30 November 2013

PTK TK - Tas Upin

KARYA TULIS ILMIAH

JUDUL
PENGGUNAAN MEDIA TAS UPIN UNTUK MENINGKATKAN
KARAKTER PERCAYA DIRI DAN KOMPETENSI MEMBILANG
BAGI SISWA KELOMPOK A SEMESTER I
TK ISLAM MIFTAHUL ULUM GUMAYUN
TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Disusun Untuk Mengikuti Lomba Penulisan Makalah Ilmiah PTK PAUDNI Tingkat Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013

Oleh : FUTICHA TURISQOH, S. PdI
TK  ISLAM MIFTAHUL ULUM GUMAYUN

UPTD DIKPORA KECAMATAN DUKUHWARU
KABUPATEN TEGAL
JAWA TENGAH
TAHUN 2013
KATA PENGANTAR

Puji syukur, alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, hidayah dan karunia-Nya. Sholawat serta salam terjunjung kepada Nabi Besar Muhammad saw. Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan karya tulis ini dengan baik dan sesuai yang diharapkan.
Karya tulis ini disusun guna mengikuti Lomba Penulisan Makalah Ilmiah PTK PAUDNI Tingkat Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013. Penulis menyadari tanpa bantuan bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak tidak dapat menyelesaikan karya tulis ini dengan baik. Untuk itu dalam kesempatan ini dengan rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada:
1.    Drs. Edy Pramono, Kepala Dinas Dikpora Kab. Tegal
2.    Any Tristiani, S.Pd. MM, Kepala UPTD Dikpora Kec. Dukuhwaru
3.    Mukti Amalatun, S. Pd, Pengawas TK/SD/SDLB Kec. Dukuhwaru
4.    Setyaningsih, S. Pd, Pengawas TK/SD/SDLB Kec. Dukuhwaru
5.    Dra. Siti Chafidzoh, Kepala TK Islam Miftahul Ulum Gumayun yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penyusun  dalam membantu pembuatan karya tulis ini.
6.    Keluarga dan rekan kerja serta pihak-pihak yang telah ikut mendukung penyusun dalam penyusunan karya tulis ini.
7.    Semoga Allah SWT membalas amal kebaikan yang telah diperbuat Bapak/Ibu/Saudara. Amin. Kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan karya tulis ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penyusun.
8.    Akhirnya penyusun berharap semoga karya tulis ini dapat memberikan sumbangsih terhadap dunia pendidikan dan bermanfaat bagi penyusun khususnya serta pembaca pada umumnya.

                                                                         Gumayun, 28 Agustus 2013
                                                                                               Penulis

DAFTAR ISI 


HALAMAN JUDUL...................................................................................     i
KATA PENGANTAR.................................................................................     ii
DAFTAR ISI...............................................................................................     iii
ABSTRAK..................................................................................................     iv
BAB I  PENDAHULUAN..........................................................................     1
A.   Latar Belakang..............................................................................     1
B.   Identifikasi Masalah.....................................................................     4
C.   Pembatasan Masalah..................................................................     4
D.   Rumusan Masalah.......................................................................     5
E.   Tujuan Penelitian.........................................................................     5
F.    Manfaat Penelitian.......................................................................     6
BAB II  Kerangka Teoritis, Kerangka Berpikir, dan Hipotesis............     7
A.   Kerangka Teoritis..........................................................................     7
A.1. Pengertian Media.................................................................     7
A.2. Pengertian Tas......................................................................     8
A.3. Pengertian Tas Upin............................................................     9
A.4. Pengertian Karakter.............................................................     11
A.4. Pengertian Percaya Diri......................................................     12
A.4. Pengertian kompetensi.......................................................     15
A.4. Pengertian Membilang........................................................     17
A.5. Tujuan Membilang...............................................................     21
A.6. Pelaksanaan Media Tas Upin............................................     22
B.   Temuan Hasil Penelitian yang Relevan..................................     23
C.   Kerangka Berpikir.........................................................................     24
D.   Hipotesis Tindakan.......................................................................     27
BAB III  PELAKSANAAN PENELITIAN................................................     28
A.   Setting Penelitian.........................................................................     28
B.   Subjek Penelitian.........................................................................     28
C.   Sumber Data.................................................................................     28
D.   Tehnik dan Alat Pengumpul Data.............................................     29
E.   Validasi Data dan Analisis Data................................................     29
F.    Tingkat Pencapaian Perkembangan/Indikator........................     30
G.   Prosedur Penelitian.....................................................................     30
BAB IV  HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...........................     40
A.   Hasil Penelitian.............................................................................      40
A.1 Deskripsi Model Tindakan....................................................     40
A.2 Deskripsi Model Tindakan Siklus I.....................................     40
A.3 Deskripsi Model Tindakan Siklus II....................................     47
A.4 Deskripsi Hasil Tindakan Siklus I.......................................     51
A.5 Deskripsi Hasil Tindakan Siklus II......................................     53
B. Pembahasan Hasil Penelitian......................................................     56
BAB V  PENUTUP....................................................................................     62
A.   Kesimpulan...................................................................................     62
B.   Implikasi/Rekomendasi...............................................................     63
C.   Saran..............................................................................................     63
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................     65
LAMPIRAN
ABSTRAK



PENGGUNAAN MEDIA TAS UPIN UNTUK MENINGKATKAN KARAKTER PERCAYA DIRI DAN KOMPETENSI MEMBILANG BAGI SISWA   KELOMPOK A SEMESTER I TK ISLAM MIFTAHUL ULUM GUMAYUN  TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Futicha Turisqoh, S. PdI, Guru Kelas A1 TK Islam Miftahul Ulum Gumayun

Penelitian ini bertujuan: untuk meningkatkan karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak, mampu membuat urutan bilangan 1-10, membilang dengan menunjuk benda, menunjukkan urutan benda, menghubungkan lambang bilangan dengan benda dengan menggunakan media Tas Upin di TK Islam Miftahul Ulum Gumayun tahun pelajaran 2013/2014.

Subyek penelitian ini adalah guru dan anak pada anak kelompok A1 TK Islam Miftahul Ulum Gumayun yang berjumlah 16 anak yang terdiri dari 9 anak laki-laki dan 7 anak perempuan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan observasi dan dokumentasi. Dari hasil analisi Bab IV disimpulkan bahwa  media Tas Upin dapat meningkatkan karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak pada kelompok A di TK Islam Miftahul Ulum Gumayun tahun pelajaran 2013/2014. Rancangan penelitian tindakan kelas (Class/Room Action) berbentuk siklus-siklus seolah-olah merupakan proses daur ulang, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.

Dari siklus-siklus kegiatan yang telah dilaksanakan diperoleh hasil sebagai berikut : Siklus I prosentasi siswa yang percaya diri dan mampu membilang sebanyak 12 anak (73,63%)), pada siklus II disajikan dengan media tas Upin  prosentase keberhasilan menjadi 14 anak (86, 36%), sehingga dapat dikatakan bahwa penelitian ini telah berhasil.


