04 Mei 2010

Terapi Sakit Hati

Kang Zen Satu Full 04 Mei jam 18:37


Sahabat Oase, pernahkah Anda sakit Hati? Atau, pernahkah Anda menyakiti hati orang lain? Dan, menurut Anda, apa yang lebih penting untuk dihindari, merasa sakit hati atau menyakiti hati orang lain?
Banyak orang yang mengatakan, “lebih baik sakit gigi, dari pada sakit di hati....”. Masya Allah, pantas saja jika mereka berkeyakinan seperti itu, maka mereka menjadi sering sakit gigi dan juga tidak menghilangkan sakit di hatinya.

Sahabat Oase, kalau Anda menyakiti hati orang lain, sesungguhnya Anda belum tentu berbuat salah, tapi bisa jadi karena orang tersebut tidak bisa menerima kebenaran yang Anda sampaikan. Tetapi, kalau Anda sakit hati karena perbuatan atau perkataan orang lain, maka sesungguhnya Anda sedang menzalimi diri Anda sendiri. Padahal, banyak sekali ayat di Al-Quran yang melarang kita untuk “menzalimi diri sendiri”.

Jangan pernah berhenti melangkah menegakkan kebaikan dan kebenaran hanya lantaran ada orang yang sakit hati dengan apa yang Anda lakukan. Ketahuilah, ketika standar kebenaran itu adalah perasaan orang lain maka Anda akan kesulitan untuk menegakkan kebenaran yang sejati di muka bumi ini. Artinya, jika Anda selalu khawatir ada orang yang sakit hati dengan apa yang Anda lakukan ketika Anda menegakkan kebenaran, maka wajar saja Anda akan kesulitan membuka tabir kebenaran yang sejati.

Anda bisa bayangkan, ketika Rosulullah saw pertama kali mendakwahkan Islam, berapa banyak orang yang sakit hati sebab dakwah Rosulullah saw yang membawa kalimat "Laa Ilaaha Illaallaah". Betapa banyak yang tersungging karena Rosulullah Muhammad saw menyatakan bahwa Tuhan yang mereka sembah selama ini adalah salah. Tapi apakah Rosulullah berbuat dosa karena menyakiti perasaan para paman, sahabat, dan rekan-rekan bisnisnya? Tentu tidak....

Artinya, jangan sampai Anda hentikan gerakan Anda hanya lantaran ada orang yang sakit hati, tapi hentikanlah gerakan Anda karena memang Allah melarang dan tidak meridhoi apa yang Anda lakukan.

Namun demikian, Anda bisa jadikan bahan instrospeksi apabila akibat "gerakan" atau "kata-kata" Anda ada orang yang tersakiti hatinya. Mungkin saja Anda bergerak terlalu ekstrim, padahal Rosulullah menyuruh kita berdakwah dengan cara yang baik, lembut, dan bermusyawarah.

Atau bisa saja hal itu sebagai indikasi bahwa memang apa yang Anda lakukan menyimpang dari nilai-nilai kebenaran, sehingga wajar banyak yang sakit hati kepada Anda lantaran apa yang Anda lakukan.

Tapi tentu saja, sakit hati tetaplah bukan hal yang baik.... Kalau kita menyakiti hati seseorang mungkin saja kita tidak berdosa, sebab bisa jadi orang itu sakit hati karena memang hatinya tidak bersih, sehingga tidak siap dengan hal baik yang kita sampaikan dan kita lakukan. Tapi... kalau kita yang sakit hati karena perkataan dan perbuatan orang lain, berarti kita telah mengotori hati kita.... menzalimi diri sendiri...

Nah, apakah Anda hari ini sedang sakit hati dengan polah seseorang? Atau karena polah sekelompok orang?

Jadi, sebenarnya, mengenai SAKIT HATI ini adalah mengenai sejauh mana Anda bisa tetap berpegang teguh kepada tuntunan Allah dan RosulNya. Satu riwayat yang menarik untuk Anda tentang sakit hati. Dalam sebuah peperangan, Imam Ali ra berhasil menjungkalkan lawan tandingnya. Ketika akan ditusuk, meludahlah musuh itu tepat mengenai wajahnya sehingga Imam Ali tidak jadi membunuhnya. "Ali, kenapa engkau tidak jadi membunuhku?" Imam Ali menjawab, "Aku khawatir membunuhmu bukan karena Allah, tetapi karena ludah". Subhanallah, Ali ra tidak mau membunuh musuhnya lantaran sakit hati ketika ia diludahinya.

Sahabat Oase, artinya sakit hati itu adalah perbuatan yang tidak baik. Dan memang betapa banyak penyakit yang berbahaya hadir di awali dari rasa sakit hati yang tak diobati dengan tuntas. Sehingga, mulai hari ini, Anda tidak boleh mengatakan "Sakit hati itu kan manusiawi... wajar dong kalau saya sakit hati karena dia telah mencuekkan dan menghina saya..."

