26 November 2013

PENGGUNAAN “TONG-TIK” BERKARAKTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK BAGI SISWA KELOMPOK A TK ISLAM MIFTAHUL ULUM GUMAYUN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

KARYA TULIS ILMIAH

JUDUL
PENGGUNAAN “TONG-TIK” BERKARAKTER UNTUK MENINGKATKAN  KEMAMPUAN MENYIMAK BAGI SISWA
KELOMPOK A TK ISLAM MIFTAHUL ULUM GUMAYUN
TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Disusun Untuk Memenuhi Seleksi Guru Berprestasi

Oleh : FUTICHA TURISQOH, S. PdI
TK  ISLAM MIFTAHUL ULUM GUMAYUN


UPTD DIKPORA KECAMATAN DUKUHWARU
KABUPATEN TEGAL
JAWA TENGAH

TAHUN 2013


PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “PENGGUNAAN “TONG-TIK” BERKARAKTER UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN DAN KEMAMPUAN MENYIMAK BAGI SISWA KELOMPOK A TK ISLAM MIFTAHUL ULUM GUMAYUN TAHUN PELAJARAN 2012/2013” telah disahkan dalam penyeleksian Guru Berprestasi Tingkat Kabupaten Tegal di Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olah Raga.
Karya Tulis ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memenuhi seleksi Guru Berprestasi tahun 2013.

                                                                                   Gumayun, 20 Mei 2013
Oleh:

                   Kepala TK                                                                     Penulis


        Dra. SITI CHAFIDZOH                                      FUTICHA TURISQOH, S. PdI

     Kepala Dinas Pendidikan                                        Kepala UPTD DIKPORA
Kepemudaan dan Olah Raga Kab. tegal                          Kec. Dukuhwaru  



         Drs. EDY PRAMONO                                 ANY TRISTIANI, S. Pd. MM           
NIP. 19580125 199003 1 002                               NIP. 19580114 1978 02 2001




KATA PENGANTAR

Puji syukur, alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, hidayah dan karunia-Nya. Sholawat serta salam terjunjung kepada Nabi Besar Muhammad saw. Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan karya tulis ini dengan baik dan sesuai yang diharapkan.
Karya tulis ini disusun guna memenuhi Lomba Guru Berprestasi 2013. Penulis menyadari tanpa bantuan bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak tidak dapat menyelesaikan karya tulis ini dengan baik. Untuk itu dalam kesempatan ini dengan rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada:
1.    Drs. Edy Pramono, Kepala UPTD Dikpora Kab. Tegal
2.    Any Tristiani, S.Pd. MM, Kepala UPTD Dikpora Kec. Dukuhwaru
3.    Mukti Amalatun, S. Pd, Pengawas TK/SD/SDLB Kec. Dukuhwaru
4.    Setyaningsih, S. Pd, Pengawas TK/SD/SDLB Kec. Dukuhwaru
5.    Dra. Siti Chafidzoh, Kepala TK Islam Miftahul Ulum Gumayun yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penyusun  dalam membantu pembuatan karya tulis ini.
6.    Keluarga dan rekan kerja serta pihak-pihak yang telah ikut mendukung penyusun dalam penyusunan karya tulis ini.
7.    Semoga Allah SWT membalas amal kebaikan yang telah diperbuat Bapak/Ibu/Saudara. Amin. Kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan karya tulis ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penyusun.
8.    Akhirnya penyusun berharap semoga karya tulis ini dapat memberikan sumbangsih terhadap dunia pendidikan dan bermanfaat bagi penyusun khususnya serta pembaca pada umumnya.


                                                                                     Gumayun, 20 Mei 2013
                                                                                               Penulis



DAFTAR ISI 


HALAMAN JUDUL...................................................................................     i
PENGESAHAN.........................................................................................     ii
KATA PENGANTAR.................................................................................     iii
DAFTAR ISI...............................................................................................     iv
ABSTRAK..................................................................................................     v
BAB I  PENDAHULUAN..........................................................................     1
A.   Latar Belakang..............................................................................     1
B.   Rumusan Masalah.......................................................................     2
C.   Tujuan Penelitian.........................................................................     2
D.   Manfaat Penelitian.......................................................................     2
BAB II  Kerangka Teoritis, Kerangka Berpikir, dan Hipotesis............     4
A.   Pengertian Mendongeng............................................................     4
B.   Tujuan Mendongeng...................................................................     8
C.   Pengertian Media.........................................................................     16
D.   Pengertian “Tong-Tik”..................................................................     18
E.   Tujuan Media “Tong-Tik”.............................................................     20
F.    Pengertian, Fungsi dan Tujuan Menyimak..............................     21
G.   Pelaksanaan Penggunaan Media “Tong-Tik”.........................     30
BAB III  PELAKSANAAN PENELITIAN................................................     34
A.   Setting Penelitian.........................................................................     34
B.   Subjek Penelitian.........................................................................     34
C.   Sumber Data.................................................................................     34
D.   Tehnik dan Alat Pengumpul Data.............................................     35
E.   Validasi Data dan Analisis Data................................................     35
F.    Tingkat Pencapaian Perkembangan/Indikator........................     36
G.   Prosedur Penelitian.....................................................................     36
BAB IV  HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...........................     43
A.   Hasil Penelitian.............................................................................      43
A.1 Deskripsi Model Tindakan....................................................     43
A.2 Deskripsi Model Tindakan Siklus I.....................................     43
A.3 Deskripsi Model Tindakan Siklus II....................................     49
A.4 Deskripsi Hasil Tindakan Siklus I.......................................     53
A.5 Deskripsi Hasil Tindakan Siklus II......................................     54
B. Pembahasan Hasil Penelitian......................................................     56
BAB V  PENUTUP....................................................................................     62
A.   Kesimpulan...................................................................................     62
B.   Rekomendasi................................................................................     63
C.   Saran..............................................................................................     63
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................     64

ABSTRAK



PENGGUNAAN “TONG-TIK” BERKARAKTER UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN DAN KEMAMPUAN MENYIMAK BAGI SISWA KELOMPOK A TK ISLAM MIFTAHUL ULUM GUMAYUN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Futicha Turisqoh, S. PdI, Guru Kelas A3 TK Islam Miftahul Ulum Gumayun

Penelitian ini bertujuan : Untuk meningkatkan kemampuan menyimak anak, menceritakan kembali, tanya/jawab dan memahami kosa kata dengan metode bercerita/mendongeng dengan media “Tong-Tik” di TK Islam Miftahul Ulum Gumayun tahun pelajaran 2012/2013.

Subyek penelitian ini adalah guru dan anak pada anak kelompok A3 TK Islam Miftahul Ulum Gumayun yang berjumlah 20 anak yang terdiri dari 13 anak laki-laki dan 7 anak perempuan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan observasi dan dokumentasi. Dari hasil analisi Bab IV disimpulkan bahwa “Metode bercerita/mendongeng dengan  media “Tong-Tik” dapat meningkatkan kemampuan menyimak anak pada anak kelompok A di TK Islam Miftahul Ulum Gumayun tahun pelajaran 2012/2013. Rancangan penelitian tindakan kelas (Class/Room Action) berbentuk siklus-siklus seolah-olah merupakan proses daur ulang, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.

Dari siklus-siklus kegiatan yang telah dilaksanakan diperoleh hasil sebagai berikut : Siklus I prosentasi siswa yang dapat menyimak sebanyak 13 anak (64.71%), pada siklus II disajikan dengan bercerita/mendongeng dengan media “Tong-Tik”, diselingi beberapa lagu yang ada dalam cerita dan prosentase keberhasilan menjadi 16 anak (84.50%), sehingga dapat dikatakan bahwa penelitian ini telah berhasil.

Kata kunci: Metode bercerita/mendongeng dengan media “Tong-Tik”



BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Taman kanak-kanak adalah salah satu bentuk pendidikan di jalur formal yang menyediakan program pendidikan dini anak usia 4 sampai 6 tahun sebelum memasuki pendidikan dasar, bertujuan membantu anak didik mengembangkan potensi baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik motorik, kemandirian dan seni untuk siap memasuki pendidikan selanjutnya.
Sistem pembelajaran pada Taman Kanak-kanak pada dasarnya ditunjang oleh beberapa komponen penting. Komponen tersebut terdiri dari:
a.    Anak sebagai input
b.    Kegiatan Pembelajaran sebagai proses
c.    Hasil Pembelajaran sebagai output
d.    Dan komponen pendukung berupa; SDM, Sarana Prasarana, Media Pembelajaran dan Lingkungan.
Sumber belajar sebagai salah satu komponen atau unsur pendukung kegiatan pembelajaran memegang peranan yang sangat penting dalam rangka terselenggaranya pembelajaran yang menarik dan bermakna bagi anak. Dengan media yang menarik diharapkan mampu menumbuhkan budaya belajar anak sebagai dasar untuk mengasah kemampuan kognitif dan mengembangkan kepekaan terhadap lingkungannya.
Konsep yang akan kami sampaikan adalah pengembangan bahasa dan konsep mendongeng/bercerita dengan tema binatang serta pengenalan binatang, sifat/karakter, dan “Tong-Tik” sebagai media bercerita. Dengan pengembangan bahasa dan pengenalan-pengenalan tersebut diharapkan anak akan mengenal macam-macam binatang dan karakter sambil belajar dengan media yang menarik.
B.  Rumusan Masalah
Apakah Media “Tong-Tik”  dapat meningkatkan kemampuan menyimak pada anak didik kelompok A TK Islam Miftahul Ulum Gumayun?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menyimak pada anak didik kelompok A di TK Islam Miftahul Ulum Gumayun.
D. Manfaat Penelitian
Bagi anak:
Pembuatan media ini bertujuan:
1.    Agar anak dapat mengenal nama binatang
2.    Agar anak dapat memahami sifat/karakter
3.    Agar anak dapat berbahasa dengan baik
4.    Agar  anak lebih tertarik belajar mendongeng
5.    Untuk meningkatkan motivasi dan kemampuan menyimak pada anak didik
6.    Untuk menciptakan suasana belajar yang lebih menyenangkan
Bagi Guru:
1.    Agar menambah wawasan tentang media “Tong-Tik” sebagai media bercerita/mendongeng.
2.    Sebagai media pembelajaran alternatif bagi guru yang kreatif dan inovatif dalam mengemas proses pembelajaran sehingga anak merasa senang dan tidak bosan.
Bagi lembaga
1.    Sebagai sumbangan pemikiran dalam rangka meningkatkan kualitas peserta didik  TK Islam Miftahul Ulum Gumayun.
2.    Meningkatkan kualitas pembelajaran     .






















