KARYA TULIS ILMIAH
JUDUL
PENGGUNAAN “TONG-TIK” BERKARAKTER
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK BAGI SISWA
KELOMPOK A TK ISLAM MIFTAHUL ULUM
GUMAYUN
TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Disusun Untuk Memenuhi Seleksi Guru
Berprestasi
Oleh : FUTICHA TURISQOH,
S. PdI
TK ISLAM MIFTAHUL ULUM GUMAYUN
UPTD DIKPORA KECAMATAN DUKUHWARU
KABUPATEN TEGAL
JAWA TENGAH
TAHUN 2013
PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “PENGGUNAAN
“TONG-TIK” BERKARAKTER UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN DAN KEMAMPUAN MENYIMAK
BAGI SISWA KELOMPOK A TK ISLAM MIFTAHUL ULUM GUMAYUN TAHUN PELAJARAN 2012/2013”
telah disahkan dalam penyeleksian Guru Berprestasi Tingkat Kabupaten Tegal di
Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olah Raga.
Karya Tulis
ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memenuhi seleksi Guru Berprestasi
tahun 2013.
Gumayun, 20 Mei 2013
Oleh:
Kepala
TK Penulis
Dra.
SITI CHAFIDZOH FUTICHA
TURISQOH, S. PdI
Kepala Dinas Pendidikan Kepala
UPTD DIKPORA
Kepemudaan dan Olah Raga Kab. tegal Kec. Dukuhwaru
Drs. EDY PRAMONO ANY
TRISTIANI, S. Pd. MM
NIP.
19580125 199003 1 002 NIP. 19580114 1978 02 2001
KATA PENGANTAR
Puji syukur, alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan segala rahmat, hidayah dan karunia-Nya. Sholawat serta salam
terjunjung kepada Nabi Besar Muhammad saw. Penulis sangat bersyukur karena
dapat menyelesaikan karya tulis ini dengan baik dan sesuai yang diharapkan.
Karya tulis ini disusun guna memenuhi
Lomba Guru Berprestasi 2013. Penulis menyadari tanpa bantuan bimbingan dan
dorongan dari berbagai pihak tidak dapat menyelesaikan karya tulis ini dengan
baik. Untuk itu dalam kesempatan ini dengan rasa hormat penulis mengucapkan
terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada:
1. Drs. Edy Pramono, Kepala UPTD Dikpora
Kab. Tegal
2. Any Tristiani, S.Pd. MM, Kepala UPTD
Dikpora Kec. Dukuhwaru
3. Mukti
Amalatun, S. Pd, Pengawas
TK/SD/SDLB Kec. Dukuhwaru
4. Setyaningsih, S. Pd, Pengawas
TK/SD/SDLB Kec. Dukuhwaru
5. Dra. Siti Chafidzoh, Kepala TK Islam
Miftahul Ulum Gumayun yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada
penyusun dalam membantu pembuatan karya
tulis ini.
6. Keluarga dan rekan kerja serta
pihak-pihak yang telah ikut mendukung penyusun dalam penyusunan karya tulis
ini.
7. Semoga Allah SWT membalas amal
kebaikan yang telah diperbuat Bapak/Ibu/Saudara. Amin. Kesalahan dan kekurangan
dalam penyusunan karya tulis ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penyusun.
8. Akhirnya penyusun berharap semoga
karya tulis ini dapat memberikan sumbangsih terhadap dunia pendidikan dan
bermanfaat bagi penyusun khususnya serta pembaca pada umumnya.
Gumayun, 20 Mei 2013
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................
i
PENGESAHAN.........................................................................................
ii
KATA PENGANTAR.................................................................................
iii
DAFTAR ISI...............................................................................................
iv
ABSTRAK..................................................................................................
v
BAB I
PENDAHULUAN..........................................................................
1
A. Latar Belakang..............................................................................
1
B. Rumusan Masalah.......................................................................
2
C. Tujuan Penelitian.........................................................................
2
D. Manfaat Penelitian.......................................................................
2
BAB II
Kerangka Teoritis, Kerangka Berpikir, dan Hipotesis............ 4
A. Pengertian Mendongeng............................................................
4
B. Tujuan Mendongeng...................................................................
8
C. Pengertian Media.........................................................................
16
D. Pengertian “Tong-Tik”..................................................................
18
E. Tujuan Media “Tong-Tik”.............................................................
20
F. Pengertian, Fungsi dan Tujuan Menyimak.............................. 21
G. Pelaksanaan Penggunaan Media “Tong-Tik”.........................
30
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN................................................ 34
A. Setting Penelitian.........................................................................
34
B. Subjek Penelitian.........................................................................
34
C. Sumber Data.................................................................................
34
D. Tehnik dan Alat Pengumpul Data.............................................
35
E. Validasi Data dan Analisis Data................................................
35
F. Tingkat Pencapaian
Perkembangan/Indikator........................
36
G. Prosedur Penelitian.....................................................................
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...........................
43
A. Hasil Penelitian............................................................................. 43
A.1
Deskripsi Model Tindakan....................................................
43
A.2
Deskripsi Model Tindakan Siklus I.....................................
43
A.3
Deskripsi Model Tindakan Siklus II....................................
49
A.4
Deskripsi Hasil Tindakan Siklus I.......................................
53
A.5
Deskripsi Hasil Tindakan Siklus II......................................
54
B.
Pembahasan Hasil Penelitian......................................................
56
BAB V
PENUTUP....................................................................................
62
A. Kesimpulan...................................................................................
62
B. Rekomendasi................................................................................
63
C. Saran..............................................................................................
63
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................
64
ABSTRAK
PENGGUNAAN “TONG-TIK” BERKARAKTER UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN DAN
KEMAMPUAN MENYIMAK BAGI SISWA KELOMPOK A TK ISLAM MIFTAHUL ULUM GUMAYUN TAHUN
PELAJARAN 2012/2013
Futicha
Turisqoh, S. PdI, Guru Kelas A3 TK Islam Miftahul Ulum Gumayun
Penelitian ini
bertujuan : Untuk meningkatkan kemampuan menyimak anak, menceritakan kembali,
tanya/jawab dan memahami kosa kata dengan metode bercerita/mendongeng dengan media
“Tong-Tik” di TK Islam Miftahul Ulum Gumayun tahun pelajaran 2012/2013.
Subyek
penelitian ini adalah guru dan anak pada anak kelompok A3 TK Islam Miftahul
Ulum Gumayun yang berjumlah 20 anak yang terdiri dari 13 anak laki-laki dan 7
anak perempuan.
Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan observasi dan dokumentasi. Dari
hasil analisi Bab IV disimpulkan bahwa “Metode bercerita/mendongeng dengan media “Tong-Tik” dapat meningkatkan kemampuan
menyimak anak pada anak kelompok A di TK Islam Miftahul Ulum Gumayun tahun pelajaran
2012/2013. Rancangan penelitian tindakan kelas (Class/Room Action) berbentuk
siklus-siklus seolah-olah merupakan proses daur ulang, mulai dari tahap
perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.
Dari siklus-siklus
kegiatan yang telah dilaksanakan diperoleh hasil sebagai berikut : Siklus I
prosentasi siswa yang dapat menyimak sebanyak 13 anak (64.71%), pada siklus II
disajikan dengan bercerita/mendongeng dengan media “Tong-Tik”, diselingi
beberapa lagu yang ada dalam cerita dan prosentase keberhasilan menjadi 16 anak
(84.50%), sehingga dapat dikatakan bahwa penelitian ini telah berhasil.
Kata kunci:
Metode bercerita/mendongeng dengan media “Tong-Tik”
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Taman kanak-kanak adalah salah satu bentuk pendidikan di
jalur formal yang menyediakan program pendidikan dini anak usia 4 sampai 6
tahun sebelum memasuki pendidikan dasar, bertujuan membantu anak didik
mengembangkan potensi baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai
agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik motorik, kemandirian dan seni
untuk siap memasuki pendidikan selanjutnya.
Sistem pembelajaran pada Taman Kanak-kanak pada dasarnya
ditunjang oleh beberapa komponen penting. Komponen tersebut terdiri dari:
a.
Anak
sebagai input
b.
Kegiatan
Pembelajaran sebagai proses
c.
Hasil
Pembelajaran sebagai output
d.
Dan
komponen pendukung berupa; SDM, Sarana Prasarana, Media Pembelajaran dan
Lingkungan.
Sumber belajar sebagai salah satu komponen atau unsur
pendukung kegiatan pembelajaran memegang peranan yang sangat penting dalam
rangka terselenggaranya pembelajaran yang menarik dan bermakna bagi anak.
Dengan media yang menarik diharapkan mampu menumbuhkan budaya belajar anak
sebagai dasar untuk mengasah kemampuan kognitif dan mengembangkan kepekaan
terhadap lingkungannya.
Konsep yang akan kami sampaikan adalah pengembangan bahasa
dan konsep mendongeng/bercerita dengan tema binatang serta pengenalan binatang,
sifat/karakter, dan “Tong-Tik” sebagai
media bercerita. Dengan pengembangan bahasa dan pengenalan-pengenalan tersebut
diharapkan anak akan mengenal macam-macam binatang dan karakter sambil belajar dengan
media yang menarik.
B.
Rumusan Masalah
Apakah Media “Tong-Tik” dapat meningkatkan kemampuan menyimak pada anak
didik kelompok A TK Islam Miftahul Ulum Gumayun?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menyimak
pada anak didik kelompok A di TK Islam Miftahul Ulum Gumayun.
D. Manfaat Penelitian
Bagi
anak:
Pembuatan
media ini bertujuan:
1. Agar anak dapat mengenal nama binatang
2. Agar anak dapat memahami sifat/karakter
3. Agar anak dapat berbahasa dengan baik
4. Agar anak lebih tertarik belajar mendongeng
5. Untuk meningkatkan motivasi dan
kemampuan menyimak pada anak didik
6. Untuk menciptakan suasana belajar yang
lebih menyenangkan
Bagi
Guru:
1. Agar menambah wawasan tentang media
“Tong-Tik” sebagai media bercerita/mendongeng.
2.
Sebagai
media pembelajaran alternatif bagi guru yang kreatif dan inovatif dalam
mengemas proses pembelajaran sehingga anak merasa senang dan tidak bosan.
Bagi lembaga
1.
Sebagai
sumbangan pemikiran dalam rangka meningkatkan kualitas peserta didik TK Islam Miftahul Ulum Gumayun.
2.
Meningkatkan
kualitas pembelajaran .
BAB II
KERANGKA TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR,
DAN HIPOTESIS
a. Kerangka
Teoritis
A.1. Pengertian Mendongeng
Dongeng adalah cerita tentang
makhluk khayali. Makhluk khayali yang menjadi tokoh, cerita semacam itu,
biasanya ditampilkan sebagai tokoh yang memiliki kebijaksanaan atau kekuatan untuk mengatur
masalah manusia dengan segala macam
cara.
Cerita adalah rangkaian peristiwa yang disampaikan, baik
berasal dari kejadian nyata (non fiksi) ataupun tidak nyata (fiksi). Kata
Dongeng berarti cerita rekaan/tidak nyata/fiksi, seperti: fabel (binatang dan
benda mati), sage (cerita petualangan), hikayat (cerita rakyat), legenda (asal
usul), mythe (dewa-dewi, peri, roh halus), ephos (cerita besar; Mahabharata,
Ramayana, saur sepuh, tutur tinular). Jadi kesimpulannya adalah “Dongeng adalah
cerita, namun cerita belum tentu dongeng”.
Metode Bercerita berarti penyampaian cerita dengan cara
bertutur. Yang membedakan antara bercerita dengan metode penyampaian cerita
lain adalah lebih menonjol aspek teknis penceritaan lainnya. Sebagaimana
phantomin yang lebih menonjolkan gerak dan mimik, operet yang lebih menonjolkan
musik dan nyanyian, puisi dan deklamasi yang lebih menonjolkan syair, sandiwara
yang lebih menonjol pada permainan peran oleh para pelakunya, atau monolog
(teater tunggal) yang mengoptimalkan semuanya. Jadi tegasnya metode bercerita
lebih menonjolkan penuturan lisan materi cerita dibandingkan aspek teknis yang
lainnya.
Jenis Dongeng
Dongeng dalam kesusastraan
Indonesia adalah bagian kesusastraan lama dalam
bentuk cerita (prosa). Jenis prosa lama terdiri dari dongeng, cerita
pelipur lara, hikayat, sejarah, epos, kitab-kitab. Danandjaya (2002 : 86)
membagi jenis dongeng empat yaitu (1) dongeng binatang, (2) dongeng biasa, (3)
anekdot dan lelucon, (4) dongeng berumus.Pengertian Cerita, Dongeng dan Metode
Bercerita
Ada suatu ungkapan yang berbunyi ”Seorang Guru yang tidak
bisa bercerita, ibarat orang yang hidup tanpa kepala”. Betapa tidak, bagi para
pengasuh anak-anak (guru, tutor) keahian bercerita merupakan salah satu
kemampuan yang wajib dikuasai. Melalui metode bercerita inilah para pengasuh
mampu menularkan pengetahuan dan menanamkan nilai budi pekerti luhur secara
efektif, dan anak-anak menerimanya dengan senang hati.
