13 Juli 2019

Renungan Berqurban

🐂🐃🐏
Assalamu'alaikum wr...wb...
*Renungan....*

BERQURBAN bagi yg *"mampu"* itu harus.
Kemampuan itu yg tahu dan bisa menjawab adalah *kita sendiri.*

Seorang pedagang Hewan Qurban bercerita  :
 Alkisah,,,,,,,,,,,,
Seorang ibu berpakaian kumuh datang memperhatikan dagangan saya.  Dilihat dari penampilannya seperti-nya tdk akan mampu membeli. Namun tetap saya coba hampiri dan menawarkan kepadanya,.. “Silahkan..., Bu…"

Lantas ibu itu menunjuk salah satu kambing agak kecil termurah sambil bertanya :

” Pak yg itu berapa, harganya.".?.?

“ Yg itu 1 jt. 700 ribu, Bu,” jawab saya.

“ Harga pasnya berapa ".?. tanya si Ibu kembali...

“ 1 jt. 600 rb deh, harga segitu untuk ibu, tapi biarlah…"

“ Tapi, uang saya hanya 1 jt. 500 ribu, boleh ya, Pak.".?.. pintanya.

Waduh, saya bingung, karena itu harga modalnya, akhirnya saya berembug dgn teman sampai akhirnya diputuskan diberikan saja dgn harga itu kpd ibu tsb buat penglaris.
Ya udah bu boleh,
Saya pun mengantar kambing qurban  sampai ke rumahnya. Begitu tiba di rumahnya, ... Astaghfirullaah...,  Allahu Akbar…, terasa menggigil seluruh badan karena melihat keadaan rumah ibu itu.

Rupanya ibu itu hanya tinggal bertiga dgn ibunya dan puteranya di rumah gubug ber-lantai Tanah. Saya tidak melihat tempat tidur kasur, kursi ruang tamu, apalagi perabot mewah atau barang elektronik,... Yg terlihat hanya dipan kayu beralaskan tikar dan bantal lusuh.

Di atas dipan, tertidur seorang nenek tua kurus...

“ Mak…, bangun Mak,  nih ... lihat saya bawa apa.?.” kata ibu itu kepada Nenek yang sedang rebahan sampai akhirnya si Nenek terbangun...

“ Mak, saya sudah belikan emak kambing buat Qurban, nanti kita antar ke Masjid ya Mak..” kata ibu itu dengan penuh kegembiraan...

Si nenek sangat kaget, meski nampak bahagia, sambil mengelus-elus kambing, nenek itu berucap sambil meneteskan air mata :
“ Alhamdulillah... akhirnya kesampaian juga kalau Emak mau ber-qurban...”

“ Nih Pak, uangnya, ... ma'af ya kalau saya nawarnya kemurahan, karena saya hanya seorang pembantu suami saya udah lama meninggal waktu sy hamil tua, sy kerja srabutan di kampung sini. Saya sengaja mengumpulkan uang untuk beli kambing yg akan diniatkan buat Qurban atas nama ibu saya….”, kata ibu itu...

Kaki ini gemetaran, dada terasa sesak, sambil menahan tetes air mata, dan saya berdo'a,...

“ Ya Allah…, ampuni dosa hamba, ... hamba malu berhadapan dgn hamba-Mu yang pasti lebih mulia ini, seorang yang miskin harta, namun kekayaan Imannya begitu luar biasa...”

“ Pak, ini ongkos kendaraannya…”, panggil ibu itu.

” Sudah Bu, ... biar ongkos kendaraanya saya yang bayar,..." kata saya.
Saya cepat pergi sebelum ibu itu tahu kalau mata ini sudah basah karena tak sanggup mendapat Teguran dari Allah yang sudah mempertemukan dengan hamba-Nya yg dengan kesabaran, ketabahan dan penuh keimanan ingin memuliakan orang tuanya…

Untuk mulia
 ternyata tidak perlu harta berlimpah, jabatan tinggi, apalagi kekuasaan. Kita bisa belajar keikhlasan dari ibu itu utk menggapai kemuliaan hidup. Berapa banyak diantara kita yg diberi kecukupan penghasilan, namun masih saja Enggan berkurban, padahal bisa jadi harga HP, arloji, tas, atau pun aksesoris yg menempel di tubuh kita harganya jauh lebih mahal dibandingkan seekor hewan qurban. Namun selalu kita sembunyi dibalik kata " tidak Mampu " atau " tidak dianggarkan ".?.

Semoga bermanfa'at...
dan bisa mengambil hikmahnya dari kisah ini.

Wassalamu'alaikum wr... wb...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar Anda