BAB II
KERANGKA TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

a.      Kerangka  Teoritis
A.1. Pengertian Mendongeng
Dongeng adalah cerita tentang makhluk khayali. Makhluk khayali yang menjadi tokoh, cerita semacam itu, biasanya ditampilkan sebagai tokoh yang memiliki  kebijaksanaan atau kekuatan untuk mengatur masalah manusia dengan segala  macam cara.
Cerita adalah rangkaian peristiwa yang disampaikan, baik berasal dari kejadian nyata (non fiksi) ataupun tidak nyata (fiksi). Kata Dongeng berarti cerita rekaan/tidak nyata/fiksi, seperti: fabel (binatang dan benda mati), sage (cerita petualangan), hikayat (cerita rakyat), legenda (asal usul), mythe (dewa-dewi, peri, roh halus), ephos (cerita besar; Mahabharata, Ramayana, saur sepuh, tutur tinular). Jadi kesimpulannya adalah “Dongeng adalah cerita, namun cerita belum tentu dongeng”.
Metode Bercerita berarti penyampaian cerita dengan cara bertutur. Yang membedakan antara bercerita dengan metode penyampaian cerita lain adalah lebih menonjol aspek teknis penceritaan lainnya. Sebagaimana phantomin yang lebih menonjolkan gerak dan mimik, operet yang lebih menonjolkan musik dan nyanyian, puisi dan deklamasi yang lebih menonjolkan syair, sandiwara yang lebih menonjol pada permainan peran oleh para pelakunya, atau monolog (teater tunggal) yang mengoptimalkan semuanya. Jadi tegasnya metode bercerita lebih menonjolkan penuturan lisan materi cerita dibandingkan aspek teknis yang lainnya.
Jenis Dongeng
Dongeng dalam kesusastraan Indonesia adalah bagian kesusastraan lama dalam  bentuk cerita (prosa). Jenis prosa lama terdiri dari dongeng, cerita pelipur lara, hikayat, sejarah, epos, kitab-kitab. Danandjaya (2002 : 86) membagi jenis dongeng empat yaitu (1) dongeng binatang, (2) dongeng biasa, (3) anekdot dan lelucon, (4) dongeng berumus.Pengertian Cerita, Dongeng dan Metode Bercerita
Ada suatu ungkapan yang berbunyi ”Seorang Guru yang tidak bisa bercerita, ibarat orang yang hidup tanpa kepala”. Betapa tidak, bagi para pengasuh anak-anak (guru, tutor) keahian bercerita merupakan salah satu kemampuan yang wajib dikuasai. Melalui metode bercerita inilah para pengasuh mampu menularkan pengetahuan dan menanamkan nilai budi pekerti luhur secara efektif, dan anak-anak menerimanya dengan senang hati.
Pada saat ini begitu banyak cerita yang tersebar, namun masih jarang tulisan dari para praktisi ahli cerita , yang mampu mengarahkan secara khusus untuk ditujukan kepada anak-anak usia dini, sehingga penceritaan yang disampaikan kurang mengena. Apalagi model cerita yang secara khusus didasarkan pada material kurikulum pengajaran di TPA/KB/RA/BA/TK yang berlaku. Padahal panduan praktis semacam ini sangat dibutuhkan oleh tenaga pendidik di seluruh Nusantara. Pada umumnya mereka masih terbatas pengetahuannya tentang metode bercerita.

Manfaat Cerita/dongeng
Menurut para ahli pendidikan, bercerita/mendongeng kepada anak-anak memiliki beberapa fungsi yang amat penting, yaitu:
1. Membangun kedekatan emosional antara pendidik dengan anak
2. Media penyampai pesan/nilai moral dan agama yang efektif
3. Pendidikan imajinasi/fantasi
4. Menyalurkan dan mengembangkan emosi
5. Membantu proses peniruan perbuatan baik tokoh dalam cerita
6. Memberikan dan memperkaya pengalaman batin
7. Sarana hiburan dan penarik perhatian
8. Menggugah minat baca
9. Sarana membangun watak mulia

Manfaat Dongeng Untuk Perkembangan Anak

Dongeng, menurut Kamus Besar bahasa Indonesia, dongeng berarti cerita yang tidak benar-benar terjadi. Menurut Dra. Sri Tiatri dari Fakultaas Psikologi Universitas Tarumanegara, "Secara luas, dongeng bisa juga diartikan sebagai membacakan cerita atau menularkan cerita pada anak. Entah itu cerita nyata, tidak nyata, atau pengalaman orangtua”. 
Lewat dongeng yang kita bacakan atau tuturkan pada anak, imajinasi si kecil akan tumbuh, sekaligus membangun hati nurani anak. Lewat dongeng, orangtua bisa mengajarkan hal itu. Bukan hanya cerita rakyat atau tradisonal yang sering kita baca atau dengar di kala kecil. Di situ selalu digambarkan, si jahat akan mendapat hukuman sementara yang benar akan menang,  sederhananya secara tidak langsung kita diajar tentang moral.



Bercerita untuk Anak Usia Dini
Sebelum bercerita, pendidik harus memahami terlebih dahulu tentang cerita apa yang hendak disampaikannya, tentu saja disesuaikan dengan karakteristik anak-anak usia dini. Agar dapat bercerita dengan tepat, pendidik harus mempertimbangkan materi ceritanya. Pemilihan cerita antara lain ditentukan oleh :

Pemilihan Tema dan Judul yang Tepat
Bagaimana cara memilih tema cerita yang tepat berdasarkan usia anak? Seorang pakar psikologi pendidikan bernama Charles Buhler mengatakan bahwa anak hidup dalam alam khayal. Anak-anak menyukai hal-hal yang fantastis, aneh, yang membuat imajinasinya “menari-nari”. Bagi anak-anak, hal-hal yang menarik, berbeda pada setiap tingkat usia, misalnya;
·                     Sampai ada usia 4 tahun, anak menyukai dongeng fabel dan horor, seperti: Si wortel, Tomat yang Hebat, Anak ayam yang Manja, kambing Gunung dan Kambing Gibas, anak nakal tersesat di hutan rimba, cerita nenek sihir, orang jahat, raksasa yang menyeramkan dan sebagainya.
·                     Pada usia 4-8 tahun, anak-anak menyukai dongeng jenaka, tokoh pahlawan/hero dan kisah tentang kecerdikan, seperti; Perjalanan ke planet Biru, Robot pintar, Anak yang rakus dan sebagainya
·                     Pada usia 8-12 tahun, anak-anak menyukai dongeng petualangan fantastis rasional (sage), seperti: Persahabatan si Pintar dan si Pikun, Karni Juara menyanyi dan sebagainya

Waktu Penyajian
Dengan mempertimbangkan daya pikir, kemampuan bahasa, rentang konsentrasi dan daya tangkap anak, maka para ahli dongeng menyimpulkan sebagai berikut;
•    Sampai usia 4 tahun, waktu cerita hingga 7 menit
•    Usia 4-8 tahun, waktu cerita hingga 10 -15 menit
•    Usia 8-12 tahun, waktu cerita hingga 25 menit
Namun tidak menutup kemungkinan waktu bercerita menjadi lebih panjang, apabila tingkat konsentrasi dan daya tangkap anak dirangsang oleh penampilan pencerita yang sangat baik, atraktif, komunikatif dan humoris.
Suasana (situasi dan kondisi)
Suasana disesuaikan dengan acara/peristiwa yang sedang atau akan berlangsung, seperti acara kegiatan keagamaan, hari besar nasional, ulang tahun, pisah sambut anak didik, peluncuran produk, pengenalan profesi, program sosial dan lain-lain, akan berbeda jenis dan materi ceritanya. Pendidik dituntut untuk memperkaya diri dengan materi cerita yang disesuaikan dengan suasana. Jadi selaras materi cerita dengan acara yang diselenggarakan, bukan satu atau beberapa cerita untuk segala suasana.

A.2 Tujuan  Mendongeng
Tujuan mendongeng adalah menanamkan moral budi pekerti kepada anak-anak melalui cerita, entah itu cerita via lisan maupun melalui buku bacaan.
Berikut beberapa tujuan dari mendongeng: 
a. Sarana Rerkreasi dan Bermain Anak 
Dunia anak adalah dunia bermain. Anak-anak sangat senang bermain dengan mainannya. Mereka sangat menikmati waktu bermain sehingga tidak jarang mereka lupa makan, lupa belajar bahkan tidak mau melakukan aktivitas lainnya jika sedang bermain. Hal ini seringkali membuat orangtua menganggap bahwa anaknya malas belajar dan maunya cuma bermain saja. 
Seorang ahli perkembangan manusia, Papalia (1995) dalam bukunya Human Development, mengatakan bahwa anak berkembang dengan cara bermain. Dunia anak-anak adalah dunia bermain. Dengan bermain anak-anak menggunakan otot tubuhnya, menstimulasi indra-indra tubuhnya, mengeksplorasi dunia sekitarnya, menemukan seperti apa lingkungan yang ia tinggali dan menemukan seperti apa diri mereka sendiri. Dengan bermain, anak-anak menemukan dan mempelajari hal-hal atau keahlian baru dan belajar (learn) kapan harus menggunakan keahlian tersebut, serta memuaskan apa yang menjadi kebutuhannya (need). Lewat bermain, fisik anak akan terlatih, kemampuan kognitif dan kemampuan berinteraksi dengan orang lain akan berkembang. Bermain tentunya merupakan hal yang berbeda dengan belajar dan bekerja. 
Sehubungan dengan itu, dongeng ternyata bisa menjadi sarana rekreasi yang sifatnya permainan sekaligus belajar. Dongeng bisa menjadi satu bentuk arahan dari orang tua agar anak mempunyai lebih banyak porsi pembelajaran di dalam bermain. Karena dalam dongeng banyak sekali unsur-unsur yang dapat mengembangkan berbagai segi kecerdasan anak. Peragaan dalam cerita dongeng memberi anak kemampuan akting yang berguna untuk mengungkapkan atau mengekspresikan emosinya, dan banyak lagi yang lainnya. 

b. Cara Efektif Menanamkan Budi Pekerti 
Pendidikan budi pekerti anak adalah tanggung jawab orang tua. Seorang anak mulai dari masih bayi sudah dididik, yang pertama oleh seorang ibu dengan kasih sayangnya mengasuh memberikan berbagai simbol-simbol kehidupan pada si anak, setelah mulai besar diajari tentang perilaku kehidupan, kemudian saat sudah mulai dewasa ditanamkan norma-norma kehidupan di masyarakat. Dalam menanamkan budi pekerti orang tua harus memberikan suri tauladan pada anak-anaknya, karena dengan melihat perilaku orang tua dalam kehidupan sehari-hari anak secara tidak langsung akan melihat dan menirunya. 
Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk menanamkan budi pekerti pada anak. Namun yang banyak disayangkan, banyak orang tua menganggap bahwa apa yang anak dapatkan tentang pembelajaran budi pekerti cukup hanya yang anak dapatkan dari sekolah. Banyak orang tua yang tidak memberikan perhatian khusus akan masalah ini. 
Dengan dongeng, orang tua kiranya lebih dipermudah dalam usaha penanaman budi pekerti pada anak. Hal ini menjadi penting karena penanaman budi pekerti akan menjadi modal dasar sekaligus besar dalam membentuk karakter anak kelak. Setiap dongeng biasanya memiliki pesan tersirat untuk ditanamkan kepada anak, meskipun dalam beberapa kasus dikatakan ada dampak negatif dari konten cerita atau dongeng tertentu. Untuk itu, saran untuk orang tua ketika mendongeng, supaya selalu mengarahkan dan menegaskan kembali di akhir cerita tentang pesan moral yang terdapat di dalam dongeng yang baru saja didengarkan anak. 
Dengan dongeng orang tua dapat memberi nasehat ataupun perintah pada anaknya. Namun, suatu dongeng tidak mutlak harus ada kandungan nasehatnya, bersifat menghibur saja juga tidak masalah, karena anak-anak pada dasarnya memiliki daya nalar tersendiri. Dengan kata lain, dongeng tidak harus selalu membawa pesan moral seperti tentang kebaikan atau keburukan. 

c. Sarana Mengembangkan Imajinasi Anak 
Manfaat lain dari dongeng adalah dapat mengembangkan kreatifitas dan daya imaginasi anak. Anak dapat mengasah daya pikir dan imajinasinya. Dalam mendengarkan dongeng, anak dapat membentuk gambarannya sendiri, dapat membayangkan seperti apa tokoh-tokoh maupun situasi yang muncul dari dongeng yang sedan ia dengarkan. Lalu dengan begitu, anak akan lebih kreatif dan imajiner. Sebuah dongeng dapat menciptakan imajinasi tentang karakter, lingkungan, maupun tentang orang lain di dalam diri anak-anak. 
Arti penting imajinasi untuk anak menumbuhkan daya pikir kreatif anak untuk bisa mengembangkan kecerdasaanya sehingga dia akan berpikir kritis dan selau memiliki pendapat lain terhadap apa yang dia lihat dan rasakan serta berpikir bahwa selain yang dia lihat mungkin ada yang belum dia lihat yang bisa saja yang membuat hal ini terjadi. Imajinasi membuat anak mampu keluar dari satu pikiran atau pendapat yang kaku dan bisa membawanya memikirkan lebih dari satu kemungkinan pendapat yang bisa terjadi. Misalnya anak berimajinasi tentang masa depanya, menjadi dokter bila dewasa nanti agar bisa mengobati mama dan papa bila sakit, atau dia ingin menjadi presiden sehingga dia bisa membantu dan memperjuangkan orang-orang miskin, atau dia berharap bisa menjadi astronot sehingga bisa jadi ilmuan dan pergi ke bulan, dan sebagainya. Tentunya imajinasi yang baik akan menjadikan dia berpikir untuk meraih apa yang dia inginkan. 
Orang tua yang sedang mendongeng, sebaiknya selalu menyisipkan pertanyaan untuk anaknya. Ini berguna untuk lebih membantu merangsang daya imajinasi dan kreatifitas anak. Sisipkan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan dongeng tersebut. Selain untuk merangsang daya imajinasi sang anak, jawaban yang diberikan anak dapat menjadi tolok ukur orang tua sejauh mana perkembangan imajinasinya dan perkembangan daya nalarnya. 

