28 Mei 2011

GEMA VALENTINE SAAT INI

By : Puput Happy


Ingat valentine, jadi ingat kejadian kemarin saat “hari valentine”, tepatnya tanggal 14 Februari 2011. Saya kaget begitu mendengar ucapan teman sekantor saya, sebut saja Novi (bukan nama sebenarnya), yang dikenal sangat polos dan paling muda di antara kami. Dia bilang,

“Selamat hari valentine ya, Mba Puput....” Saya tertegun sejenak, dan hanya menjawab pelan,

“Hah? Selamat hari valentine? Yang bener aja....” Dan yang bikin saya lebih kaget lagi, hampir semua teman di kantor langsung tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan teman saya itu,

“Hahaha....!!! Apa?! Hai Nov, kamu ketinggalan jaman ya? Hare gene ngucapin hari valentine? Kamu orang Islam bukan sih? Baca sejarahnya dulu sih! Apa nggak pernah dapat SMS atau kajian tentang sejarah valentine? Ngisin-ngisini....”, ujar teman saya yang lain kepada Novi, masih dengan tawanya. Saya jadi kasihan melihat Novi ditertawakan seperti itu.

“Kamu nggak tahu ya, kalau hari valentine itu sangat bertentangan dengan ajaran Islam! Giliran Maulid Nabi, diem aja! Gimana sih? Besok kan hari Maulud Nabi Muhammad SAW, kenapa nggak dirayakan? Payah! Terpengaruh budaya Barat tuh!”, lanjut temanku. Dan teman-temanku yang lain juga ikut-ikutan nimbrung dan menasihati Novi, bahkan sampai menunjukkan beberapa SMS yang mereka terima tentang larangan merayakan hari Valentine. Saat itu memang sedang booming dengan adanya SMS berantai yang isinya tentang larangan mengucapkan hari valentine di tanggal 14 Februari. Novi hanya bilang,

“Aku nggak tahu.... Aku sih cuma ikut-ikutan aja! Wong teman-temanku juga banyak yang ngucapin selamat hari valentine via SMS ke aku...”, jawab Novi membela diri.

Aku memakluminya, karena Novi memang belum tahu sama sekali tentang apa itu valentine. Ia hanya mengikuti trend saja tanpa mempelajari dulu, kenapa harus ada hari valentine.

Yang membuatku cukup salut dengan teman-teman sekantor, ternyata mereka tetap berpegang teguh dengan ajaran Islam, tentunya setelah tahu sejarah hari valentine. Padahal aku masih ingat, dulu...setahun yang lalu mereka masih terbawa arus budaya dengan ucapan hari valentine, tapi kini mereka berubah 180 derajat, bahkan sangat vokal menentang arus budaya tersebut. Hal ini sangat menggembirakan bagiku.

Ternyata gema valentine saat ini tidak seramai dulu, bahkan sekarang cenderung ditertawakan jika ada seorang muslim yang mengucapkan hari valentine. Tentu saja ini tidak lepas dari peran masyarakat dalam menyuarakan kebenaran, agar tidak mudah terpengaruh oleh budaya yang ada, yang jelas-jelas sangat bertentangan dengan nilai-nilai Islam, yang bahasa kasarnya: SANGAT TIDAK ISLAMI!

Mungkin masih ada yang mempertanyakan, di mana letak ketidakislamiannya itu? Ok, sebaiknya saya paparkan dulu dalil-dalil yang ada, yang menjadi dasar larangan kita merayakan hari valentine itu. Mudah-mudahan dengan adanya artikel ini, kita menjadi yakin seyakin-yakinnya untuk tidak lagi merayakan hari valentine, jika masih ingin disebut sebagai kaum muslimin.

Ada baiknya saya ingatkan lagi sejarah hari valentine, kaitannya dengan tanggal 14 Februari, meski mungkin di antara kita sudah sering mendengarnya. Ini sekedar mengingatkan kembali, agar kita bisa menjawabnya saat ada yang menanyakan hal itu.

Pada awal abad keempat sebelum masehi, bangsa Romawi biasa mengadakan pesta bagi salah satu dewa mereka yaitu Lupercalia (Lupercus). Perayaan ini dilaksanakan pada pertengahan bulan Februari, bersamaan dengan musim kawin burung.

