07 Januari 2010

Hancurnya Tetuhanan

oleh Akhid Nur Setiawan (catatan) Kemarin jam 9:47

Diunggah melalui Facebook Seluler

Melihat "The Message" film buatan tahun 1976 tentang sejarah kenabian Muhammad mengingatkan saya pada sebuah buku tebal berjudul "Siroh Nabawiyah" beserta kisah-kisah menggetarkan di dalamnya. Film tersebut diakhiri dengan babak Fathul Makkah. Makkah takluk pada pasukan muslimin tanpa pertumpahan darah. Tahun-tahun yang berat diganti sebuah kemenangan besar oleh Alloh.

Adegan yang sangat mengharukan dalam Fathul Makkah terjadi pada saat patung-patung berhala di sekitar Ka'bah dihancurkan. Patung batu dan kayu yang dulu dibuat dan disembah oleh orang-orang Makkah akhirnya dihancurkan oleh mereka sendiri tanpa sisa. Tuhan-tuhan palsu itu musnah tanpa perlawanan. Tauhid menggantikan syirik di tanah kelahiran Sang Nabi.



Penghancuran patung-patung berhala pernah terjadi pada masa sebelum Islam yaitu ketika Nabiyulloh Ibrohim meluluhlantakkan berhala buatan kaumnya dan menyisakan yang paling besar agar menjadi bukti bahwa sesembahan itu tidak punya daya upaya sedikitpun bahkan untuk melindungi dirinya sendiri atau berkata-kata. Menyembah hanya pada satu Ilah serta menjauhi seluruh thoghut, itulah inti ajaran semua Nabi dan Rosul, dan itulah Islam. Nabi Ibrohim seorang muslim yang hanif sekalipun belum ada istilah Islam pada saat itu. Ibrohim juga menyerukan tauhid yang merupakan inti dari Islam. Ibrohim tidak mengimani bulan, matahari, maupun patung tapi ia mengimani Alloh.

Ada perbedaan antara metode Nabi Ibrohim dengan Nabi Muhammad dalam meluruskan umat mereka. Nabi Ibrohim menghancurkan simbol-simbol kesesatan terlebih dulu baru membenahi 'aqidah sedangkan Nabi Muhammad membenahi 'aqidah dulu baru menghancurkan simbol-simbol. Keduanya sama dalam hal tauhid, perbaikan 'aqidah, serta penghancuran simbol thoghut. Iman tidak hanya meyakini dalam hati tapi juga harus terlahir dalam dzohir. Tidak mungkin mengaku ingkar pada jimat tapi masih berkalung barang dari dukun. Tidak mungkin mengaku ingkar pada jimat dengan hanya tidak berkalung jimat tapi masih percaya dan menggantungkan diri pada kemampuan jimat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar Anda