Jumat, 14 Mei, 2010 03:14
Dari:
"aries adenata"
*Melirik penulis yang tersembunyi*
LPPH bukan sebuah tolak ukur adanya kaderisasi di FLP. Ya, kenapa saya
mengatakan demikian. Saya mencoba mengutip kalimat AKhi Dirman, banyak
penulis daerah yang belum dilirik oleh pusat. Mereka menebar karya yang
tak terlihat. Kenapa bisa begitu?
Saya mencoba mengajukan pertanyan itu, seharusnya FLP yang berbadan
tambun ini mulai menyadari diri, bahwa ia mengalami obesitas jumlah
kader yang terserak di seantero Indonesia. Sudah saatnya ada bank data
buku yang diterbitkan oleh kader FLP. Memang, ini bukan pekerjaan yang
mudah. Tapi, ini penting bagi FLP untuk mejawab syak wasangka dari
kalangan internal dan eksternal. Seberapa banyak dan berkualitasnya
karya FLP.
Tak sekadar mendata, FLP dengan segala potensi harus menata diri.
Lihat! Salah satunya, banyak dosen sastra yang kini mengisi energi FLP.
Kenapa mereka tidak dimanfaatkan? Jika mereka menghimpun diri dan
mencoba mengkritik karya anggota FLP baik ke media cetak ataupun dengan jurnal ilmiah sastra(milik FLP). Bayangkan, penulis yang tersembunyi yang bisa jadi
tak kalah kualitasnya akan muncul bak cendawan di musim dingin.
Ya, membuat jurnal sastra FLP! Ini menyambut gagasan Mbak Helvy ketika
bertandang ke Solo sebulan yang lalu. Kita hanya latah saja melihat
karya FLP baik atau tidak. Namun, tidak berdasarkan standart teori
sastra.
Semoga penulis yang tersembunyi mulai terkuak! Terus berkarya Akhi Dirman dan temen-teman daerah yang lainnya...
Sejarah yang akan bicara!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar Anda