Taj Mahal: Kisah Cinta Abadi
Benarkah Taj Mahal dibangun untuk Shah Jahan untuk mengenang Mumtaz Mahal, permaisurinya? Atau justru ada cerita yang sama sekali tak terduga dibalik megah dan indahnya bangunan peristirahatan terakhir sang permaisuri? Misterius.
Kisah yang dilatari oleh lingkungan kesultanan, sebuah Benteng Merah, sebutan untuk istana sang sultan dan sungai Yamuna yang tergambarkan dengan sejuk dan indah di sebuah kawasan tropik India menerbangkan khayal pembaca ke abad 17.
Islam yang minoritas tetapi sebagai penguasa digambarkan mengayomi rakyat mayoritasnya yang Hindu. Persahabatan yang baik mulai bermasalah saat putra kedua Sultan, Alamgir, mulai bernafsu, sejak saat remajanya, pada kekuasaan yang digambarkan bersembunyi di balik agama Islam yang fanatik. Tidak mau mengakomodir Hindu.
Tokoh utama, Jahanara, putri Sultan dan Mumtaz Mahal, yang dididik ibunya sebagai perempuan yang kuat, cerdas, dan mandiri, sejak remajanya sudah harus menghadapi kebencian Alamgir (Aurangzeb), kakaknya yang memandang rendah perempuan dengan justifikasi Islamnya dan menyokong kelemah-lembutan (atau kelemahan?) Dara (sang putra mahkota), juga belajar menghadapi para politikus yang mengelilingi Sultan.
Jhon Shors sangat gemilang memberikan gambaran feminisme mutlak pada tumbuh kembang Jahanara oleh permaisuri yang juga digambarkan sangat cerdas. Pembelaan hak-hak perempuan di masa yang perempuan masih sangat dinomorsekiankan sangat bisa diterima. Banyak gambaran indah tentang kata-kata Arjumand (Mumtaz Mahal) tentang perempuan yang sangat menginspirasi, seperti:
“kecantikan memperindah dirimu Jahanara, tapi yang terpenting adalah pikiranmu”, atau
“kau menikahi orang yang kau nikahi” (halaman 37), atau
di halaman 42 yang menggambarkan kepribadian kuatnya:
Arjumand memandang rendah tradisi yang mengikat masyarakat kami. sementara para lelaki mengejar apa saja yang mereka inginkan, perempuan dipaksa bertindak sebagai bayangan, bersembunyi dari cahaya, hanya mengikuti jejak mereka. Dan betapa Arjumand membenci bayang-bayang! Permaisuri adalah satu dari sedikit wanita Hindustan yang memperoleh hampir semua yang diinginkannya. Dia tidak berpakaian layaknya laki-laki tentu saja, namun ia berbicara seperti mereka, tidak takut menyuarakan pikirannya.
atau: “kita perempuan musti hati-hati, berurusan dengan lelaki ibarat bermain dengan bola api. Mereka tidak bahaya bila kau hati-hati. Tapi demi Allah, mereka bisa membakarmu bila kau lengah.” (halaman 43)
Hanya saja, ketika Sultan sendiri yang notabene Islam mulai memihak Jahanara untuk memperjuangkan cintanya pada arsitek Taj Mahal, Isa, dengan mengkhianati suami sahnya, Khondamir, dengan memberikan lorong rahasia menuju rumah persembunyian untuk keluarga kerajaan jika harus melarikan diri, tempat Jahanara dan Isa memadu kasih yang penuh dosa sebenarnya, ini sungguh suatu hal yang nista.
Sudahlah, pembaca berusaha memahami walau tak menerima bahwa kesultanan yang Islam tapi tak islami mulai nampak warnanya dengan kemunculan anggur sebagai teman makan siang atau makan malam keluarga kerajaan. Tapi seorang Sultan mendorong pada perzinahan adalah batasnya.
Lihai nian Jhon Shors mengangkat sebuah tema yang nampaknya Islam, settingnya Islam, tapi di dalamnya dia pertentangkan antara Islam yang sangat fanatik (Alamgir) dan islam yang sangat longgar (Dara, Jahanara, Sultan). Menggambar islam fanatik dalam diri Alamgir/Aurangzeb yang mencomot ayat-ayat yang disukainya dan meninggalkan ayat-ayat yang lain. Timpang.
Simbol-simbol Islam terserak di banyak halaman di novel ini, seperti adzan, masjid, jubah (tapi tipis dan menerawang? ah!) Al Qur’an (yang dinukil oleh Alamgir di bagian-bagian yang mendukung nafsunya saja).