Pada saat ini begitu banyak cerita yang tersebar, namun
masih jarang tulisan dari para praktisi ahli cerita , yang mampu mengarahkan
secara khusus untuk ditujukan kepada anak-anak usia dini, sehingga penceritaan
yang disampaikan kurang mengena. Apalagi model cerita yang secara khusus
didasarkan pada material kurikulum pengajaran di TPA/KB/RA/BA/TK yang berlaku.
Padahal panduan praktis semacam ini sangat dibutuhkan oleh tenaga pendidik di
seluruh Nusantara. Pada umumnya mereka masih terbatas pengetahuannya tentang
metode bercerita.
Manfaat Cerita/dongeng
Menurut para ahli pendidikan,
bercerita/mendongeng kepada anak-anak memiliki beberapa fungsi yang amat
penting, yaitu:
1. Membangun kedekatan emosional antara pendidik dengan anak
2. Media penyampai pesan/nilai moral dan agama yang efektif
3. Pendidikan imajinasi/fantasi
4. Menyalurkan dan mengembangkan emosi
5. Membantu proses peniruan perbuatan baik tokoh dalam cerita
6. Memberikan dan memperkaya pengalaman batin
7. Sarana hiburan dan penarik perhatian
8. Menggugah minat baca
9. Sarana membangun watak mulia
1. Membangun kedekatan emosional antara pendidik dengan anak
2. Media penyampai pesan/nilai moral dan agama yang efektif
3. Pendidikan imajinasi/fantasi
4. Menyalurkan dan mengembangkan emosi
5. Membantu proses peniruan perbuatan baik tokoh dalam cerita
6. Memberikan dan memperkaya pengalaman batin
7. Sarana hiburan dan penarik perhatian
8. Menggugah minat baca
9. Sarana membangun watak mulia
Manfaat Dongeng Untuk
Perkembangan Anak
Dongeng,
menurut Kamus Besar bahasa Indonesia, dongeng berarti cerita yang tidak
benar-benar terjadi. Menurut Dra. Sri Tiatri dari Fakultaas Psikologi
Universitas Tarumanegara, "Secara luas, dongeng bisa juga diartikan
sebagai membacakan cerita atau menularkan cerita pada anak. Entah itu cerita
nyata, tidak nyata, atau pengalaman orangtua”.
Lewat
dongeng yang kita bacakan atau tuturkan pada anak, imajinasi si kecil akan
tumbuh, sekaligus membangun hati nurani anak. Lewat dongeng, orangtua bisa
mengajarkan hal itu. Bukan hanya cerita rakyat atau tradisonal yang sering kita
baca atau dengar di kala kecil.
Di situ selalu digambarkan, si jahat akan mendapat hukuman sementara yang benar
akan menang, sederhananya secara tidak
langsung kita diajar tentang moral.
Bercerita untuk Anak Usia Dini
Sebelum
bercerita, pendidik harus memahami terlebih dahulu tentang cerita apa yang
hendak disampaikannya, tentu saja disesuaikan dengan karakteristik anak-anak
usia dini. Agar dapat bercerita dengan tepat, pendidik harus mempertimbangkan
materi ceritanya. Pemilihan cerita antara lain ditentukan oleh :
Pemilihan Tema dan Judul yang Tepat
Bagaimana
cara memilih tema cerita yang tepat berdasarkan usia anak? Seorang pakar
psikologi pendidikan bernama Charles Buhler mengatakan bahwa anak hidup dalam
alam khayal. Anak-anak menyukai hal-hal yang fantastis, aneh, yang membuat
imajinasinya “menari-nari”. Bagi anak-anak, hal-hal yang menarik, berbeda pada
setiap tingkat usia, misalnya;
·
Sampai
ada usia 4 tahun, anak menyukai dongeng fabel dan horor, seperti: Si wortel,
Tomat yang Hebat, Anak ayam yang Manja, kambing Gunung dan Kambing Gibas, anak
nakal tersesat di hutan rimba, cerita nenek sihir, orang jahat, raksasa yang
menyeramkan dan sebagainya.
·
Pada
usia 4-8 tahun, anak-anak menyukai dongeng jenaka, tokoh pahlawan/hero dan
kisah tentang kecerdikan, seperti; Perjalanan ke planet Biru, Robot pintar,
Anak yang rakus dan sebagainya
·
Pada
usia 8-12 tahun, anak-anak menyukai dongeng petualangan fantastis rasional
(sage), seperti: Persahabatan si Pintar dan si Pikun, Karni Juara menyanyi dan
sebagainya
Waktu Penyajian
Dengan mempertimbangkan daya pikir, kemampuan bahasa, rentang konsentrasi dan daya tangkap anak, maka para ahli dongeng menyimpulkan sebagai berikut;
• Sampai usia 4 tahun, waktu cerita hingga 7 menit
• Usia 4-8 tahun, waktu cerita hingga 10 -15 menit
• Usia 8-12 tahun, waktu cerita hingga 25 menit
Dengan mempertimbangkan daya pikir, kemampuan bahasa, rentang konsentrasi dan daya tangkap anak, maka para ahli dongeng menyimpulkan sebagai berikut;
• Sampai usia 4 tahun, waktu cerita hingga 7 menit
• Usia 4-8 tahun, waktu cerita hingga 10 -15 menit
• Usia 8-12 tahun, waktu cerita hingga 25 menit
Namun
tidak menutup kemungkinan waktu bercerita menjadi lebih panjang, apabila
tingkat konsentrasi dan daya tangkap anak dirangsang oleh penampilan pencerita
yang sangat baik, atraktif, komunikatif dan humoris.
Suasana (situasi dan kondisi)
Suasana
disesuaikan dengan acara/peristiwa yang sedang atau akan berlangsung, seperti
acara kegiatan keagamaan, hari besar nasional, ulang tahun, pisah sambut anak
didik, peluncuran produk, pengenalan profesi, program sosial dan lain-lain,
akan berbeda jenis dan materi ceritanya. Pendidik dituntut untuk memperkaya
diri dengan materi cerita yang disesuaikan dengan suasana. Jadi selaras materi
cerita dengan acara yang diselenggarakan, bukan satu atau beberapa cerita untuk
segala suasana.
A.2
Tujuan Mendongeng
Tujuan mendongeng adalah
menanamkan moral budi pekerti kepada anak-anak melalui cerita, entah itu cerita
via lisan maupun melalui buku bacaan.
Berikut
beberapa tujuan dari mendongeng:
a. Sarana
Rerkreasi dan Bermain Anak
Dunia
anak adalah dunia bermain. Anak-anak sangat senang bermain dengan mainannya.
Mereka sangat menikmati waktu bermain sehingga tidak jarang mereka lupa makan,
lupa belajar bahkan tidak mau melakukan aktivitas lainnya jika sedang bermain.
Hal ini seringkali membuat orangtua menganggap bahwa anaknya malas belajar dan
maunya cuma bermain saja.
Seorang
ahli perkembangan manusia, Papalia (1995) dalam bukunya Human Development,
mengatakan bahwa anak berkembang dengan cara bermain. Dunia anak-anak adalah
dunia bermain. Dengan bermain anak-anak menggunakan otot tubuhnya, menstimulasi
indra-indra tubuhnya, mengeksplorasi dunia sekitarnya, menemukan seperti apa lingkungan
yang ia tinggali dan menemukan seperti apa diri mereka sendiri. Dengan bermain,
anak-anak menemukan dan mempelajari hal-hal atau keahlian baru dan belajar
(learn) kapan harus menggunakan keahlian tersebut, serta memuaskan apa yang
menjadi kebutuhannya (need). Lewat bermain, fisik anak akan terlatih, kemampuan
kognitif dan kemampuan berinteraksi dengan orang lain akan berkembang. Bermain
tentunya merupakan hal yang berbeda dengan belajar dan bekerja.
Sehubungan
dengan itu, dongeng ternyata bisa menjadi sarana rekreasi yang sifatnya
permainan sekaligus belajar. Dongeng bisa menjadi satu bentuk arahan dari orang
tua agar anak mempunyai lebih banyak porsi pembelajaran di dalam bermain.
Karena dalam dongeng banyak sekali unsur-unsur yang dapat mengembangkan
berbagai segi kecerdasan anak. Peragaan dalam cerita dongeng memberi anak
kemampuan akting yang berguna untuk mengungkapkan atau mengekspresikan
emosinya, dan banyak lagi yang lainnya.
b. Cara Efektif Menanamkan Budi Pekerti
b. Cara Efektif Menanamkan Budi Pekerti
Pendidikan
budi pekerti anak adalah tanggung jawab orang tua. Seorang anak mulai dari
masih bayi sudah dididik, yang pertama oleh seorang ibu dengan kasih sayangnya
mengasuh memberikan berbagai simbol-simbol kehidupan pada si anak, setelah
mulai besar diajari tentang perilaku kehidupan, kemudian saat sudah mulai
dewasa ditanamkan norma-norma kehidupan di masyarakat. Dalam menanamkan budi
pekerti orang tua harus memberikan suri tauladan pada anak-anaknya, karena
dengan melihat perilaku orang tua dalam kehidupan sehari-hari anak secara tidak
langsung akan melihat dan menirunya.
Ada
banyak cara yang bisa dilakukan untuk menanamkan budi pekerti pada anak. Namun
yang banyak disayangkan, banyak orang tua menganggap bahwa apa yang anak
dapatkan tentang pembelajaran budi pekerti cukup hanya yang anak dapatkan dari
sekolah. Banyak orang tua yang tidak memberikan perhatian khusus akan masalah
ini.
Dengan
dongeng, orang tua kiranya lebih dipermudah dalam usaha penanaman budi pekerti
pada anak. Hal ini menjadi penting karena penanaman budi pekerti akan menjadi
modal dasar sekaligus besar dalam membentuk karakter anak kelak. Setiap dongeng
biasanya memiliki pesan tersirat untuk ditanamkan kepada anak, meskipun dalam
beberapa kasus dikatakan ada dampak negatif dari konten cerita atau dongeng tertentu.
Untuk itu, saran untuk orang tua ketika mendongeng, supaya selalu mengarahkan
dan menegaskan kembali di akhir cerita tentang pesan moral yang terdapat di
dalam dongeng yang baru saja didengarkan anak.
Dengan
dongeng orang tua dapat memberi nasehat ataupun perintah pada anaknya. Namun,
suatu dongeng tidak mutlak harus ada kandungan nasehatnya, bersifat menghibur
saja juga tidak masalah, karena anak-anak pada dasarnya memiliki daya nalar
tersendiri. Dengan kata lain, dongeng tidak harus selalu membawa pesan moral
seperti tentang kebaikan atau keburukan.
c. Sarana Mengembangkan Imajinasi Anak
c. Sarana Mengembangkan Imajinasi Anak
Manfaat
lain dari dongeng adalah dapat mengembangkan kreatifitas dan daya imaginasi
anak. Anak dapat mengasah daya pikir dan imajinasinya. Dalam mendengarkan dongeng,
anak dapat membentuk gambarannya sendiri, dapat membayangkan seperti apa
tokoh-tokoh maupun situasi yang muncul dari dongeng yang sedan ia dengarkan.
Lalu dengan begitu, anak akan lebih kreatif dan imajiner. Sebuah dongeng dapat
menciptakan imajinasi tentang karakter, lingkungan, maupun tentang orang lain
di dalam diri anak-anak.
Arti
penting imajinasi untuk anak menumbuhkan daya pikir kreatif anak untuk bisa
mengembangkan kecerdasaanya sehingga dia akan berpikir kritis dan selau
memiliki pendapat lain terhadap apa yang dia lihat dan rasakan serta berpikir
bahwa selain yang dia lihat mungkin ada yang belum dia lihat yang bisa saja
yang membuat hal ini terjadi. Imajinasi membuat anak mampu keluar dari satu
pikiran atau pendapat yang kaku dan bisa membawanya memikirkan lebih dari satu
kemungkinan pendapat yang bisa terjadi. Misalnya anak berimajinasi tentang masa
depanya, menjadi dokter bila dewasa nanti agar bisa mengobati mama dan papa
bila sakit, atau dia ingin menjadi presiden sehingga dia bisa membantu dan
memperjuangkan orang-orang miskin, atau dia berharap bisa menjadi astronot
sehingga bisa jadi ilmuan dan pergi ke bulan, dan sebagainya. Tentunya
imajinasi yang baik akan menjadikan dia berpikir untuk meraih apa yang dia
inginkan.