Kata kunci: Tas Upin, Percaya Diri, Membilang


BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Menurut Permendiknas No. 58 Tahun 2009 dan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Dalam hal ini, guru di Taman Kanak-Kanak dituntut untuk membantu anak didik mengembangkan potensi baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik motorik, kemandirian dan seni untuk siap memasuki pendidikan selanjutnya.
Idealnya, anak kelompok A TK Islam Miftahul Ulum Gumayun memiliki karakter percaya diri dan kompetensi membilang. Namun demikian, pada kenyatannya banyak anak yang masih belum percaya diri dan mampu membilang dalam kegiatan pembelajaran membilang di sekolah. Pada saat mereka diberi tugas untuk membilang, mereka merasa malu dan ragu bahkan takut dalam menjawab pertanyaan guru. Hal ini menandakan bahwa mereka masih belum mampu membilang dengan baik. Berdasarkan pengamatan peneliti, presentase karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak kelompok A TK Islam Miftahul Ulum Gumayun baru mencapai 40,90 % (kategori mulai terlihat). Padahal menurut panduan pendidikan, diharapkan guru dapat menanamkan nilai-nilai karakter bangsa seperti percaya diri sampai pada kategori membudaya.
Rendahnya karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak kelompok A TK Islam Miftahul Ulum Gumayun tersebut berdampak pada rendahnya aktivitas belajar. Berdasarkan kajian empiris yang pernah dilakukan guru sekaligus sebagai peneliti melalui pengamatan yang dilakukan saat pembelajaran membilang dengan menggunakan media-media yang biasa digunakan selama ini ternyata masih belum cukup meningkatkan karakter percaya diri dan kompetensi membilang dalam aktivitas pembelajaran membilang yang dilakukan anak kelompok A TK Islam Miftahul Ulum Gumayun Tahun Pelajaran 2013/2014. Hal ini menunjukkan bahwa karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak masih rendah.
Oleh karena itu, untuk mengatasi rendahnya karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak kelompok A TK Islam Miftahul Ulum Gumayun, penulis memberikan solusi alternatif dengan menggunakan media Tas Upin, yaitu media inovatif  yang unik dan menarik serta membuat anak jadi pintar membilang dan penuh percaya diri.
Penulis menggunakan media Tas Upin karena memiliki beberapa  keunggulan, di antaranya sebagai berikut:
1.    Proses pembuatannya yang unik dan menarik, dimana bahan yang digunakan pada bagian luar adalah terbuat dari susunan wadah pembungkus susu dan kopi susu sachetan/kemasan, yang dijahit/dirangkai selang-seling menjadi sebuah tas berbentuk ransel, yang nyaman dipakai anak dan ringan saat dibawa, sehingga anak suka mengenakannya. Kemudian pada bagian dalam dilapisi kain flannel dengan warna hijau cerah yang disukai anak sehingga anak termotivasi untuk belajar. Untuk warna bisa disesuaikan dengan selera pemakai.
2.    Proses kegunaannya yang multiguna, dimana Tas Upin selain berfungsi layaknya tas pada umumnya, yaitu untuk membawa benda-benda, juga bisa berfungsi sebagai alat peraga edukatif. Sebab, jika Tas Upin tersebut dibuka dan dibentangkan/dilepas perekat-perekatnya, maka Tas Upin akan berubah menjadi nampan panjang yang bisa digunakan untuk belajar,  sehingga dari keunikannya tersebut, Tas Upin menjelma menjadi tas pintar, karena membuat anak-anak menjadi pintar/pandai membilang.
3.    Proses kekuatannya, dimana Tas Upin merupakan alat peraga edukatif yang bisa bertahan lama atau bisa digunakan bertahun-tahun selama guru bisa menjaganya agar tidak sampai rusak.
4.    Proses daur ulang yang baik, dimana bahan yang dibuat adalah dari bahan bekas atau yang sudah bisa menjadi sampah, tapi bisa dimanfaatkan menjadi media pembelajaran yang sangat baik dan mengasikkan. Dan meskipun terbuat dari barang bekas, Tas Upin terlihat seperti barang baru yang pantas dipajang dan dikenakan siswa untuk belajar membilang. Apalagi ika melihat fenomena sekarang ini, dimana sampah-sampah terbuang percuma, mungkin Tas Upin merupakan salah satu media “penolong” dalam mengatasi solusi “pembuangan” sampah yang positif dan mendidik.
B.  Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas dapat diidentifikasi hal-hal sebagai berikut:
1. Mengapa karakter percaya diri anak rendah, padahal guru sudah berusaha mengarahkan dan membimbing anak untuk mengikuti pembelajaran dengan baik?
2. Mengapa kompetensi membilang anak pada materi pembelajaran membilang masih rendah, padahal guru sudah membimbing dan megarahkan anak untuk mengikuti pembelajaran membilang dengan baik ?
3. Apakah guru dalam pembelajaran di kelas belum mamanfaatkan media-media yang ada di lingkungan sekitar secara maksimal?
4. Apakah guru dalam pembelajaran di kelas belum menggunakan media yang menarik, sehingga aktivitas belajar anak rendah?
5. Apakah guru dalam pembelajaran di kelas belum menerapkan model pembelajaran yang menarik perhatian anak, sehingga karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak  rendah?

C. Pembatasan Masalah
Agar permasalahan dalam penelitian ini tidak meluas, perlu adanya pembatasan masalah. Dari identifikasi masalah yang sudah diuraikan di atas maka yang menjadi pokok permasalahan adalah model dan media pembelajaran apakah yang akan digunakan untuk meningkatkan karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak. Model dan media yang dimaksud dalam penelitian ini adalah model pembelajaran dengan menggunakan  media Tas Upin.

D. Rumusan Masalah
1.     Bagaimanakah proses penggunaan media Tas Upin dapat meningkatkan karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak didik kelompok  A TK Islam Miftahul Ulum Gumayun Semester 1 Tahun Pelajaran 2013-2014?
2.     Seberapa besarkah peningkatan karakter percaya diri anak didik kelompok A TK Islam Miftahul Ulum Gumayun Semester 1 Tahun Pelajaran 2013-2014?
3.     Seberapa besarkah peningkatan kompetensi membilang anak didik kelompok A TK Islam Miftahul Ulum Gumayun Semester 1 Tahun Pelajaran 2013-2014?

E. Tujuan Penelitian
1.     Untuk mendeskiripsikan proses penggunaan media Tas Upin dapat meningkatkan karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak didik kelompok  A TK Islam Miftahul Ulum Gumayun Semester 1 Tahun Pelajaran 2013-2014.
2.     Untuk mengetahui besarnya peningkatan karakter percaya diri anak didik kelompok A TK Islam Miftahul Ulum Gumayun Semester 1 Tahun Pelajaran 2013-2014
3.     Untuk mengetahui besarnya peningkatan kompetensi membilang anak didik kelompok A TK Islam Miftahul Ulum Gumayun Semester 1 Tahun Pelajaran 2013-2014.

F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
Bagi Anak Didik:
a.    Agar anak dapat memahami konsep membilang 1-5
b.    Agar anak dapat memahami bilangan 1-10
c.    Agar anak dapat membilang (mengenal konsep bilangan dengan benda benda) sampai 10
d.    Agar  anak lebih tertarik belajar membilang
e.    Untuk menciptakan suasana belajar yang lebih menyenangkan
Bagi Guru:
1.    Agar menambah wawasan tentang media Tas Upin sebagai media membilang
2.    Sebagai media pembelajaran alternatif bagi guru yang kreatif dan inovatif dalam mengemas proses pembelajaran sehingga anak merasa senang dan tidak bosan.
f.     Bagi Sekolah
1.    Sebagai sumbangan pemikiran dalam rangka meningkatkan kualitas peserta didik  TK Islam Miftahul Ulum Gumayun.
2.    Meningkatkan kualitas pembelajaran     .


BAB II
KERANGKA TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

A. KERANGKA  TEORITIS
A.1. PENGERTIAN MEDIA
Media adalah perantara atau pengantar, secara khusus dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk membawa informasi dari satu sumber kepada penerima.
Gagne dan Biggs (dikutip Arsyad, 2002) menyatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran yang antara lain terdiri atas: buku, tape recorder, film, foto, grafik, kaset, video kamera, televisi, computer, dan lain lain.
Depdiknas (2003) menyatakan bahwa media pembelajaran adalah media pendidikan yang secara khusus digunanakan untuk mencapai tujuan tertentu yang sudah dirumuskan. Media ini disebut juga sebagai alat peraga atau alat bantu yang digunakan guru untuk mempermudah tugas dalam mengajar sama halnya dengan Audio Visual Aids (AVA) sebagai media pembelajaran.
Media pembelajaran memiliki beberapa manfaat seperti dikemukakan oleh Kemp dan Deyton (1995) yaitu:
1. Penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan
2. Proses pembelajaran lebih menarik.
3. Proses pembelajaran lebih interaktif
4. Jumlah waktu mengajar dapat dikurangi
5. Kualitas belajar siswa dapat lebih ditingkatkan.
6. Proses pembelajaran dapat terjadi dimana saja dan kapan saja
7. Sikap positif siswa terhadap proses belajar dapat dioptimalkan.
8. Peran guru dapat berubah kearah yang lebih positif dan produktif.
Selain banyak manfaat yang kita peroleh Media juga mempunyai peran dalam pembelajaran, menurut Ahmad Rohani (1997) peran media pembelajaran adalah:
a.   Mengatasi perbedaan pengalaman pribadi peserta didik.
b.   Mengatasi ruang-ruang kelas
c.   Mengamati benda yang terlalu kecil
d.   Mengamati benda yang bergerak terlalu cepat dan terlalu lambat.
e.   Mengamati suara yang halus untuk didengar
f.    Mengamati peristiwa-peristiwa alam.
g.   Media pembelajaran berperan membangkitkan minat belajar yang baru.

. A.2. PENGERTIAN TAS
Tas adalah wadah tertutup yang dapat dibawa bepergian. Materi untuk membuat tas antara lain adalah kertas, plastik, kulit, kain, dan lain-lain. Biasanya digunakan untuk membawa pakaian, buku, dan lain-lain. Tas yang dapat digendong di punggung disebut ransel, sedangkan tas yang besar untuk memuat pakaian disebut koper (dari bahasa Belanda koffer). Ada pula tas yang hanya berbentuk kotak yang biasanya dipergunakan oleh kaum wanita untuk membawa peralatan kecantikannya, biasanya disebut dengan tas kecantikan atau beauty case .