Pembaca awam yang belum memahami Islam dengan kaffah atau yang sama sekali belum kenal Islam akan menyangka bahwa demikianlah Islam, seperti yang digambarkan Shors dalam Taj Mahal.
Boleh minum anggur yang memabukkan. Boleh berzina walaupun fanatik, seperti Alamgir. Boleh menyakiti orang tua tapi jangan sampai membunuhnya, seperti penawanan tak berperi kemanusiaan yang dilakukan Alamgir terhadap Sultan dan Jahanara, sampai kondisi Sultan yang sedang sakit parah makin menjijikkan dengan tubuh penuh kurap dan belatung.
Boleh mencampuradukkan ajaran agama seperti Dara yang saking cintanya pada rakyat Hindu, dia berusaha membuat kitab untuk menyatukan ajaran Islam dan Hindu.
Boleh berzina seperti Jahanara dan Isa. Zina yang digambarkan begitu mulia demi mengejar cinta sejati. Ditambah fakta cerita bahwa Khondamir, suami politik Jahanara, sangat kasar pada istrinya yang pasti akan mengusik solidaritas kewanitaan pembaca manapun, dan membuat mereka berpihak pada Jahanara hingga akhirnya -mungkin- akan mendukung perselingkuhan yang akhirnya perzinahan Jahanara dan Isa.
Pembangunan Taj Mahal sendiri sebenarnya sangat indah. Dimulai dari memilih arsitek, Isa, oleh Sultan. Lalu negosiasi dan intrik pendanaan yang tersurat dan tersirat. Perang kepentingan Jahanara yang membela dana untuk Taj Mahal dan Alamgir untuk dana peperangan dan penaklukan.
Paling tidak dari buku ini saya belajar bahwa sastra yang menyuguhkan setting kehidupan islam, belum tentu islami. Seperti juga novel islam progesif yang baru-baru ini ditawarkan resensinya untuk kubaca yang berjudul Gadis Kerudung Jiingga. Sekali lagi hanya membenturkan islam fanatik dan yang longgar, tapi jarang mengungkap islam yang seimbang, yang moderat, sehingga hanya mengajak pembaca untuk menjauhi core dari islam itu sendiri.
Judul: Taj Mahal: Kisah Cinta Abadi
Pengarang: Jhon Shors
Penerbit: Mizan
http://metamorphian.wordpress.com/2010/04/12/resensi-taj-mahal-kisah-cinta-abadi/
Pengungkapan jati diri Age yang hanya tahu dirinya pemulung miskin yang tiba-tiba saja menjadi anak bungsu (anak ke tujuh dari keturunan ke tujuh yang ibunya pun anak ke tujuh) keluarga ningrat. Pamor biru keperakan yang menyelimuti dirinya setelah pencabutan Indrajid dari warongkonya mengubah jalan hidup dan pemikirannya tentang hidup.
Membaca novel ini membuat saya berdecak kagum. Pastilah Sinta Yudisia melakukan riset yang tidak setengah-setengah mengenai budaya Jawa, terutama seputar benda-benda pusaka, perburuannya, penyimpanannya, dan perawatannya, juga tentang situs-situs purbakala, candi-candi tempat orang dulu maupun kini mencari kedigjayaan ataupun keistimewaan yang lain. Pengetahuan pengarang tentang unggah-ungguh dan tata cara keraton yang tercermin dalam interaksi karakter-karakter para bangsawan keraton dan para abdi dalemnya dapat memperluas wawasan pembaca mengenainya melebihi buku-buku pelajaran sejarah di sekolah-sekolah.
Pemilihan nama karakter-karakternya unik dan kuat mewakili watak tiap karakter. Ragil Anom, Kilisuci, Ki Gede Banyaran, Ki Selomoyo, Bendoro Agung Galuh Anom, Reni Rahardian, dan lain-lain yang masing-masing digambarkan dengan gamblang perwatakannya dalam interaksi antar tokoh dalam cerita.
Kehidupan anak jalanan yang penuh perjuangan yang dikisahkan dengan nyata membuat saya agak bergidik membayangkan bagaimana seandainya sayalah anak jalanan yang harus memulung, bahkan mencari bea hidup tambahan bila terjadi hal-hal diluar perkiraan sehari-hari. Apakah saya juga akan terpaksa menata gudang miras dan berhadapan dengan preman-preman kekar dan kasar seperti Age?