Orang
tua yang sedang mendongeng, sebaiknya selalu menyisipkan pertanyaan untuk
anaknya. Ini berguna untuk lebih membantu merangsang daya imajinasi dan
kreatifitas anak. Sisipkan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan
dongeng tersebut. Selain untuk merangsang daya imajinasi sang anak, jawaban
yang diberikan anak dapat menjadi tolok ukur orang tua sejauh mana perkembangan
imajinasinya dan perkembangan daya nalarnya.
d. Menumbuhkan Minat Baca Pada Anak
d. Menumbuhkan Minat Baca Pada Anak
Minat
dan kemampuan anak dibentuk dari keluarga di mana dia dibesarkan. Minat
bukanlah sesuatu yang bersifat instan. Minat anak terhadap sesuatu perlu
dikembangkan dan diupayakan. Tidak ada cara pintas untuk mendapatkan suatu
minat tanpa usaha yang terus menerus.
Membangun
minat anak untuk membaca bukanlah hal yang mudah. Namun jelas akan memberikan
banyak sekali manfaat dalam kelangsungan hidupnya nanti, terutama bagi
kesuksesan pendidikan sang anak. Sebab, kecintaan terhadap aktivitas membaca
adalah modal utama dalam proses belajar dan mengajar yang dilaluinya. Selain
itu, melalui membaca anak dapat mengembangkan imajinasinya, mengenali
karakter-karakter kepribadian dan mengembangkan kemampuan serta minat anak.
Dengan
mendongeng untuk anak yang dilakukan secara rutin, orang tua dapat menanamkan
minat baca ini kepada anaknya. Anak akan terbiasa dengan aktifitas membaca,
yang berangkat dari mendengarkan dongeng. Selain itu anak akan lebih familier
dan akrab dengan buku. Tapi tentunya sekali lagi perlu ditegaskan, hal ini akan
berjalan maksimal jika mendongeng benar-benar menjadi rutinitas yang dilakukan
terus menerus. Akan tidak mendapatkan manfaat jika mendongeng hanya dilakukan
orang tua sesekali saja.
e. Meningkatkan Kemampuan Berbahasa dan Komunikasi Verbal Anak
e. Meningkatkan Kemampuan Berbahasa dan Komunikasi Verbal Anak
Dalam
berkomunikasi, bahasa merupakan alat yang penting bagi setiap orang. Melalui
berbahasa seseorang atau anak akan dapat mengembangkan kemampuan bergaul dengan
orang lain. Penguasaan keterampilan bergaul dalam lingkungan sosial dimulai
dengan penguasaan kemampuan berbahasa. Tanpa bahasa seseorang tidak akan dapat
berkomunikasi dengan orang lain. Anak dapat mengekspresikan pikirannya
menggunakan bahasa sehingga orang lain dapat menangkap apa yang dipikirkan oleh
anak. Komunikasi antar anak dapat terjalin dengan baik dengan bahasa sehingga
anak dapat membangun hubungan sehingga tidak mengherankan bahwa bahasa dianggap
sebagai salah satu indikator kesuksesan seorang anak. Anak yang dianggap banyak
berbicara, kadang merupakan cerminan anak yang cerdas.
Menurut
Hurlock bahasa adalah bentuk komunikasi di mana pikiran dan perasaan
disimbolkan agar dapat menyampaikan arti kepada orang lain. Hal yang mencakup
bentuk bahasa menurut Hurlock yaitu bahasa lisan, bahasa tulisan, bahasa
isyarat, bahasa tubuh, ekspresi wajah, pantomim dan seni. Bicara adalah bentuk
bahasa yang menggunakan kata-kata yang digunakan untuk menyampaikan suatu
maksud serta merupakan bentuk komunikasi yang paling efektif, penggunaanya
paling luas dan paling penting. (Hurlock, 1993).
Sudono,
A (2000) mengutip dari Lerner(1982) menyatakan bahwa dasar utama perkembangan
bahasa adalah melalui pengalaman-pengalaman berkomunikasi yang kaya.
Pengalaman–pengalaman yang kaya itu akan menunjang faktor-faktor bahasa yang
lain, yaitu: mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Mendengarkan dan
membaca termasuk keterampilan berbahasa yang menerima atau reseptif, sedangkan
berbicara dan menulis merupakan keterampilan yang ekspresif.
Berdasarkan
penjelasan para ahli tersebut, dongeng menjadi media yang dapat menumbuhkan
kemampuan berbahasa dan komunikasi pada anak. Karena saat orang tua mendongeng,
maka anak akan dirangsang untuk beraktivitas; mendengarkan, berbicara (saat
merasa keheranan atau berkomentar), ikut membaca jika anak sudah bisa membaca.
Selain itu, anak juga dapat melihat berbagai ekspresi yang diperagakan oleh
orang tua dalam mendongeng. Lewat cerita yang orang tua tuturkan pada anak,
secara tak langsung orang tua membantunya menambah perbendarahaan kata anak.
Jika ada kalimat atau kata-kata yang susah, sang anak pasti akan bertanya.
Untuk
merangsang keterampilan mendengarkan dan menambah kosa kata saat anak
mendengarkan dongeng, orang tua dapat membuat suatu permainan. Misalnya
permainan memperagakan cerita. Orang tua dan anak menyusun suatu kesepakatan,
jika nanti dalam dongeng disebutkan kata-kata tertentu, maka anak akan membuat
gerakan tertentu, berguling, nyengir, senyum, atau cemberut.
f. Melatih
Daya Simak Anak
Menyimak
sangat fungsional dalam kehidupan manusia. Melalui menyimak seseorang
memperoleh kemungkinan besar mendapatkan informasi. Para ahli berpendapat bahwa
sebagian besar dari pengetahuan seseorang dan nilai-nilai yang diyakininya
diperoleh melalui kegiatan menyimak. Karena itu sangatlah beralasan bila setiap
orang dituntut terampil menyimak.
Demikianlah
yang terjadi dalam mendongeng. Anak akan mendengar, menyimak, lalu berusaha
menangkap pesan yang sudah diterjemahkan dalam bentuk bunyi bahasa. Untuk
menangkap bunyi bahasa itu diperlukan telinga yang peka dan perhatian terpusat.
Maka dengan mendongeng, berarti orang tua sedang melatih itu semua untuk sang
anak, melatih anak untuk memberdayakan potensi menyimak.
Tahap
akhir dari proses menyimak ialah menanggapi makna pesan yang telah selesai
dinilai. Tanggapan atau reaksi anak yang menyimak terhadap pesan yang
diterimanya dari dongeng dapat berwujud berbagai bentuk seperti
mengagguk-angguk tanda setuju, mencibir atau bertanya.
g. Meningkatkan Kecerdasan
Saat
otak anak menerima, menangkap, memahami, dan menyimpannya dimemori maka otak
anak akan bekerja lebih aktif dan saat itu stimulasi kecerdasan anak pun
berlangsung, simpul - simpul syaraf otak semakin banyak tersambung sehingga
kecerdasan anak berkembang dengan baik. Dengan mendongeng akan merangsang anak
untuk mencerna isi dongeng tersebut.
h. Menjaga Interaksi Emosional Dengan Anak
h. Menjaga Interaksi Emosional Dengan Anak
Melalui
kata-kata, pelukan, belaian, senyuman, kontak mata, ekspresi, dan lainnya akan
mempererat hubungan antara anak dan orang tua, dan tentu saja menciptakan
situasi yang baik untuk perkembangan mental maupun fisiknya, dengan begitu anak
akan tumbuh dan berkembang jauh lebih baik.
i. Pengetahuan Baru
i. Pengetahuan Baru
Cerita
dalam dongeng mengandung banyak informasi baru dan bermanfaat bagi anak seperti
bagaimana sebuah mobil dapat berjalan, yaitu dengan bahan bakar minyak atau
seperti apa rupanya seekor kelinci, yaitu bertelinga panjang dan berbadan kecil
serta dapat berlari kencang. Untuk para orang tua dan pendidik, aturlah waktu
untuk membacakan dongeng bagi anak dan ciptakan suasana yang nyaman, karena
anak akan tumbuh dengan baik dan cerdas.
A.3 Pengertian Media
Media adalah perantara atau pengantar,
secara khusus dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk
membawa informasi dari satu sumber kepada penerima.
Gagne dan Biggs (dikutip Arsyad, 2002)
menyatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat secara fisik digunakan untuk
menyampaikan isi materi pengajaran yang antara lain terdiri atas: buku, tape
recorder, film, foto, grafik, kaset, video kamera, televisi, computer, dan lain
lain.
Depdiknas (2003) menyatakan bahwa
media pembelajaran adalah media pendidikan yang secara khusus digunanakan untuk
mencapai tujuan tertentu yang sudah dirumuskan. Media ini disebut juga sebagai
alat peraga atau alat bantu yang digunakan guru untuk mempermudah tugas dalam
mengajar. Media pembelajaran memiliki beberapa manfaat seperti dikemukakan oleh
Kemp dan Deyton (1995) yaitu:
1. Penyampaian materi pembelajaran dapat
diseragamkan
2. Proses pembelajaran lebih menarik.
3. Proses pembelajaran lebih interaktif
4. Jumlah waktu mengajar dapat dikurangi
5. Kualitas belajar siswa dapat lebih
ditingkatkan.
6. Proses pembelajaran dapat terjadi
dimana saja dan kapan saja
7. Sikap positif siswa terhadap proses
belajar dapat dioptimalkan.
8. Peran guru dapat berubah kearah yang
lebih positif dan produktif.
Selain
banyak manfaat yang kita peroleh Media juga mempunyai peran dalam pembelajaran,
menurut Ahmad Rohani (1997) peran media pembelajaran adalah:
a. Mengatasi perbedaan pengalaman pribadi
peserta didik.
b. Mengatasi ruang-ruang kelas
c. Mengamati benda yang terlalu kecil
d. Mengamati benda yang bergerak terlalu
cepat dan terlalu lambat.
e. Mengamati suara yang halus untuk
didengar
f. Mengamati peristiwa-peristiwa alam.
g. Media pembelajaran berperan
membangkitkan minat belajar yang baru.
Salah satu upaya untuk mengembangkan pembelajaran dongeng
di sekolah adalah dengan melaksanakan perbaikan proses pembelajaran yang sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk memenuhi hal
tersebut, diperlukan adanya 5perangkat pembelajaran dongeng yang dapat
menciptakan sistem belajar menarik dan menyenangkan.
A.4 Pengertian “Tong-Tik”
Pendapat AECT
(Association For Education Communication Technology) dalam Arsyad
mendefinisikan bahwa “ media adalah segala bentuk yang dipergunakan untuk
menyalurkan pesan informasi” (Arsyad,2002:11). Dan media “Tong-Tik”
yang merupakan akronim dari “Kantong Plastik” adalah media yang murah dan mudah
dicari, yang bisa kita kreasikan menjadi alat peraga dalam
bercerita/mendongeng, bisa berbentuk binatang atau benda-benda lain sesuai
dengan isi cerita/dongeng yang akan kita sampaikan.
Dengan
memanfaatkan barang bekas, kita bisa berkreasi membuat media/alat peraga tanpa
harus membeli media dari benda-benda mahal yang biasa dijual di toko-toko alat
peraga, selain bisa melatih daya imajinasi kita dalam membuat karya yang unik
dan mendidik untuk anak didik kita. Kita bahkan bisa belajar bersama anak-anak
didik kita cara membuat benda-benda dari kantong plastik yang akhirnya bisa
kita jadikan sebagai alat peraga. Hal ini juga
bisa melatih kreativitas anak dalam berkarya melalui benda-benda yang sudah
tidak digunakan lagi, salah satunya kantong plastik.
Kantong plastik
Dari Wikipedia bahasa Indonesia,
ensiklopedia bebas
Kantong plastik atau tas plastik adalah kantong pembungkus yang dibuat
dari plastik (poliolefin atau polivinil klorida). Kantong plastik digunakan untuk memuat dan
membawa barang konsumsi. Bagian dasar dan sisi kiri/kanan kantong umumnya
direkatkan dengan mesin penyegel plastik, namun ada kantong plastik yang
disatukan dengan perekat atau dijahit.
Jenis-jenis kantong plastik:
·
Kantong plastik untuk kemasan
·
Kantong belanja
·
Kantong sampah
·
Kantong besar untuk keperluan industri
A.5 Tujuan Media Tong-Tik
Guru mengajar di dalam kelas adalah untuk mendidik dan
mengajar. Dalam mengajar guru bertanggung jawab penuh agar bahan yang diajarkan
dapat diterima olah anak didik dengan baik dan benar. Pada dasarnya kegiatan
belajar mengajar di kelas dapat diterapkan dengan berbagai media pembelajaran. Media pembelajaran disajikan
oleh guru dengan harapan agar anak didik dapat menerima materi pelajaran itu
dengan baik dan memberikan hasil yang memuaskan.
