08 Maret 2010

EDITOR YANG BAIK

13 Januari 2009 - 23:29 (Diposting oleh: Rumah Dunia)

EDITOR YANG BAIK

Oleh Ali Muakhir

Sejak saya memberikan tips tentang yang membuat sebel editor, beberapa Winner saya protes. Sepertinya, saya terlalu memihak editor, padahal, hak-hak penulis juga harus diperhatikan dung, biar seimbang. Saya tersenyum karena tips yang saya berikan itu sesungguhnya justru memihak penulis supaya tidak disebeli editor. Tentu saja, setiap orang punya pola pikir dan pendapat yang berbeda kan? Termasuk editor yang baik menurut saya. Sekali lagi menurut saya, bukan menurut siapa-siapa.

Kenapa hanya menurut Mas Ali?
Lha iya, karena saya yang berpendatak kan. Lagi pula, belum tentu criteria editor yang baik menurut saya itu diamini oleh beribu-ribu editor kan?

Baiklah, jadi apa saja untuk menjadi editor yang baik?
Pertama harus cinta buku. Cinta lho, ya, bukan sekadar sayang atau suka karena kalau cinta apapun kondisinya tetap ada rasanya. Kedua tahu tentang buku, minimal tahu mana buku yang baik dan tidak, mana buku yang layak diberikan apresiasi dan mana yang tidak, mana buku yang dibutuhkan oleh pasar dan mana yang tidak. Jenis buku, segmen buku, dan pasar buku.

Harus tahu pasar buku segala Mas?
Iya dung, nanti kalau tidak tahu pasar, bagaimana nanti memilih buku yang akan diterbitkan yang sesuai dengan kebutuhan pasar? Kebutuhan pasar itu bisa mengikuti yang sedang diminati pasar, bisa juga menciptakan minat kepada pasar lho.

Ok, yang ketiga?
Ketiga harus tahu visi misi penerbit yang bukunya kita edit, visi misi tentu saja tidak harus sangat detil, cukup yang terihat oleh mata saja. Misalnya, penerbit buku umum, buku agama, buku anak. Atau kalau mau agak detil, tahu segmentasi pembacanya, karakteristik cover buku yang diterbitkannya, dan hal lain yang berhubunga dengan penerbit.

Keempat?
Keempat harus punya feel, mana naskah yang kira-kira akan laku di pasar, mana yang tidak. Ini memang perlu jam terbang, tetapi yakinlah, ini pasti bisa dilatih. Harus punya feel mana kira-kira penulis yang punya potensi besar untuk berkembang, mana yang hanya coba-coba jadi penulis saja. Walaupun coba-coba jadi penulis juga tidak dilarang.

Masih ada yang lain?
Masih. Kelima harus mampu membina hubungan baik dengan siapapun yang berkaitan dengan penerbitan. Hubungan baik dengan penerbit, degan penulis, dengan illustrator, dengan desainer, dengan marketing, dengan media, dengan pasar.

Caranya, Mas? Kan editor kerjaannya berjubel? Hehehe

Lha, hari gini masih tanya cara membina hubungan? Duh, bumbata dung Bu. Buka mata, buka telinga. Sekarang kita punya anggota badan baru kan, namanya hp dan internet? Pakailah anggota badan kita yang baru itu. Nggak susah kan? Paling nambah pulsa aja. Eh, pulsa juga dah dijatahin sama kantor kok, jadi tetap nggak masalah kan?

Apa itu berarti Editor harus menjawab setiap sms dari penulis dan lain-lain?
Harus, selagi tidak mengganggu aktivitas. Misalnya, ada penulis yang tanya naskahnya, mbok ya dijawab jangan dibiarkan saja dengan alasan tidak ada pulsa misalnya. Kalau tidak ada pulsa kan bisa pakai fasilitas kantor. Telepon beberapa menit untuk menjawab sms tidak menghabiskan sepiring nasi kan? Lagipula, yang mencet nomer telepon juga sekretaris, tinggal bilang, tolong hubungi penulis ini ya. Pasti dengan senang hati, sekretaris atau orang FO akan menyambungkannya.

Iya juga, ya.
Iya, itu contoh kecil aja. Atau kalau tidak bisa sms atau telepon, ada kan email? Minta tolong aja sang sekretaris kalau sibuk banget untuk bales sms atau email, atau telepon yang diterima editor. saya yakin banget, kalau editor yang baik pasti mengusahakan untuk terus berhubungan dengan para outsorce-nya.

Apa lagi Mas?
Keenam, secara teknis harus mau terus meningkatkan skill. Banyak lho, sekarang editor yang awalnya kejeblos di dunia penerbitan, makanya, terkadang dipaksakan untuk menjadi editor. Oleh karena itu, baiknya terus meningkatkan skill. Banyak caranya kok, banyak baca buku, baca Koran, baca majalah. Bawa pulpen kemana-mana karena terkadang editor yang sudah mendarah daging akan otomatis mengedit bahasa yang kurang enak ketika kita baca media.

Caranya gimana Mas?
Sebisa mungkin ketika mengetik apapun, sekecil apapun tidak ada kesalahan sehurufpun apalagi kesalahan kalimat. Terus kalau bisa, ketika SMS jangan juga ada kesalahan atau pemotongan-pemotong an kata yang tidak jelas. Ini jadi ajang asah juga, lho, jangan diremehkan.

Apalagi Mas?
Ketujuh harus mau tahu berapa beaya yang dikeluarkan untuk menerbitkan buku. Dari mulai beaya naskah, beaya ilustrasi, beaya desain, beaya pracetak, beaya cetak, sehingga nanti bukunya tidak kemahalan. Iya, kalau editor mau ya.

Kedelapan?
Udah cukup, tujuh aja, ntar kalau panjang-panjang bukan tips dung namanya.

Makasih Mas.
Sama-sama. Mudah-mudahan bermanfaat. Maaf lho, jika ada editor yang mau protes, terutama pada tips kelima.

Wassalam
Ali Muakhir
Book Kreator

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar Anda