Pada pesta Lupercalia ini dilaksanakan suatu acara mencari jodoh yang cukup unik, di mana para gadis menuliskan namanya pada secarik kertas, kemudian dimasukkan ke dalam kotak. Para pemuda yang hadir akan mengambil kertas di dalam kotak tersebut secara acak. Gadis yang terpilih akan menjadi pasangan pemuda tersebut sampai pesta Lupercalia yang berikutnya.

Acara jodoh-jodohan dalam pesta Lupercalia yang telah berlangsung selama 800 tahun ini ditentang oleh fihak gereja yang ada di Roma. Alasannya, hal ini merupakan perayaan kafir yang bertentangan dengan ajaran Kristen. Pada tahun 270 SM, seorang uskup dari Interamma bernama Valentine, memulai kembali kebiasaan ini dengan cara berbeda. Kaisar Roma yang berkuasa pada masa itu adalah Claudius II. Ia memberlakukan peraturan yang melarang orang-orang untuk menikah. Secara diam-diam uskup Valentine mengumpulkan muda-mudi yang saling jatuh cinta untuk dinikahkan.

Hal ini diketahui oleh sang Kaisar, dan ia marah besar. Akibatnya, uskup Valentine ditangkap dan dipenjarakan. Ia harus menyembah dewa orang Romawi jika tidak ingin dihukum. Valentine dengan keras menampik tawaran itu. Akhirnya, pada tanggal 14 Februari tahun 270 M, ia dipukuli, dilempari batu dan akhirnya dipenggal.

Saat ia berada di penjara, Valentine berhasil menyembuhkan mata seorang gadis buta, anak penjaga menara, berkat imannya yang teguh dan kasihnya yang besar. Sebelum ia menghadapi saat terakhirnya, Valentine menulis sebuah kalimat "From Your Valentine" kepada gadis itu. Kalimat inilah yang menjadi ungkapan yang sering dipakai untuk mengungkapkan kasih sayang atau cinta pada seseorang di Hari Valentine.

Kebiasaan mengirimkan kartu Valentine yang sekarang ini sebenarnya tidak ada hubungannya dengan Uskup Valentine atau pesta Lupercalia. Konon kartu Valentine ini adalah kartu yang pertama keluar untuk jenis kartu ucapan. Pada saat itu orang belum mengenal jenis kartu ucapan yang lainnya. Saat pesta Lupercalia mulai ditinggalkan, para pemuda Romawi tetap menggunakan kebiasaan ini untuk mengajak kencan gadis idamannya dengan memberikan kartu tulisan tangan di tanggal 14 Februari. Tapi kartu Valentine yang sebenarnya pertama kali dikirim oleh Charles, seorang bangsawan dari Orleans, di tahun 1415 untuk istri tercintanya. Saat itu Charles sedang di penjara di Tower of London yang sekarang sudah menjadi museum. Dari sanalah kemudian kebiasaan mengirim kartu itu terus berkembang sampai sekarang. Nah, sudah tahu kan sejarahnya?

Sekarang, apa hukum merayakan hari Valentine dalam pandangan syariah Islam? Mungkin ini yang sering dipertanyakan oleh sebagian besar kaum muslimin. Hari di mana kebanyakan remaja pada tanggal 14 Pebruari setiap tahunnya ditunggu-tunggu oleh mereka, baik di negeri ini maupun di berbagai belahan bumi. Sebab hari itu banyak dipercaya orang sebagai hari untuk mengungkapkan rasa kasih sayang, terutama dari kalangan remaja ABG. Bertukar bingkisan valentine, semarak warna pink, ucapan rasa kasih sayang, ungkapan cinta dengan berbagai ekspresinya, menyemarakkan suasana valentine setiap tahunnya, bahkan di kalangan remaja muslim sekali pun. Apa itu valentine’s day? Mari kita pelajari bersama, agar kita tahu yang sebenarnya dibalik perayaan valentine’s day:

Perayaan Valentine’s Day adalah bagian dari syiar agama Nasrani

Valentine’s Day menurut literatur ilmiyah yang kita dapat menunjukkan bahwa perayaan itu bagian dari simbol agama Nasrani. Bahkan kalau mau dirunut ke belakang, sejarahnya berasal dari upacara ritual agama Romawi kuno. Adalah Paus Gelasius I pada tahun 496 yang memasukkan upacara ritual Romawi kuno ke dalam agama Nasrani, sehingga sejak itu secara resmi agama Nasrani memiliki hari raya baru yang bernamaValentine’s Day.