Apabila dalam penyampaian pelajaran seorang guru
menggunakan satu media yang konvensional tanpa adanya variasi dalam
pembelajaran dimungkinkan akan menemui kejenuhan karena tidak ada warna baru
dalam kegiatan belajar mengajar tersebut.
Pembelajaran secara
konkrit inilah yang menjawab permasalahan tersebut. Peneliti mengkhususkan
penggunaan media “Tong-Tik” dalam kegiatan belajar mengajar sebagai
upaya untuk memanfaatkan barang-barang bekas yang masih layak pakai,
dengan berbagai assesoriss lainnya.
Ada
beberapa tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran ini:
1. Pengenalan binatang melalui media “Tong-Tik”
dan cerita sebagai informasi
dan komunikasi kepada anak didik
2.
Memberikan
pengalaman baru dan menyenangkan baik bagi guru
maupun anak didik.
3.
Metode
pembelajaran yang menyenangkan dapat memberikan motivasi
dan minat belajar anak lebih meningkat
4. Mengenal benda, mengenal binatang
dan konsep cerita/dongeng melalui media “Tong-Tik” akan lebih
mudah dan menarik karena menurut teori pendidikan anak-anak suka akan benda,
gambar, warna dan binatang.
A.6 Pengertian, Fungsi dan Tujuan Menyimak
Kemampuan
menyimak sebagai salah satu kemampuan berbahasa awal yang harusdikembangkan,
memerlukan kemampuan bahasa resepsi dan pengalaman, dimana anak sebagai
penyimak secara aktif memproses dan memahami apa yang didengar.
1. Pengertian Menyimak
Sebelum
kita ketahui apa itu menyimak, terlebih dahulu kita perlu membedakan tiga
istilah yang sering orang menyamakan maknanya. Tiga istilah tersebut adalah
mendengar, mendengarkan, dan menyimak. Dalam bahasa Inggris padanan kata kata
mendengarkan adalah to hear, sedangkan padanan kata menyimak adalah to listen. Mendengar bersifat represif pasif dan terjadi
secara alamiah karena seseorang memiliki indra pendengaran. Jadi, mendengar
bisa tanpa sengaja dan tanpa tujuan, serta yang didengar bisa bunyi apa saja.
Artinya bunyi yang didengar tidak hanya bunyi bahasa, tapi bisa bunyi bom,
bunyi ombak, dan lain lain.
Dalam
kegiatan mendengarkan dilakukan dengan sengaja, penuh
kesadaran dan bertujuan. Seperti yang dikemukakan oleh Laundsteen (1979:1) mendengar meliputi cara
penerimaan suara sedangkan mendengarkan merupakan penertemahan suara-suara
yang masuk dalam arti merupakan proses oleh pembicara dan mengubah arti dalam
otak. Jadi mendengarkan adalah proses yang aktif secara
sadar termasuk menghubungkan arti dengan suara yang didengar. Akan tetapi,
menurut Akhadiah (1995/1997:147)
dalam kegiatan mendengarkan belum ada keinginan atau upaya pendengar untuk
betul-betul memahami makna yang didengarkan, berbeda dengan menyimak. Dalam
kegiatan menyimak sudah ada faktor kesengajaan, perhatian, dan usaha pemahaman
akan sesuatu yang disimak.
Kegiatan
menyimak dapat dilakukan oleh seseorang dengan bunyi bahasa sebagai sumbernya,
sedangkan mendengar dan mendengarkan bisa bunyi apa saja. Jadi, menyimak kandungan makna yang lebih spesifik
bila dibandingkan dengan menengar dan mendengarkan. Namun, sekali lagi dalam
penggunaannya istilah mendengarkan dan menyimak sering digunakan secara
bergantian atau disamakan artinya. Seperti dalam GBPKB TK 2004 istilah yang
digunakan adalah mendengarkan. Dalam modul ini pun istilah mendengarkan dan
menyimak digunakan secara bergantian.
Lalu apa yang dimaksud dengan menyimak ?
Lalu apa yang dimaksud dengan menyimak ?
Menyimak
menurut Anderson, 1972 : 69) menyimak bermakna mendengarkan dengan penuh
pemahaman dan perhatian serta apresiasi. Pendapat ini dipertegas oleh Tarigan
(1990 : 25) bahwa menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan
lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta
interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami
makna komunikasi yang telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau
bahasa lisan. Sejalan dengan itu Sabarti juga mengemukakan bahwa menyimak
adalah suatu proses yang mencakup kegiatan menengarkan bunyi bahasa,
mengidentifikasi, menginterpretasi, menilai dan mereaksi atas makna yang
terkandung di dalamnya.
Jadi,
berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa menyimak adalah kegiatan mendengarkan secara
aktif dan kreatif untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta
memahami makna komunikasi yang disampaikans ecara lisan.
2. Fungsi Menyimak
Apabila
kita amati dalam kehidupans ehari-hari, kegiatan menyimak merupakan
keterampilan berbahasa yang paling banyak kita lakukan diantara tiga
keterampilan berbahasa lainnya. Hampir setiap saat kita melakukan kegiatan
menyimak. Kegiatan menyimak tersebut kita lakukan baik secara langsung maupun
secara tidak langsung, seperti melalui media elektronik. Pernyataan ini juga
didukung oleh hasil penelitian yang pernah dilakukannya ternyata presentase
waktu untuk menyimak paling besar dibanding waktu untuk membaca, menulis dan
berbicara yang digunakan responden penelitiannya. Pendpaat ini juga diperkuat
oleh Bromley bahwa da dua alasan mengajari anak mendengarkan. Dua alasan tersebut
yaitu (1) anak dan orang dewasa sebagian besar menghabiskan waktunya untuk
mendengar (2) kemampuan mendengarkan sangat penting tidak hanya belajar di
dalam kelas tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Mendengarkan pidato,
berita dan percakapan termasuk keahlian yang sering kita gunakan.
Jika
dapat disimpulkan bahwa menyimak memegang peranan penting dalam kehidupan
manusia. Demikian pula dalam kehidupan anak. Walaupun kemampuan mendengarkan
merupakan kemampuan berbahasa yang secara alamiah dikuasai oleh setiap anak
yang normal, ketrampilan menyimak ini harus dikembangkan melalui
stimulasi-stimulasi dan latihan-latihan karena keterampilan berbahasa tidak
akan dapat dimiliki secara optimal termasuk menyimak di dalamnya kalau tidak
dikembangkan dan dilatihkan. Apa saja fungsi atau peranan menyimak
bagi anak? Sabari (1992 : 149) mengemukakan bahwa menyimak berperan sebagai:
(1) dasar
belajar bahasa,
(2)
panjang ketrampilan berbicara, membaca dan menulis,
(3)
penunjang komunikasi lisan,
(4) penambah
informasi atau pengetahuan.
Adapun menurut Hunt dalam Tarigan
(1986 : 55) fungsi menyimak adalah (1) memperoleh informasi, (2) membuat
hubungan antar pribadi lebih efektif, (3) agar dapat memberikan respon yang
positif, (4) mengumpulkan data agar dapat membuat keputusan yang masuk akal.
Dari uraian di
atas dapat disimpulkan ketrampilan menyimak dapat berfungsi untuk :
1) Menjadi dasar belajar bahasa, baik
bahasa pertama maupun bahasa kedua.
Kemampuan berbahasa tidak akan dimiliki
oleh seseorang kalau tidak diawali dengan kegiatan mendengarkan. Seorang anak
dapat mengucapkan kata mama, papa dan sebagaimana setelah ia sering dan
berulang-ulang menyimak pengucapan kata-kata tersebut dari orang-orang yang ada
di sekitarnya. Demikian pula halnya pada saat anak belajar bahasa asing.
Kegiatan mungkin diawali dengan menyimak cara pengucapan fonem, kata, dan
kalimat sebelum dia bisa mengucapkan sebuah kata dan menggunakannya dalam
kegiatan berbicara.
2) Menjadi dasar pengembangan kemampuan
bahasa yang harus dimiliki anak sebelum diajarkan membaca.
Seperti
dikemukakan oleh Tom dan Harriet Sobol, salah satu kemampuan dasar yang harus
dimiliki anak sebelum diajarkan membaca adalah kemampuan membedakan auditorial.
Artinya anak mampu membedakan suara-suara di lingkungan mereka dan mampu
membedakan bunyi-bunyi huruf atau fonem yang mereka dengarkan (2003 : 26).
Pendapat ini juga diperkuat oleh Pflaun dan Steinberg dalam Tampubolon bahwa
kemampuan anak memahami bahasa lisan menjadi salah satu ciri penanda kesiapan
anak diajarkan membaca (1991 : 64).
3) Menunjang ketrampilan berbahasa
lainnya
Apabila bahasa pembicara sama dengan
bahasa penyimak, maka penyimak dari hasil simakannya akan dapat mengetahui
ciri-ciri bahasa pembicara. Hal ini dapat menunjang kemampuan berbicara
penyimak. Selain itu, penyimak dari hasil simakannya akan memperoleh tambahan
perbendaharaan kata yang dapat meningkatkan ketrampilan berbahasanya, baik
lisan (berbicara dan menyimak) maupun tulisan (membaca dan menulis).)
4) Memperlancar komunikasi lisan
Setelah menyimak pembicaraan
seseorang, tentu penyimak akan dapat mengetahui isi atau makna pembicaraan
tersebut, maka akan terjadi komunikasi antar pembicara antara pembicara dan
penyimak. Hal ini
berarti, menyimak dapat memperlancar komunikasi lisan.
5) Menambah informasi atau pengetahuan
Pengetahuan tentang kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi atau informasi lainnya tidak hanya diperoleh melalui
membaca, tetapi juga melalui menyimak. Pengetahuan baru tersebut dapat
diperoleh melalui kegiatan mendengarkan berita, ceramah, diskusi dan lain
sebagainya.
3. Tujuan Menyimak
Bermacam-macam tujuan orang menyimak.
Tujuan seseorang menyimak tergantung pada niat setiap orang. Tarigan
mengemukakan ada tujuh tujuah orang menyimak, yaitu
(1) untuk
belajar,
(2) untuk
memecahkan masalah,
(3) untuk
mengevaluasi,
(4) untuk
mengapresiasi,
(5) untuk
mengkomunikasikan ide-ide,
(6) untuk
membedakan bunyi-bunyi,
(7) untuk
meyakinkan.
Sejalan dengan
pendapat tersebut Sabari juga mengemukakan beberapa tujuan menyimak, yaitu (1)
menyimak untuk belajar, (2) menyimak untuk menghibur diri, (3) menyimak untuk
menilai, (4) menyimak untuk mengapresiasi, dan (5) menyimak untuk memecahkan
masalah.
Dari pendapat di atas dapat
disimpulkan tujuan menyimak bagi anak adalah :
1 Untuk belajar
Bagi anak TK tujuan mereka menyimak
pada umumnya adalah untuk belajar. Misalnya belajar untuk membedakan
bunyi-bunyi yang diperdengarkan guru, mendengarkan cerita, permainan bahasa.
Jadi, anak TK melakukan kegiatan menyimak lebih cenderung bukan karena
keinginan anak iru sendiri tetapi karena ditugaskan sehubungan dengan kegiatan
dalam pembelajaran.
2) Untuk mengapresiasi
Artinya menyimak bertujuan untuk dapat
memahami, menghayati dan menilai bahan yang disimak. Bahan yang disimak dengan
tujuan ini biasanya berbentuk karya sastra, seperti cerita atau dongeng dan
puisi.
3) Untuk
menghibur diri
Menyimak yang bertujuan untuk
menghibur diri artinya dengan menyimak anak merasa senang dan gembira.
4) Untuk
memecahkan masalah yang dihadapi
Tujuan ini biasanya ditemui pada orang
dewasa. Orang yang sedang punya
permasalahan bisa mencari pemecahannya melalui kegiatan menyimak.
Tujuan menyimak ini masih bisa
ditambahkan dengan tujuan-tujuan lain yang lain tergantung pada niat seseorang
untuk menyimak. Perkembangan ketrampilan menyimak pada anak berkaitan erat satu
sama lain dengan ketrampilan berbahasa khususnya berbicara. Anak yang
berkembang ketrampilan menyimaknya, akan berpengaruh terhadap perkembangan
ketrampilan berbicara. Kedua ketrampilan berbahasa tersebut merupakan kegiatan
komunikasi dua arah yang bersifat langsung dan dapat merupakan komunikasi yang
bersifat tatap muka (Brooks, dalam Tarigan, 1986).
