi kita sebagai generasi Kartini dalam menyuarakan perempuan. Ayo perempuan Indonesia, sudah saatnya kita bergerak dan maju ke depan!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar Anda