A.3. PENGERTIAN TAS UPIN
Pendapat AECT (Association For Education Communication Technology) dalam Arsyad mendefinisikan bahwa “Media adalah segala bentuk yang dipergunakan untuk menyalurkan pesan informasi” (Arsyad,2002:11). Dan media Tas Upin yang merupakan akronim dari Tas Unik dan Pintar adalah media yang murah dan mudah dicari, yang bisa kita kreasikan menjadi alat peraga dalam proses belajar mengajar. Unik pembuatannya, karena tas tersebut bagian luarnya terbuat dari bungkus/wadah susu dan kopi susu kemasan/sachetan yang sudah tidak terpakai lagi. Artinya, dari sampah/barang bekas pun bisa kita kreasikan menjadi alat peraga edukatif, berbentuk tas. Disebut tas unik juga karena jika tas tersebut dibuka dan dibalik akan membentuk nampan yang berfungsi untuk pembelajaran anak, dimana pada bagian dalamnya terbuat dari kain flannel yang berwarna cerah, sehingga dapat memotivasi anak untuk belajar. Disebut tas pintar karena tas tersebut bisa membuat anak menjadi pintar, sebab dari tas tersebut anak-anak akan senang belajar mengenal angka, huruf, dan benda-benda lainnya yang dapat meningkatkan kompetensi belajar anak.
Adapun cara pembuatan Tas Upin adalah sebagai berikut:
1.    Bungkus susu putih dan kopi susu sachetan/kemasan yang sudah tidak terpakai dikumpulkan, lalu disusun dan dirangkai dengan cara dijahit agar kuat dan tidak cepat lepas hingga susunan membentuk persegipanjang. Karena pembungkus susu dan kopi susu kemasan tersebut tipis, sebagai penguat maka dilapisi kain yang kuat, dalam hal ini penulis menggunakan kain flannel berwarna hijau cerah. Penulis memilih kain flannel dengan pertimbangan: kainnya kuat, lembut di tangan, dan penuh warna yang disukai anak. Setelah itu, pada bagian pinggir dilapisi dengan bahan yang tidak mudah robek dan kuat. Pada bagian dalam, pada pinggir kain flannel diberi perekat, agar jika ditutup bisa menempel dan membentuk tas. Kemudian, sebagai pelengkap, tas tersebut diberi tali gantungan yang merupakan sambungan dari pelapis pinggir tas. Penulis memilih warna biru karena warnanya yang bagus dan menarik bagi anak.
2.    Sebagai media belajar, penulis melengkapi isi tas dengan angka-angka untuk belajar membilang. Angka-angka yang dibikin oleh penulis terbuat dari kain flannel yang berwarna-warni, sebab dunia anak adalah penuh warna, jadi untuk merangsang dan memotivasi anak, gunakan warna-warna yang cerah. Selain berfungsi untuk meningkatkan kompetensi membilang anak, juga bisa mengenalkan macam-macam warna kepada anak.
Dengan memanfaatkan barang bekas, kita bisa berkreasi membuat media/alat peraga tanpa harus membeli media dari benda-benda mahal yang biasa dijual di toko-toko alat peraga, selain bisa melatih daya imajinasi kita dalam membuat karya yang unik dan mendidik untuk anak didik kita. Kita bahkan bisa belajar bersama anak-anak didik kita cara menghitung benda dan mengenal tulisan-tulisan untuk memacu keberanian anak untuk berbicara dari media tas upin tersebut. Hal ini juga bisa melatih kreativitas anak dalam berkarya melalui benda-benda yang sudah tidak digunakan lagi, salah satunya wadah/bungkus produk bekas.
A.4. PENGERTIAN KARAKTER
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Karakter memiliki arti:
1). Sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain.
 2).Karakter juga bisa bermakna "huruf".
Menurut (Ditjen Mandikdasmen - Kementerian Pendidikan Nasional), Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat,  bangsa  dan  negara.  Individu  yang  berkarakter  baik  adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat.
W.B. Saunders, (1977: 126) menjelaskan bahwa karakter adalah sifat nyata dan berbeda yang ditunjukkan oleh individu, sejumlah atribut yang dapat diamati pada individu.
Gulo W, (1982: 29) menjabarkan bahwa karakter adalah kepribadian ditinjau  dari titik  tolak etis  atau  moral,  misalnya kejujuran seseorang, biasanya mempunyai kaitan dengan sifat-sifat yang relatif tetap.
Kamisa, (1997: 281) mengungkapkan bahwa karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak. Berkarakter artinya mempunyai watak, mempunyai kepribadian.
Wyne mengungkapkan bahwa kata karakter berasal dari bahasa Yunani “karasso” yang berarti “to mark” yaitu menandai atau mengukir, yang memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Oleh sebab itu seseorang yang berperilaku tidak jujur, kejam atau rakus dikatakan sebagai orang yang berkarakter jelek, sementara orang yang berprilaku jujur, suka menolong dikatakan sebagai orang yang berkarakter mulia. Jadi istilah karakter erat kaitannya dengan personality (kepribadian) seseorang.
Alwisol menjelaskan pengertian karakter sebagai penggambaran tingkah laku dengan menonjolkan nilai (benar-salah, baik-buruk) baik secara eksplisit maupun implisit. Karakter berbeda dengan kepribadian kerena pengertian kepribadian dibebaskan dari nilai. Meskipun demikian, baik kepribadian (personality) maupun karakter berwujud tingkah laku yang ditujukan kelingkungan sosial, keduanya relatif permanen serta menuntun, mengerahkan dan mengorganisasikan aktifitas individu.
Definisi Karakter - Menurut bahasa, karakter adalah tabiat atau kebiasaan. Sedangkan menurut ahli psikologi, karakter adalah sebuah sistem keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkan tindakan seorang individu. Karena itu, jika pengetahuan mengenai karakter seseorang itu dapat diketahui, maka dapat diketahui pula bagaimana individu tersebut akan bersikap untuk kondisi-kondisi tertentu. Dilihat dari sudut pengertian, ternyata karakter dan akhlak tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Keduanya didefinisikan sebagai suatu tindakan yang terjadi tanpa ada lagi pemikiran lagi karena sudah tertanam dalam pikiran, dan dengan kata lain, keduanya dapat disebut dengan kebiasaan. 

A.   5. PENGERTIAN PERCAYA DIRI
Menurut Thantaway dalam Kamus istilah Bimbingan dan Konseling (2005:87), percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis diri seseorang yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan sesuatu tindakan. Anak yang tidak percaya diri memiliki konsep diri negatif, kurang percaya pada kemampuannya, karena itu sering menutup diri.

Macam-Macam Percaya Diri:

Kalau melihat ke literatur lainnya, ada beberapa istilah yang terkait dengan persoalan pede/percaya diri yaitu ada empat macam, yaitu :
1.      Self-concept: bagaiman kita menyimpulkan diri kita secara keseluruhan, bagaimana kita melihat potret diri kita secara keseluruhan, bagaimana kita mengkonsepsikan diri kita secara keseluruhan.
2.      Self-esteem: sejauh mana kita punya perasaan positif terhadap diri kita, sejauhmana kita punya sesuatu yang kita rasakan bernilai atau berharga dari diri kita, sejauh mana kita meyakini adanya sesuatu yang bernilai, bermartabat atau berharga di dalam diri kita.
3.      Self efficacy: sejauh mana kita punya keyakinan atas kapasitas yang kita miliki untuk bisa menjalankan tugas atau menangani persoalan dengan hasil yang bagus (to succeed). Ini yang disebut dengan general self-efficacy. Atau juga, sejauhmana kita meyakini kapasitas kita di bidang kita dalam menangani urusan tertentu. Ini yang disebut dengan specific self-efficacy.
4.      Self-confidence: sejauhmana kita punya keyakinan terhadap penilaian kita atas kemampuan kita dan sejauh mana kita bisa merasakan adanya “kepantasan” untuk berhasil. Self confidence itu adalah kombinasi dari self esteem dan self-efficacy (James Neill, 2005)
Berdasarkan paparan tentang percaya diri, kita juga bisa membuat semacam kesimpulan bahwa percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis seseorang, dimana individu dapat mengevaluasi keseluruhan dari dirinya sehingga memberi keyakinan kuat pada kemampuan dirinya untuk melakukan tindakan dalam mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya.
Akibat Kurang Percaya Diri:
Ketika ini dikaitkan dengan praktek hidup sehari-hari, anak yang memiliki kepercayaan diri rendah atau telah kehilangan kepercayaan, cenderung merasa / bersikap sebagai berikut :
a.       Tidak memiliki sesuatu (keinginan, tujuan, target) yang diperjuangkan secara sungguh sungguh.
b.       Tidak memiliki keputusan melangkah yang decissive (ngambang)
c.       Mudah frustasi atau give-up ketika menghadapi masalah atau kesulitan
d.       Kurang termotivasi untuk maju, malas-malasan atau setengah-setengah
e.       Sering gagal dalam menyempurnakan tugas-tugas atau tanggung jawab (tidak optimal)
f.        Canggung dalam menghadapi orang
g.       Tidak bisa mendemonstrasikan kemampuan berbicara dan kemampuan mendengarkan yang meyakinkan
h.      Sering memiliki harapan yang tidak realistis
i.        Terlalu perfeksionis
j.        Terlalu sensitif (perasa)
Sebaliknya, anak yang mempunyai kepercayaan diri  bagus, mereka memiliki perasaan positif terhadap dirinya, punya keyakinan yang kuat atas dirinya dan punya pengetahuan akurat terhadap kemampuan yang dimiliki. Anak yang punya kepercayaan diri bagus bukanlah anak yang hanya merasa mampu (tetapi sebetulnya tidak mampu) melainkan adalah anak yang mengetahui bahwa dirinya mampu berdasarkan pengalaman dan perhitungannya.