Kemampuan menyimak melibatkan proses
menginterpretasi dan menterjemahkan suara yang didengar sehingga memiliki arti
tertentu. Kemampuan ini melibatkan proses kognitif yang memerlukan perhatian
dan konsentrasi dalam rangka memahami arti informasi yang disampaikan. Sebagian
besar anak dapat menyimak informasi dengan tingkat yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kemampuannya dalam membaca.
1) Acuiry, yaitu kesadaran akan adanya
suara yang diterima oleh telinga, misalnya mendengar suara anak yang sedang
bermain, mendengar suara mesin tik dan sebagainya.
2) Auditory discrimination, yaitu
kemampuan membedakan persamaan dan perbedaan suara atau bunyi, misalnya suara
hujan berbeda dengan suara mesin tik; pertanyaan seseorang tidak sama dengan
pernyataan seseorang : duri dan dari berbeda bunyinya dan sebagainya;
3) Auditing, yaitu suatu proses dimana
terdapat asosiasi antara arti dengan pesan yang diungkapkan. Proses ini
melibatkan pemahaman terhadap isi dan maksud kata-kata yang dingkapkan. Sebagai
contoh yaitu memahami pernyataan “kamu boleh berlari-lari di taman”; “gerakan
badanmu ke kiri dan ke kanan” (Buttery dan Anderson, dalam Bromley, 1991).
Auding melibatkan aspek perkembangan
semantik dan sintaksis. Dengan memahami semantik, berarti anak memiliki
pengetahuan tentang berbagai arti kata, sedangkan sintaksis berkaitan dengan
pemahaman anak terhadap aturan dan fungsi kata.
Bromley
(1991) mengemukakan bahwa proses menyimak aktif terjadi ketika anak sebagai
penyimak menggunakan auditory discrimation dan acuity dalam mengidentifikasi
suara-suara dan berbagai kata, kemudian menterjemahkannya menjadi kata yang
bermakna melalui auding atau pemahaman.
Menyimak aktif bukanlah sekedar
menterjemahkan pesan pembicara, namun terlibat sebagai peserta aktif dengan
mendengarkan, mengidentifikasi, dan mengasosialikan arti dengan suara bahasa
yang disampaikan. Penyimak yang efektif dapat memusatkan perhatiannya pada apa
yang dikatakan oleh lawan bicaranya, memperhatikan bahasa tubuh dan ekspresi
wajah pembicara, dan memonitor tentang kesesuaian apa yang mereka dengar dengan
yang mereka pikirkan. Penyimak aktif memproses informasi yang datang dan berusaha
mengkonstruksi arti suara tersebut
A.7 Pelaksanaan Penggunaan
Media “Tong-Tik”
Pembelajaran interaktif adalah pembelajaran yang
menghasilkan pertukaran pikiran, perasaan, dan
gagasan antara dua orang atau lebih untuk menghasilkan efek timbal balik
(Brown, 1980:159).
Pembelajaran
interaktif adalah suatu kaedah yang melibatkan interaksi antara guru dengan
murid, murid dengan murid atau murid dengan benda-benda di sekitarnya. Untuk
itu perlu dilakukan beberapa situasi dan kondisi dalam pembelajaran mari
bercerita/mendongeng melalui media “Tong-Tik” . Pelaksanaan tindakan
tertulis pada tabel 2.1 berikut ini:
Tabel 2.1.
Teknik penyampaian pembelajaran media “Tong-Tik”
Media bercerita
/ mendongeng dapat diberikan secara individual
|
Media bercerita / mendongeng dapat diberikan secara kelompok
(10-30)anak
|
Media bercerita / mendongeng dapat diberikan kepada anak dalam
jumlah siswa yang besar(80-100)anak.
|
1. Guru duduk di samping anak
|
1. Anak duduk dengan posisi setengah
lingkaran atau leter u di kursi maupun
di lantai.
|
1. Anak duduk berbanjar, duduk di atas lantai.
|
2. Alat peraga dari “Tong-Tik”
diletakkan di atas meja.
|
2. Guru berdiri di dekat meja untuk memotivasi anak
|
2. Guru berdiri di sebelah meja dengan memegang
alat peraga.
|
3. Guru menjelaskan dengan singkat alat
peraga dan nama benda
|
4. Guru menjelaskan materi bercerita /
mendongeng secara singkat
|
4. Guru menjelaskan dengan singkat alat
peraga dan nama benda dengan memberi pertanyaan kepada anak
|
5. Guru mulai bercerita / mendongeng di
depan anak-anak.
|
5. Guru bercerita / mendongeng di depan
anak-anak sambil bernyanyi
|
5. Guru menjelaskan makna dari isi
cerita kemudian memberikan berbagai pertanyaan kepada anak-anak
|
a.
Temuan Hasil Penelitian Yang Relevan
Dari
beberapa peneliti menyatakan bahwa: mengenal binatang dengan karakter
masing-masing binatang dengan berbagai media yang menarik seperti penelitian
yang sebelumnya yang dilakukan oleh Siti
Khodijah dari universitas Terbuka (2011) menyatakan memanfaatkan media kertas
koran dapat meningkatkan kemampuan bercerita hingga selesai. Demikian juga Ifada
Yuliani (2010) melakukan penelitian dengan menggunakan media kain perca untuk
peningkatan penguasaan berbahasa pada
anak TK, sementara Titin mengenalkan media kertas gambar digunakan untuk mengembangkan
kemampuan berbahasa pada anak usia dini.
b.
Kerangka Berpikir
Untuk memperjelas dan mempermudah alur
pikiran tentang pembelajaran bercerita/mendongeng
dengan media “Tong-Tik” sebagai usaha untuk meningkatkan kemampuan menyimak
dengan rancangan model penelitian tindakan kelas melalui kolaborasi guru
kelompok A dan menggunakan model proses. Menurut Model Kurt Lewin Konsep pokok
penelitian tindakan terdiri dari empat komponen, yaitu ; a) perencanaan (planning), b) tindakan (acting), c) pengamatan (observing), dan d) refleksi (reflecting). Hubungan keempat komponen
tersebut dipandang sebagai siklus yang dapat digambarkan sebagai berikut :
Model ini direncanakan melalui dua siklus yaitu siklus I
dan siklus II.dengan kegiatan yang sama yaitu:
Siklus I terdiri atas kegiatan-kegiatan:
a.
Rencana
Tindakan
b.
Rencana
Kegiatan
c.
Observasi
dan
d.
Evaluasi
dan Refleksi
Berdasarkan hasil refleksi/evaluasi
pada siklus I dilanjutkan dengan siklus II yang kegiatannya hampir sama dengan
siklus I.
Siklus Penelitian Tindakan Kelas
Kondisi
Awal
Rendahnya
kemampuan menyimak pada anak
|
Studi
Pendahuluan
1. Merencanakan proses pembelajaran
2. Melaksanakan kegiatan
3. Analisis nilai
|
Siklus
I
1. Merencanakan perbaikan
2. Melakukan perbaikan
3. Melaksanakan observasi
4. Melaksanakan diskusi dengan teman
sejawat
5. Melakukan refleksi
|
Persiapan
Penelitian
1.
Menyusun
rencana perbaikan pembelajaran
2.
Menyusun
lembar observasi
3.
Menyusun
lembar evaluasi
|
Siklus II
1.
Merencanakan
perbaikan
2.
Melakukan
perbaikan
3.
Melaksanakan
observasi
4.
Melaksanakan
diskusi dengan teman sejawat
5.
Melakukan
refleksi
|
Hasil belum optimal
|
Refleksi
|
Berhasil
|
Kesimpulan
kemampuan
menyimak anak meningkat
|
c.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan landasan teori dan
kerangka berpikir, hipotesis penelitian tindakan kelas adalah penggunaan media “Tong-Tik”
dapat menarik minat dan motivasi anak dalam mengenal binatang dan
karakter-karakter yang harus dimiliki dan yang harus dihindari, sehingga
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan menyimak pada anak didik kelompok A TK Islam
Miftahul Ulum Gumayun, yang dilaksanakan pada semester II, Tahun Pelajaran 2012/2013.
BAB III
PELAKSANAAN
PENELITIAN
A.
Setting Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini
dilaksanakan di TK Islam Miftahul Ulum Gumayun, merupakan Tk swasta di Kecamatan Dukuhwaru yang berstatus TK
terakreditasi A tahun 2009, merupakan TK yang memiliki 2 rombongan balajar yaitu
kelompok A untuk anak usia 4-5 tahun berjumlah
62 anak dan kelompok B untuk anak usia
5-6 tahun berjumlah 55 anak. Jumlah guru 11 orang, wakil kepala sekolah 1 orang dan 1 kepala
sekolah. Penelitian ini dilakukan secara siklus dan dilaksanakan oleh penulis
sekaligus sebagai guru kelompok A TK Islam Miftahul Ulum Gumayun.
B.
Subjek Penelitian
Subyek Penelitian adalah anak didik kelompok A TK Islam Miftahul Ulum
Gumayun, Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal, semester II Tahun Pelajaran
2012/2013 yang berjumlah 20 anak. Dengan jumlah 13 anak laki-laki dan 7 anak perempuan.
C.
Sumber Data
Sumber
data diambil dari :
1. Hasil pengamatan guru pada proses
pembelajaran dan hasil pembelajaran.
2. Hasil pengamatan guru terhadap anak
melalui lembar observasi yang
diisi
oleh guru.
D.
Teknik dan Alat Pengumpul Data
Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi wawancara
dan pengamatan.
1.
Wawancara
Wawancara
diberikan kepada guru pendamping sebagai kolaborator untuk melengkapi kegiatan
lembar observasi
2.
Pengamatan
E.
Validasi Data dan Analisis Data
Untuk mengetahui tingkat perubahan secara optimal
kemampuan menyimak anak didik adalah dengan menggunakan deskriptif prosentase,
dengan langkah sebagai berikut:
1. Hasil siklus I dianalisa dengan cara
mendiskripsikan kemampuan menyimak anak sebelum memperoleh materi mendongeng
dengan menggunakan media “Tong-Tik”
(kondisi awal) dengan kemampuan menyimak anak setelah mengikuti pembelajaran mendongeng
dengan menggunakan media “Tong-Tik”.
2. Hasil siklus II dianalisa dengan cara
mendiskripsikan kemampuan menyimak anak siklus II dengan Siklus I.
3. Menganalisa dengan menggunakan
analisis deskriptif yaitu mendiskripsikan kemampuan menyimak anak siklus I dan
siklus II dan kondisi awal sebelum penelitian.
F.
Tingkat Pencapaian
Perkembangan/Indikator
Lingkup perkembangan/indikator
dari aspek perkembangan bahasa yang
meliputi konsep menerima bahasa dan mengungkapkan bahasa. Adapun kemampuan yang
akan dicapai dari indikator aspek
perkembangan bahasa adalah:
1.
Anak
dapat menirukan kembali 3-4 urutan kata
2.
Anak
dapat mendengarkan cerita yang dibacakan
3.
Anak
dapat menyebutkan kata sifat
4.
Anak
dapat mendengarkan cerita dan menceritakan kembali isi cerita
5.
Anak
dapat melakukan 2-3 perintah secara sederhana
Apabila
85% dari jumlah anak mampu sesuai dengan indikator kinerja di atas maka dapat
dikatakan bahwa pembelajaran bercerita/mendongeng dengan media “Tong-Tik” tercapai.
G.
Prosedur Penelitian
Penelitian
ini dilakukan dengan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 2 siklus yaitu
siklus I dan siklus II. Adapun rincian kegiatan pada setiap siklusnya diuraikan
sebagai berikut
1.
Perencanaan
( Planning)
a. Mempersiapkan kegiatan pembelajaran bercerita/mendongeng
yang akan disajikan secara tepat yaitu :
1.
Menirukan
kembali 3-4 urutan kata
2.
Mendengarkan
cerita yang dibacakan
3.
Menyebutkan
kata sifat
4.
Mendengarkan
cerita dan menceritakan kembali isi cerita.
5.
Melakukan
2-3 perintah secara sederhana
b. Membuat perangkat observasi yang
sesuai dengan rencana pembelajaran
c. Mempersiapkan media bercerita/mendongeng.
Guru menyiapkan media yang akan
digunakan dengan mempersiapkan peralatan yang akan digunakan.
Perangkat Media:
1. Laptop/computer/tape recorder/speaker,
sebagai sarana musik pengantar dongeng/cerita
2. Alat peraga dari “Tong-Tik”
3. Meja untuk meletakkan alat peraga saat
bercerita
d. Simulasi
skenario pembelajaran dengan menggunakan media “Tong-Tik” dilakukan oleh
peneliti dan kolaburator sesuai dengan rencana pembelajaran bercerita/mendongeng
yang akan disajikan.
e. Uji kelayakan media pembelajaran “Tong-Tik”
berdasarkan hasil simulasi skenario
pembelajaran bercerita/mendongeng dengan media “Tong-Tik”
2.