d. Menumbuhkan Minat Baca Pada Anak 
Minat dan kemampuan anak dibentuk dari keluarga di mana dia dibesarkan. Minat bukanlah sesuatu yang bersifat instan. Minat anak terhadap sesuatu perlu dikembangkan dan diupayakan. Tidak ada cara pintas untuk mendapatkan suatu minat tanpa usaha yang terus menerus. 
Membangun minat anak untuk membaca bukanlah hal yang mudah. Namun jelas akan memberikan banyak sekali manfaat dalam kelangsungan hidupnya nanti, terutama bagi kesuksesan pendidikan sang anak. Sebab, kecintaan terhadap aktivitas membaca adalah modal utama dalam proses belajar dan mengajar yang dilaluinya. Selain itu, melalui membaca anak dapat mengembangkan imajinasinya, mengenali karakter-karakter kepribadian dan mengembangkan kemampuan serta minat anak. 
Dengan mendongeng untuk anak yang dilakukan secara rutin, orang tua dapat menanamkan minat baca ini kepada anaknya. Anak akan terbiasa dengan aktifitas membaca, yang berangkat dari mendengarkan dongeng. Selain itu anak akan lebih familier dan akrab dengan buku. Tapi tentunya sekali lagi perlu ditegaskan, hal ini akan berjalan maksimal jika mendongeng benar-benar menjadi rutinitas yang dilakukan terus menerus. Akan tidak mendapatkan manfaat jika mendongeng hanya dilakukan orang tua sesekali saja. 

e. Meningkatkan Kemampuan Berbahasa dan Komunikasi Verbal Anak 
Dalam berkomunikasi, bahasa merupakan alat yang penting bagi setiap orang. Melalui berbahasa seseorang atau anak akan dapat mengembangkan kemampuan bergaul dengan orang lain. Penguasaan keterampilan bergaul dalam lingkungan sosial dimulai dengan penguasaan kemampuan berbahasa. Tanpa bahasa seseorang tidak akan dapat berkomunikasi dengan orang lain. Anak dapat mengekspresikan pikirannya menggunakan bahasa sehingga orang lain dapat menangkap apa yang dipikirkan oleh anak. Komunikasi antar anak dapat terjalin dengan baik dengan bahasa sehingga anak dapat membangun hubungan sehingga tidak mengherankan bahwa bahasa dianggap sebagai salah satu indikator kesuksesan seorang anak. Anak yang dianggap banyak berbicara, kadang merupakan cerminan anak yang cerdas. 
Menurut Hurlock bahasa adalah bentuk komunikasi di mana pikiran dan perasaan disimbolkan agar dapat menyampaikan arti kepada orang lain. Hal yang mencakup bentuk bahasa menurut Hurlock yaitu bahasa lisan, bahasa tulisan, bahasa isyarat, bahasa tubuh, ekspresi wajah, pantomim dan seni. Bicara adalah bentuk bahasa yang menggunakan kata-kata yang digunakan untuk menyampaikan suatu maksud serta merupakan bentuk komunikasi yang paling efektif, penggunaanya paling luas dan paling penting. (Hurlock, 1993). 
Sudono, A (2000) mengutip dari Lerner(1982) menyatakan bahwa dasar utama perkembangan bahasa adalah melalui pengalaman-pengalaman berkomunikasi yang kaya. Pengalaman–pengalaman yang kaya itu akan menunjang faktor-faktor bahasa yang lain, yaitu: mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Mendengarkan dan membaca termasuk keterampilan berbahasa yang menerima atau reseptif, sedangkan berbicara dan menulis merupakan keterampilan yang ekspresif. 
Berdasarkan penjelasan para ahli tersebut, dongeng menjadi media yang dapat menumbuhkan kemampuan berbahasa dan komunikasi pada anak. Karena saat orang tua mendongeng, maka anak akan dirangsang untuk beraktivitas; mendengarkan, berbicara (saat merasa keheranan atau berkomentar), ikut membaca jika anak sudah bisa membaca. Selain itu, anak juga dapat melihat berbagai ekspresi yang diperagakan oleh orang tua dalam mendongeng. Lewat cerita yang orang tua tuturkan pada anak, secara tak langsung orang tua membantunya menambah perbendarahaan kata anak. Jika ada kalimat atau kata-kata yang susah, sang anak pasti akan bertanya. 
Untuk merangsang keterampilan mendengarkan dan menambah kosa kata saat anak mendengarkan dongeng, orang tua dapat membuat suatu permainan. Misalnya permainan memperagakan cerita. Orang tua dan anak menyusun suatu kesepakatan, jika nanti dalam dongeng disebutkan kata-kata tertentu, maka anak akan membuat gerakan tertentu, berguling, nyengir, senyum, atau cemberut.
f. Melatih Daya Simak Anak 
Menyimak sangat fungsional dalam kehidupan manusia. Melalui menyimak seseorang memperoleh kemungkinan besar mendapatkan informasi. Para ahli berpendapat bahwa sebagian besar dari pengetahuan seseorang dan nilai-nilai yang diyakininya diperoleh melalui kegiatan menyimak. Karena itu sangatlah beralasan bila setiap orang dituntut terampil menyimak. 
Demikianlah yang terjadi dalam mendongeng. Anak akan mendengar, menyimak, lalu berusaha menangkap pesan yang sudah diterjemahkan dalam bentuk bunyi bahasa. Untuk menangkap bunyi bahasa itu diperlukan telinga yang peka dan perhatian terpusat. Maka dengan mendongeng, berarti orang tua sedang melatih itu semua untuk sang anak, melatih anak untuk memberdayakan potensi menyimak. 
Tahap akhir dari proses menyimak ialah menanggapi makna pesan yang telah selesai dinilai. Tanggapan atau reaksi anak yang menyimak terhadap pesan yang diterimanya dari dongeng dapat berwujud berbagai bentuk seperti mengagguk-angguk tanda setuju, mencibir atau bertanya. 

g. Meningkatkan Kecerdasan 
Saat otak anak menerima, menangkap, memahami, dan menyimpannya dimemori maka otak anak akan bekerja lebih aktif dan saat itu stimulasi kecerdasan anak pun berlangsung, simpul - simpul syaraf otak semakin banyak tersambung sehingga kecerdasan anak berkembang dengan baik. Dengan mendongeng akan merangsang anak untuk mencerna isi dongeng tersebut. 

h. Menjaga Interaksi Emosional Dengan Anak 
Melalui kata-kata, pelukan, belaian, senyuman, kontak mata, ekspresi, dan lainnya akan mempererat hubungan antara anak dan orang tua, dan tentu saja menciptakan situasi yang baik untuk perkembangan mental maupun fisiknya, dengan begitu anak akan tumbuh dan berkembang jauh lebih baik. 

i. Pengetahuan Baru 
Cerita dalam dongeng mengandung banyak informasi baru dan bermanfaat bagi anak seperti bagaimana sebuah mobil dapat berjalan, yaitu dengan bahan bakar minyak atau seperti apa rupanya seekor kelinci, yaitu bertelinga panjang dan berbadan kecil serta dapat berlari kencang. Untuk para orang tua dan pendidik, aturlah waktu untuk membacakan dongeng bagi anak dan ciptakan suasana yang nyaman, karena anak akan tumbuh dengan baik dan cerdas.

A.3 Pengertian  Media
Media adalah perantara atau pengantar, secara khusus dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk membawa informasi dari satu sumber kepada penerima.
Gagne dan Biggs (dikutip Arsyad, 2002) menyatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran yang antara lain terdiri atas: buku, tape recorder, film, foto, grafik, kaset, video kamera, televisi, computer, dan lain lain.
Depdiknas (2003) menyatakan bahwa media pembelajaran adalah media pendidikan yang secara khusus digunanakan untuk mencapai tujuan tertentu yang sudah dirumuskan. Media ini disebut juga sebagai alat peraga atau alat bantu yang digunakan guru untuk mempermudah tugas dalam mengajar. Media pembelajaran memiliki beberapa manfaat seperti dikemukakan oleh Kemp dan Deyton (1995) yaitu:
1. Penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan
2. Proses pembelajaran lebih menarik.
3. Proses pembelajaran lebih interaktif
4. Jumlah waktu mengajar dapat dikurangi
5. Kualitas belajar siswa dapat lebih ditingkatkan.
6. Proses pembelajaran dapat terjadi dimana saja dan kapan saja
7. Sikap positif siswa terhadap proses belajar dapat dioptimalkan.
8. Peran guru dapat berubah kearah yang lebih positif dan produktif.
Selain banyak manfaat yang kita peroleh Media juga mempunyai peran dalam pembelajaran, menurut Ahmad Rohani (1997) peran media pembelajaran adalah:
a.   Mengatasi perbedaan pengalaman pribadi peserta didik.
b.   Mengatasi ruang-ruang kelas
c.   Mengamati benda yang terlalu kecil
d.   Mengamati benda yang bergerak terlalu cepat dan terlalu lambat.
e.   Mengamati suara yang halus untuk didengar
f.    Mengamati peristiwa-peristiwa alam.
g.   Media pembelajaran berperan membangkitkan minat belajar yang baru.
Salah satu upaya untuk mengembangkan pembelajaran dongeng di sekolah adalah dengan melaksanakan perbaikan proses pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk memenuhi hal tersebut, diperlukan adanya 5perangkat pembelajaran dongeng yang dapat menciptakan sistem belajar menarik dan menyenangkan.



A.4 Pengertian “Tong-Tik”
Pendapat AECT (Association For Education Communication Technology) dalam Arsyad mendefinisikan bahwa “ media adalah segala bentuk yang dipergunakan untuk menyalurkan pesan informasi” (Arsyad,2002:11). Dan media “Tong-Tik” yang merupakan akronim dari “Kantong Plastik” adalah media yang murah dan mudah dicari, yang bisa kita kreasikan menjadi alat peraga dalam bercerita/mendongeng, bisa berbentuk binatang atau benda-benda lain sesuai dengan isi cerita/dongeng yang akan kita sampaikan.
Dengan memanfaatkan barang bekas, kita bisa berkreasi membuat media/alat peraga tanpa harus membeli media dari benda-benda mahal yang biasa dijual di toko-toko alat peraga, selain bisa melatih daya imajinasi kita dalam membuat karya yang unik dan mendidik untuk anak didik kita. Kita bahkan bisa belajar bersama anak-anak didik kita cara membuat benda-benda dari kantong plastik yang akhirnya bisa kita jadikan sebagai alat peraga. Hal ini juga bisa melatih kreativitas anak dalam berkarya melalui benda-benda yang sudah tidak digunakan lagi, salah satunya kantong plastik.

Kantong plastik

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas




Kantong plastik atau tas plastik adalah kantong pembungkus yang dibuat dari plastik (poliolefin atau polivinil klorida). Kantong plastik digunakan untuk memuat dan membawa barang konsumsi. Bagian dasar dan sisi kiri/kanan kantong umumnya direkatkan dengan mesin penyegel plastik, namun ada kantong plastik yang disatukan dengan perekat atau dijahit.