Terasa belum tuntas novel ini sebenarnya. Saya pribadi mengharapkan scene yang lebih seru yang menceritakan kesaktian Age. Yang lebih dari sekedar ketajaman insting dan kemampuan melihat masa lalu, kini, dan nanti. Kemampuannya untuk menyakiti bahkan membunuh beberapa orang sebenarnya sudah seru, tapi andai klimaks di kolam kaputren, situs candi dan di sumur singup Amerta Mantana itu menimbulkan pertarungan langsung antara dua kekuatan hitam dan putih, misalnya antara Burhan dan Age, akan lebih mempertegas kesan ‘kesaktian’ putih alias kemenangan sang tukang … hehe, berbahagialah mereka yang setiap hari menyempatkan diri untuk mengintip kitab yang dapat mengalahkan kekuatan hitam itu
Kurang puas juga dengan perubahan sikap Dicky yang kemudian tunduk terhadap Age. Kurang tersurat. Juga dialog-dialog Reni Rahardian dengan Age. Lalu telpon Age ke Dicky yang mengabarkan ibunya, Galuh Anom, diculik, menggambarkan Age tidak sakti, padahal sebelumnya deskripsi kekuatan ke tujuh itu seolah tiada banding.
Editingnya agak sedikit mengganggu di sana-sini. Pengulangan kata-kata, dash yang menindih text/back groundnya, atau melayang di antara spasi, bahkan ada juga kalimat panjang yang terulang, tapi lupa tak kutandai jadi nyari tempatnya lagi suliit (hampir sama dengan buku yang sebelumnya, The Road to The Empire). Tapi tidhttp://metamorphian.wordpress.com/2010/02/26/reinkarnasi-pemuda-titisan-prabu-jaman-purba-atau-anak-bangsawan-keblinger/ak sampai mengganggu pemahaman isi novel
Subhanallah! I never know Indonesian writer can write like this. Sinta Yudisia rocks!
I used to hate reading histories. But reading this novel, I couldn’t help it, hardly stopping. The facts of history combined and mingled with the romance fiction are beautifully presented. The poetical description of the palaces, the Gobi dessert, the meadows, the steep mountain, and the poetical poetries themselves are amazing. Really add my poor vocabs Sinta Yudisia is really trained to the creation of beautiful description.
Twilight Saga was amazing I thought, but this book… makes Edward Cullen was nothing compared to Takudar Khan This crown prince was thrown and eliminated not only from the palace, he was also hunted, to be killed, so Albuqa Khan, the Emperor adviser who betrayed his father, the Emperor, and designed the Emperor and Queen’s murder, can freely control the Second Prince, Takudar’s younger brother, who was then the next Emperor.
I luv it how Yudisia presenting the drama. The complication emerged in Takudar’s mind when he seek a refuge to Babussalaam and found his father’s best friends’ son, Rasyiduddin, who become his ally because of his father’s oath, Anda oath, as the heir of Jenghiz Khan, with Syaikh Jamaluddin. The oath made him oppose the Emperor, his younger brother, who he loved and cared very much. This predicament made him think twice to stop their jihad.
It broke my heart following the story of the brave Tar Muleng (one of Mongolian etnic) girl Almamuchi, Takudar’s faithful servant, and Princess Urghana, Albuqa Khan’s first daughter. Actually the whole cruelty of the Mongolian Empire disgusted me. But I was rather comforted by the aim and goal of the Hui-Hui etnic which leader was then Takudar: to change the cruel empire into a just one, a people-oriented empire.
I regard this book as not only a great novel, but it also is a great history book. I learn a lot about who Jenghiz Khan, his anchestors and heirs were. Thank to Sinta Yudisia ^^
Ads by Google
Kami sepakat nunggu beberapa menit lagi. Siapa tahu ada yang datang lagi. Ternyata…ngga ada lagi hahaha. Yawda, kami buka diskusi dengan berdoa semoga diskusi ini bermanfaat.
Sebagian besar materi diskusi kami yang ABG-ABG ini (hahaha) berkutat sekitar perkembangan psikis Kugy, Keenan, dan tokoh-tokoh yang nggak semua ngefans sama Neptunus si dewa lautan yang kemana-mana suka bawa-bawa garpu.