A.6. PENGERTIAN  KOMPETENSI
Menurut definisi dari berbagai referensi, kompetensi adalah: (1) Kemampuan yang sesuai dengan kebutuhan; Kemampuan atau kecakapan yang cukup/memadai; Keadaan cakap, mampu, tangkas. (2) Properti atau sarana penopang yang memadai untuk melengkapi kebutuhan dan kenyamanan hidup tanpa jumlah yang berlebih-lebihan (3) Dalam hukum: kapasitas hukum, kualifikasi, kekuasaan, yurisdiksi, atau kesesuaian, seperti kompetensi seorang saksi untuk bersaksi, kompetensi hakim untuk mengadili sebuah kasus.
Istilah kompetensi dalam pendidikan mulai populer di Indonesia seiring dengan munculnya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pada tahun 2004, yang disempurnakan menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi lebih menekankan pada kompetensi peserta didik, atau kemampuan apa yang harus dimiliki oleh siswa setelah melakukan proses pembelajaran tertentu.
Peserta didik dalam Undang-Undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu, dengan tujuan meningkatkan kompetensi peserta didik.
Kompetensi peserta didik adalah kemampuan yang harus dimiliki/dicapai peserta didik setelah mengikuti pembelajaran. Kemampuan tersebut adalah perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Seseorang yang telah memiliki kompetensi dalam bidang tertentu bukan hanya mengetahui, tetapi juga dapat memahami dan menghayati bidang tersebut yang tercermin dalam pola perilaku sehari-hari.
Kompetensi peserta didik pada setiap tingkat dan/atau semester terdiri atas Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD). Secara detil, klasifikasi kompetensi peserta didik mencakup:
Kompetensi Lulusan, yaitu kemampuan minimal yang harus dicapai oleh peserta didik setelah tamat mengikuti pendidikan pada jenjang atau satuan pendidikan tertentu. Misalnya, kompetensi lulusan SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK. Dilihat dari tujuan kurikulum, kompetensi lulusan termasuk tujuan institusional.
Kompetensi Standar, yaitu kemampuan minimal yang harus dicapai setelah anak didik menyelesaikan suatu mata pelajaran tertentu pada setiap jenjang pendidikan yang diikutinya. Misalnya, kompetensi yang harus dicapai oleh mata pelajaran IPA di SD, matematika di SD, dan lain sebagainya. Dilihat dari tujuan kurikulum, kompetensi standar termasuk pada tujuan kurikuler.
Kompetensi Dasar, yaitu kemampuan minimal yang harus dicapai peserta didik dalam penguasaan konsep atau materi pelajaran yang diberikan dalam kelas pada jenjang pendidikan tertentu. Dilihat dari tujuan kurikulum, kompetensi termasuk pada tujuan pembelajaran.
Ketiga macam kompetensi peserta didik tersebut, terkait erat satu sama lain. Kompetensi Dasar harus senantiasa mengacu pada Kompetensi Standar (Standar Kompetensi), dan Kompetensi Standar harus senantiasa mengacu pada Kompetensi Lulusan.

A.7. PENGERTIAN MEMBILANG
Piagets (1965) mengemukakan bahwa untuk mengenal bilangan, ada beberapa konsep dasar yang harus dikuasai oleh anak, yaitu  konsep klasifikasi  (classification), urutan  (seriatoin-ordering), hubungan satu-satu (one to one correspondence) dan konservasi (conservation).
Pada masa usia 4-6 tahun anak membutuhkan benda untuk memahami konsep bilangan. Penguasaan konsep tersebut melalui beberapa tahap yaitu:
a.   Tahap  konsep
Konsep klasifikasi menyangkut hubungan persamaan dan perbedaan. Kegiatan seperti mengelompokkan benda-benda yang sama menurut karakteristik tertentu (warna, ukuran, bentuk) merupakan latihan klasifikasi.
b.   Tahap Urutan
Konsep kedua, urutan sangat penting dalam mengenal bilangan. Pada tahap awal, anak dapat dilatih mengurutkan angka secara urut dari satu, dua tiga dan seterusnya sampai anak mengingatnya. Berdasarkan penelitian sebelumnya Payne, et al (Coplay, 2001:56 ) bahwa anak usia dini dapat sampai sepuluh atau lebih.
c.   Tahap hubungan satu-satu
Konsep ketiga, korespondensi satu-satu memerlukan pemahaman bahwa satu benda dalam satu rangkaian mempunyai jumlah yang sama dengan satu benda dalam rangkaian lain, meskipun karakteristiknya berbeda. Anak dapat dilatih membagi benda setiap orang satu atau menghubungkan  angka 1 dengan jumlah benda yang sama yaitu1, angka 2 dengan 2 benda dan seterusnya atau topi pasangannya kepala dan sebagainya.
d.   Konsep keempat konservasi, berarti banyaknya suatu benda akan tetap sama, meskipun tempatnya berubah-ubah. Ada dua macam konservasi,  yaitu  konservasi kuantitas (memindahkan segelas air ke berbagai bentuk tabung) dan konservasi jumlah (jumlah beberapa benda tidak berubah, meskipun benda tersebut diubah-ubah tempatnya atau dipisah-pisah). Para pendidik sekarang merasakan bahwa konsep dasar bilangan ini ternyata juga penting bagi penguasaan materi matematika secara keseluruhan.
Berdasarkan teori Piaget, dalam penelitiannya Underbill, Uprichard, dan Heddens (1980) mengidentifikasi tiga tahap perkembangan penguasaan matematika, yaitu tahap konkrit, tahap semi konkrit, dan tahap abstrak.
Tahap konkrit menyangkut memanipulasi benda. Kegiatan manipulasi benda kemudian dikaitkan dengan proses berhitung. Untuk mengajarkan penjumlahan bilangan s.d 5. Dalam mengajarkan konsep bilangan  satu-satu pada tahap konkritdi mulai dengan menghitung benda - benda, guru dapat menugasi anak untuk menyediakan masing-masing satu tutup untuk beberapa gelas minuman atau membagikan masing-masing sebuah pensil kepada semua anak di kelas. Beberapa anak masih harus melibatkan kegiatan konkrit,  misalnya menghitung dengan jari dalam menyelesaikan soal penjumlahan, menghitung dengan daun, permainan menjepit di kertas bentuk lingkaran atau jemuran,  pengalaman konkrit sangat penting dalam mengembangkan ketrampilan belajar pada tahap ini.
Dunlap dan Brennan (1979) menekankan penggunaan alat bantu belajar yang dimanipulasi/dipindah-pindahkan, misalnya lidi, krikil, balok beraneka ukuran dan warna. Namun demikian, penggunaannya harus direncanakan dengan baik, sehingga tidak menimbulkan kesan main-main di hadapan anak. Mereka menyampaikan pedoman sebagai berikut:
1.      Sebelum mulai dengan konsep abstrak, pembelajaran harus maju bertahap dari pengalaman konkrit/manipulatif ke pengalaman semikonkrit.
2.      Tujuan utama penggunaan alat bantu manipulatif adalah membantu anak memahami dan mengembangkan imajinasi proses matematika.
3.      Kegiatan belajar harus menggambarkan proses yang sebenarnya. Misalnya, harus ada kaitan erat antara kegiatan manipulatif dengan tugas matematika. Dengan kata lain, kegiatan manipulatif memang hanya dilakukan untuk memecahkan matematika.
4.      Beberapa macam kegiatan manipulatif diperlukan dalam mengajarkan satu konsep. Misalnya, untuk mengajarkan konsep penjumlahan dapat dipakai permainan jual beli dan memberi/menerima.
5.      Alat bantu harus digunakan oleh anak secara individual.
6.      Pengalaman dengan kegiatan manipulatif harus melibatkan benda-benda yang bergerak. Proses belajar terjadi dari kegiatan anak manipulasi alat bantu, bukan dari alat bantu yang diam.
Pada tahap  semi konkrit, guru menggunakan berbagai simbol benda, misalnya garis, lingkaran, titik, dsb. Ada pakar yang membagi masa ini menjadi dua, yaitu tahap semi konkrit dan semi abstrak. Tahap semi konkrit berarti memanfaatkan gambar dari benda-benda nyata (gambar burung, meja, bintang,- pensil. dsb). Sedangkan tahap semi abstrak adalah menggunakan garis-garis lidi (misalnya //// =4). Tekanan pada tahap ini adalah penanaman asosiasi antara model fisual dengan proses simbol.
Pada tahap abstrak, anak sudah mampu menggunakan angka. Misalnya hitungan pada tahap ini sudah dapat berupa pengajaran soal matematika hanya dengan angka. Anak yang mengalami kesulitan belajar mungkin memerlukan banyak pengalaman dan latihan pada tahap semikonkrit dan konkrit untuk menggunakan angka secara bermakna anak usia 3 – 5 tahun menurut piaget akan memahami beberapa konsep yaitu: Konsep dasar lebih besar dan  lebih kecil, Korespodensi satu-satu, Bilangan cardinal, Bilangan ordinal, Konsep himpunan.