The Encyclopedia Britania, vol. 12, sub judul: Chistianity, menuliskan penjelasan sebagai berikut: “Agar lebih mendekatkan lagi kepada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi hari perayaan gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati St. Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari .

Keterangan seperti ini bukan keterangan yang mengada-ada, sebab rujukannya bersumber dari kalangan barat sendiri. Dan keterangan ini menjelaskan kepada kita, bahwa perayaan hari valentine itu berasal dari ritual agama Nasrani secara resmi. Dan sumber utamanya berasal dari ritual Romawi kuno. Sementara di dalam tatanan aqidah Islam, seorang muslim diharamkan ikut merayakan hari besar pemeluk agama lain, baik agama Nasrani ataupun agama paganis dari Romawi kuno.

Katakanlah: “Hai orang-orang kafir. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang Aku sembah. Dan Aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah menjadi penyembah Tuhan yang Aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku”. (Q.S. Al-Kafirun ayat 1-6)

Kalau dibanding dengan perayaan natal, sebenarnya nyaris tidak ada bedanya. Natal dan Valentine sama-sama sebuah ritual agama milik umat Kristiani. Sehingga seharusnya pihak MUI pun mengharamkan perayaan Valentine ini sebagaimana haramnya pelaksanaan Natal bersama. Fatwa Majelis Ulama Indonesia tentang haramnya umat Islam ikut menghadiri perayaan Natal masih jelas dan tetap berlaku hingga kini. Maka seharusnya juga ada fatwa yang mengharamkan perayaan valentine khusus buat umat Islam.

Mengingat bahwa masalah ini bukan semata-mata budaya, melainkan terkait dengan masalah aqidah, di mana umat Islam diharamkan merayakan ritual agama dan hari besar agama lain.

Valentine berasal dari budaya syirik

Ken Swiger dalam artikelnya “Should Biblical Christians Observe It?” mengatakan, “Kata “Valentine” berasal dari bahasa Latin yang berarti, “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Maha Kuasa”. Kata ini ditunjukan kepada Nimroe dan Lupercus, tuhan orang Romawi”.

Disadari atau tidak ketika kita meminta orang menjadi “to be my Valentine”, berarti sama dengan kita meminta orang menjadi “Sang Maha Kuasa”. Jelas perbuatan ini merupakan kesyirikan yang besar, menyamakan makhluk dengan Sang Khalik, menghidupkan budaya pemujaan kepada berhala. Icon si “Cupid ” itu adalah putra Nimrod “the hunter” dewa matahari.

Disebut tuhan cinta, karena ia rupawan sehingga diburu wanita bahkan ia pun berzina dengan ibunya sendiri. Islam mengharamkan segala hal yang berbau syirik, seperti kepercayaan adanya dewa dan dewi. Dewa cinta yang sering disebut-sebut sebagai dewa Amor, adalah cerminan aqidah syirik yang di dalam Islam harus ditinggalkan jauh-jauh. Padahal atribut dan aksesoris harivalentine sulit dilepaskan dari urusan dewa cinta ini.

Walhasil, semangat Valentine ini tidak lain adalah semangat yang bertabur dengan simbol-simbol syirik yang hanya akan membawa pelakunya masuk neraka,
naudzu billahi min zalik.

Semangat valentine adalah semangat berzina

Perayaan Valentine’s Day di masa sekarang ini mengalami pergeseran sikap dan semangat. Kalau di masa Romawi, sangat terkait erat dengan dunia para dewa dan mitologi sesat, kemudian di masa Kristen dijadikan bagian dari simbol perayaan hari agama, maka di masa sekarang ini identik dengan pergaulan bebas muda-mudi. Mulai dari yang paling sederhana seperti pesta, kencan, bertukar hadiah hingga penghalalan praktek zina secara legal. Semua dengan mengatasnamakan semangat cinta kasih.

Dalam semangat hari Valentine itu, ada semacam kepercayaan bahwa melakukan maksiat dan larangan-larangan agama seperti berpacaran, bergandeng tangan, berpelukan, berciuman, petting bahkan hubungan seksual di luar nikah di kalangan sesama remaja itu menjadi boleh. Alasannya, semua itu adalah ungkapan rasa kasih sayang, bukan nafsu libido biasa.