Kugy yang gokil and full of fun, tiba-tiba berubah pendiam dan mengesalkan terutama bagi sobat-sobatnya. Kegokilannya tiba-tiba berubah waras, tapi terlalu waras kali ya sampe kuliahnya kelar prematur. Sempet diskusiin apakah si Kugy mengidap split banana eh split personality ding… Apakah tuduhan terhadap Sherina Munaf bahwa dia berkepribadian ganda menimpa Kugy juga? Halaah, keknya semua orang pasti punya dua sisi itu dyeeh: sisi (sedang) bijak dan sisi (lagi) egois.
Noni, sobat terdekatnya, belahan jiwa (halaah) sejak kecil akhirnya memutuskan persahabatan karena salah paham. Hiks, hayoo siapa yang nangisin adegan ini?? I bet most of you who love friendship do cry.
Konflik Keenan dan Adri, sang bapak, juga. Kenapa juga Adri masih ngekang bakat melukis Keenan yang top markotop hanya karena cemburu pada hantu masa lalu itu. Hm? Bikin gemes aja. Dee woke tuh meramu kata, bikin kita pembaca jadi gemas euy.
Psikis Luhde si remaja bijak juga lumayan jadi bahan diskusi. Di kenyataan, ada nggak ya profil remaja kek Luhde? Yang mulutnya bak lukisan Keenan atau kisah-kisah seru binti gokil hasil coretan Kugy.
Dan ending yang kami semua kompak menyebutnya egois instead of happy ending. Yaa walaupun Kugy-Keenan akhirnya bersatu hati, tapi kami kok ngga hepi ya. Keberpihakan jadi lebih berat pada Remy, bos dan kekasih Kugy, yang memutuskan Kugy saat tahu bahwa hati Kugy (ternyata) bukan untuknya. Ah, cinta. Hiks.
Tapi kami suka banget ide agen Neptunus itu, orisinil sekali. Gokiiilll abiss. Pasti Dee pun segokil itu kali yaa *ngintip twitter Dee sambil ngakak-ngakak*
Mungkin banyak yang terlewat untuk dicatat tapiii nggak papa deh yaaa
Buku bulan depan: Taj Mahal by John Shors, Penerbit: Mizan
Banyak versi di ebooknya (saya nggak tau bgt siih) sekilas aja.
Nah yang kita baca tu yang bab I nya berjudul : Kesadaranku, tapi awalannya ada halaman pembuka ‘Bagian Satu’: Ketika aku mendengar kisah cinta pertamaku, mulailah aku mencarimu, tanpa sadar betapa maya pencarian itu. Pada akhirnya, sepasang kekasih tidaklah berjumpa di tempat tertentu, sepanjang waktu, di dalam hati mereka menyatu. –Rumi
Nih sedikit cuplikan bab 1 paragraf satu : Kesadaranku
Aku memandangi harem kerajaan sambil menyeka bekas yoghurt di bibirku. Sebagai kediaman perempuan-perempuan pilihan di Benteng Merah, harem adalah sebuah kawasan luas yang berisi rumah tinggal, taman, gang, pesanggrahan, serambi, dan ceruk-ceruk buatan. Selain sultan dan anak-anaknya, tamu-tamu dan para kasim, tidak ada lelaki lain yang diperkenankan memasuki dunia ini.
Oke segitu aja. Waktu dan tempat gathering Klub Buku bulan depan…nyusul yaa ^.^
Cheers,
Penjaga Gawang KBA Bangkalan
http://metamorphian.wordpress.com/2010/04/12/resensi-taj-mahal-kisah-cinta-abadi/
http://metamorphian.wordpress.com/2010/02/26/reinkarnasi-pemuda-titisan-prabu-jaman-purba-atau-anak-bangsawan-keblinger/
http://metamorphian.wordpress.com/2010/02/24/the-road-to-the-empire-a-historical-novel-a-classic-romance/
http://metamorphian.wordpress.com/2010/02/17/catatan-kba-bangkalan-januari-2010-perahu-kertas/
Kisah yang dilatari oleh lingkungan kesultanan, sebuah Benteng Merah, sebutan untuk istana sang sultan dan sungai Yamuna yang tergambarkan dengan sejuk dan indah di sebuah kawasan tropik India menerbangkan khayal pembaca ke abad 17.
Islam yang minoritas tetapi sebagai penguasa digambarkan mengayomi rakyat mayoritasnya yang Hindu. Persahabatan yang baik mulai bermasalah saat putra kedua Sultan, Alamgir, mulai bernafsu, sejak saat remajanya, pada kekuasaan yang digambarkan bersembunyi di balik agama Islam yang fanatik. Tidak mau mengakomodir Hindu.