A.8. TUJUAN  MEMBILANG
Tujuan yang ingin dicapai dari konsep membilang adalah  agar anak mengetahui dasar-dasar pembelajaran membilang, anak diharapkan mampu mengenal dan memahami konsep bilangan, transisi dan lambang sesuai dengan jumlah benda-benda pengenalan bentuk lambang dan dapat mencocokkan sesuai dengan lambang bilangan.
Secara khusus tujuan pembelajaran membilang  di taman kanak-kanak adalah:
1.      Dapat berpikir logis dan sistematis sejak dini, melalui pengamatan  terhadap benda-benda konkrit, gambar-gambar, atau angka-angka yang terdapat disekitar anak-anak.
2.      Memiliki ketelitian, konsentrasi, abstraksi dan daya apresiasi yang tinggi.
3.      Memiliki pemahaman konsep ruang dan waktu serta dapat memperkirakan kemungkinan urutan sesuatu peristiwa terjadi disekitarnya.
4.      Memiliki kreatifitas dan imajinasi dalam menciptakan sesuatu secara spontan.



B. PELAKSANAAN  MEDIA TAS UPIN
Pembelajaran interaktif adalah pembelajaran yang menghasilkan pertukaran pikiran, perasaan, dan gagasan antara dua orang atau lebih untuk menghasilkan efek timbal balik (Brown, 1980:159).
Pembelajaran interaktif adalah suatu kaedah yang melibatkan interaksi antara guru dengan murid, murid dengan murid atau murid dengan alat peraga. Untuk itu perlu dilakukan beberapa situasi dan kondisi dalam pembelajaran mari membilang melalui media Tas Upin . Pelaksanaan tindakan tertulis pada tabel 2.1 berikut ini:

Tabel 2.1. Teknik penyampaian pembelajaran media Tas Upin
Media Tas Upin
membilang dapat diberikan secara individual
Media Tas Upin
 membilang dapat diberikan secara kelompok (10-30) anak
Media Tas Upin
membilang dapat diberikan kepada anak dalam jumlah siswa yang besar (80-100) anak.
1.    Guru duduk di samping anak
1.    Anak duduk dengan posisi setengah lingkaran atau leter  u di kursi maupun di lantai.
1.    Anak  duduk berbanjar, duduk di atas lantai.
2.    Tas Upin diperagakan dan dibuka lalu diletakkan di atas meja.
2.    Guru duduk di dekat Tas Upin untuk  memotivasi anak
2.     Guru duduk di sebelah Tas Upin dengan memegang angka
3.    Mulai dengan mengambil angka
3.    Guru mengambil angka dan menunjukkan kepada anak
3.    Tas Upin di buka dan diletakkan di atas meja, agar guru lebih leluasa menyampaikan materi
4.    Guru menjelaskan dengan singkat nama benda (Tas Upin, angka)
4.    Guru menjelaskan materi membilang secara singkat
4.    Guru menjelaskan dengan singkat Tas Upin dan angka-angka dengan memberi pertanyaan kepada anak
5.    Guru membimbing mengurutkan angka.
5.    Guru membimbing mengurutkan angka kemudian menghitung bendanya
5.    Guru membimbing mengurutkan dan menghubungkan angka 1-10 dengan menghitung bendanya.

C. Temuan Hasil Penelitian yang Relevan
Dari beberapa peneliti menyatakan bahwa: mengenal angka dengan berbagai media yang menarik seperti penelitian yang sebelumnya yang dilakukan oleh  Siti Khodijah dari Universitas Terbuka (2011) menyatakan memanfaatkan media kartu angka dapat meningkatkan karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak dalam menyebutkan lambang bilangan dengan menunjukkan benda sampai 5. Demikian juga Titin ( 2010) melakukan penelitian dengan menggunakan media kayu angka untuk meningkatkan karakter percaya diri dan kompetensi membilang pada anak TK, sementara  Andriyani mengenalkan  media dadu digunakan untuk mengembangkan karakter percaya diri dan kompetensi membilang pada anak usia dini.

D. Kerangka Berpikir
Untuk memperjelas dan mempermudah alur pikiran tentang pembelajaran  membilang 1-10 dengan media Tas Upin sebagai usaha untuk meningkatkan karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak dengan rancangan model penelitian tindakan kelas melalui kolaborasi guru kelompok A dan menggunakan model proses.  Menurut Model Kurt Lewin Konsep pokok penelitian tindakan terdiri dari empat komponen, yaitu ; a) perencanaan (planning), b) tindakan (acting), c) pengamatan (observing), dan d) refleksi (reflecting). Hubungan keempat komponen tersebut dipandang sebagai siklus yang dapat digambarkan sebagai berikut :
    Acting

                            Planning                            Observating

                                                  Reflecting
Model ini direncanakan melalui dua siklus yaitu siklus I dan siklus II.dengan kegiatan yang sama yaitu:
     Siklus I terdiri atas kegiatan-kegiatan:
a.   Rencana Tindakan
b.   Rencana Kegiatan
c.   Observasi dan
d.   Evaluasi dan Refleksi
Berdasarkan hasil refleksi/evaluasi pada siklus I dilanjutkan dengan siklus II yang kegiatannya hampir sama dengan siklus I.
Siklus Penelitian Tindakan Kelas

Kondisi Awal

Rendahnya karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak

Studi Pendahuluan

1.  Merencanakan proses pembelajaran
2.  Melaksanakan kegiatan
3.  Analisis nilai
 





Siklus I

1.    Merencanakan perbaikan
2.    Melakukan perbaikan
3.    Melaksanakan observasi
4.    Melaksanakan diskusi dengan teman sejawat
5.    Melakukan refleksi
 

Persiapan Penelitian

1.  Menyusun rencana perbaikan pembelajaran
2.  Menyusun lembar observasi
3.  Menyusun lembar evaluasi


Refleksi

Hasil belum optimal

Siklus II
1.    Merencanakan perbaikan
2.    Melakukan perbaikan
3.    Melaksanakan observasi
4.    Melaksanakan diskusi dengan teman sejawat
5.    Melakukan refleksi


Berhasil

Kesimpulan

 Karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak meningkat
 



















E. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan landasan teori, Penelitian yang relevan dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis tindakan untuk penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut: penggunaan media Tas Upin dapat menarik minat dan motivasi anak dalam mengenal bilangan dari media Tas Upin, sehingga diharapkan dapat meningkatkan karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak didik kelompok A TK Islam Miftahul Ulum Gumayun semester I Tahun Pelajaran 2013/2014.
















BAB III
PELAKSANAAN  PENELITIAN

A.     Setting Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di TK Islam Miftahul Ulum Gumayun, merupakan TK swasta  di Kecamatan Dukuhwaru yang berstatus TK terakreditasi A tahun 2009, merupakan TK yang memiliki 2 rombongan belajar yaitu kelompok A untuk anak usia 4-5  tahun berjumlah 40 anak  dan kelompok B untuk anak usia 5-6 tahun berjumlah 70 anak. Jumlah guru 12 orang,  wakil kepala sekolah 1 orang dan 1 kepala sekolah. Penelitian ini dilakukan secara siklus dan dilaksanakan oleh penulis sekaligus sebagai guru kelompok  A TK Islam Miftahul Ulum Gumayun.
B.    Subjek Penelitian
Subyek Penelitian adalah  anak didik kelompok A TK Islam Miftahul Ulum Gumayun, Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal, semester I Tahun Pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 16 anak. Dengan jumlah 9  anak laki-laki dan 7 anak perempuan.