Pelaksanaan
Tindakan
Guru
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah direncanakan dalam 2 siklus,
dimana setiap siklus terdiri dari 3 kali pertemuan. Penyajian pembelajaran bercerita/mendongeng
dengan media “Tong-Tik” dilakukan oleh guru I, observasi dilakukan oleh
guru II menggunakan lembar observasi terstruktur. Anak bersama–sama guru menerapkan
pembelajaran mendongeng dengan media “Tong-Tik”. Guru II mengamati
interaksi guru dan anak dengan menggunakan lembar observasi terstruktur.
Pelaksanaan tindakan tertulis pada tabel 3.1 berikut ini:
Tabel 3.1 Model Pembelajaran Bercerita/Mendongeng
Kegiatan
Guru
|
Kegiatan
Siswa
|
Pertemuan 1
1. Guru menanyakan keadaan anak dan
mengabsen anak didik.
|
1. Menjawab pertanyaan guru, sesuai kondisi
anak masing-masing.
|
2. Guru memotivasi siswa dengan tepuk
semangat dan menyanyikan lagu yang disiapkan yaitu lagu Kampung Dongengku
|
2. Anak menyanyi bersama guru
|
3. Guru menjelaskan tentang semut dan
nama semut/tokoh dalam cerita
|
3. Anak menyaksikan dengan posisi duduk leter U
|
Kegiatan
Inti
4. Guru bercerita/mendongeng dengan
menggunakan media “Tong-Tik”, anak menyimak.
|
4. Anak memperhatikan dan mendengarkan cerita yang
disampaikan guru.
|
5. Guru menyampaikan pesan/makna dari
isi cerita
|
5. Anak mendengarkan pesan guru yang disampaikan
|
6. Penutup
·
Tanya
jawab tentang materi mendongeng
·
Guru
memberikan reward kepada anak berupa bintang
|
6. Anak menjawab pertanyaan guru dan bagi anak yang
mampu menjawab mendapat reward
|
Pertemuan 2
appersepsi
1. Guru menanyakan materi mendongeng
pertemuan pertama dan masuk pada pertemuan kedua guru mengajak anak menceritakan
kembali isi cerita yang telah didengarnya
|
1. Anak menjawab dan bercerita
|
Kegiatan
Inti
2. Guru membagi anak dalam dua
kelompok, kelompok satu mengurutkan kata dan kelompok dua melakukan 2-3
perintah secara sederhana
|
2. Anak mengerjakan kegiatan dengan mengurutkan kata
dan melakukan 2-3 perintah secara sederhana
|
3. Guru mengadakan evaluasi melalui tanya
jawab dan anak maju dengan bercerita.
|
3. Anak menjawab pertanyaan guru dengan
maju ke depan dan menunjuk benda/tokoh cerita
|
Penutup
4. Guru menjelaskan kembali pelajaran
hari itu dengan tanya jawab, dan anak yang dapat menjawab mendapat reward bintang
|
4. Anak mendengarkan penjelasan guru
dan menjawab pertanyaan dengan cepat serta menerima reward
|
Pertemuan 3
appersepsi
1. Guru menanyakan materi mari mendongeng
dan menceritakan kembali isi cerita pada pertemuan kedua dan masuk pada
pertemuan ketiga guru menyampaikan pesan tentang sifat/karakter tokoh semut
dalam cerita
|
1. Anak menjawab dan memperhatikan
|
Kegiatan
Inti
2. Guru membagi anak dalam dua
kelompok, kelompok satu menyebutkan kata sifat dan kelompok dua bercerita tentang
dongeng/cerita yang pernah didengar
|
2. Anak mengerjakan kegiatan dengan menyebutkan
kata sifat dan bercerita tentang dongeng/cerita yang pernah didengar
|
3. Guru mengadakan evaluasi melalui lembar
kerja anak (fortofolio)
|
3. Anak mengerjakan tugas dari guru
|
Penutup
4. Guru menjelaskan kembali pelajaran
hari itu dengan tanya jawab, dan anak yang dapat menjawab mendapat
reward berupa boneka/alat peraga
|
4. Anak mendengarkan penjelasan guru dan anak yang
hasil LKS-nya baik mendapat reward
berupa boneka/alat peraga
|
3. Observasi
Pengamatan dilakukan oleh guru ketika
anak melakukan aktifitas di dalam pembelajaran dengan menggunakan lembar
observasi berisi: nama anak, kelompok,
jam, nama observer, indikator yang diamati terdiri dari: menirukan kembali 3-4 urutan kata,
mendengarkan cerita yang dibacakan, menyebutkan kata sifat, mendengarkan cerita
dan menceritakan kembali isi cerita, dan melakukan 2-3 perintah secara
sederhana dengan cara memberi tanda (√) pada kolom o yang tersedia di lembar observasi.
Observasi
anak dengan menggunakan penilaian
(● = M ),(○ = PB) , (√ = B)
Prosentase
kemampuan anak BSB dan BSH (● + √ )x100%
Jml S
keterangan:
a. Anak yang sudah melebihi indikator
yang tertuang dalam RKH atau mampu melaksanakan tugas tanpa bantuan secara
tepat /cepat/lengkap/benar, maka pada kolom penilaian dituliskan nama anak dan
tanda bulatan penuh (●)
b. Anak yang belum mencapai indikator
seperti diharapkan dalam RKH atau dalam melaksanakan tugas selalu dibantu guru,
maka pada kolom penilaian dituliskan nama anak dan diberi tanda bulatan (○)
c. Jika semua anak menunjukkan kemampuan
sesuai dengan indikator yang tertuang dalam RKH, maka pada kolom penilaian
dituliskan nama semua anak dengan tanda checklist (√)
d. BSB = berkembang sangat baik, BSH
berkembang sesuai harapan, Jml S = Jumlah Siswa dalam sekelas.
4. Evaluasi dan
refleksi
Pengumpulan data hasil observasi,
analisis data hasil observasi, melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran
upaya meningkatkan kemampuan menyimak anak didik TK Islam Miftahul Ulum Gumayun
dengan media “Tong-Tik”.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Penelitian
A.1. Deskripsi Model Tindakan
Medel tindakan penelitian tindakan kelas
ini berupa penerapan pembelajaran dengan menggunakan media “Tong-Tik”.
Pelaksanaan tindakan pada setiap siklus meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan
tindakan, observasi, evaluasi dan refleksi.
A.2. Deskripsi Model Tindakan Siklus I
a.
Perencanaan
Persiapan yang dilakukan sebelum pelaksanaan tindakan siklus
adalah
:
i.
Berdasarkan hasil kegiatan yang dilaksanakan setiap
hari melalui kegiatan pembelajaran di dalam kelas melalui portofolio dibagi
menjadi 3 kelompok dengan pokok bahasan bercerita/mendongeng
dengan menirukan kembali 3-4
urutan kata, mendengarkan cerita yang dibacakan, menyebutkan kata sifat,
mendengarkan cerita dan menceritakan kembali isi cerita, dan melakukan 2-3
perintah secara sederhana.
ii.
Peneliti sebagai guru pelaksana tindakan berdiskusi
dan membagi tugas dengan guru pengamat (Athiyatin, S. PdI) tentang prosedur
penelitian, serta langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran melalui media “Tong-Tik”
iii.
Mempersiapkan instrumen penelitian dan perangkat
pembelajaran berupa Rencana Kegiatan Harian (RKH), lembar observasi anak , alat
penilaian anak, lembar evaluasi, dan alat peraga media “Tong-Tik”.
b.
Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada
siklus I melalui media “Tong-Tik” melalui tiga kali pertemuan yaitu:
1)
Pertemuan pertama : Senin, 6 Mei 2013 dengan kegiatan sebagai berikut:
(1) Guru menata media yang akan digunakan
seperti: Laptop, speaker, meja, dan alas duduk (karpet)
(2). Guru mengatur organisasi kelas (layout
/posisi tempat duduk)
(3). Media
“Tong-Tik” dipajang di meja sesuai jalur cerita. Anak bersama guru bermain
tepuk semangat dan menyanyikan lagu “Kampung Dongengku” dan “Semut-Semut Kecil”
sambil bertepuk tangan. Selanjutnya guru mengajak anak untuk melihat tokoh
cerita dari media “Tong-Tik” yang akan disaksikan anak saat guru bercerita.
(4). Guru dibantu oleh operator untuk
mengklik lagu “Kampung Dongengku” dan
“semut-Semut Kecil” sebagai penyemangat.
(5). Pada akhir cerita guru
menyampaikan pesan dari karakter masing-masing tokoh dalam cerita dan memberi kesempatan
kepada anak untuk menyampaikan pendapat.
(6). Tahap selanjutnya adalah guru mengadakan tanya
jawab dan evaluasi pada akhir cerita dengan memberi kesempatan kepada anak
untuk maju ke depan dengan bercerita. Jika anak menjawab dengan tepat akan
mendapat kata pujian: “Hebat, pintar sekali”, jika anak salah menjawab akan
mendengar kata-kata “Coba lagi yaa?”
2) Pada pertemuan yang kedua : Selasa,
7 Mei 2013
Materi
bercerita/mendongeng dengan menggunakan “Tong-Tik” dengan warna cerah, yaitu:
(1) Guru dibantu oleh operator untuk mengklik
lagu “Kampung Dongengku” dan “Semut-Semut Kecil” sebagai materi pembuka dengan
tema binatang dengan mengajak anak bernyanyi sambil tepuk tangan.
(2) Guru mulai beada akhir cerita guru
menyebutkan urutan kata dalam cerita dan memberi kesempatan kepada anak untuk menirukan
kembali urutan kata tersebut.
(3) Tahap selanjutnya adalah guru
mengadakan tanya jawab dan evaluasi dengan memberi kesempatan kepada anak untuk
maju ke depan dan bercerita. Jika anak menjawab dengan tepat akan mendapat kata
pujian: “Hebat, pintar sekali, jika anak salah menjawab akan mendengar
kata-kata “Coba lagi yaa?”.
3) Pada pertemuan yang ketiga : Rabu, 8 Mei
2013
Materi
mendongeng dengan menggunakan “Tong-Tik” dengan ukuran lebih besar sebagai berikut :
(1) Guru dibantu oleh operator untuk mengklik
lagu “Kampung Dongengku” dan “Semut-semut Kecil”, lalu mengajak anak bernyanyi
bersama.
(2) Pada akhir cerita guru mengajak anak
untuk menceritakan kembali isi cerita, dan guru menunjuk anak yang mau maju ke
depan.
(3) Tahap selanjutnya adalah guru
mengadakan tanya jawab dan evaluasi dengan memberi kesempatan kepada anak untuk
maju ke depan dan bercerita. Jika anak bercerita dengan baik akan mendapat kata
pujian: “Hebat, pintar sekali”, jika anak salah menjawab akan mendengar
kata-kata “Coba lagi yaa?”. Guru membagikan LKS untuk dikerjakan secara
individu untuk mengetahui tingkat kemampuan anak di akhir pembelajaran siklus I.
c. Observasi Pengamatan
dilakukan oleh guru ketika anak melakukan aktifitas di dalam pembelajaran
dengan menggunakan lembar observasi pada saat penyajian materi bercerita/mendongeng
dengan menggunakan media “Tong-Tik”. Rangkuman hasil observasi siklus I
adalah sebagai berikut:
(1) Hasil observasi tanggal 6 Mei 2013
oleh guru pengamat, pelaksanaan pembelajaran melalui media “Tong-Tik” dengan
menyebut urutan kata “Semut serakah”, “makan
permen”, “semut pemaaf”, “menolong teman”, kemudian anak menirukan kembali urutan
kata tersebut.
(2) Hasil observasi tanggal 7 Mei 2013
adalah: guru pengamat mengamati aktifitas anak dalam mengikuti pembelajaran
yaitu anak mendengarkan isi cerita yang disampaikan guru, lalu anak tunjuk jari
ingin maju untuk menceritakan kembali isi cerita melalui media “Tong-Tik”.
Jika ada diantara anak yang tidak mau maju, secara serentak anak yang lain
mengucapkan coba lagi ya. Namun ada beberapa anak yang diam saja karena belum
mampu mengikuti pembelajaran dengan baik.
(3) Hasil observasi tanggal 8 Mei 2013
seluruh anak ingin mencoba maju untuk menirukan urutan kata, menyebut kata
sifat, dan menceritakan kembali isi cerita dan anak mengerjakan lembar kerja anak
yang sudah disiapkan oleh guru.
d.
Evaluasi
Selama
siklus I berlangsung peneliti melakukan pengamatan untuk mendata hasil
kemampuan membaca permulaan anak melalui kegiatan evaluasi. Pengamatan
kemampuan menyimak anak juga dilakukan oleh guru pendamping sebagai kolaborator
dengan hasil yang cukup baik yaitu: 1) respon anak pada waktu mengikuti proses
belajar mengajar berlangsung cukup baik, 2) unjuk kerja anak dengan bukti
kemampuan menyimak anak pada saat kegiatan sudah sesuai dengan indikator yang
ingin dicapai, 3) kemampuan menjawab pertanyaan guru dan kemampuan menunjuk
benda melalui media “Tong-Tik” sudah
cukup baik.