Tokoh utama, Jahanara, putri Sultan dan Mumtaz Mahal, yang dididik ibunya sebagai perempuan yang kuat, cerdas, dan mandiri, sejak remajanya sudah harus menghadapi kebencian Alamgir (Aurangzeb), kakaknya yang memandang rendah perempuan dengan justifikasi Islamnya dan menyokong kelemah-lembutan (atau kelemahan?) Dara (sang putra mahkota), juga belajar menghadapi para politikus yang mengelilingi Sultan.
Jhon Shors sangat gemilang memberikan gambaran feminisme mutlak pada tumbuh kembang Jahanara oleh permaisuri yang juga digambarkan sangat cerdas. Pembelaan hak-hak perempuan di masa yang perempuan masih sangat dinomorsekiankan sangat bisa diterima. Banyak gambaran indah tentang kata-kata Arjumand (Mumtaz Mahal) tentang perempuan yang sangat menginspirasi, seperti:
“kecantikan memperindah dirimu Jahanara, tapi yang terpenting adalah pikiranmu”, atau
“kau menikahi orang yang kau nikahi” (halaman 37), atau
di halaman 42 yang menggambarkan kepribadian kuatnya:
Arjumand memandang rendah tradisi yang mengikat masyarakat kami. sementara para lelaki mengejar apa saja yang mereka inginkan, perempuan dipaksa bertindak sebagai bayangan, bersembunyi dari cahaya, hanya mengikuti jejak mereka. Dan betapa Arjumand membenci bayang-bayang! Permaisuri adalah satu dari sedikit wanita Hindustan yang memperoleh hampir semua yang diinginkannya. Dia tidak berpakaian layaknya laki-laki tentu saja, namun ia berbicara seperti mereka, tidak takut menyuarakan pikirannya.
atau: “kita perempuan musti hati-hati, berurusan dengan lelaki ibarat bermain dengan bola api. Mereka tidak bahaya bila kau hati-hati. Tapi demi Allah, mereka bisa membakarmu bila kau lengah.” (halaman 43)
Hanya saja, ketika Sultan sendiri yang notabene Islam mulai memihak Jahanara untuk memperjuangkan cintanya pada arsitek Taj Mahal, Isa, dengan mengkhianati suami sahnya, Khondamir, dengan memberikan lorong rahasia menuju rumah persembunyian untuk keluarga kerajaan jika harus melarikan diri, tempat Jahanara dan Isa memadu kasih yang penuh dosa sebenarnya, ini sungguh suatu hal yang nista.
Sudahlah, pembaca berusaha memahami walau tak menerima bahwa kesultanan yang Islam tapi tak islami mulai nampak warnanya dengan kemunculan anggur sebagai teman makan siang atau makan malam keluarga kerajaan. Tapi seorang Sultan mendorong pada perzinahan adalah batasnya.
Lihai nian Jhon Shors mengangkat sebuah tema yang nampaknya Islam, settingnya Islam, tapi di dalamnya dia pertentangkan antara Islam yang sangat fanatik (Alamgir) dan islam yang sangat longgar (Dara, Jahanara, Sultan). Menggambar islam fanatik dalam diri Alamgir/Aurangzeb yang mencomot ayat-ayat yang disukainya dan meninggalkan ayat-ayat yang lain. Timpang.
Simbol-simbol Islam terserak di banyak halaman di novel ini, seperti adzan, masjid, jubah (tapi tipis dan menerawang? ah!) Al Qur’an (yang dinukil oleh Alamgir di bagian-bagian yang mendukung nafsunya saja).
Pembaca awam yang belum memahami Islam dengan kaffah atau yang sama sekali belum kenal Islam akan menyangka bahwa demikianlah Islam, seperti yang digambarkan Shors dalam Taj Mahal.
Boleh minum anggur yang memabukkan. Boleh berzina walaupun fanatik, seperti Alamgir. Boleh menyakiti orang tua tapi jangan sampai membunuhnya, seperti penawanan tak berperi kemanusiaan yang dilakukan Alamgir terhadap Sultan dan Jahanara, sampai kondisi Sultan yang sedang sakit parah makin menjijikkan dengan tubuh penuh kurap dan belatung.
Boleh mencampuradukkan ajaran agama seperti Dara yang saking cintanya pada rakyat Hindu, dia berusaha membuat kitab untuk menyatukan ajaran Islam dan Hindu.