C.    Sumber Data
Sumber data diambil dari :
1.      Hasil pengamatan guru pada proses pembelajaran dan hasil pembelajaran.
2.      Hasil pengamatan guru terhadap anak melalui lembar observasi yang
diisi oleh guru.
D.    Teknik dan Alat Pengumpul Data
Teknik  pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi wawancara dan pengamatan.
1.    Wawancara
Wawancara diberikan kepada guru pendamping sebagai kolaborator untuk melengkapi kegiatan lembar observasi
2.    Pengamatan
Pengamatan dilakukan oleh guru ketika anak melakukan aktifitas di dalam pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi  berisi: nama anak, kelompok, jam, nama observer, indikator yang diamati terdiri dari:  membuat urutan bilangan 1-10, membilang dengan menunjuk benda, menunjukkan urutan benda, menghubungkan lambang bilangan dengan benda dengan cara memberi tanda (√) pada kolom         yang tersedia di lembar observasi.
E.     Validasi Data dan Analisis Data
Untuk mengetahui tingkat perubahan secara optimal peningkatan karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak adalah dengan menggunakan deskriptif prosentase, dengan langkah sebagai berikut:
1.      Hasil siklus I dianalisa dengan cara mendiskripsikan peningkatan karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak sebelum memperoleh materi pelajaran dengan menggunakan media Tas Upin (kondisi awal) dengan peningkatan karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan media Tas Upin.
2.      Hasil siklus II dianalisa dengan cara mendiskripsikan peningkatan karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak siklus II dengan Siklus I.
3.      Menganalisa dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu mendiskripsikan peningkatan karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak pada siklus I dan siklus II dan kondisi awal sebelum penelitian.

F.    Tingkat Pencapaian Perkembangan/Indikator
Lingkup perkembangan/ indikator dari aspek  perkembangan kognitif yang meliputi konsep bilangan. Adapun kemampuan yang akan dicapai dari indikator  aspek perkembangan kognitif adalah:
1.    Anak dapat  membuat urutan bilangan 1-10
2.    Anak dapat  membilang dengan menunjuk benda
3.    Anak dapat menunjukkan urutan benda
4.    Anak dapat menghubungkan lambang bilangan dengan benda
Apabila 85% dari jumlah anak mampu sesuai dengan indikator kinerja di atas maka dapat dikatakan bahwa pembelajaran membilang dengan media Tas Upin  tercapai.

G.   Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 2 siklus yaitu siklus I dan siklus II. Adapun rincian kegiatan pada setiap siklusnya diuraikan sebagai berikut
1.    Perencanaan ( Planning)
a.  Mempersiapkan kegiatan pembelajaran yang akan disajikan secara tepat yaitu :
1.         Mampu membuat urutan bilangan 1-10
2.         Membilang dengan menunjuk benda
3.         Menunjukkan urutan benda
4.         Menghubungkan lambang bilangan dengan benda
b.  Membuat perangkat observasi yang sesuai dengan rencana pembelajaran
c.   Mempersiapkan media pembelajaran
Guru menyiapkan media  yang akan digunakan dengan mempersiapkan peralatan yang akan digunakan.
Perangkat Media:
1.  Meja
2.  Tas Upin
3.  Angka-angka dari kain flannel
4.  Benda-benda yang akan dihitungnya
d.  Simulasi skenario pembelajaran dengan menggunakan media Tas Upin dilakukan oleh peneliti dan kolaburator sesuai dengan rencana pembelajaran yang akan disajikan.
e.  Uji kelayakan media pembelajaran Tas Upin  berdasarkan hasil simulasi skenario pembelajaran dengan media Tas Upin.
2.    Pelaksanaan Tindakan
Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan Rencana  Pelaksanaan Pembelajaran  (RPP) yang telah direncanakan dalam 2 siklus, dimana setiap siklus terdiri dari 3 kali pertemuan. Penyajian pembelajaran dengan media Tas Upin dilakukan oleh guru I, observasi dilakukan oleh guru II menggunakan lembar observasi terstruktur.  Anak bersama –sama guru menerapkan pembelajaran dengan media Tas Upin. Guru II mengamati interaksi guru dan anak dengan menggunakan lembar observasi terstruktur. Pelaksanaan tindakan tertulis pada tabel 3.1 berikut ini:
Tabel 3.1 Model Pembelajaran Tas Upin pada Siklus I
Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Pertemuan 1
1.   Guru menanyakan keadaan anak dan mengabsen anak didik.
1.    Menjawab pertanyaan guru, sesuai kondisi anak masing-masing.
2.   Guru memotivasi siswa dengan menyanyikan lagu berhitung
2. Anak  menyanyi bersama guru
3.   Guru menjelaskan tentang fungsi Tas Upin  dan isinya melalui media Tas Upin
3.    Anak  menyaksikan dengan posisi duduk melingkar
Kegiatan Inti
4.   Guru membimbing mengurutkan angka
4.   Anak  menyebutkan angkanya dan mengurutkannya.
5.   Guru memberi tugas kepada anak untuk mengerjakan evaluasi melalui media Tas Upin
5.   Anak  mengerjakan tugas secara bergantian maju ke depan
6.   Penutup
·           Tanya jawab tentang materi membilang
·           Guru memberikan reward kepada anak
6.   Anak  menjawab pertanyaan guru dan bagi anak yang mampu menjawab mendapat reward
Pertemuan 2
appersepsi
1.   Guru menanyakan materi membilang pada pertemuan pertama dan masuk pada pertemuan kedua guru mengajak anak menghitung benda
1.   Anak menjawab dan menghitung benda
Kegiatan Inti
2.   Guru membagi anak dalam dua kelompok, kelompok putri bermain angka dengan menggunakan daun dan kelompok putra bermain angka dengan menggunakan batu
2.   Anak  mengerjakan kegiatan bermain angka dengan daun dan  batu melalui media Tas Upin
3.   Guru mengadakan evaluasi melalui tanya jawab dan anak menghitung benda serta menunjuk angkanya.
3.   Anak menjawab pertanyaan guru dengan menghitung benda dan menunjuk angkanya
Penutup
4.   Guru menjelaskan kembali pelajaran hari itu dengan tanya jawab anak  yang dapat menjawab mendapat reward
4.   Anak mendengarkan penjelasan guru dan menjawab pertanyaan dengan cepat serta menerima reward
Pertemuan 3
appersepsi
1.   Guru menanyakan materi menghitung benda pada pertemuan kedua dan masuk pada pertemuan ketiga guru mengajak anak  menghubungkan jumlah benda dengan angka
1.    Anak menjawab dan menghubungkan jumlah benda dengan angka
Kegiatan Inti
2.   Guru membagi anak dalam dua kelompok, kelompok satu membuat bola-bola kecil dari plastisin dan menghitungnya, kemudian kelompok dua bermain angka dengan menghubungkan jumlah bola-bola kecil dengan angka
2.    Anak mengerjakan kegiatan bermain angka dengan menghubungkan jumlah bola-bola kecil dari plastisin dengan angka
3.   Guru mengadakan evaluasi melalui lembar kerja anak  (fortofolio)
3.   Anak mengerjakan tugas  dari guru
Penutup
4.   Guru menjelaskan kembali pelajaran hari itu dengan tanya jawab, dan  anak yang dapat menjawab mendapat reward  berupa boneka panda
4.   Anak  mendengarkan penjelasan guru dan anak yang hasil LKS-nya baik mendapat  reward berupa boneka panda

