09 Maret 2010
ASMA NADIA
Biografi Asma Nadia
Asmarani Rosalba (lahir di Jakarta tahun 1972), lebih dikenal sebagai Asma Nadia, adalah penulis Indonesia. Ia lahir dari pasangan Amin Usman dan Maria Eri Susianti. Saat ini dikenal sebagai Ketua Forum Lingkar Pena, suatu perkumpulan yang ikut dibidaninya untuk membantu penulis-penulis muda. Ia juga menjadi Ketua Yayasan Lingkar Pena, dan manajer Lingkar Pena Publishing House. Karena karya-karyanya ia pernah mendapat berbagai penghargaan. Selain menulis, Asma sering diminta untuk memberi materi dalam berbagai loka karya yang berkaitan dengan penulisan serta keperempuanan.
Karya
Asma Nadia aktif menulis dan mempublikasi karyanya semenjak ia lulus dari SMA 1 Budi Utomo, Jakarta. Sasarannya adalah berbagai majalah keislaman. Ia juga menulis lirik sejumlah lagu, misalnya yang dinyanyikan oleh kelompok Snada.
Setelah lulus dari SMU 1 Budi Utomo, Jakarta, Asma Nadia mulai aktif mengirimkan tulisannya ke majalah-majalah Islam, selain tetap aktif menulis lagu yang sebagian bisa ditemukan di album Bestari I (1996), Bestari II (1997 ), dan Bestari III (2003), Snada The Presentation, Air Mata Bosnia (Snada), Cinta Ilahi (Snada), dan Kaca Diri.
Kini ibu dari dua orang anak: Eva Maria Putri Salsabila dan Adam Putra Firdaus ini adalah Ketua Yayasan Lingkar Pena, manager Lingkar Pena Publishing House, dan Ketua I Forum Lingkar Pena
Profilnya dimuat dalam buku Profil Perempuan Pengarang, Peneliti dan Penerbit di Indonesia (editor Korrie Layun Rampan, 2000). Dua cerpennya masuk dalam antologi kumpulan cerpen terbaik majalah Annida: Merajut Cahaya (Pustaka Annida). Asma juga sempat mengikuti Pertemuan Sastrawan Nusantara XI di Brunei Darusalam, workshop penulisan novel yang diadakan Majelis Sastra Asia Tenggara (MASTERA), dan diundang mengisi acara workshop penulisan yang diadakan ICMI ORSAT Cairo.
Buku
Asma telah menulis 40 buku hingga saat ini. Banyak di antaranya diterbitkan oleh Penerbit Mizan. Di antaranya:
Derai Sunyi, novel, mendapat penghargaan Majelis Sastra Asia Tenggara (MASTERA)
Preh (A Waiting), naskah drama dua bahasa, diterbitkan oleh Dewan Kesenian Jakarta
Cinta Tak Pernah Menar, kumpulan cerpen, meraih Pena Award
Rembulan di Mata Ibu (2001), novel, memenangkan penghargaan Adikarya IKAPI sebagai buku remaja terbaik nasional
Dialog Dua Layar, memenangkan penghargaan Adikarya IKAPI, 2002
101 Dating meraih penghargaan Adikarya IKAPI, 2005
Jangan Jadi Muslimah Nyebelin!, nonfiksi, best seller.
Emak Ingin Naik Haji: Cinta Hingga Ke Tanah Suci (AsmaNadia Publishing House)
Jilbab Traveler (AsmaNadia Publishing House)
Muhasabah Cinta Seorang Istri
Catatan hati bunda
Karya-karya berikut ditulis bersama penulis lain:
Ketika Penulis Jatuh Cinta, Penerbit Lingkar Pena, 2005
Kisah Kasih dari Negeri Pengantin, Penerbit Lingkar Pena, 2005
Jilbab Pertamaku, Penerbit Lingkar Pena, 2005
Miss Right Where R U? Suka Duka dan Tips Jadi Jomblo Beriman, Penerbit Lingkar Pena, 2005
Jatuh Bangun Cintaku, Penerbit Lingkar Pena, 2005
Gara-gara Jilbabku, Penerbit Lingkar Pena, 2006
Galz Please Don’t Cry, Penerbit Lingkar Pena, 2006
The Real Dezperate Housewives, Penerbit Lingkar Pena, 2006
Ketika Aa Menikah Lagi, Penerbit Lingkar Pena, 2007
Karenamu Aku Cemburu, Penerbit Lingkar Pena, 2007
Catatan Hati di Setiap Sujudku, Penerbit Lingkar Pena, 2007.
Badman: Bidin
Suparman Pulang Kampung
Pura-Pura Ninja
Catatan Hati di Setiap Sujudku (kumpulan tulisan dari mailing list).
Asma Nadia Bantu Perempuan Menulis
Diposting oleh Diana AV on Nov 9th, 2009 di topik Tokoh. Anda dapat mengikuti diskusi pada berita ini melalui RSS 2.0. Anda bisa juga meninggalkan komentar dan trackback
PENULIS Asma Nadia memiliki keinginan untuk memajukan potensi perempuan Indonesia lewat tulis-menulis. ”Menulis itu banyak manfaatnya,” ujar penulis novel Rembulan di Mata Ibu tersebut ketika dihubungi kemarin (7/11).
Via milis pembacaasmanadia@yahoogroups.com miliknya, penulis yang sudah menerbitkan lebih dari 30 karya itu ingin membantu perempuan untuk menghasilkan karya tulis, cerpen, maupun novel. Berdasar sejumlah curhat yang disampaikan para anggota milis tersebut, wanita 37 tahun itu lantas mengajak banyak perempuan untuk memulai menulis.
Pemilik yayasan nonprofit Asma Nadia itu tidak memungut biaya. Bahkan, dia memberikan honor bagi setiap karya anggota milis yang dipublikasikan. Lewat milis tersebut, perempuan bernama asli Asmarani Rosalba itu juga mengajak para anggota untuk mendiskusikan sejumlah karya tulis. ”Ini salah satu cara saya meng-educate perempuan Indonesia,” ujarnya.
Bagi ibu dua anak tersebut, dengan menulis, perempuan bisa mengembangkan kreativitas dan potensi serta membangun eksistensi diri. Tidak hanya itu, menulis juga bisa menjadi terapi bagi yang tengah dirundung masalah. (ken/dwi)
*) Dikronik dari Koran Jawa Pos edisi Minggu, 08 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar Anda