Jenis-jenis kantong plastik:

·         Kantong plastik untuk kemasan
·         Kantong belanja
·         Kantong sampah
·         Kantong besar untuk keperluan industri

A.5 Tujuan Media Tong-Tik
Guru mengajar di dalam kelas adalah untuk mendidik dan mengajar. Dalam mengajar guru bertanggung jawab penuh agar bahan yang diajarkan dapat diterima olah anak didik dengan baik dan benar. Pada dasarnya kegiatan belajar mengajar di kelas dapat diterapkan dengan berbagai media  pembelajaran. Media pembelajaran disajikan oleh guru dengan harapan agar anak didik dapat menerima materi pelajaran itu dengan baik dan memberikan hasil yang memuaskan.
Apabila dalam penyampaian pelajaran seorang guru menggunakan satu media yang konvensional tanpa adanya variasi dalam pembelajaran dimungkinkan akan menemui kejenuhan karena tidak ada warna baru dalam kegiatan belajar mengajar tersebut.
Pembelajaran secara konkrit inilah yang menjawab permasalahan tersebut. Peneliti mengkhususkan penggunaan media “Tong-Tik” dalam kegiatan belajar mengajar sebagai upaya untuk memanfaatkan barang-barang bekas yang masih layak pakai, dengan berbagai assesoriss lainnya.
Ada beberapa tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran ini:
1.  Pengenalan binatang melalui media “Tong-Tik” dan cerita sebagai informasi dan komunikasi kepada anak didik
2.   Memberikan pengalaman baru dan menyenangkan baik bagi guru
maupun anak didik.
3.   Metode pembelajaran yang menyenangkan dapat memberikan motivasi
dan minat belajar anak lebih meningkat
4.  Mengenal benda, mengenal binatang dan  konsep cerita/dongeng  melalui media “Tong-Tik” akan lebih mudah dan menarik karena menurut teori pendidikan anak-anak suka akan benda, gambar, warna dan binatang.

A.6  Pengertian, Fungsi dan Tujuan Menyimak

Kemampuan menyimak sebagai salah satu kemampuan berbahasa awal yang harusdikembangkan, memerlukan kemampuan bahasa resepsi dan pengalaman, dimana anak sebagai penyimak secara aktif memproses dan memahami apa yang didengar.
1.       Pengertian Menyimak
Sebelum kita ketahui apa itu menyimak, terlebih dahulu kita perlu membedakan tiga istilah yang sering orang menyamakan maknanya. Tiga istilah tersebut adalah mendengar, mendengarkan, dan menyimak. Dalam bahasa Inggris padanan kata kata mendengarkan adalah to hear, sedangkan padanan kata menyimak adalah to listen. Mendengar bersifat represif pasif dan terjadi secara alamiah karena seseorang memiliki indra pendengaran. Jadi, mendengar bisa tanpa sengaja dan tanpa tujuan, serta yang didengar bisa bunyi apa saja. Artinya bunyi yang didengar tidak hanya bunyi bahasa, tapi bisa bunyi bom, bunyi ombak, dan lain lain.
Dalam kegiatan mendengarkan dilakukan dengan sengaja, penuh kesadaran dan bertujuan. Seperti yang dikemukakan oleh Laundsteen (1979:1) mendengar meliputi cara penerimaan suara sedangkan mendengarkan merupakan penertemahan suara-suara yang masuk dalam arti merupakan proses oleh pembicara dan mengubah arti dalam otak. Jadi mendengarkan adalah proses yang aktif secara sadar termasuk menghubungkan arti dengan suara yang didengar. Akan tetapi, menurut Akhadiah (1995/1997:147) dalam kegiatan mendengarkan belum ada keinginan atau upaya pendengar untuk betul-betul memahami makna yang didengarkan, berbeda dengan menyimak. Dalam kegiatan menyimak sudah ada faktor kesengajaan, perhatian, dan usaha pemahaman akan sesuatu yang disimak.
Kegiatan menyimak dapat dilakukan oleh seseorang dengan bunyi bahasa sebagai sumbernya, sedangkan mendengar dan mendengarkan bisa bunyi apa saja. Jadi, menyimak kandungan makna yang lebih spesifik bila dibandingkan dengan menengar dan mendengarkan. Namun, sekali lagi dalam penggunaannya istilah mendengarkan dan menyimak sering digunakan secara bergantian atau disamakan artinya. Seperti dalam GBPKB TK 2004 istilah yang digunakan adalah mendengarkan. Dalam modul ini pun istilah mendengarkan dan menyimak digunakan secara bergantian.
Lalu apa yang dimaksud dengan menyimak ?
Menyimak menurut Anderson, 1972 : 69) menyimak bermakna mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian serta apresiasi. Pendapat ini dipertegas oleh Tarigan (1990 : 25) bahwa menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. Sejalan dengan itu Sabarti juga mengemukakan bahwa menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan menengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menginterpretasi, menilai dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya.
Jadi, berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa menyimak adalah kegiatan mendengarkan secara aktif dan kreatif untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang disampaikans ecara lisan.

2.     Fungsi Menyimak
   Apabila kita amati dalam kehidupans ehari-hari, kegiatan menyimak merupakan keterampilan berbahasa yang paling banyak kita lakukan diantara tiga keterampilan berbahasa lainnya. Hampir setiap saat kita melakukan kegiatan menyimak. Kegiatan menyimak tersebut kita lakukan baik secara langsung maupun secara tidak langsung, seperti melalui media elektronik. Pernyataan ini juga didukung oleh hasil penelitian yang pernah dilakukannya ternyata presentase waktu untuk menyimak paling besar dibanding waktu untuk membaca, menulis dan berbicara yang digunakan responden penelitiannya. Pendpaat ini juga diperkuat oleh Bromley bahwa da dua alasan mengajari anak mendengarkan. Dua alasan tersebut yaitu (1) anak dan orang dewasa sebagian besar menghabiskan waktunya untuk mendengar (2) kemampuan mendengarkan sangat penting tidak hanya belajar di dalam kelas tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Mendengarkan pidato, berita dan percakapan termasuk keahlian yang sering kita gunakan.
Jika dapat disimpulkan bahwa menyimak memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Demikian pula dalam kehidupan anak. Walaupun kemampuan mendengarkan merupakan kemampuan berbahasa yang secara alamiah dikuasai oleh setiap anak yang normal, ketrampilan menyimak ini harus dikembangkan melalui stimulasi-stimulasi dan latihan-latihan karena keterampilan berbahasa tidak akan dapat dimiliki secara optimal termasuk menyimak di dalamnya kalau tidak dikembangkan dan dilatihkan.        Apa saja fungsi atau peranan menyimak bagi anak? Sabari (1992 : 149) mengemukakan bahwa menyimak berperan sebagai:
(1) dasar belajar bahasa,
(2) panjang ketrampilan berbicara, membaca dan menulis,
(3) penunjang komunikasi lisan,
(4) penambah informasi atau pengetahuan.
         Adapun menurut Hunt dalam Tarigan (1986 : 55) fungsi menyimak adalah (1) memperoleh informasi, (2) membuat hubungan antar pribadi lebih efektif, (3) agar dapat memberikan respon yang positif, (4) mengumpulkan data agar dapat membuat keputusan yang masuk akal.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan ketrampilan menyimak dapat berfungsi untuk :
1)        Menjadi dasar belajar bahasa, baik bahasa pertama maupun bahasa kedua.
       Kemampuan berbahasa tidak akan dimiliki oleh seseorang kalau tidak diawali dengan kegiatan mendengarkan. Seorang anak dapat mengucapkan kata mama, papa dan sebagaimana setelah ia sering dan berulang-ulang menyimak pengucapan kata-kata tersebut dari orang-orang yang ada di sekitarnya. Demikian pula halnya pada saat anak belajar bahasa asing. Kegiatan mungkin diawali dengan menyimak cara pengucapan fonem, kata, dan kalimat sebelum dia bisa mengucapkan sebuah kata dan menggunakannya dalam kegiatan berbicara.
2)        Menjadi dasar pengembangan kemampuan bahasa yang harus dimiliki anak sebelum diajarkan membaca.
Seperti dikemukakan oleh Tom dan Harriet Sobol, salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki anak sebelum diajarkan membaca adalah kemampuan membedakan auditorial. Artinya anak mampu membedakan suara-suara di lingkungan mereka dan mampu membedakan bunyi-bunyi huruf atau fonem yang mereka dengarkan (2003 : 26). Pendapat ini juga diperkuat oleh Pflaun dan Steinberg dalam Tampubolon bahwa kemampuan anak memahami bahasa lisan menjadi salah satu ciri penanda kesiapan anak diajarkan membaca (1991 : 64).
3)        Menunjang ketrampilan berbahasa lainnya
       Apabila bahasa pembicara sama dengan bahasa penyimak, maka penyimak dari hasil simakannya akan dapat mengetahui ciri-ciri bahasa pembicara. Hal ini dapat menunjang kemampuan berbicara penyimak. Selain itu, penyimak dari hasil simakannya akan memperoleh tambahan perbendaharaan kata yang dapat meningkatkan ketrampilan berbahasanya, baik lisan (berbicara dan menyimak) maupun tulisan (membaca dan menulis).)
4)        Memperlancar komunikasi lisan
       Setelah menyimak pembicaraan seseorang, tentu penyimak akan dapat mengetahui isi atau makna pembicaraan tersebut, maka akan terjadi komunikasi antar pembicara antara pembicara dan penyimak. Hal ini berarti, menyimak dapat memperlancar komunikasi lisan.
5)        Menambah informasi atau pengetahuan
       Pengetahuan tentang kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi atau informasi lainnya tidak hanya diperoleh melalui membaca, tetapi juga melalui menyimak. Pengetahuan baru tersebut dapat diperoleh melalui kegiatan mendengarkan berita, ceramah, diskusi dan lain sebagainya.
3.    Tujuan Menyimak
       Bermacam-macam tujuan orang menyimak. Tujuan seseorang menyimak tergantung pada niat setiap orang. Tarigan mengemukakan ada tujuh tujuah orang menyimak, yaitu
(1) untuk belajar,
(2) untuk memecahkan masalah,
(3) untuk mengevaluasi,
(4) untuk mengapresiasi,
(5) untuk mengkomunikasikan ide-ide,
(6) untuk membedakan bunyi-bunyi,
(7) untuk meyakinkan.
        Sejalan dengan pendapat tersebut Sabari juga mengemukakan beberapa tujuan menyimak, yaitu (1) menyimak untuk belajar, (2) menyimak untuk menghibur diri, (3) menyimak untuk menilai, (4) menyimak untuk mengapresiasi, dan (5) menyimak untuk memecahkan masalah.
       Dari pendapat di atas dapat disimpulkan tujuan menyimak bagi anak adalah :
1           Untuk belajar
       Bagi anak TK tujuan mereka menyimak pada umumnya adalah untuk belajar. Misalnya belajar untuk membedakan bunyi-bunyi yang diperdengarkan guru, mendengarkan cerita, permainan bahasa. Jadi, anak TK melakukan kegiatan menyimak lebih cenderung bukan karena keinginan anak iru sendiri tetapi karena ditugaskan sehubungan dengan kegiatan dalam pembelajaran.
                                    2)    Untuk mengapresiasi
       Artinya menyimak bertujuan untuk dapat memahami, menghayati dan menilai bahan yang disimak. Bahan yang disimak dengan tujuan ini biasanya berbentuk karya sastra, seperti cerita atau dongeng dan puisi.
3)    Untuk menghibur diri
       Menyimak yang bertujuan untuk menghibur diri artinya dengan menyimak anak merasa senang dan gembira.
4)    Untuk memecahkan masalah yang dihadapi
       Tujuan ini biasanya ditemui pada orang dewasa. Orang yang sedang  punya permasalahan bisa mencari pemecahannya melalui kegiatan menyimak.
Tujuan menyimak ini masih bisa ditambahkan dengan tujuan-tujuan lain yang lain tergantung pada niat seseorang untuk menyimak. Perkembangan ketrampilan menyimak pada anak berkaitan erat satu sama lain dengan ketrampilan berbahasa khususnya berbicara. Anak yang berkembang ketrampilan menyimaknya, akan berpengaruh terhadap perkembangan ketrampilan berbicara. Kedua ketrampilan berbahasa tersebut merupakan kegiatan komunikasi dua arah yang bersifat langsung dan dapat merupakan komunikasi yang bersifat tatap muka (Brooks, dalam Tarigan, 1986).
Kemampuan menyimak melibatkan proses menginterpretasi dan menterjemahkan suara yang didengar sehingga memiliki arti tertentu. Kemampuan ini melibatkan proses kognitif yang memerlukan perhatian dan konsentrasi dalam rangka memahami arti informasi yang disampaikan. Sebagian besar anak dapat menyimak informasi dengan tingkat yang lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuannya dalam membaca.
1)        Acuiry, yaitu kesadaran akan adanya suara yang diterima oleh telinga, misalnya mendengar suara anak yang sedang bermain, mendengar suara mesin tik dan sebagainya.
2)        Auditory discrimination, yaitu kemampuan membedakan persamaan dan perbedaan suara atau bunyi, misalnya suara hujan berbeda dengan suara mesin tik; pertanyaan seseorang tidak sama dengan pernyataan seseorang : duri dan dari berbeda bunyinya dan sebagainya;
3)        Auditing, yaitu suatu proses dimana terdapat asosiasi antara arti dengan pesan yang diungkapkan. Proses ini melibatkan pemahaman terhadap isi dan maksud kata-kata yang dingkapkan. Sebagai contoh yaitu memahami pernyataan “kamu boleh berlari-lari di taman”; “gerakan badanmu ke kiri dan ke kanan” (Buttery dan Anderson, dalam Bromley, 1991).
       Auding melibatkan aspek perkembangan semantik dan sintaksis. Dengan memahami semantik, berarti anak memiliki pengetahuan tentang berbagai arti kata, sedangkan sintaksis berkaitan dengan pemahaman anak terhadap aturan dan fungsi kata.
Bromley (1991) mengemukakan bahwa proses menyimak aktif terjadi ketika anak sebagai penyimak menggunakan auditory discrimation dan acuity dalam mengidentifikasi suara-suara dan berbagai kata, kemudian menterjemahkannya menjadi kata yang bermakna melalui auding atau pemahaman.
       Menyimak aktif bukanlah sekedar menterjemahkan pesan pembicara, namun terlibat sebagai peserta aktif dengan mendengarkan, mengidentifikasi, dan mengasosialikan arti dengan suara bahasa yang disampaikan. Penyimak yang efektif dapat memusatkan perhatiannya pada apa yang dikatakan oleh lawan bicaranya, memperhatikan bahasa tubuh dan ekspresi wajah pembicara, dan memonitor tentang kesesuaian apa yang mereka dengar dengan yang mereka pikirkan. Penyimak aktif memproses informasi yang datang dan berusaha mengkonstruksi arti suara tersebut