Pada
kondisi awal rata-rata kemampuan menyimak anak banyak memerlukan bimbingan.
Setelah guru menggunakan media “Tong-Tik” ada peningkatan kemampuan menyimak
anak secara optimal. Secara lengkap kemampuan menyimak anak terdapat dalam
tabel sebagai berikut:
Tabel
4.1: Tabel Perubahan kemampuan membaca permulaan anak Siklus I
Jumlah Responden/
Kategori Penilaian
|
Kemampuan menyimak
|
Keterangan
|
|
Sebelum menggunakan
media “Tong-Tik”
|
Siklus I
|
|
|
20 anak
|
|
|
|
Mampu menyimak
|
9 anak
|
13 anak
|
Kemampuan menyimak optimal
dengan peningkatan:
Siklus I : 4 anak
(22,72%)
|
Tidak Mampu
menyimak
|
11 anak
|
7 anak
|
Kemampuan menyimak yang belum optimal cenderung menurun
|
d.
Refleksi Siklus I
Berdasarkan
hasil pengamatan diperoleh refleksi bahwa media “Tong-Tik” dapat
digunakan untuk meningkatkan kemampuan menyimak anak. Dari 20 anak yang sudah
mampu ada 16 anak dan yang belum mampu ada 4 anak. Upaya yang dilakukan guru agar
anak memiliki kemampuan menyimak secara optimal adalah
(1)
Meningkatkan
perannya dalam mengendalikan suasana kelas agar situasi pembelajaran
berlangsung lebih kondusif, menyajikan pembelajaran dengan media “Tong-Tik”
lebih menarik, menyenangkan dan kreatif.
(2)
Guru
juga sudah menyiapkan hadiah berupa out door ke kebun
binatang
untuk meningkatkan prestasi belajar siswa terutama pada siswa yang belum mampu menyimak dan
bagi yang sudah mampu diberi hadiah berupa alat peraga dari “Tong-Tik” pada akhir pelaksanaan siklus
1.
(3)
Memberi
motivasi dan perhatian khusus kepada 6 anak yang belum optimal dalam menyimak
agar secara bertahap mampu mengikuti teman-temannya yang sudah optimal, berdasarkan
hasil tindakan pada siswa, anak yang belum menunjukkan kemampuan membaca secara
optimal diberi perlakuan lagi ke siklus II selama 2 minggu. Dengan demikian
maka kegiatan selanjutnya adalah siklus II.
A.3. Deskripsi Model Tindakan Siklus
II
a. Perencanaan
i.
Peneliti sebagai guru pelaksana tindakan berdiskusi
dan membagi tugas dengan guru pengamat (Athiyatin, S. PdI) tentang prosedur
penelitian, serta langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran melalui media “Tong-Tik” pada siklus II
ii.
Mempersiapkan instrumen penelitian lembar observasi
siswa, alat penilaian anak, lembar evaluasi, dan alat peraga media “Tong-Tik”
.
iii.
Perencanaan
tindakan dengan mempersiapkan kegiatan pembelajaran membaca yang akan disajikan
secara tepat dengan media “Tong-Tik” sebagai berikut pada siklus II yaitu:
1. Menirukan kembali 3-4 urutan kata
2. Mendengarkan cerita yang disampaikan
3. Menyebutkan kata sifat
4. Mendengarkan cerita dan menceritakan
kembali isi cerita
5. Melakukan 2-3 perintah secara
sederhana
iv.
Mempersiapkan instrumen penelitian siklus II berupa
: lembar observasi siswa, alat penilaian siswa, lembar evaluasi, dan alat
peraga media “Tong-Tik”.
v.
Mengoreksi hasil LKS dan merekap hasil kerja siswa
pada rekap lembar observasi
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus II
melalui media “Tong-Tik” melalui tiga kali pertemuan dengan tema Binatang . Hadiah berupa out door
ke kebun binatang merupakan motivasi yang sangat baik untuk memulai
pembelajaran pada siklus II, dengan mengenal binatang dan sifat/karakter
melalui pertemuan sebagai berikut:
1) Pertemuan
keempat: Senin,
13 Mei 2013 guru menyampaikan tema binatang. Sebagai pendahuluan guru memberi
kesempatan kepada anak untuk menyaksikan macam-macam binatang yang terbuat dari
“Tong-Tik”, dengan media ini
diharapkan dapat tercapai kemampuan mengenal binatang.
2) Pertemuan
kelima : Selasa, 14 Mei 2013 pada kegiatan inti guru bersama murid mengurutkan kata
dengan menunjukkan alat peraga dari media “Tong-Tik” dari mulai kata-kata “semut serakah”, “makan permen”,
“semut yang suka menolong”, “teman”, kemudian siswa diberi kesempatan untuk mengurutkan
kata-kata tersebut melalui media “Tong-Tik” sebagai alat peraga guru dan siswa.
3) Pertemuan
keenam, Rabu, 15 Mei 2013 guru bersama siswa bercerita/mendongeng tentang “Semut
yang serakah”, “Semut yang suka menolong teman”, dan “Semut yang suka meminta
maaf”. Selesai bercerita, secara individual siswa dipanggil oleh guru untuk maju
satu persatu untuk menyebutkan kata-kata sifat dari semut yang telah
diceritakan, dan yang bias menjawab dengan benar akan mendapat pujian hebat, “Tepat
sekali”, dan jika salah menjawab akan diberi kata-kata “Coba lagi ya…”
c. Observasi
Observasi pelaksanaan tindakan siklus II dilakukan
oleh guru pengamat. Seperti halnya pada siklus I, pada siklus II
observasi ditujukan pada anak yang menjadi subjek peneliti, khususnya pada
siswa yang belum ada perubahan yang optimal pada kemampuan menyimak pada anak.
Hasilnya sebagai berikut:
(1) Hasil observasi tanggal 13 Mei 2013
yang dilakukan oleh guru pengamat aktivitas siswa saat pembelajaran melalui media “Tong-Tik” menunjukkan bahwa
guru pelaksana tindakan pada pertemuan keempat sudah baik dalam menyampaikan
materi bercerita/mendongeng.
(2) Hasil observasi tanggal 14 Mei 2013
yang dilakukan oleh guru pengamat aktivitas siswa saat pembelajaran menunjukkan: (a) siswa antusias dalam mengikuti
pembelajaran karena alat peraga dari
media “Tong-Tik” yang ditunjukkan sangat menarik. (b) pada saat evaluasi semua
siswa ingin lebih dahulu maju ke depan untuk mengurutkan kata-kata baik yang
sudah mampu maupun yang belum mampu.
(3) Hasil observasi tanggal 15 Mei 2013
pada materi bercerita/mendongeng siswa lebih tertarik lagi yang pada akhir pertemuan diadakan evaluasi
berjalan dengan baik dan lancar.
d. Evaluasi
Secara umum
pelaksanaan siklus II berhasil hal ini
dilihat dari beberapa hal sebagai berikut:
1)
Pada siklus I siswa yang sudah mampu menirukan
kembali 3-4 urutan kata sebanyak 14 anak (63,63%)
dari prosentase sebelumnya yaitu hanya (40,90
%).
2)
Pada
siklus II menunjukkan hasil peningkatan dari sebelumnya (63,63%) meningkat
menjadi (86,36 %) sehingga siswa mendapat reward sebanyak 19 anak. Ternyata
pembelajaran melalui media “Tong-Tik” mampu meningkatkan kemampuan menyimak
siswa.
3)
Pembelajaran berjalan dengan lancar, seluruh
siswa berlomba-lomba untuk unjuk kemampuan di depan teman-temannya.
e.
Refleksi
siklus II
Berdasarkan
hasil pengamatan diperoleh refleksi bahwa media “Tong-Tik” dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan menyimak pada
anak. Dari 20 anak, yang sudah optimal
ada 17 anak dan yang belum optimal ada 3 anak. Upaya yang dilakukan guru agar
anak memiliki kemampuan menyimak secara optimal adalah 1). meningkatkan
perannya dalam mengendalikan suasana kelas agar situasi pembelajaran
berlangsung lebih kondusif, menyajikan pembelajaran dengan media “Tong-Tik”
lebih menarik, menyenangkan dan kreatif.
1) Pemberian hadiah berupa reward merupakan
bagian terpenting dalam proses pembelajaran sebagai motivasi siswa dalam
meningkatkan keberhasilannya dalam belajar.
2) Memberi motivasi dan perhatian khusus
kepada 3 anak yang belum optimal dalam menyimak agar secara bertahap mampu
mengikuti teman-temannya yang sudah optimal.
A.4.
Deskripsi Hasil Tindakan Siklus I
Hasil tindakan siklus I dapat
dilihat dari hasil kemampuan siswa pada
tiap pertemuan melalui
rekap penilaian sebagai berikut:
Tabel 4.2 Rekapitulasi penilaian perkembangan pada
siklus I
|
Pertemuan Siklus I
|
||||||||
|
Pertemuan 1
|
Pertemuan 2
|
Pertemuan 3
|
||||||
|
●
|
√
|
○
|
●
|
√
|
○
|
●
|
√
|
○
|
Jumlah
|
3
|
6
|
11
|
6
|
5
|
9
|
9
|
5
|
6
|
Tabel 4.3 Prosentase ketercapaian perkembangan siswa
pada siklus I
Kategori
penilaian
|
Kemampuan
menyimak pada pertemuan :
|
keterangan
|
||
Ke 1
|
Ke 2
|
Ke 3
|
||
Memuaskan (
● )
|
3
|
6
|
9
|
Relative
naik setiap pertemuan
|
berkembang
(√ )
|
6
|
5
|
5
|
Menurun
pada pertemuan ke 2
|
|
9(0,40%)
|
11(0.25%)
|
14(0,63%)
|
|
Jumlah anak BSB dan BSH (● + √ ) dalam satu kelas
X100%
Jumlah
keseluruhan anak dalam satu kelas
Tabel 4.4 HASIL PENELITIAN
Penggunaan
Media ”Tong-Tik”
Siklus I
No
|
Kemampuan menyimak Pada Siklus I
|
||||
Sebelum Penelitian
|
Siklus I
|
||||
Mampu
|
Tidak Mampu
|
Mampu
|
Tidak Mampu
|
||
1.
|
V
|
-
|
V
|
-
|
|
2.
|
V
|
-
|
V
|
-
|
|
3.
|
-
|
V
|
-
|
V
|
|
4.
|
-
|
V
|
V
|
-
|
|
5.
|
-
|
V
|
-
|
V
|
|
6.
|
V
|
-
|
V
|
-
|
|
7.
|
V
|
-
|
V
|
-
|
|
8.
|
-
|
V
|
V
|
-
|
|
9.
|
V
|
-
|
V
|
-
|
|
10.
|
-
|
V
|
-
|
V
|
|
11.
|
V
|
-
|
V
|
-
|
|
12.
|
V
|
-
|
V
|
-
|
|
13.
|
-
|
V
|
-
|
V
|
|
14.
|
V
|
-
|
V
|
-
|
|
15.
|
V
|
-
|
V
|
-
|
|
16.
|
-
|
V
|
-
|
V
|
|
17.
|
-
|
V
|
V
|
-
|
|
18.
|
-
|
V
|
V
|
-
|
|
19.
|
-
|
V
|
-
|
V
|
|
20.
|
-
|
V
|
-
|
V
|
|
Jumlah
|
9
|
11
|
13
|
7
|
|
Prosentase
|
40,90%
|
59,09%
|
63,63%
|
36,36%
|
A.5. Deskripsi Hasil Tindakan Siklus
II
Hasil
tindakan siklus II berupa pelaksanaan pembelajaran melalui media “Tong-Tik”
dapat dilihat pada hasil setiap pertemuan dengan alat penilaian sebagai berikut
:
Tabel 4.5 Rekapitulasi penilaian perkembangan pada
siklus II
|
Pertemuan Siklus II
|
||||||||
|
Pertemuan 4
|
Pertemuan 5
|
Pertemuan 6
|
||||||
|
●
|
√
|
○
|
●
|
√
|
○
|
●
|
√
|
○
|
Jumlah
|
10
|
5
|
5
|
13
|
4
|
3
|
16
|
3
|
1
|
Tabel 4.6 Rekapitulasi penilaian tiap pertemuan pada
siklus II
Kategori
penilaian
|
Kemampuan
menyimak pada pertemuan :
|
keterangan
|
||
Ke 4
|
Ke 5
|
Ke 6
|
||
Memuaskan ( ●)
|
10
|
13
|
16
|
Relative
naik setiap pertemuan
|
berkembang (√
)
|
5
|
4
|
3
|
Menurun
pada pertemuan ke 3
|
Perlu
bantuan ( ○ )
|
5
|
4
|
1
|
Menurun
pada tiap pertemuan
|
Tabel
4.7 : Tabel Perubahan kemampuan menyimak
Siklus II
Penilaian
|
Kemampuan
menyimak
|
keterangan
|
|
20
siswa
|
Siklus
I
|
Siklus
II
|
|
Mampu
menyimak
|
13
siswa
|
16
siswa
|
Kemampuan menyimak,
Optimal dengan peningkatan:
Siklus II : 3 siswa
( 22,72% )
|
Tidak
mampu menyimak
|
7
siswa
|
4 siswa
|
Kemampuan
menyimak yang belum optimal cenderung menurun
|
Tabel 4.8 Hasil Penelitian
Penggunaan Media ”Tong-Tik”
Siklus I dan Siklus
Ii
No
|
Kemampuan Menyimak Pada Tiap Siklus
|
||||
Siklus I
|
Siklus II
|
||||
Mampu
|
Tidak Mampu
|
Mampu
|
Tidak Mampu
|
||
1.