Tabel 3.1 Model Pembelajaran Tas Upin pada Siklus II
Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Pertemuan 1
1.    Guru menanyakan keadaan anak dan mengabsen anak didik.
1.      Menjawab pertanyaan guru, sesuai kondisi anak masing-masing.
2.  Guru memotivasi siswa dengan menyanyikan lagu berhitung
2. Anak  menyanyi bersama guru
3.   Guru menjelaskan tentang fungsi Tas Upin  dan isinya melalui media Tas Upin
3.  Anak  menyaksikan dengan posisi duduk melingkar
Kegiatan Inti
4.   Guru menyuruh anak untuk menghitung ubin, kemudian mengurutkan angka sesuai jumlah ubin yang telah dihitungnya
4. Anak  menghitung ubin  dan mengurutkan angkanya.
5.   Guru memberi tugas kepada anak untuk mengerjakan evaluasi melalui media Tas Upin
5. Anak  mengerjakan tugas secara bergantian maju ke depan
6.   Penutup
·           Tanya jawab tentang materi membilang
·           Guru memberikan reward kepada anak
7.   Anak  menjawab pertanyaan guru dan bagi anak yang mampu menjawab mendapat reward
Pertemuan 2
appersepsi
5.   Guru menanyakan materi membilang pada pertemuan pertama dan masuk pada pertemuan kedua guru mengajak anak menghitung benda
5.   Anak menjawab dan menghitung benda
Kegiatan Inti
6.   Guru menyuruh anak untuk menghitung deretan kursi kemudian mengurutkan angka sesuai jumlah kursi yang telah dihitungnya
6.   Anak  menghitung deretan kursi kemudian mengurutkan angka melalui media Tas Upin
7.   Guru mengadakan evaluasi melalui tanya jawab dan anak menghitung benda serta menunjuk angkanya.
7.   Anak menjawab pertanyaan guru dengan menghitung benda dan menunjuk angkanya
Penutup
8.   Guru menjelaskan kembali pelajaran hari itu dengan tanya jawab anak  yang dapat menjawab mendapat reward
8.   Anak mendengarkan penjelasan guru dan menjawab pertanyaan dengan cepat serta menerima reward
Pertemuan 3
appersepsi
2.   Guru menanyakan materi menghitung benda pada pertemuan kedua dan masuk pada pertemuan ketiga guru mengajak anak  menghubungkan jumlah benda dengan angka
5.    Anak menjawab dan menghubungkan jumlah benda dengan angka
Kegiatan Inti
6.   Guru menyuruh anak untuk menghitung deretan wadah krayon yang telah disusun anak kemudian mengurutkan angka sesuai dengan jumlah wadah krayon yang telah dihitungnya
4.    Anak menghitung deretan wadah krayon dan mengurutkan angkanya
7.   Guru mengadakan evaluasi melalui lembar kerja anak  (fortofolio)
5.   Anak mengerjakan tugas  dari guru
Penutup
8.   Guru menjelaskan kembali pelajaran hari itu dengan tanya jawab, dan  anak yang dapat menjawab mendapat reward  berupa boneka panda
5.   Anak  mendengarkan penjelasan guru dan anak yang hasil LKS-nya baik mendapat  reward berupa boneka panda

3.    Observasi
Pengamatan dilakukan oleh guru ketika anak melakukan aktifitas di dalam pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi  berisi: nama anak, kelompok, jam, nama observer, indikator yang diamati terdiri dari:  membuat urutan bilangan 1-10, membilang dengan menunjuk benda, menunjukkan urutan benda, menghubungkan lambang bilangan dengan benda dengan cara memberi tanda (√) pada kolom o yang tersedia di lembar observasi.
observasi anak dengan menggunakan penilaian
(●  = M ),(○ = PB) , (√ = B)
Prosentase kemampuan anak BSB dan BSH (● + √ )x100%
                                                                   Jml S
keterangan:
a.    Anak yang sudah melebihi indikator yang tertuang dalam RKH atau mampu melaksanakan tugas tanpa bantuan secara tepat /cepat/lengkap/benar, maka pada kolom penilaian dituliskan nama anak dan tanda bulatan penuh (●)
b.    Anak yang belum mencapai indikator seperti diharapkan dalam RKH atau dalam melaksanakan tugas selalu dibantu guru, maka pada kolom penilaian dituliskan nama anak dan diberi tanda bulatan (○)
c.    Jika semua anak menunjukkan kemampuan sesuai dengan indikator yang tertuang dalam RKH, maka pada kolom penilaian dituliskan nama semua anak dengan tanda checklist (√)
d.    BSB = berkembang sangat baik, BSH berkembang sesuai harapan, Jml S = Jumlah Siswa dalam sekelas.

4.    Evaluasi  dan  Refleksi
Pengumpulan data hasil observasi, analisis data hasil observasi, melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran upaya meningkatkan karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak didik TK Islam Miftahul Ulum Gumayun dengan media Tas Upin.















BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.  HASIL PENELITIAN
A.1. DESKRIPSI MODEL TINDAKAN
Sebelum menggunakan media Tas Upin anak kelompok A Semester I TK Islam Miftahul Ulum Gumayun belum memiliki karakter percaya diri dan kompetensi membilang. Mereka selalu enggan mengucapkan atau meniru kata-kata guru untuk menyebutkan angka 1-5, bahkan untuk menyusun angka-angka dengan menggunakan media yang ada pun mereka terlihat kurang antusias. Mereka lebih suka bermain sendiri atau lari-larian di dalam kelas. Minat belajar anak masih setengah-setengah dan kurang bersemangat mengikuti pembelajaran membilang. Mereka cenderung diam dan pasif, masih malu-malu dalam menjawab pertanyaan guru. Hal inilah yang mendorong penulis untuk mencari solusi baru dengan menggunakan media baru yang menarik dan inovatif, yaitu media Tas Upin, Tas Unik dan Pintar.
       Model tindakan penelitian tindakan kelas ini berupa penerapan pembelajaran dengan menggunakan media Tas Upin. Pelaksanaan tindakan pada setiap siklus meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, evaluasi dan refleksi

A.2. Deskripsi Model Tindakan Siklus I
a.     Perencanaan
   Persiapan yang dilakukan  sebelum pelaksanaan tindakan siklus
adalah :
                             i.      Berdasarkan hasil kegiatan yang dilaksanakan setiap hari melalui kegiatan pembelajaran di dalam kelas melalui portopolio dibagi menjadi 2 kelompok  dengan pokok bahasan membilang dengan permainan angka.
                            ii.      Peneliti sebagai guru pelaksana tindakan berdiskusi dan membagi tugas dengan guru pengamat (Maulidatul Khabibah) tentang prosedur penelitian, serta langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran melalui media Tas Upin.
                           iii.      Mempersiapkan instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar observasi anak , alat penilaian anak, lembar evaluasi, dan alat peraga media Tas Upin.
b.     Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus I melalui media Tas Upin melalui tiga kali pertemuan yaitu:
1) Pertemuan pertama : Senin, 19 Agustus 2013 dengan kegiatan sebagai berikut:
(1) Guru menata media yang akan digunakan seperti: meja, Tas Upin, dan angka-angka..
(2). Guru mengatur organisasi kelas ( layout /posisi tempat duduk)
(3). Media Tas Upin di buka. Anak bersama guru menyanyikan
       lagu 1,2  sambil  bertepuk tangan.
Selanjutnya guru mengajak anak untuk memilih angka yang akan disaksikan anak .
(4). Guru dibantu oleh guru pendamping sekaligus sebagai pengamat  dengan mengenalkan angka-angka sebagai materi pembuka dengan tema lingkunganku.
(5). Anak mulai mengurutkan angka bersama dengan guru dan memberi kesempatan kepada anak untuk memilih angka yang diinginkan.
(6).  Tahap selanjutnya adalah guru mengadakan tanya jawab dan
          evaluasi dengan memberi kesempatan kepada anak untuk menunjuk angka yang disebutkan guru. Jika anak menjawab dengan tepat akan mendapat kata pujian : hebat tepat sekali, jika anak salah menjawab akan mendengar kata-kata coba lagi yaa.
2) Pada pertemuan yang kedua :  Selasa, 20 Agustus 2013
Materi membilang dengan menggunakan daun dan batu:
(1)     Guru dibantu oleh guru pendamping mengajak anak laki-laki untuk mencari batu sendiri sebanyak 5 buah, sedangkan anak perempuan mencari daun yang dipetik sendiri di halaman sekolah, kemudian guru mengenalkan daun dan batu  kepada anak sebagai materi pembuka dengan tema lingkunganku.
(2)     Anak mulai mengurutkan angka dan menghitung batu atau daun bersama dengan guru dan memberi kesempatan kepada anak untuk memilih angka yang diinginkan.
(3)     Tahap selanjutnya adalah guru mengadakan tanya jawab dan evaluasi dengan memberi kesempatan kepada anak untuk maju menunjuk angka yang paling tepat sesuai dengan jumlah bendanya.Jika anak menjawab dengan tepat akan mendapat kata pujian : hebat tepat sekali, jika anak salah menjawab akan mendengar kata-kata coba lagi yaa.
3) Pada pertemuan yang ketiga : Rabu, 21 Agustus 2013
Materi membilang dengan menggunakan bola-bola dari plastisin sebagai berikut :
(1)     Guru dan anak dengan dibantu oleh guru pendamping membuat bola-bola dari plastisin dan mengenalkannya kepada siswa sebagai materi pembuka dengan tema lingkunganku.
(2)     Anak mulai mengurutkan angka dan menghitung bola-bola dari plastisin bersama dengan guru dan memberi kesempatan kepada anak untuk menunjuk  angka sesuai jumlah benda.
(3)     Tahap selanjutnya adalah guru mengadakan tanya jawab dan evaluasi dengan memberi kesempatan kepada anak untuk maju menunjuk angka yang paling tepat sesuai dengan jumlah bendanya. Jika anak menjawab dengan tepat akan mendapat kata pujian : hebat tepat sekali, jika anak salah menjawab akan mendengar kata-kata coba lagi yaa. Guru membagikan LKS untuk dikerjakan secara individu untuk mengetahui tingkat kemampuan anak di akhir pembelajaran siklus I.
c.     Observasi                                                                                                            Pengamatan dilakukan oleh guru ketika anak melakukan aktifitas di dalam pembelajaran membilang dengan menggunakan lembar observasi pada saat penyajian materi membilang dengan menggunakan media Tas Upin. Rangkuman hasil observasi siklus I adalah sebagai berikut:
(1)     Hasil observasi tanggal 19 Agustus 2013 oleh guru pengamat,
pelaksanaan pembelajaran melalui media Tas Upin dengan mengurutkan angka 1-5
(2)     Hasil observasi tanggal 20 Agustus 2013 adalah: guru pengamat mengamati aktifitas anak dalam mencari batu dan daun kemudian mengikuti pembelajaran yaitu menghitung jumlah batu atau daun, menghubungkan jumlah batu atau daun dengan angka lalu mengurutkannya. Banyak anak yang tunjuk jari ingin maju untuk mengerjakan permainan membilang malalui media Tas Upin.. Jika ada di antara anak yang salah menjawab secara serentak anak yang lain mengucapkan coba lagi ya. Namun ada beberapa anak yang diam saja karena belum mampu mengenal konsep bilangan dengan baik.
(3)     Hasil observasi tanggal 23 Agustus 2013 seluruh anak ingin mencoba maju untuk menghitung bola-bola kecil dari plastisin kemudian menyusunnya dengan angka sesuai urutannya. Anak menunjuk benda dengan menyebut urutan bilangan dan lambang bilangannya 1-10, dan anak mengerjakan lembar kerja anak yang sudah disiapkan oleh guru 
d.     Evaluasi
Selama siklus I berlangsung peneliti melakukan pengamatan untuk mendata hasil peningkatan karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak melalui kegiatan evaluasi. Pengamatan peningkatan karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak juga dilakukan oleh guru pendamping sebagai kolaborator dengan hasil yang cukup baik yaitu: 1) respon anak pada waktu mengikuti proses belajar mengajar berlangsung cukup baik, 2) unjuk kerja anak dengan bukti peningkatan karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak pada saat kegiatan sudah sesuai dengan indikator yang ingin dicapai, 3) kemampuan menjawab pertanyaan guru dan kemampuan menunjuk benda melalui Tas Upin sudah  cukup baik.
Pada kondisi awal rata-rata peningkatan karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak banyak memerlukan bimbingan. Setelah guru menggunakan media Tas Upin ada peningkatan karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak secara optimal. Secara lengkap peningkatan karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak sebelum dan setelah penelitian melalui  siklus I dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.1: Tabel Perubahan peningkatan karakter percaya diri
dan kompetensi membilang anak Siklus I
Jumlah Responden/
Kategori Penilaian
Peningkatan karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak
Keterangan
Sebelum menggunakan media Tas Upin
Siklus I