A.7 Pelaksanaan Penggunaan Media “Tong-Tik”
Pembelajaran interaktif adalah pembelajaran yang menghasilkan pertukaran pikiran, perasaan, dan gagasan antara dua orang atau lebih untuk menghasilkan efek timbal balik (Brown, 1980:159).
Pembelajaran interaktif adalah suatu kaedah yang melibatkan interaksi antara guru dengan murid, murid dengan murid atau murid dengan benda-benda di sekitarnya. Untuk itu perlu dilakukan beberapa situasi dan kondisi dalam pembelajaran mari bercerita/mendongeng melalui media “Tong-Tik” . Pelaksanaan tindakan tertulis pada tabel 2.1 berikut ini:
Tabel 2.1. Teknik penyampaian pembelajaran media “Tong-Tik”

Media bercerita / mendongeng dapat diberikan secara individual
Media bercerita / mendongeng dapat diberikan secara kelompok (10-30)anak
Media bercerita / mendongeng dapat diberikan kepada anak dalam jumlah siswa yang besar(80-100)anak.
1.    Guru duduk di samping anak
1.    Anak duduk dengan posisi setengah lingkaran atau leter  u di kursi maupun di lantai.
1.    Anak  duduk berbanjar, duduk di atas lantai.
2.    Alat peraga dari “Tong-Tik” diletakkan di atas meja.
2.    Guru berdiri di dekat meja untuk  memotivasi anak
2.     Guru berdiri di sebelah meja dengan memegang alat peraga.
3.    Guru menjelaskan dengan singkat alat peraga dan nama benda
4.    Guru menjelaskan materi bercerita / mendongeng secara singkat
4.    Guru menjelaskan dengan singkat alat peraga dan nama benda dengan memberi pertanyaan kepada anak
5.    Guru mulai bercerita / mendongeng di depan anak-anak.
5.    Guru bercerita / mendongeng di depan anak-anak sambil bernyanyi
5.    Guru menjelaskan makna dari isi cerita kemudian memberikan berbagai pertanyaan kepada anak-anak

a.     Temuan Hasil Penelitian Yang Relevan
Dari beberapa peneliti menyatakan bahwa: mengenal binatang dengan karakter masing-masing binatang dengan berbagai media yang menarik seperti penelitian yang sebelumnya yang dilakukan oleh  Siti Khodijah dari universitas Terbuka (2011) menyatakan memanfaatkan media kertas koran dapat meningkatkan kemampuan bercerita hingga selesai. Demikian juga Ifada Yuliani (2010) melakukan penelitian dengan menggunakan media kain perca untuk peningkatan penguasaan  berbahasa pada anak TK, sementara  Titin mengenalkan  media kertas gambar digunakan untuk mengembangkan kemampuan berbahasa pada anak usia dini.

b.     Kerangka Berpikir
Untuk memperjelas dan mempermudah alur pikiran tentang pembelajaran  bercerita/mendongeng dengan media “Tong-Tik” sebagai usaha untuk meningkatkan kemampuan menyimak dengan rancangan model penelitian tindakan kelas melalui kolaborasi guru kelompok A dan menggunakan model proses.  Menurut Model Kurt Lewin Konsep pokok penelitian tindakan terdiri dari empat komponen, yaitu ; a) perencanaan (planning), b) tindakan (acting), c) pengamatan (observing), dan d) refleksi (reflecting). Hubungan keempat komponen tersebut dipandang sebagai siklus yang dapat digambarkan sebagai berikut :
    Acting

                            Planning                            Observating

                                                  Reflecting
Model ini direncanakan melalui dua siklus yaitu siklus I dan siklus II.dengan kegiatan yang sama yaitu:
     Siklus I terdiri atas kegiatan-kegiatan:
a.   Rencana Tindakan
b.   Rencana Kegiatan
c.   Observasi dan
d.   Evaluasi dan Refleksi
Berdasarkan hasil refleksi/evaluasi pada siklus I dilanjutkan dengan siklus II yang kegiatannya hampir sama dengan siklus I.


Siklus Penelitian Tindakan Kelas
Kondisi Awal

Rendahnya kemampuan menyimak pada anak
Studi Pendahuluan

1.  Merencanakan proses pembelajaran
2.  Melaksanakan kegiatan
3.  Analisis nilai
 




Siklus I

1.    Merencanakan perbaikan
2.    Melakukan perbaikan
3.    Melaksanakan observasi
4.    Melaksanakan diskusi dengan teman sejawat
5.    Melakukan refleksi
  
Persiapan Penelitian

1.  Menyusun rencana perbaikan pembelajaran
2.  Menyusun lembar observasi
3.  Menyusun lembar evaluasi
Siklus II
1.    Merencanakan perbaikan
2.    Melakukan perbaikan
3.    Melaksanakan observasi
4.    Melaksanakan diskusi dengan teman sejawat
5.    Melakukan refleksi

Hasil belum optimal

Refleksi
Berhasil
Kesimpulan
 kemampuan menyimak anak meningkat
 

















c.     Hipotesis Tindakan

Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir, hipotesis penelitian tindakan kelas adalah penggunaan media “Tong-Tik” dapat menarik minat dan motivasi anak dalam mengenal binatang dan karakter-karakter yang harus dimiliki dan yang harus dihindari, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan menyimak pada anak didik kelompok A TK Islam Miftahul Ulum Gumayun, yang dilaksanakan pada  semester II, Tahun Pelajaran 2012/2013.
BAB III
PELAKSANAAN  PENELITIAN

A.     Setting Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di TK Islam Miftahul Ulum Gumayun, merupakan Tk swasta  di Kecamatan Dukuhwaru yang berstatus TK terakreditasi A tahun 2009, merupakan TK yang memiliki 2 rombongan balajar yaitu kelompok A untuk anak usia 4-5  tahun berjumlah 62 anak  dan kelompok B untuk anak usia 5-6 tahun berjumlah 55 anak. Jumlah guru 11 orang,  wakil kepala sekolah 1 orang dan 1 kepala sekolah. Penelitian ini dilakukan secara siklus dan dilaksanakan oleh penulis sekaligus sebagai guru kelompok A TK Islam Miftahul Ulum Gumayun.
B.    Subjek Penelitian
Subyek Penelitian adalah  anak didik kelompok A TK Islam Miftahul Ulum Gumayun, Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal, semester II Tahun Pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 20 anak. Dengan jumlah 13  anak laki-laki dan 7  anak perempuan.
C.    Sumber Data
Sumber data diambil dari :
1.      Hasil pengamatan guru pada proses pembelajaran dan hasil pembelajaran.
2.      Hasil pengamatan guru terhadap anak melalui lembar observasi yang
diisi oleh guru.