|
V
|
-
|
V
|
-
|
|
2.
|
V
|
-
|
V
|
-
|
|
3.
|
-
|
V
|
-
|
V
|
|
4.
|
V
|
-
|
V
|
-
|
|
5.
|
-
|
V
|
V
|
-
|
|
6.
|
V
|
-
|
-
|
V
|
|
7.
|
V
|
-
|
V
|
-
|
|
8.
|
V
|
-
|
V
|
-
|
|
9.
|
V
|
-
|
V
|
-
|
|
10.
|
-
|
V
|
V
|
-
|
|
11.
|
V
|
-
|
V
|
-
|
|
12.
|
V
|
-
|
V
|
-
|
|
13.
|
-
|
V
|
-
|
V
|
|
14.
|
V
|
-
|
V
|
-
|
|
15.
|
V
|
-
|
V
|
-
|
|
16.
|
-
|
V
|
V
|
-
|
|
17.
|
V
|
-
|
V
|
-
|
|
18.
|
V
|
-
|
V
|
-
|
|
19.
|
-
|
V
|
V
|
-
|
|
20.
|
-
|
V
|
-
|
V
|
|
Jumlah
|
13
|
7
|
16
|
4
|
|
Prosentase
|
63,63%
|
36,36%
|
86,36%
|
13,63%
|
B. Pembahasan
Hasil Penelitian
Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan deskripsi model tindakan
siklus I, dan II maka pembahasan hasil penelitian seluruh siklus adalah:
B.1. Pembahasan Pencapaian Perkembangan Kemampuan Menyimak
Anak
Rekapitulasi kemampuan menyimak anak pada siklus I dan II disajikan dalam
tabel 4.9.
Tabel 4.9 Rekapitulasi kemampuan menyimak dalam
menggunakan media “Tong-Tik”
|
Siklus
I
|
Siklus
II
|
Prosentase
|
63,63%
|
86,36%
|
Untuk mengetahui perubahan-perubahan
kemampuan menyimak dan
perkembangan dari sebelum dan setelah penelitian melalui siklus I ke kondisi
siklus II dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.10
Kemampuan menyimak anak dengan
media “Tong-Tik”
No
|
Kemampuan Menyimak Pada Tiap Siklus
|
||||||
Siklus I
|
Siklus Ii
|
||||||
Mampu
|
Tidak Mampu
|
Mampu
|
Tidak Mampu
|
||||
1.
|
V
|
-
|
V
|
-
|
|||
2.
|
V
|
-
|
V
|
-
|
|||
3.
|
-
|
V
|
-
|
V
|
|||
4.
|
V
|
-
|
V
|
-
|
|||
5.
|
-
|
V
|
-
|
V
|
|||
6.
|
V
|
-
|
V
|
-
|
|||
7.
|
V
|
-
|
V
|
-
|
|||
8.
|
V
|
-
|
V
|
-
|
|||
9.
|
V
|
-
|
V
|
-
|
|||
10.
|
-
|
V
|
V
|
-
|
|||
11.
|
V
|
-
|
V
|
-
|
|||
12.
|
V
|
-
|
V
|
-
|
|||
13.
|
-
|
V
|
-
|
V
|
|||
14.
|
V
|
-
|
V
|
-
|
|||
15.
|
V
|
-
|
V
|
-
|
|||
16.
|
-
|
V
|
V
|
-
|
|||
17.
|
V
|
-
|
V
|
-
|
|||
18.
|
V
|
-
|
V
|
-
|
|||
19.
|
-
|
V
|
V
|
-
|
|||
20.
|
-
|
V
|
|
V
|
|||
Jumlah
|
13
|
7
|
16
|
4
|
|||
Prosentase
|
63,63%
|
36,36%
|
86,36%
|
13,63%
|
|||
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa:
Kemampuan
menyimak anak pada siklus I
terdapat 13 anak ( 63,63 % ) sudah mampu dan 7 anak ( 36,36 % ) belum mampu. Pada siklus I terdapat
peningkatan kemampuan menyimak anak
sebesar 18,18 % dari kondisi awal 40,90 %. Sedangkan kemampuan menyimak pada pada siklus II
terdapat 16 anak (86,36 % ) sudah mampu,
4 anak ( 13,63 % ) belum mampu. Pada siklus II terdapat peningkatan kemampuan
membilang siswa sebesar 22,72% dari
siklus I 63,63%. Hal ini di karenakan media “Tong-Tik” diminati
dan dapat meningkatkan kemampuan menyimak
secara optimal dengan indikator
perkembangan kognitif yang ingin
dicapai yaitu :
1. Menirukan kembali 3-4 urutan kata
2. Mendengarkan cerita yang disampaikan
3. Menyebutkan kata sifat
4. Mendengarkan cerita dan menceritakan
kembali isi cerita
5. Melakukan 2-3 perintah secara
sederhana
B.2.
Pembahasan Hasil Pelaksanaan pembelajaran menggunakan media “Tong-Tik”
Secara
lengkap kemampuan menyimak anak
sebelum dan setelah penelitian melalui 2 siklus dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.11 Prosentase Hasil Penelitian Penggunaan Media ”Tong-Tik”
Hasil
penelitian
|
Kemampuan
Menyimak
|
keterangan
|
||
20
anak
|
Sebelum
penelitian
|
Siklus
I
|
Siklus
II
|
|
Mampu
menyimak
|
9
anak
(40,90 %)
|
13
Anak (63,63%)
|
16 anak
(86,36
%)
|
Kemampuan menyimak yang optimal meningkat:
Siklus I
dan II : 5 anak
(22,72 %)
|
Tidak
mampu menyimak
|
11 anak
(59,09 %)
|
7 anak
(36,36 %)
|
4 anak
( 13,63 %)
|
Kemampuan
menyimak belum optimal
cenderung menurun
|
Kondisi awal sebelum menggunakan media
“Tong-Tik” kemampuan menyimak
anak banyak yang memerlukan bimbingan. Berangkat dari pemikiran bahwa anak usia
dini adalah termasuk masa golden age yang memiliki kemampuan luar biasa
yang perlu dikembangkan kemampuannya secara optimal maka peneliti melakukan
perubahan kemampuan menyimak melalui
media “Tong-Tik” yang harapannya pada siklus I mengalami perubahan
kemampuan menyimak secara optimal. Dari hasil pengamatan siklus I ada
perubahan kemampuan dari 9 anak yang mampu membilang meningkat menjadi 13 anak ( 63,63 %), kemudian peneliti
melanjutkan kemampuan menyimak
pada siklus II. Hasil pengamatan pada siklus II mengalami peningkatan dari 14
anak meningkat menjadi 16 anak (86,36 %) untuk lebih jelas dapat dilihat dari
grafik di bawah ini:
Grafik Perkembangan kemampuan
membilang studi awal, siklus I dan
siklus II
Berdasarkan
data tersebut menunjukkan bahwa media “Tong-Tik” dapat digunakan untuk
meningkatkan kemampuan menyimak
anak. Dari 20 anak, yang sudah mampu ada 16 anak dan yang belum mampu 4 anak.
Upaya
yang dilakukan guru agar anak memiliki kemampuan menyimak secara optimal adalah meningkatkan perannya dalam
mengendalikan suasana belajar yang menyenangkan melalui inovasi pembelajaran
dengan menggunakan media “Tong-Tik” dapat meningkatkan kemampuan menyimak siswa TK Islam Miftahul Ulum
Gumayun rata-rata 40,90%.
Kelemahan penelitian
Penelitian ini mempunyai
beberapa kelemahan yaitu:
1. Pembuatan media dengan menggunakan
kantong plastik memerlukan waktu yang sangat lama karena diperlukan kerapian
dan kesesuaian dengan cerita yang akan disampaikan, dan yang sesuai dengan
pembelajaran anak TK.
2. Pembelajaran menyimak dengan menggunakan media “Tong-Tik” membutuhkan keterampilan
dan kreativitas berbicara dari pendongeng. Juga saat pembuatannya yang perlu kejelian
dan ketelatenan, jika ingin pembelajaran berhasil dengan baik karena anak
berebut ingin mencoba.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kesimpulan
yang dapat kami ambil setelah menyelesaikan pembuatan media mari menyimak untuk penelitian adalah
sebagai berikut:
1.
Peranan
media pembelajaran dalam proses pembelajaran adalah sebagai penyalur pesan.
Media yang dikembangkan dengan baik diharapkan dapat membantu anak memahami
pesan yang disampaikan kepadanya. Peran media ini sangat penting artinya
mengingat perkembangan anak pada masa konkret, artinya anak diharapkan dapat
mempelajari sesuatu secara nyata.
2.
Guru
tidak selalu berperan sebagai penyampai materi karena penyajian materi bisa
diganti oleh media ini. Peran guru bisa beralih menjadi fasilitator belajar,
yaitu memberikan kemudahan bagi anak untuk belajar.
3.
Media
mari menyimak ini dapat
mengembangkan daya imajinasi anak dan dapat merangsang partisipasi anak. Sambil
mendengarkan dan melihat merangsang anak untuk ikut menyimak sangat tepat untuk mengajarkan kepada anak mengenal kata-kata
dan sekaligus menyimak dengan
menggunakan cerita/dongeng yang menarik.
4.
Media
mari menyimak ini juga dapat
menarik perhatian anak sehingga
menciptakan suasana pembelajaran yang lebih menarik dan kreatif.
5.
Media
“Tong-Tik” dapat meningkatkan kemampuan menyimak anak di Taman Kanak-Kanak kelompok A TK Islam Miftahul
Ulum Gumayun. Namun dari 20 anak ada 4 anak kemampuan menyimak belum optimal.
B. Rekomendasi
Berdasarkan
fakta di lapangan peneliti merekomendasikan bahwa media “Tong-Tik” sebagai
inovasi pembelajaran dapat diterapkan pada anak TK, karena pembelajarannya menyenangkan
dan dapat digunakan kapan saja dan di mana saja.
C. Saran
1.
Para
guru hendaknya dapat meningkatkan kreatifitas dalam pembuatan media yang menarik
bagi anak sebagai inovasi dalam pembelajaran.
2.
Peran
media ini sangat penting dalam perkembangan anak pada masa konkrit, artinya
anak diharapkan dapat mempelajari sesuatu secara nyata. Media yang dikembangkan dengan baik
diharapkan dapat membantu anak memahami pesan yang disampaikan kepadanya.
Karena itu kami menyarankan kepada pihak penyelenggara pendidikan untuk lebih
memperhatikan dan memfasilitasi guru tentang pengetahuan pembuatan media
pembelajaran. Seperti mengadakan pelatihan, menyaksikan pameran media
pembelajaran, dan lomba pembelajaran yang diadakan di tingkat nasional.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas
(2003), Petunjuk Pelaksanaan Belajar Mengajar,Penilaian, Pembuatan dan Penggunaan
Alat Peraga di Taman Kanak-Kanak.Jakarta: Depdiknas.
Arsyad
(2002). Media Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Karya
Aksara.
Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Pemerintah Propinsi Jawa Tengah (2004), Penilaian Di
Taman Kanak Kanak
Dewi
salma P, (2007) Prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta UNJ
Dasar-dasar Pendidikan TK
Soegeng Santoso Penerbit Universitas Terbuka
, Metode
Pengembangan Kognitif oleh Yuliani Nurani Sujiono Penerbit Universitas
Terbuka
, Media dan Sumber Belajar TK oleh Badru Zaman
Penerbit Universitas Terbuka
Depdiknas(2004).
Kurikulum 2004 standar Kompetensi TK/RA. Jakarta>Depdiknas
Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (2009),
Matrik
Taman Kanak-Kanak Kelompok A tahun 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar Anda