Bahkan tidak sedikit para orang tua yang merelakan dan memaklumi putera-puteri mereka saling melampiaskan nafsu biologis dengan teman lawan jenis mereka, hanya semata-mata karena beranggapan bahwa hari Valentine itu adalah hari khusus untuk mengungkapkan kasih sayang.

Padahal kasih sayang yang dimaksud adalah zina yang diharamkan. Orang barat memang tidak bisa membedakan antara cinta dan zina. Ungkapan make love yang artinya bercinta, seharusnya sedekar cinta yang terkait dengan perasan dan hati, tetapi setiap kita tahu bahwa makna make love atau bercinta adalah melakukan hubungan kelamin alias zina. Istilah dalam bahasa Indonesia pun mengalami distorsi parah.

Bahkan para orang tua pun tidak punya hak untuk menghalangi anak-anak mereka dari berzina dengan teman-temannya. Di barat, zina dilakukan oleh siapa saja, padahal Allah SWT berfirman tentang larangan berzina, bahwa perbuatan itu bukan hanya dilarang, bahkan sekedar mendekatinya pun diharamkan.

Firman Allah SWT: “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk”.

Jadi kesimpulannya, dari uraian sejarah Valentine yang sering kita dengar dan hubungannya dengan peradaban Barat saat ini dapat diringkas bahwa Valentine merupakan :

1. Ritual yang bersumber dari Kristen yang dikukuhkan oleh Paus Galasius untuk mengenang orang suci Kristen yaitu Santo Valentine dan Santo Marius.
2. Ritual orang-orang Romawi kuno yang pagan (penyembah berhala) untuk memperingati dewi Juno yaitu ratu dari segala dewa-dewi bagi perempuan dan perkawinan ( dewi cinta).
3. Ritual bangsa Eropa pada abad pertengahan untuk mencari jodoh.
4. Media Barat untuk mengkokohkan cengkeraman peradaban Barat.,

Dari keempat jati diri Valentine tersebut, tidak satupun yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam, yang artinya kita sama sekali dilarang merayakan hari valentine pada tanggal 14 Februari. Nah, apa masih ada yang mau protes?

Sebagai seorang muslim tanyakanlah pada diri kita sendiri, apakah kita akan mencontohi begitu saja sesuatu yang jelas bukan bersumber dari Islam ? Mari kita renungkan firman Allah s.w.t.:

Dan janganlah kamu megikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawabnya”. (Surah Al-Isra : 36).

Dalam Islam kata “tahu” berarti mampu mengindera(mengetahui) dengan seluruh panca indera yang dikuasai oleh hati. Pengetahuan yang sampai pada taraf mengangkat isi dan hakikat sebenarnya. Bukan hanya sekedar dapat melihat atau mendengar. Bukan pula sekadar tahu sejarah, tujuannya, apa, siapa, kapan(bila), bagaimana, dan di mana, akan tetapi lebih dari itu.

Oleh kerana itu Islam amat melarang kepercayaan yang membonceng (mendorong/mengikut) kepada suatu kepercayaan lain atau dalam Islam disebut Taqlid.
Hadis Rasulullah s.a.w:“ Barang siapa yang meniru atau mengikuti suatu kaum (agama) maka dia termasuk kaum (agama) itu”.

Firman Allah s.w.t. dalam Surah AL Imran (keluarga Imran) ayat 85 : “Barangsiapa yang mencari agama selain agama Islam, maka sekali-sekali tidaklah diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi”.

Firman Allah swt dalam Surah Al Baqarah ayat 120 :“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka.

Katakanlah : “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya). Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemahuan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu”.

Perhatikan juga Firman Allah SWT : “…dan sesungguhnya jika kamu mengikuti keinginan mereka setelah datang ilmu kepadamu, sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk golongan orang-orang yang zalim”.

Semoga Allah memberikan kepada kita hidayahNya dan ketetapan hati untuk dapat istiqomah dengan Islam sehingga hati kita menerima kebenaran serta menjalankan ajarannya.

Firman Allah s.w.t.: “Barangsiapa yang taat kepada Allah dan RasulNya maka dia akan bersama orang-orang yang diberi nikmat dari golongan Nabi-Nabi, para shiddiq (benar imannya), syuhada, sholihin (orang-orang sholih), mereka itulah sebaik-baik teman”.

***SELESAI***

Referensi: http://gky.or.id
http://assunnah.or.id
http://tanbihul_ghafilin.tripod.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar Anda