D.    Teknik dan Alat Pengumpul Data
Teknik  pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi wawancara dan pengamatan.
1.    Wawancara
Wawancara diberikan kepada guru pendamping sebagai kolaborator untuk melengkapi kegiatan lembar observasi
2.    Pengamatan
Pengamatan dilakukan oleh guru ketika anak melakukan aktifitas di dalam pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi  berisi: nama anak, kelompok, jam, nama observer, indikator yang diamati terdiri dari:  menirukan kembali urutan kata, mendengarkan cerita yang dibacakan, menyebutkan kata sifat, mendengarkan cerita dan menceritakan kembali isi cerita, dan melakukan 2-3 perintah secara sederhana dengan cara memberi tanda (√) pada kolom            yang tersedia di lembar observasi.
E.     Validasi Data dan Analisis Data
Untuk mengetahui tingkat perubahan secara optimal kemampuan menyimak anak didik adalah dengan menggunakan deskriptif prosentase, dengan langkah sebagai berikut:
1.      Hasil siklus I dianalisa dengan cara mendiskripsikan kemampuan menyimak anak sebelum memperoleh materi mendongeng dengan menggunakan media “Tong-Tik” (kondisi awal) dengan kemampuan menyimak anak setelah mengikuti pembelajaran mendongeng dengan menggunakan media “Tong-Tik”.
2.      Hasil siklus II dianalisa dengan cara mendiskripsikan kemampuan menyimak anak siklus II dengan Siklus I.
3.      Menganalisa dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu mendiskripsikan kemampuan menyimak anak siklus I dan siklus II dan kondisi awal sebelum penelitian.
F.    Tingkat Pencapaian Perkembangan/Indikator
Lingkup perkembangan/indikator dari aspek  perkembangan bahasa yang meliputi konsep menerima bahasa dan mengungkapkan bahasa. Adapun kemampuan yang akan dicapai dari indikator  aspek perkembangan bahasa adalah:
1.    Anak dapat  menirukan kembali 3-4 urutan kata
2.    Anak dapat mendengarkan cerita yang dibacakan
3.    Anak dapat menyebutkan kata sifat
4.    Anak dapat mendengarkan cerita dan menceritakan kembali isi cerita
5.    Anak dapat melakukan 2-3 perintah secara sederhana
Apabila 85% dari jumlah anak mampu sesuai dengan indikator kinerja di atas maka dapat dikatakan bahwa pembelajaran bercerita/mendongeng dengan media “Tong-Tik”  tercapai.
G.   Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 2 siklus yaitu siklus I dan siklus II. Adapun rincian kegiatan pada setiap siklusnya diuraikan sebagai berikut
1.    Perencanaan ( Planning)
a.  Mempersiapkan kegiatan pembelajaran bercerita/mendongeng yang akan disajikan secara tepat yaitu :
1.         Menirukan kembali 3-4 urutan kata
2.         Mendengarkan cerita yang dibacakan
3.         Menyebutkan kata sifat
4.         Mendengarkan cerita dan menceritakan kembali isi cerita.
5.         Melakukan 2-3 perintah secara sederhana
b.  Membuat perangkat observasi yang sesuai dengan rencana pembelajaran
c.   Mempersiapkan media bercerita/mendongeng. Guru menyiapkan media  yang akan digunakan dengan mempersiapkan peralatan yang akan digunakan.
Perangkat Media:
1.  Laptop/computer/tape recorder/speaker, sebagai sarana musik pengantar dongeng/cerita
2.  Alat peraga dari “Tong-Tik”
3.  Meja untuk meletakkan alat peraga saat bercerita
d.  Simulasi skenario pembelajaran dengan menggunakan media “Tong-Tik” dilakukan oleh peneliti dan kolaburator sesuai dengan rencana pembelajaran bercerita/mendongeng yang akan disajikan.
e.  Uji kelayakan media pembelajaran “Tong-Tik”  berdasarkan hasil simulasi skenario pembelajaran bercerita/mendongeng dengan media “Tong-Tik”
2.    Pelaksanaan Tindakan
Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan Rencana  Pelaksanaan Pembelajaran  (RPP) yang telah direncanakan dalam 2 siklus, dimana setiap siklus terdiri dari 3 kali pertemuan. Penyajian pembelajaran bercerita/mendongeng dengan media “Tong-Tik” dilakukan oleh guru I, observasi dilakukan oleh guru II menggunakan lembar observasi terstruktur.  Anak bersama–sama guru menerapkan pembelajaran mendongeng dengan media “Tong-Tik”. Guru II mengamati interaksi guru dan anak dengan menggunakan lembar observasi terstruktur. Pelaksanaan tindakan tertulis pada tabel 3.1 berikut ini:
Tabel 3.1 Model Pembelajaran Bercerita/Mendongeng
Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Pertemuan 1
1.   Guru menanyakan keadaan anak dan mengabsen anak didik.
1.    Menjawab pertanyaan guru, sesuai kondisi anak masing-masing.
2.   Guru memotivasi siswa dengan tepuk semangat dan menyanyikan lagu yang disiapkan yaitu lagu Kampung Dongengku
2. Anak  menyanyi bersama guru
3.   Guru menjelaskan tentang semut dan nama semut/tokoh dalam cerita
3.    Anak  menyaksikan dengan posisi duduk leter U
Kegiatan Inti
4.   Guru bercerita/mendongeng dengan menggunakan media “Tong-Tik”, anak menyimak.
4.   Anak  memperhatikan dan mendengarkan cerita yang disampaikan guru.
5.   Guru menyampaikan pesan/makna dari isi cerita
5.   Anak  mendengarkan pesan guru yang disampaikan
6.   Penutup
·           Tanya jawab tentang materi mendongeng
·           Guru memberikan reward kepada anak berupa bintang
6.   Anak  menjawab pertanyaan guru dan bagi anak yang mampu menjawab mendapat reward
Pertemuan 2
appersepsi
1.   Guru menanyakan materi mendongeng pertemuan pertama dan masuk pada pertemuan kedua guru mengajak anak menceritakan kembali isi cerita yang telah didengarnya
1.   Anak menjawab dan bercerita
Kegiatan Inti
2.   Guru membagi anak dalam dua kelompok, kelompok satu mengurutkan kata dan kelompok dua melakukan 2-3 perintah secara sederhana
2.   Anak  mengerjakan kegiatan dengan mengurutkan kata dan melakukan 2-3 perintah secara sederhana
3.   Guru mengadakan evaluasi melalui tanya jawab dan anak maju dengan bercerita.
3.   Anak menjawab pertanyaan guru dengan maju ke depan dan menunjuk benda/tokoh cerita
Penutup
4.   Guru menjelaskan kembali pelajaran hari itu dengan tanya jawab, dan anak  yang dapat menjawab mendapat reward bintang
4.   Anak mendengarkan penjelasan guru dan menjawab pertanyaan dengan cepat serta menerima reward
Pertemuan 3
appersepsi
1.   Guru menanyakan materi mari mendongeng dan menceritakan kembali isi cerita pada pertemuan kedua dan masuk pada pertemuan ketiga guru menyampaikan pesan tentang sifat/karakter tokoh semut dalam cerita
1.    Anak menjawab dan memperhatikan
Kegiatan Inti
2.   Guru membagi anak dalam dua kelompok, kelompok satu menyebutkan kata sifat dan kelompok dua bercerita tentang dongeng/cerita yang pernah didengar
2.    Anak mengerjakan kegiatan dengan menyebutkan kata sifat dan bercerita tentang dongeng/cerita yang pernah didengar
3.   Guru mengadakan evaluasi melalui lembar kerja anak  (fortofolio)
3.   Anak mengerjakan tugas  dari guru
Penutup
4.   Guru menjelaskan kembali pelajaran hari itu dengan tanya jawab, dan anak yang dapat menjawab mendapat reward  berupa boneka/alat peraga
4.   Anak  mendengarkan penjelasan guru dan anak yang hasil LKS-nya baik mendapat  reward berupa boneka/alat peraga

3.    Observasi
Pengamatan dilakukan oleh guru ketika anak melakukan aktifitas di dalam pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi  berisi: nama anak, kelompok, jam, nama observer, indikator yang diamati terdiri dari:  menirukan kembali 3-4 urutan kata, mendengarkan cerita yang dibacakan, menyebutkan kata sifat, mendengarkan cerita dan menceritakan kembali isi cerita, dan melakukan 2-3 perintah secara sederhana dengan cara memberi tanda (√) pada kolom o yang tersedia di lembar observasi.
Observasi anak dengan menggunakan penilaian
(●  = M ),(○ = PB) , (√ = B)
Prosentase kemampuan anak BSB dan BSH (● + √ )x100%
                                                                   Jml S
keterangan:
a.    Anak yang sudah melebihi indikator yang tertuang dalam RKH atau mampu melaksanakan tugas tanpa bantuan secara tepat /cepat/lengkap/benar, maka pada kolom penilaian dituliskan nama anak dan tanda bulatan penuh (●)
b.    Anak yang belum mencapai indikator seperti diharapkan dalam RKH atau dalam melaksanakan tugas selalu dibantu guru, maka pada kolom penilaian dituliskan nama anak dan diberi tanda bulatan (○)
c.    Jika semua anak menunjukkan kemampuan sesuai dengan indikator yang tertuang dalam RKH, maka pada kolom penilaian dituliskan nama semua anak dengan tanda checklist (√)
d.    BSB = berkembang sangat baik, BSH berkembang sesuai harapan, Jml S = Jumlah Siswa dalam sekelas.
4.    Evaluasi  dan  refleksi
Pengumpulan data hasil observasi, analisis data hasil observasi, melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran upaya meningkatkan kemampuan menyimak anak didik TK Islam Miftahul Ulum Gumayun  dengan media “Tong-Tik”.



BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.  Hasil Penelitian
A.1. Deskripsi Model Tindakan
       Medel tindakan penelitian tindakan kelas ini berupa penerapan pembelajaran dengan menggunakan media “Tong-Tik”. Pelaksanaan tindakan pada setiap siklus meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, evaluasi dan refleksi.
A.2. Deskripsi Model Tindakan Siklus I
a.     Perencanaan
   Persiapan yang dilakukan  sebelum pelaksanaan tindakan siklus
adalah :
                             i.      Berdasarkan hasil kegiatan yang dilaksanakan setiap hari melalui kegiatan pembelajaran di dalam kelas melalui portofolio dibagi menjadi 3 kelompok  dengan pokok bahasan bercerita/mendongeng dengan menirukan kembali 3-4 urutan kata, mendengarkan cerita yang dibacakan, menyebutkan kata sifat, mendengarkan cerita dan menceritakan kembali isi cerita, dan melakukan 2-3 perintah secara sederhana.
                            ii.      Peneliti sebagai guru pelaksana tindakan berdiskusi dan membagi tugas dengan guru pengamat (Athiyatin, S. PdI) tentang prosedur penelitian, serta langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran melalui media “Tong-Tik”
                           iii.      Mempersiapkan instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran berupa Rencana Kegiatan Harian (RKH), lembar observasi anak , alat penilaian anak, lembar evaluasi, dan alat peraga media “Tong-Tik”.
b.     Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus I melalui media “Tong-Tik” melalui tiga kali pertemuan yaitu:
1) Pertemuan pertama : Senin, 6 Mei 2013 dengan kegiatan sebagai berikut:
(1) Guru menata media yang akan digunakan seperti: Laptop, speaker, meja, dan alas duduk (karpet)
(2). Guru mengatur organisasi kelas (layout /posisi tempat duduk)
(3). Media “Tong-Tik” dipajang di meja sesuai jalur cerita. Anak bersama guru bermain tepuk semangat dan menyanyikan lagu “Kampung Dongengku” dan “Semut-Semut Kecil” sambil bertepuk tangan. Selanjutnya guru mengajak anak untuk melihat tokoh cerita dari media “Tong-Tik” yang akan disaksikan anak saat guru bercerita.
(4). Guru dibantu oleh operator untuk mengklik lagu “Kampung Dongengku”  dan “semut-Semut Kecil” sebagai penyemangat.
(5). Pada akhir cerita guru menyampaikan pesan dari karakter masing-masing tokoh dalam cerita dan memberi kesempatan kepada anak untuk menyampaikan pendapat.
(6).  Tahap selanjutnya adalah guru mengadakan tanya jawab dan evaluasi pada akhir cerita dengan memberi kesempatan kepada anak untuk maju ke depan dengan bercerita. Jika anak menjawab dengan tepat akan mendapat kata pujian: “Hebat, pintar sekali”, jika anak salah menjawab akan mendengar kata-kata “Coba lagi yaa?”
2) Pada pertemuan yang kedua :  Selasa, 7 Mei 2013
Materi bercerita/mendongeng dengan menggunakan “Tong-Tik” dengan warna cerah, yaitu:
(1)     Guru dibantu oleh operator untuk mengklik lagu “Kampung Dongengku” dan “Semut-Semut Kecil” sebagai materi pembuka dengan tema binatang dengan mengajak anak bernyanyi sambil tepuk tangan.
(2)     Guru mulai beada akhir cerita guru menyebutkan urutan kata dalam cerita dan memberi kesempatan kepada anak untuk menirukan kembali urutan kata tersebut.
(3)     Tahap selanjutnya adalah guru mengadakan tanya jawab dan evaluasi dengan memberi kesempatan kepada anak untuk maju ke depan dan bercerita. Jika anak menjawab dengan tepat akan mendapat kata pujian: “Hebat, pintar sekali, jika anak salah menjawab akan mendengar kata-kata “Coba lagi yaa?”.
3) Pada pertemuan yang ketiga : Rabu, 8 Mei 2013
Materi mendongeng dengan menggunakan “Tong-Tik” dengan ukuran lebih besar  sebagai berikut :
(1)     Guru dibantu oleh operator untuk mengklik lagu “Kampung Dongengku” dan “Semut-semut Kecil”, lalu mengajak anak bernyanyi bersama.
(2)     Pada akhir cerita guru mengajak anak untuk menceritakan kembali isi cerita, dan guru menunjuk anak yang mau maju ke depan.
(3)     Tahap selanjutnya adalah guru mengadakan tanya jawab dan evaluasi dengan memberi kesempatan kepada anak untuk maju ke depan dan bercerita. Jika anak bercerita dengan baik akan mendapat kata pujian: “Hebat, pintar sekali”, jika anak salah menjawab akan mendengar kata-kata “Coba lagi yaa?”. Guru membagikan LKS untuk dikerjakan secara individu untuk mengetahui tingkat kemampuan anak di akhir pembelajaran siklus I.
c.     Observasi                                                                                                            Pengamatan dilakukan oleh guru ketika anak melakukan aktifitas di dalam pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi pada saat penyajian materi bercerita/mendongeng dengan menggunakan media “Tong-Tik”. Rangkuman hasil observasi siklus I adalah sebagai berikut:
(1)     Hasil observasi tanggal 6 Mei 2013 oleh guru pengamat, pelaksanaan pembelajaran melalui media “Tong-Tik” dengan menyebut urutan kata “Semut serakah”, “makan  permen”, “semut pemaaf”, “menolong  teman”, kemudian anak menirukan kembali urutan kata tersebut.
(2)     Hasil observasi tanggal 7 Mei 2013 adalah: guru pengamat mengamati aktifitas anak dalam mengikuti pembelajaran yaitu anak mendengarkan isi cerita yang disampaikan guru, lalu anak tunjuk jari ingin maju untuk menceritakan kembali isi cerita melalui media “Tong-Tik”. Jika ada diantara anak yang tidak mau maju, secara serentak anak yang lain mengucapkan coba lagi ya. Namun ada beberapa anak yang diam saja karena belum mampu mengikuti pembelajaran dengan baik.
(3)     Hasil observasi tanggal 8 Mei 2013 seluruh anak ingin mencoba maju untuk menirukan urutan kata, menyebut kata sifat, dan menceritakan kembali isi cerita dan anak mengerjakan lembar kerja anak yang sudah disiapkan oleh guru. 
d.     Evaluasi
Selama siklus I berlangsung peneliti melakukan pengamatan untuk mendata hasil kemampuan membaca permulaan anak melalui kegiatan evaluasi. Pengamatan kemampuan menyimak anak juga dilakukan oleh guru pendamping sebagai kolaborator dengan hasil yang cukup baik yaitu: 1) respon anak pada waktu mengikuti proses belajar mengajar berlangsung cukup baik, 2) unjuk kerja anak dengan bukti kemampuan menyimak anak pada saat kegiatan sudah sesuai dengan indikator yang ingin dicapai, 3) kemampuan menjawab pertanyaan guru dan kemampuan menunjuk benda melalui media “Tong-Tik”  sudah  cukup baik.
Pada kondisi awal rata-rata kemampuan menyimak anak banyak memerlukan bimbingan. Setelah guru menggunakan media “Tong-Tik” ada peningkatan kemampuan menyimak anak secara optimal. Secara lengkap kemampuan menyimak anak terdapat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.1: Tabel Perubahan kemampuan membaca permulaan anak Siklus I
Jumlah Responden/
Kategori Penilaian
Kemampuan menyimak
Keterangan
Sebelum menggunakan media “Tong-Tik”
Siklus I