Boleh berzina seperti Jahanara dan Isa. Zina yang digambarkan begitu mulia demi mengejar cinta sejati. Ditambah fakta cerita bahwa Khondamir, suami politik Jahanara, sangat kasar pada istrinya yang pasti akan mengusik solidaritas kewanitaan pembaca manapun, dan membuat mereka berpihak pada Jahanara hingga akhirnya -mungkin- akan mendukung perselingkuhan yang akhirnya perzinahan Jahanara dan Isa.
Pembangunan Taj Mahal sendiri sebenarnya sangat indah. Dimulai dari memilih arsitek, Isa, oleh Sultan. Lalu negosiasi dan intrik pendanaan yang tersurat dan tersirat. Perang kepentingan Jahanara yang membela dana untuk Taj Mahal dan Alamgir untuk dana peperangan dan penaklukan.
Paling tidak dari buku ini saya belajar bahwa sastra yang menyuguhkan setting kehidupan islam, belum tentu islami. Seperti juga novel islam progesif yang baru-baru ini ditawarkan resensinya untuk kubaca yang berjudul Gadis Kerudung Jiingga. Sekali lagi hanya membenturkan islam fanatik dan yang longgar, tapi jarang mengungkap islam yang seimbang, yang moderat, sehingga hanya mengajak pembaca untuk menjauhi core dari islam itu sendiri.
Judul: Taj Mahal: Kisah Cinta Abadi
Pengarang: Jhon Shors
Penerbit: Mizan
http://metamorphian.wordpress.com/2010/04/12/resensi-taj-mahal-kisah-cinta-abadi/
Reinkarnasi: Pemuda Titisan Prabu Jaman Purba Atau Anak Bangsawan Keblinger?
Sebuah kisah karya Sinta Yudisia tentang seorang pemuda SMU yang tak tahu-menahu tentang misteri kelahirannya. Ragil Mulyo (Age) terbetot masuk ke dalam arus-arus kepentingan duniawi dan ukhrowi. Bagaimana sebuah prinsip yang kuat bisa secara perlahan tercerabut dari jiwa-jiwa bening. Sebaliknya, jiwa-jiwa yang bagaikan cermin buram berkerak bisa mengeruk totol-totol sampahnya hingga memantulkan cahaya pada sekitarnya.Pengungkapan jati diri Age yang hanya tahu dirinya pemulung miskin yang tiba-tiba saja menjadi anak bungsu (anak ke tujuh dari keturunan ke tujuh yang ibunya pun anak ke tujuh) keluarga ningrat. Pamor biru keperakan yang menyelimuti dirinya setelah pencabutan Indrajid dari warongkonya mengubah jalan hidup dan pemikirannya tentang hidup.
Membaca novel ini membuat saya berdecak kagum. Pastilah Sinta Yudisia melakukan riset yang tidak setengah-setengah mengenai budaya Jawa, terutama seputar benda-benda pusaka, perburuannya, penyimpanannya, dan perawatannya, juga tentang situs-situs purbakala, candi-candi tempat orang dulu maupun kini mencari kedigjayaan ataupun keistimewaan yang lain. Pengetahuan pengarang tentang unggah-ungguh dan tata cara keraton yang tercermin dalam interaksi karakter-karakter para bangsawan keraton dan para abdi dalemnya dapat memperluas wawasan pembaca mengenainya melebihi buku-buku pelajaran sejarah di sekolah-sekolah.
Pemilihan nama karakter-karakternya unik dan kuat mewakili watak tiap karakter. Ragil Anom, Kilisuci, Ki Gede Banyaran, Ki Selomoyo, Bendoro Agung Galuh Anom, Reni Rahardian, dan lain-lain yang masing-masing digambarkan dengan gamblang perwatakannya dalam interaksi antar tokoh dalam cerita.
Kehidupan anak jalanan yang penuh perjuangan yang dikisahkan dengan nyata membuat saya agak bergidik membayangkan bagaimana seandainya sayalah anak jalanan yang harus memulung, bahkan mencari bea hidup tambahan bila terjadi hal-hal diluar perkiraan sehari-hari. Apakah saya juga akan terpaksa menata gudang miras dan berhadapan dengan preman-preman kekar dan kasar seperti Age?
