By: Puput Happy
Minggu,
9 Desember 2012 pk. 08.00 – 12.00 WIB di Hotel Winner Pemalang, aku dan
teman-teman dari FLP Tegal mengikuti pelatihan menulis dengan tema “Belajar
Jurus Dahsyat Jadi Penulis Hebat, kerja bareng Forum Lingkar Pena dan LAZIS
Jateng – Pemalang.
Narasumber
dari acara tersebut adalah Gol A Gong (penulis puluhan novel dan pemilik Rumah
Dunia) dan Kak Teddy (Sukses Potensi Navigator). Asik sekali acaranya. Saya
suka dengan cara penyampaian Gol A Gong dalam menyajikan materi menulis, suara
jelas, lantang penuh semangat, dan tidak duduk sama sekali. Salut! Hingga acara
selesai, tak sedetikpun rasa kantuk hinggap menggangguku
Tidak
banyak yang kucatat, karena materi yang
tersaji dalam power point sudah
sangat jelas dan mudah ditangkap dan diikuti. Hanya beberapa point-point
penting yang kucatat di buku catatanku
Saat
seorang pelajar putri maju ke depan membacakan puisi yang berjudul “Ayah”, Gol
A Gong memberi penilaian atas puisi yang dibacakan tersebut. Menurutnya, cara membaca puisi seperti bukan
sedang baca puisi, tapi baca cerita, dan kata “Ayah” bisa diganti dengan kata “matahari”
Ada
satu hal yang menjadi ganjalan buatku, dan aku lupa menanyakannya. Beliau
bilang, bahwa puisi itu tingkatannya lebih tinggi dari novel. Benarkah? Sementara
dulu saat aku mengikuti pelatihan menulisnya Mba Asma Nadia di Purwokerto,
kalau tidak salah Mba Asma bilang, bahwa belajar menulis itu dari dasar dulu,
yaitu menulis puisi dan cerpen, baru setelah itu ke tulisan yang mulai berat,
yaitu novel. Jadi, mana yang benar?? Puisi dulu, atau novel dulu? Sepertinya
aku butuh jawaban deh. ^_^
Materi
yang dibahas adalah novel serial “Balada Si Roy”. Ada catatan penting:
“Semua
dimulai ketika kata-kata ditulis.” Jadi perjalanan kisah/cerita berawal dari
ketika kata-kata ditulis. Tidak ada cerita kalau tidak ditulis, mungkin itu
maksudnya.
“Hidupku
terdiri dari banyak kisah.” Kata-kata ini juga yang mampu memotivasi kita untuk
menuliskan kisah-kisah yang sedang kita alami. Kita hidup tentu bayak kisah,
bukan? Nah, dari situ kita bisa menuliskan kisah-kisah yang ada, kisah-kisah yang
kita jumpai setiap harinya.
Kata
beliau, semua karya fiksi itu imajinasi. Semuanya bohong, tapi kita bisa
belajar dari kebohongan itu.
Beliau
juga bercerita tentang kisah hidupnya, dari kecil hingga menjadi penulis best seller. Meski dengan hanya satu
lengan, ia bisa menulis berpuluh-puluh novel. Dan motivasi menulis beliau berawal
dari banyaknya membaca. Kesukaannya pada membaca tertanam kuat dalam diri
beliau setelah didorong oleh ayahanda tercintanya untuk rajin membaca. Kata
ayahnya, “Ini buku, bacalah! Maka kamu akan lupa, bahwa kamu cacat!” Dan
subhanallah, kalimat itu memang
benar-benar sangat memotivasi beliau untuk senantiasa membaca buku.
Kata
beliau: “Menjadi penulis, jangan
dijadikan cita-cita! Tapi kamu menjadi penulis karena membaca.”
Jejakku tertinggal
dimana-mana, maksudnya: kalau ingin menulis buku, tulis
proses jejak yang dialami.
Apapun
yang kita tulis, harus ada riset lapangan dan pustaka, sebab menulis adalah pekerjaan intelektual
“Pergilah dari rumah, lalu tuliskanlah
pengalaman yang kamu dapat.” (Somerset W. Maughan
Tentang
si Roy di buku “Balada Si Roy”, tentang ideologi laki-laki, bahwa:
Lelaki itu harus berani
Lelaki itu harus mencintai ibunya
Lelaki harus melindungi perempuan
Lelaki harus peduli pada sekitar
Lelaki harus mencintai alam
Kekuatan
pembuka novel: dengan penyajian puisi.
“Kamu bicara apa yang kamu baca, kamu menulis
apa yang kamu lihat”, itu konsep Gol A Gong
Gol
A Gong yang bernama asli Heri Hendrayana Haris ini memiliki tips jitu mengatasi
rasa minder, yaitu: dengan bercerita ke orang lain saat rasa minder menyerang.
Dan Gol A Gong lebih banyak bercerita kepada ibunya. Jadi dialog itu sangat
perlu. Jangan memendam rasa minder sendirian. Curhat harus ada!
Ada
ucapan beliau yang membuatku tercenung. Katanya, menjadi penulis itu jadi banyak makan, banyak baca, banyak jatuh cinta,
tapi sedikit tidurnya. Benarkah??
Acara
kedua diisi oleh Kak Teddy Sukses Potensi Navigator. Beliau memotivasi seluruh
peserta untuk bisa menjadi penulis hebat yang mampu mengubah dunia menjadi
lebih baik lagi. Banyak yang terisak-isak manakala Kak Tedi mengucapkan
beberapa kalimat yang menyentuh dalam suasana hening dalam perenungan yang
dalam. Kita pun jadi termotivasi untuk memenuhi janji masing-masing.
Terimakasih
Pak Gol A Gong dan Kak Tedi ….. Semoga ilmu yang telah diberikan kepada kami
mampu memotivasi kami setiap saat untuk menjadi penulis hebat dan dibanggakan orangtua,
agama, dan bangsa ini. Amin …. ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar Anda