20 anak



Mampu menyimak
9  anak
13  anak
Kemampuan menyimak optimal dengan peningkatan:
Siklus I : 4 anak
(22,72%)
Tidak Mampu menyimak
11 anak
7 anak
Kemampuan menyimak yang belum optimal cenderung menurun


d.     Refleksi Siklus I

Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh refleksi bahwa media “Tong-Tik” dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan menyimak anak. Dari 20 anak yang sudah mampu  ada 16 anak dan yang belum mampu  ada 4 anak. Upaya yang dilakukan guru agar anak memiliki kemampuan menyimak secara optimal adalah
(1)          Meningkatkan perannya dalam mengendalikan suasana kelas agar situasi pembelajaran berlangsung lebih kondusif, menyajikan pembelajaran dengan media “Tong-Tik” lebih menarik, menyenangkan dan kreatif.
(2)          Guru juga sudah menyiapkan hadiah berupa out door ke kebun
binatang untuk meningkatkan prestasi belajar siswa  terutama pada siswa yang belum mampu menyimak dan bagi yang sudah mampu diberi hadiah berupa alat peraga dari “Tong-Tik” pada akhir pelaksanaan siklus 1.
(3)          Memberi motivasi dan perhatian khusus kepada 6 anak yang belum optimal dalam menyimak agar secara bertahap mampu mengikuti teman-temannya yang sudah optimal, berdasarkan hasil tindakan pada siswa, anak yang belum menunjukkan kemampuan membaca secara optimal diberi perlakuan lagi ke siklus II selama 2 minggu. Dengan demikian maka kegiatan selanjutnya adalah siklus II.

A.3. Deskripsi Model Tindakan Siklus II
a.     Perencanaan
                             i.      Peneliti sebagai guru pelaksana tindakan berdiskusi dan membagi tugas dengan guru pengamat (Athiyatin, S. PdI) tentang prosedur penelitian, serta langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran melalui media “Tong-Tik”   pada siklus II
                            ii.      Mempersiapkan instrumen penelitian lembar observasi siswa, alat penilaian anak, lembar evaluasi, dan alat peraga media “Tong-Tik” .
                           iii.      Perencanaan tindakan dengan mempersiapkan kegiatan pembelajaran membaca yang akan disajikan secara tepat dengan media “Tong-Tik”  sebagai berikut pada siklus II yaitu:
1.      Menirukan kembali 3-4 urutan kata
2.      Mendengarkan cerita yang disampaikan
3.      Menyebutkan kata sifat
4.      Mendengarkan cerita dan menceritakan kembali isi cerita
5.      Melakukan 2-3 perintah secara sederhana
                           iv.      Mempersiapkan instrumen penelitian siklus II berupa : lembar observasi siswa, alat penilaian siswa, lembar evaluasi, dan alat peraga media “Tong-Tik”.
                            v.      Mengoreksi hasil LKS dan merekap hasil kerja siswa pada rekap lembar observasi
b.     Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus II melalui media “Tong-Tik” melalui tiga kali pertemuan  dengan tema Binatang . Hadiah berupa out door ke kebun binatang merupakan motivasi yang sangat baik untuk memulai pembelajaran pada siklus II, dengan mengenal binatang dan sifat/karakter melalui pertemuan sebagai berikut:
1)     Pertemuan keempat:  Senin, 13 Mei 2013 guru menyampaikan tema binatang. Sebagai pendahuluan guru memberi kesempatan kepada anak untuk menyaksikan macam-macam binatang yang terbuat dari “Tong-Tik”, dengan media ini diharapkan dapat tercapai kemampuan mengenal binatang.
2)     Pertemuan kelima : Selasa, 14 Mei 2013 pada kegiatan inti guru bersama murid mengurutkan kata dengan menunjukkan  alat peraga  dari media “Tong-Tik” dari mulai kata-kata “semut serakah”, “makan permen”, “semut yang suka menolong”, “teman”, kemudian siswa diberi kesempatan untuk mengurutkan kata-kata tersebut melalui media “Tong-Tik” sebagai alat peraga guru dan siswa.
3)     Pertemuan keenam, Rabu, 15 Mei 2013 guru bersama siswa bercerita/mendongeng tentang “Semut yang serakah”, “Semut yang suka menolong teman”, dan “Semut yang suka meminta maaf”. Selesai bercerita, secara individual siswa dipanggil oleh guru untuk maju satu persatu untuk menyebutkan kata-kata sifat dari semut yang telah diceritakan, dan yang bias menjawab dengan benar akan mendapat pujian hebat, “Tepat sekali”, dan jika salah menjawab akan diberi kata-kata “Coba lagi ya…”
c.     Observasi
Observasi pelaksanaan tindakan siklus II dilakukan oleh guru pengamat.  Seperti halnya pada siklus I, pada siklus II observasi ditujukan pada anak yang menjadi subjek peneliti, khususnya pada siswa yang belum ada perubahan yang optimal pada kemampuan menyimak pada anak. Hasilnya sebagai berikut:
(1)   Hasil observasi tanggal 13 Mei 2013 yang dilakukan oleh guru pengamat aktivitas siswa saat pembelajaran melalui media “Tong-Tik” menunjukkan bahwa guru pelaksana tindakan pada pertemuan keempat sudah baik dalam menyampaikan materi bercerita/mendongeng.
(2)   Hasil observasi tanggal 14 Mei 2013 yang dilakukan oleh guru pengamat aktivitas siswa saat pembelajaran menunjukkan:  (a) siswa antusias dalam mengikuti pembelajaran  karena alat peraga dari media “Tong-Tik” yang ditunjukkan sangat menarik. (b) pada saat evaluasi semua siswa ingin lebih dahulu maju ke depan untuk mengurutkan kata-kata baik yang sudah mampu maupun yang belum mampu.
(3)   Hasil observasi tanggal 15 Mei 2013 pada materi bercerita/mendongeng siswa lebih tertarik lagi  yang pada akhir pertemuan diadakan evaluasi berjalan dengan baik dan lancar.
d.     Evaluasi
Secara umum pelaksanaan siklus II berhasil  hal ini dilihat  dari beberapa hal sebagai berikut:
1)     Pada siklus I siswa yang sudah mampu menirukan kembali 3-4 urutan kata sebanyak 14 anak (63,63%) dari prosentase sebelumnya yaitu hanya (40,90 %).
2)     Pada siklus II menunjukkan hasil peningkatan dari sebelumnya (63,63%) meningkat menjadi (86,36 %) sehingga siswa mendapat reward sebanyak 19 anak. Ternyata pembelajaran melalui media “Tong-Tik” mampu meningkatkan kemampuan menyimak siswa.
3)      Pembelajaran berjalan dengan lancar, seluruh siswa berlomba-lomba untuk unjuk kemampuan di depan teman-temannya.
e.     Refleksi siklus II
Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh refleksi bahwa media “Tong-Tik” dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan menyimak pada anak. Dari 20  anak, yang sudah optimal ada 17 anak dan yang belum optimal ada 3 anak. Upaya yang dilakukan guru agar anak memiliki kemampuan menyimak secara optimal adalah 1). meningkatkan perannya dalam mengendalikan suasana kelas agar situasi pembelajaran berlangsung lebih kondusif, menyajikan pembelajaran dengan media “Tong-Tik” lebih menarik, menyenangkan dan kreatif.
1)     Pemberian hadiah berupa reward merupakan bagian terpenting dalam proses pembelajaran sebagai motivasi siswa dalam meningkatkan keberhasilannya dalam belajar.
2)     Memberi motivasi dan perhatian khusus kepada 3 anak yang belum optimal dalam menyimak agar secara bertahap mampu mengikuti teman-temannya yang sudah optimal.
 A.4. Deskripsi Hasil Tindakan Siklus I
          Hasil tindakan siklus I dapat dilihat dari hasil kemampuan siswa pada
          tiap pertemuan melalui rekap penilaian sebagai berikut:
Tabel 4.2 Rekapitulasi penilaian perkembangan pada siklus I

Pertemuan Siklus I

Pertemuan 1
Pertemuan 2
Pertemuan 3

Jumlah
3
6
11
6
5
9
9
5
6


Tabel 4.3 Prosentase ketercapaian perkembangan siswa pada siklus I
Kategori penilaian
Kemampuan menyimak pada pertemuan :
keterangan
Ke 1
Ke 2
Ke 3
Memuaskan  ( ● )
3
6
9
Relative naik setiap pertemuan
berkembang  (√ )
6
5
5
Menurun pada pertemuan ke 2

9(0,40%)
11(0.25%)
14(0,63%)

Jumlah anak BSB dan BSH (● + ) dalam satu kelas X100%
Jumlah keseluruhan anak dalam satu kelas

Tabel 4.4  HASIL PENELITIAN
 Penggunaan Media ”Tong-Tik”
Siklus I
No
Kemampuan menyimak Pada Siklus I

