KENAPA TAKUT ?
“Hai ! Nglamun aja !”, seru Najwa mengagetkanku.
Aku yang sedang duduk asyik memperhatikan seorang ibu hamil, jadi mengalihkan perhatianku ke Najwa yang datang secara tiba-tiba. Dia berlari-lari menghampiriku, sambil menepuk pundakku.
“Ah kamu……. Bikin kaget aja !”, jawabku sekenanya.
Dia hanya tertawa cekikikan, dan langsung duduk di sampingku, sambil merangkul pundakku dan menggoyang-goyangkannya.
“Emang kamu lagi memperhatikan apa sih ?”, tanya Najwa.
“Tuh ! Ibu itu, yang lagi berdiri di samping warung itu !”, jawabku sambil menunjuk ke arah seorang ibu.
“Yang lagi hamil itu ? Emang kenapa ?”, Tanya Najwa keheranan.
“Kira-kira, ibu itu sudah hamil berapa bulan ya ?”, aku balik tanya ke Najwa.
“Mungkin tujuh bulan……. Ada apa sih, kok nanya-nanya gitu ? Kamu pengin hamil ya ? he he he……..”, kelakar Najwa.
“Huss ! Serius nih !”, jawabku ketus.
“Ce ileee……….!!! Sejak kapan kamu jadi galak gini ?”, goda Najwa.
“Lagian, ada apa sih ? Kan sudah umum, seorang wanita itu hamil…….. Emang ada yang aneh ya dengan wanita itu ?”, tanya Najwa heran.
“Nggak sih…. Aku hanya sedang berfikir aja…. Kalau wanita hamil, penampilannya jadi lucu ya ? Perut jadi buncit, badan jadi mekar, kaki jadi gede sebesar kaki gajah. Nggak menarik sama sekali ! Meskipun pakai baju model bagus, tetep aja kelihatannya lucu ! Ya kan ?”, jawabku sambil kudekapkan tanganku ke depan dada, sambil memeluk lututku yang nggak dingin.
“Ya iyalah ! Namanya juga lagi hamil ! Kamu gimana sih ? Kayak baru lihat orang hamil aja ! Aneh deh kamu hari ini ! Sebenarnya ada apa sih ?”, tanya Najwa keheranan.
“Entahlah, aku kadang suka takut, jika hamil nanti…. Kamu kan tahu, sebagai wanita, sudah kodratnya untuk hamil dulu sebelum punya anak. Pasti penampilanku jelek sekali ya Naj?”, tanyaku penasaran.
“Iya. Pasti jelek sekali kayak gajah bengkak ! ha ha ha……..”, jawab Najwa sambil ngakak.
“Sialan lu ! Awas kamu yah !”, lalu kucubit dia gemas. Aku jadi cekikikan sendiri.
“Eh Put, yang namanya orang hamil tuh, ya pasti jelek penampilannya…….. Tapi nggak juga sih, tergantung aura si wanita hamil itu sendiri. Kalau dia banyak senyum, banyak ibadah, banyak berbuat kebajikan, aku yakin, dia akan terlihat cantik…… Innerbeauty-nya akan nampak dengan sendirinya. So, nggak usah khawatir ya sayang ?”, kata Najwa sambil memeluk pundakku.
“Sayang sayang……… Pala lu peyang ! he he he………”, jawabku sambil ngikik.
Najwa ikut ketawa sambil nonjok pundakku keras sekali.
“Auu ! Sakit tau !”, erangku kesakitan.
“Biarin sakit ! Emang enak ? he he he……..”, jawab dia.
“Oh iya Naj, kamu suka takut nggak, jika nanti kita menikah, terus hamil, dan melahirkan seorang anak ? Dengar-dengar, sekarang banyak kasus ibu melahirkan bayi melalui operasi, dengan tidak melahirkan secara normal…….. Pasti sakit sekali ya Naj ?”, tanyaku.
“Subhanallah Put……… Pertanyaan kamu kok serem banget sih ? Kan kata orang, sebelum dioperasi harus dibius dulu biar nggak terasa sakit……. Jadi ya nggak sakit !.”, jawab Najwa.
“Tapi kata mereka, tetap aja merasakan sakit……”, kataku.
“Duh, jangan berpikiran yang nggak-nggak ah ! Kayak nggak ingat Allah saja !”, jawab Najwa kesal.
“Bukannya aku nggak ingat Allah Naj…. Tapi aku hanya membayangkan saja, gimana rasanya melahirkan seorang anak….. Apalagi ibuku suka bercerita tentang proses kelahiran aku dan adik-adikku. Rasanya sakit sekali kalau aku jadi ibu saat melahirkan nanti………”
“Dengar ya Put….. Sudah fitrahnya seorang ibu untuk melahirkan anak-anaknya. Itu baru melahirkan seorang anak. Bagaimana dengan seorang ibu yang melahirkan bayi kembar, yang lahir dari rahimnya lebih dari satu ? Tentu lebih sakit, bukan ? Tapi kamu harus yakin, itulah perjuangan seorang ibu dalam melahirkan kita dan anak-anak yang lain. Dan dalam Islam, itu sudah merupakan jihad fi sabilillah. Sangat mulia, bukan ? Itulah jihadnya seorang muslimah. Dan itu tidaklah mudah, kecuali bagi orang-orang yang ikhlas karena Allah. Makanya, tidak sepatutnya kita mendurhakai ibu yang telah melahirkan kita dengan susah payah, menahan sakit demi terlahirnya kita ke dunia dengan selamat. Dan Alhamdulillah, kita dilahirkan oleh ibu kita dalam keadaan sehat wal ‘afiat tanpa cacat sedikitpun. Ya kan ? Kita harus banyak bersyukur Put….”, ucap Najwa panjang lebar.
“Ya Naj………”, jawabku.
Entah kenapa, jawaban Najwa membuatku meneteskan air mata. Aku baru sadar, ternyata pengorbanan ibu sangatlah besar, tapi aku sudah sering menyakiti hati ibu. Terlalu sering aku tidak menuruti perintah ibu. Dan ibu tidak pernah marah, selalu memaafkan kesalahanku.
“Ibu, maafkan aku………..”, batinku merintih.
Tidak terasa, aku dan Najwa hanyut dalam isak tangis, menyadari kekhilafan kami selama ini. Sambil berpelukan, kami beristighfar tiada henti………
“Rabb, ampuni dosa-dosa kami yang tak terampuni, amin……..”, doa kami dalam hati.
*******
By : Puput Happy
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar Anda