Terasa belum tuntas novel ini sebenarnya. Saya pribadi mengharapkan scene yang lebih seru yang menceritakan kesaktian Age. Yang lebih dari sekedar ketajaman insting dan kemampuan melihat masa lalu, kini, dan nanti. Kemampuannya untuk menyakiti bahkan membunuh beberapa orang sebenarnya sudah seru, tapi andai klimaks di kolam kaputren, situs candi dan di sumur singup Amerta Mantana itu menimbulkan pertarungan langsung antara dua kekuatan hitam dan putih, misalnya antara Burhan dan Age, akan lebih mempertegas kesan ‘kesaktian’ putih alias kemenangan sang tukang … hehe, berbahagialah mereka yang setiap hari menyempatkan diri untuk mengintip kitab yang dapat mengalahkan kekuatan hitam itu
Kurang puas juga dengan perubahan sikap Dicky yang kemudian tunduk terhadap Age. Kurang tersurat. Juga dialog-dialog Reni Rahardian dengan Age. Lalu telpon Age ke Dicky yang mengabarkan ibunya, Galuh Anom, diculik, menggambarkan Age tidak sakti, padahal sebelumnya deskripsi kekuatan ke tujuh itu seolah tiada banding.
Editingnya agak sedikit mengganggu di sana-sini. Pengulangan kata-kata, dash yang menindih text/back groundnya, atau melayang di antara spasi, bahkan ada juga kalimat panjang yang terulang, tapi lupa tak kutandai jadi nyari tempatnya lagi suliit (hampir sama dengan buku yang sebelumnya, The Road to The Empire). Tapi tidhttp://metamorphian.wordpress.com/2010/02/26/reinkarnasi-pemuda-titisan-prabu-jaman-purba-atau-anak-bangsawan-keblinger/ak sampai mengganggu pemahaman isi novel
The Road to the Empire, A Historical Novel, A Classic Romance
Subhanallah! I never know Indonesian writer can write like this. Sinta Yudisia rocks!
I used to hate reading histories. But reading this novel, I couldn’t help it, hardly stopping. The facts of history combined and mingled with the romance fiction are beautifully presented. The poetical description of the palaces, the Gobi dessert, the meadows, the steep mountain, and the poetical poetries themselves are amazing. Really add my poor vocabs Sinta Yudisia is really trained to the creation of beautiful description.
Twilight Saga was amazing I thought, but this book… makes Edward Cullen was nothing compared to Takudar Khan This crown prince was thrown and eliminated not only from the palace, he was also hunted, to be killed, so Albuqa Khan, the Emperor adviser who betrayed his father, the Emperor, and designed the Emperor and Queen’s murder, can freely control the Second Prince, Takudar’s younger brother, who was then the next Emperor.
I luv it how Yudisia presenting the drama. The complication emerged in Takudar’s mind when he seek a refuge to Babussalaam and found his father’s best friends’ son, Rasyiduddin, who become his ally because of his father’s oath, Anda oath, as the heir of Jenghiz Khan, with Syaikh Jamaluddin. The oath made him oppose the Emperor, his younger brother, who he loved and cared very much. This predicament made him think twice to stop their jihad.
It broke my heart following the story of the brave Tar Muleng (one of Mongolian etnic) girl Almamuchi, Takudar’s faithful servant, and Princess Urghana, Albuqa Khan’s first daughter. Actually the whole cruelty of the Mongolian Empire disgusted me. But I was rather comforted by the aim and goal of the Hui-Hui etnic which leader was then Takudar: to change the cruel empire into a just one, a people-oriented empire.
I regard this book as not only a great novel, but it also is a great history book. I learn a lot about who Jenghiz Khan, his anchestors and heirs were. Thank to Sinta Yudisia ^^
Ads by Google
Romance Book
The Journey Of An Abused Boy Who Matures & Turns To Terror. Buy Now!www.BirthOfATerrorist.com/Fiction
The Journey Of An Abused Boy Who Matures & Turns To Terror. Buy Now!www.BirthOfATerrorist.com/Fiction
Catatan KBA Bangkalan, Januari 2010: Perahu Kertas
Hari Minggu, 31 Januari 2010. Pagi yang cerah. Cuaca enak buat jalan-jalan, terutama buat teman-teman yang mau hadir di Klub Buku Anadia Bangkalan. Jam sembilan lewat mulai datang. Luluk. Lalu sepuluh menit kemudian datang Anik. Oke, not bad, pikirku. Lumayan tiga kepala untuk saling tukar pikiran tentang isi Perahu Kertas. Uhuy!Kami sepakat nunggu beberapa menit lagi. Siapa tahu ada yang datang lagi. Ternyata…ngga ada lagi hahaha. Yawda, kami buka diskusi dengan berdoa semoga diskusi ini bermanfaat.