Sebelum Penelitian
Siklus I

Mampu
Tidak Mampu
Mampu
Tidak Mampu

1.
V
-
V
-

2.
V
-
V
-

3.
-
V
-
V

4.
-
V
V
-

5.
-
V
-
V

6.
V
-
V
-

7.
V
-
V
-

8.
-
V
V
-

9.
V
-
V
-

10.
-
V
-
V

11.
V
-
V
-

12.
V
-
V
-

13.
-
V
-
V

14.
V
-
V
-

15.
V
-
V
-

16.
-
V
-
V

17.
-
V
V
-

18.
-
V
V
-

19.
-
V
-
V

20.
-
V
-
V

Jumlah
9
11
13
7
Prosentase
40,90%
59,09%
63,63%
36,36%


A.5. Deskripsi Hasil Tindakan Siklus II
Hasil tindakan siklus II berupa pelaksanaan pembelajaran melalui media “Tong-Tik” dapat dilihat pada hasil setiap pertemuan dengan alat penilaian sebagai berikut :
Tabel 4.5 Rekapitulasi penilaian perkembangan pada siklus II

Pertemuan Siklus II

Pertemuan 4
Pertemuan 5
Pertemuan 6

Jumlah
10
5
5
13
4
3
16
3
1

Tabel 4.6 Rekapitulasi penilaian tiap pertemuan pada siklus II
Kategori penilaian
Kemampuan menyimak pada pertemuan :
keterangan
Ke 4
Ke 5
Ke 6
Memuaskan  ( ●)
10
13
16
Relative naik setiap pertemuan
berkembang  (√ )
5
4
3
Menurun pada pertemuan ke 3
Perlu bantuan  ( ○ )
5
4
1
Menurun pada tiap pertemuan

Tabel 4.7  : Tabel Perubahan kemampuan menyimak Siklus II
 
Penilaian
Kemampuan menyimak
keterangan
20 siswa
Siklus I
Siklus II

Mampu menyimak
13 siswa
16 siswa
Kemampuan menyimak, Optimal dengan peningkatan:
Siklus II : 3 siswa
(   22,72% )
Tidak mampu menyimak
7 siswa
4 siswa
Kemampuan menyimak yang belum optimal cenderung menurun

Tabel 4.8 Hasil Penelitian
 Penggunaan Media ”Tong-Tik”
Siklus I dan Siklus  Ii
No
Kemampuan Menyimak Pada Tiap Siklus

Siklus I
Siklus II

Mampu
Tidak Mampu
Mampu
Tidak Mampu

1.
V
-
V
-

2.
V
-
V
-

3.
-
V
-
V

4.
V
-
V
-

5.
-
V
V
-

6.
V
-
-
V

7.
V
-
V
-

8.
V
-
V
-

9.
V
-
V
-

10.
-
V
V
-

11.
V
-
V
-

12.
V
-
V
-

13.
-
V
-
V

14.
V
-
V
-

15.
V
-
V
-

16.
-
V
V
-

17.
V
-
V
-

18.
V
-
V
-

19.
-
V
V
-

20.
-
V
-
V

Jumlah
13
7
16
4
Prosentase
63,63%
36,36%
86,36%
13,63%
B.    Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan deskripsi model tindakan siklus I, dan II maka pembahasan hasil penelitian seluruh siklus adalah:
B.1.  Pembahasan Pencapaian Perkembangan Kemampuan Menyimak
Anak
Rekapitulasi kemampuan menyimak anak pada siklus I dan II disajikan dalam tabel 4.9.
Tabel 4.9 Rekapitulasi kemampuan menyimak dalam menggunakan media “Tong-Tik”

Siklus I
Siklus II
Prosentase
63,63%
86,36%
Untuk mengetahui perubahan-perubahan kemampuan menyimak dan perkembangan dari sebelum dan setelah penelitian melalui siklus I ke kondisi siklus II dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.10 Kemampuan menyimak anak dengan media “Tong-Tik”
No
Kemampuan Menyimak Pada Tiap Siklus

Siklus I
Siklus Ii

Mampu
Tidak Mampu
Mampu
Tidak Mampu

1.
V
-
V
-

2.
V
-
V
-

3.
-
V
-
V

4.
V
-
V
-

5.
-
V
-
V

6.
V
-
V
-

7.
V
-
V
-

8.
V
-
V
-

9.
V
-
V
-

10.
-
V
V
-

11.
V
-
V
-

12.
V
-
V
-

13.
-
V
-
V

14.
V
-
V
-

15.
V
-
V
-

16.
-
V
V
-

17.
V
-
V
-

18.
V
-
V
-

19.
-
V
V
-

20.
-
V

V

Jumlah
13
7
16
4
Prosentase
63,63%
36,36%
86,36%
13,63%

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa:
Kemampuan menyimak anak pada siklus I terdapat 13 anak ( 63,63 % ) sudah mampu dan 7 anak ( 36,36  % ) belum mampu. Pada siklus I terdapat peningkatan kemampuan menyimak anak sebesar 18,18 % dari kondisi awal 40,90 %. Sedangkan kemampuan menyimak pada pada siklus II terdapat  16 anak (86,36 % ) sudah mampu, 4 anak ( 13,63 % ) belum mampu. Pada siklus II terdapat peningkatan kemampuan membilang siswa  sebesar 22,72% dari siklus I  63,63%.  Hal ini di karenakan media “Tong-Tik” diminati dan dapat meningkatkan kemampuan menyimak secara optimal dengan indikator  perkembangan kognitif  yang ingin dicapai yaitu :
1.      Menirukan kembali 3-4 urutan kata
2.      Mendengarkan cerita yang disampaikan
3.      Menyebutkan kata sifat
4.      Mendengarkan cerita dan menceritakan kembali isi cerita
5.      Melakukan 2-3 perintah secara sederhana

B.2. Pembahasan Hasil Pelaksanaan pembelajaran menggunakan media “Tong-Tik”
Secara lengkap kemampuan menyimak anak sebelum dan setelah penelitian melalui 2 siklus dapat dilihat pada tabel  sebagai berikut:
Tabel 4.11 Prosentase Hasil Penelitian Penggunaan Media ”Tong-Tik”
Hasil penelitian
Kemampuan Menyimak

keterangan
20 anak
Sebelum penelitian
Siklus I
Siklus II
Mampu menyimak
9 anak
 (40,90 %)
13 Anak (63,63%)
16 anak

 (86,36  %)
Kemampuan menyimak yang optimal meningkat:
Siklus I dan II : 5 anak
   (22,72 %)

Tidak mampu menyimak
11 anak (59,09 %)
7 anak
(36,36 %)
4 anak
( 13,63 %)
Kemampuan menyimak belum optimal cenderung menurun

Kondisi awal sebelum menggunakan media “Tong-Tik” kemampuan menyimak anak banyak yang memerlukan bimbingan. Berangkat dari pemikiran bahwa anak usia dini adalah termasuk masa golden age yang memiliki kemampuan luar biasa yang perlu dikembangkan kemampuannya secara optimal maka peneliti melakukan perubahan kemampuan menyimak melalui media “Tong-Tik” yang harapannya pada siklus I mengalami perubahan kemampuan  menyimak secara optimal. Dari hasil pengamatan siklus I ada perubahan kemampuan dari 9 anak yang mampu membilang meningkat  menjadi 13 anak ( 63,63 %), kemudian peneliti melanjutkan kemampuan menyimak pada siklus II. Hasil pengamatan pada siklus II mengalami peningkatan dari 14 anak meningkat menjadi 16 anak (86,36 %) untuk lebih jelas dapat dilihat dari grafik di bawah ini:

Grafik Perkembangan kemampuan membilang  studi awal, siklus I dan siklus II



       Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa media “Tong-Tik” dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan menyimak anak. Dari 20 anak, yang sudah mampu ada 16 anak dan yang belum mampu 4 anak.
            Upaya yang dilakukan guru agar anak memiliki kemampuan menyimak secara optimal adalah meningkatkan perannya dalam mengendalikan suasana belajar yang menyenangkan melalui inovasi pembelajaran dengan menggunakan media “Tong-Tik”  dapat meningkatkan kemampuan menyimak siswa TK Islam Miftahul Ulum Gumayun rata-rata 40,90%.

Kelemahan penelitian
Penelitian ini mempunyai beberapa kelemahan yaitu:
1.      Pembuatan media dengan menggunakan kantong plastik memerlukan waktu yang sangat lama karena diperlukan kerapian dan kesesuaian dengan cerita yang akan disampaikan, dan yang sesuai dengan pembelajaran anak TK.
2.      Pembelajaran menyimak dengan menggunakan media “Tong-Tik” membutuhkan keterampilan dan kreativitas berbicara dari pendongeng. Juga saat pembuatannya yang perlu kejelian dan ketelatenan, jika ingin pembelajaran berhasil dengan baik karena anak berebut ingin mencoba.











BAB V
PENUTUP

A.   Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kami ambil setelah menyelesaikan pembuatan media mari menyimak untuk penelitian adalah sebagai berikut:
1.    Peranan media pembelajaran dalam proses pembelajaran adalah sebagai penyalur pesan. Media yang dikembangkan dengan baik diharapkan dapat membantu anak memahami pesan yang disampaikan kepadanya. Peran media ini sangat penting artinya mengingat perkembangan anak pada masa konkret, artinya anak diharapkan dapat mempelajari sesuatu secara nyata.
2.    Guru tidak selalu berperan sebagai penyampai materi karena penyajian materi bisa diganti oleh media ini. Peran guru bisa beralih menjadi fasilitator belajar, yaitu memberikan kemudahan bagi anak untuk belajar.
3.    Media mari menyimak ini dapat mengembangkan daya imajinasi anak dan dapat merangsang partisipasi anak. Sambil mendengarkan dan melihat merangsang anak untuk ikut menyimak sangat tepat untuk mengajarkan kepada anak mengenal kata-kata dan sekaligus menyimak dengan menggunakan cerita/dongeng yang menarik.
4.    Media mari menyimak ini juga dapat menarik perhatian anak sehingga  menciptakan suasana pembelajaran yang lebih menarik dan kreatif.
5.    Media “Tong-Tik” dapat meningkatkan kemampuan menyimak anak di Taman Kanak-Kanak kelompok A TK Islam Miftahul Ulum Gumayun. Namun dari 20 anak ada 4 anak kemampuan menyimak belum optimal.
B.   Rekomendasi
Berdasarkan fakta di lapangan peneliti merekomendasikan bahwa media “Tong-Tik” sebagai inovasi pembelajaran dapat diterapkan pada anak TK, karena pembelajarannya menyenangkan dan dapat digunakan kapan saja dan di mana saja.
C.   Saran
1.    Para guru hendaknya dapat meningkatkan kreatifitas dalam pembuatan media yang menarik bagi anak sebagai inovasi dalam pembelajaran.
2.    Peran media ini sangat penting dalam perkembangan anak pada masa konkrit, artinya anak diharapkan dapat mempelajari sesuatu secara nyata.  Media yang dikembangkan dengan baik diharapkan dapat membantu anak memahami pesan yang disampaikan kepadanya. Karena itu kami menyarankan kepada pihak penyelenggara pendidikan untuk lebih memperhatikan dan memfasilitasi guru tentang pengetahuan pembuatan media pembelajaran. Seperti mengadakan pelatihan, menyaksikan pameran media pembelajaran, dan lomba pembelajaran yang diadakan di tingkat nasional.








DAFTAR PUSTAKA


Depdiknas (2003), Petunjuk Pelaksanaan Belajar Mengajar,Penilaian, Pembuatan dan Penggunaan Alat Peraga di Taman Kanak-Kanak.Jakarta: Depdiknas.
Arsyad (2002). Media Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Karya Aksara.
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pemerintah Propinsi Jawa Tengah (2004), Penilaian Di Taman Kanak Kanak
Dewi salma P, (2007) Prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta UNJ
            Dasar-dasar Pendidikan TK  Soegeng Santoso Penerbit Universitas Terbuka
             , Metode Pengembangan Kognitif oleh Yuliani Nurani Sujiono Penerbit Universitas Terbuka
             , Media dan Sumber Belajar TK oleh Badru Zaman Penerbit Universitas Terbuka
Depdiknas(2004). Kurikulum 2004 standar Kompetensi TK/RA. Jakarta>Depdiknas
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (2009),
Matrik Taman Kanak-Kanak Kelompok A tahun 2009
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar Anda