Ya, mungkin saja sakit hati itu manusiawi....tetapi ketahuilah bahwa tidak semua yang "manusiawi" itu baik untuk kebersihan hati manusia. jadi, pernyataan "manusiawi" tidak bisa dijadikan alasan bahwa kita boleh berbuat dosa/salah...

Sesungguhnya, tak seorang pun dapat menyakiti hati Anda, kalau Anda tidak mengizinkannya. Sungguh, tak seorang pun dapat menyakiti hati Anda kalau Anda sudah begitu dekat dengan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang....

Nah, Bagaimana kalau terlanjur sakit hati? Apa yang harus dilakukan? Nah, ketika sakit hati menghampirimu, maka segeralah ber-istighfar dengan sepenuh hati. Mohon ampunlah kepada Allah karena Anda merasa sakit hati. Yang jadi masalah adalah, ketika Anda tidak merasa bahwa sakit hati itu adalah perbuatan yang menzalimi diri sendiri, sehingga otomatis Anda pun menjadi enggan beristighfar ketika Anda merasa sakit hati.

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad dan An-Nasa’i, Anas bin Malik menceritakan sebuah kejadian yang dialaminya pada sebuah majelis bersama Rusulullah Saw.

Anas bercerita, “Pada suatu hari kami duduk bersama Rasulullah Saw., kemudian beliau bersabda, “Sebentar lagi akan muncul di hadapan kalian seorang laki-laki penghuni surga.” Tiba-tiba muncullah laki-laki Anshar yang janggutnya basah dengan air wudhunya. Dia mengikat kedua sandalnya pada tangan sebelah kiri.” Esok harinya, Rasulullah Saw. berkata begitu juga, “Akan datang seorang lelaki penghuni surga.” Dan munculah laki-laki yang sama. Begitulah Nabi mengulang sampai tiga kali.

Ketika majelis Rasulullah selesai, Abdullah bin Amr bin Al-Ash Ra. mencoba mengikuti seorang lelaki yang disebut oleh Nabi sebagai penghuni surga itu. Kemudian beliau berkata kepadanya : “Saya ini bertengkar dengan ayah saya, dan saya berjanji kepada ayah saya bahwa selama tiga hari saya tidak akan menemuinya. Maukah kamu memberi tempat pondokan buat saya selama hari-hari itu ?” kata Abdullah bin Amr bin Al-Ash.

Abdullah mengikuti orang itu ke rumahnya, dan tidurlah Abdullah di rumah orang itu selama tiga malam. Selama itu Abdullah ingin menyaksikan ibadah apa gerangan yang dilakukan oleh orang itu yang disebut oleh Rasulullah sebagai penghuni surga. Tetapi selama itu pula dia tidak menyaksikan sesuatu yang istimewa di dalam ibadahnya.

Kata Abdullah, “Setelah lewat tiga hari aku tidak melihat amalannya sampai-sampai aku hampir-hampir meremehkan amalannya, lalu aku berkata: “Hai hamba Allah, sebenarnya aku tidak bertengkar dengan ayahku, dan tidak juga aku menjauhinya. Tetapi aku mendengar Rasulullah Saw. berkata tentang dirimu sampai tiga kali, “Akan datang seorang darimu sebagai penghuni surga.” Aku ingin memperhatikan amalanmu supaya aku dapat menirunya. Mudah-mudahan dengan amal yang sama aku mencapai kedudukanmu.”

“Yang aku amalkan tidak lebih daripada apa yang engkau saksikan.” Kata orang tersebut. Ketika aku mau berpaling, kata Abdullah, dia memanggil lagi, kemudian berkata, “Demi Allah, amalku tidak lebih daripada apa yang engkau saksikan itu. Hanya saja aku tidak pernah menyimpan pada diriku niat yang buruk terhadap kaum Muslim, dan aku tidak pernah menyimpan rasa dengki kepada mereka atas kebaikan yang diberikan Allah kepada mereka.”

Lalu Abdullah bin Amr berkata, “Beginilah bersihnya hatimu dari perasaan jelek dari kaum Muslim, dan bersihnya hatimu dari perasaan dengki. Inilah tampaknya yang menyebabkan engkau sampai ke tempat yang terpuji itu. Inilah justru yang tidak pernah bisa kami lakukan.

Memberikan hati yang bersih, tidak menyimpan prasangka yang jelek terhadap kaum Muslim kelihatannya sederhana tetapi justru amal itulah yang seringkali sulit kita lakukan. Mungkin kita mampu berdiri di malam hari, sujud dan rukuk di hadapan Allah Swt., akan tetapi amat sulit bagi kita menghilangkan kedengkian kepada sesama kaum Muslim, hanya karena kita pahamnya berbeda dengan kita. Hanya karena kita pikir bahwa dia berasal dari golongan yang berbeda dengan kita. Atau hanya karena dia memperoleh kelebihan yang diberikan Allah, dan kelebihan itu tidak kita miliki. “Inilah justru yang tidak mampu kita lakukan.” kata Abdullah bin Amr.

Wallahu’alam bish showab…

Wallahu alam
disusun dari berbagai literatur oleh Kang Zen
http://cahaya-semesta.com
www.cahaya-semesta.c

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar Anda