Sebagian besar materi diskusi kami yang ABG-ABG ini (hahaha) berkutat sekitar perkembangan psikis Kugy, Keenan, dan tokoh-tokoh yang nggak semua ngefans sama Neptunus si dewa lautan yang kemana-mana suka bawa-bawa garpu.
Kugy yang gokil and full of fun, tiba-tiba berubah pendiam dan mengesalkan terutama bagi sobat-sobatnya. Kegokilannya tiba-tiba berubah waras, tapi terlalu waras kali ya sampe kuliahnya kelar prematur. Sempet diskusiin apakah si Kugy mengidap split banana eh split personality ding… Apakah tuduhan terhadap Sherina Munaf bahwa dia berkepribadian ganda menimpa Kugy juga? Halaah, keknya semua orang pasti punya dua sisi itu dyeeh: sisi (sedang) bijak dan sisi (lagi) egois.
Noni, sobat terdekatnya, belahan jiwa (halaah) sejak kecil akhirnya memutuskan persahabatan karena salah paham. Hiks, hayoo siapa yang nangisin adegan ini?? I bet most of you who love friendship do cry.
Konflik Keenan dan Adri, sang bapak, juga. Kenapa juga Adri masih ngekang bakat melukis Keenan yang top markotop hanya karena cemburu pada hantu masa lalu itu. Hm? Bikin gemes aja. Dee woke tuh meramu kata, bikin kita pembaca jadi gemas euy.
Psikis Luhde si remaja bijak juga lumayan jadi bahan diskusi. Di kenyataan, ada nggak ya profil remaja kek Luhde? Yang mulutnya bak lukisan Keenan atau kisah-kisah seru binti gokil hasil coretan Kugy.
Dan ending yang kami semua kompak menyebutnya egois instead of happy ending. Yaa walaupun Kugy-Keenan akhirnya bersatu hati, tapi kami kok ngga hepi ya. Keberpihakan jadi lebih berat pada Remy, bos dan kekasih Kugy, yang memutuskan Kugy saat tahu bahwa hati Kugy (ternyata) bukan untuknya. Ah, cinta. Hiks.
Tapi kami suka banget ide agen Neptunus itu, orisinil sekali. Gokiiilll abiss. Pasti Dee pun segokil itu kali yaa *ngintip twitter Dee sambil ngakak-ngakak*
Mungkin banyak yang terlewat untuk dicatat tapiii nggak papa deh yaaa
Buku bulan depan: Taj Mahal by John Shors, Penerbit: Mizan
Banyak versi di ebooknya (saya nggak tau bgt siih) sekilas aja.
Nah yang kita baca tu yang bab I nya berjudul : Kesadaranku, tapi awalannya ada halaman pembuka ‘Bagian Satu’: Ketika aku mendengar kisah cinta pertamaku, mulailah aku mencarimu, tanpa sadar betapa maya pencarian itu. Pada akhirnya, sepasang kekasih tidaklah berjumpa di tempat tertentu, sepanjang waktu, di dalam hati mereka menyatu. –Rumi
Nih sedikit cuplikan bab 1 paragraf satu : Kesadaranku
Aku memandangi harem kerajaan sambil menyeka bekas yoghurt di bibirku. Sebagai kediaman perempuan-perempuan pilihan di Benteng Merah, harem adalah sebuah kawasan luas yang berisi rumah tinggal, taman, gang, pesanggrahan, serambi, dan ceruk-ceruk buatan. Selain sultan dan anak-anaknya, tamu-tamu dan para kasim, tidak ada lelaki lain yang diperkenankan memasuki dunia ini.
Oke segitu aja. Waktu dan tempat gathering Klub Buku bulan depan…nyusul yaa ^.^
Cheers,
Penjaga Gawang KBA Bangkalan
http://metamorphian.wordpress.com/2010/04/12/resensi-taj-mahal-kisah-cinta-abadi/
http://metamorphian.wordpress.com/2010/02/26/reinkarnasi-pemuda-titisan-prabu-jaman-purba-atau-anak-bangsawan-keblinger/
http://metamorphian.wordpress.com/2010/02/24/the-road-to-the-empire-a-historical-novel-a-classic-romance/
http://metamorphian.wordpress.com/2010/02/17/catatan-kba-bangkalan-januari-2010-perahu-kertas/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar Anda