16 anak



Percaya diri dan mampu membilang
10  anak
14  anak
Peningkatan karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak optimal dengan peningkatan:
Siklus I : 5 anak
(22,72%)
Tidak percaya diri dan tidak mampu membilang
6 anak
2 anak
Peningkatan karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak yang belum optimal cenderung menurun

c.     Refleksi Siklus I
Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh refleksi bahwa media Tas Upin dapat digunakan untuk meningkatkan karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak. Dari 16 anak yang sudah mampu  ada 12 anak dan yang belum mampu  ada 4 anak. Upaya yang dilakukan guru agar anak memiliki karakter percaya diri dan kompetensi membilang secara optimal adalah
(1)          Meningkatkan perannya dalam mengendalikan suasana kelas agar situasi pembelajaran berlangsung lebih kondusif, menyajikan pembelajaran dengan media Tas Upin lebih menarik, menyenangkan dan kreatif.
(2)          Guru juga sudah menyiapkan hadiah berupa boneka panda, gambar boneka hasil membatik, dan kalung roncean untuk meningkatkan prestasi belajar siswa  terutama pada siswa yang belum memiliki karakter percaya diri dan kompetensi membilang, dan bagi yang sudah mampu di beri hadiah berupa boneka panda, gambar boneka hasil membatik, dan kalung roncean pada akhir pelaksanaan siklus 1.
(3)          Memberi motivasi dan perhatian khusus kepada 4 anak yang belum percaya diri dan belum mampu membilang agar secara bertahap mampu mengikuti teman-temannya yang sudah optimal, berdasarkan hasil tindakan pada siswa, anak yang belum menunjukkan karakter percaya diri dan mampu membilang secara optimal diberi perlakuan lagi ke siklus II selama 2 minggu. Dengan demikian maka kegiatan selanjutnya adalah siklus II.

A.3. Deskripsi Model Tindakan Siklus II
a.     Perencanaan
                             i.      Peneliti sebagai guru pelaksana tindakan berdiskusi dan membagi tugas dengan guru pengamat (Maulidatul Khabibah) tentang prosedur penelitian, serta langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran melalui media Tas Upin   pada siklus II
                            ii.      Mempersiapkan instrumen penelitian lembar observasi siswa, alat penilaian anak, lembar evaluasi, dan alat peraga media Tas Upin.
                           iii.      Perencanaan tindakan dengan mempersiapkan kegiatan pembelajaran yang akan disajikan secara tepat dengan media Tas Upin sebagai berikut pada siklus II yaitu:
1.      Mampu membuat urutan bilangan 1-10
2.      Mampu membilang dengan menunjuk benda
3.      Mampu menunjukkan urutan benda
4.      Mampu mmenghubungkan lambang bilangan dengan benda Mempersiapkan instrumen penelitian siklus II berupa : lembar observasi siswa, alat penilaian siswa, lembar evaluasi, dan alat peraga media Tas Upin.
                           iv.      Mengoreksi hasil LKS dan merekap hasil kerja siswa pada rekap lembar observasi
b.     Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus II melalui media Tas Upin melalui tiga kali pertemuan  dengan tema Lingkunganku . Hadiah berupa boneka panda, gambar boneka hasil membatik, dan kalung roncean merupakan motivasi yang sangat baik untuk memulai pembelajaran pada siklus II, dengan mengenal bilangan dan huruf-huruf melalui pertemuan sebagai berikut:
1)     Pertemuan keempat:  Kamis, 22 Agustus 2013 guru menyampaikan tema lingkunganku. Sebagai pendahuluan guru memberi kesempatan kepada anak untuk menghitung ubin yang diinjak siswa yang ada di dalam kelas , kemudian menunjuk angka yang ada pada tas Upin, dengan media ini diharapkan dapat tercapai kemampuan mengenal bilangan 1-10.
2)     Pertemuan kelima : Jumat, 23 Agustus 2013 pada kegiatan inti guru bersama murid mengurutkan angka dari 1 – 10 setelah menghitung deretan kursi yang ada dalam kelas, kemudian siswa mengurutkan angka melalui media Tas Upin sebagai alat peraga guru.
3)     Pertemuan keenam, Sabtu, 24 Agustus 2013 guru bersama siswa menghitung jumlah deretan wadah krayon yang telah disusun sendiri oleh siswa, dan secara individual di panggil oleh guru maju satu persatu untuk menghitungnya dan ditunjuk guru untuk mencari angka sesuai jumlah wadah krayon yang telah dihitungnya melalui media Tas Upin, jika benar akan mendapat pujian “hebat, tepat sekali”, jika salah muncul akan diberi kata-kata  dengan kata-kata “coba lagi ya…”
c.     Observasi
Observasi pelaksanaan tindakan siklus II dilakukan oleh guru pengamat.  Seperti halnya pada siklus I, pada siklus II observasi ditujukan pada anak yang menjadi subjek peneliti, khususnya pada siswa yang belum ada perubahan yang optimal pada karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak. Hasilnya sebagai berikut:
(1)   Hasil observasi tanggal 22 Agustus 2013 yang dilakukan oleh guru pengamat aktivitas anak saat pembelajaran melalui Tas Upin setelah menghitung ubin menunjukkan bahwa guru pelaksana tindakan pada pertemuan keempat sudah baik dalam menyampaikan materi.
(2)   Hasil observasi tanggal 23 Agustus 2013 yang dilakukan oleh guru pengamat aktivitas anak saat pembelajaran menghitung deretan kursi dan menunjuk angka serta mengurutkannya melalui media Tas Upin menunjukkan :  (a) siswa antusias dalam mengikuti pembelajaran  karena angka yang berwarna-warni. (b) pada saat evaluasi semua siswa ingin lebih dahulu maju ke depan untuk menunjukkan bilangan   1 – 10 baik yang sudah mampu maupun yang belum mampu.
(3)   Hasil observasi tanggal 24 Agustus 2013 pada materi menghitung wadah krayon siswa lebih tertarik lagi  yang pada akhir pertemuan diadakan evaluasi berjalan dengan baik dan lancar.

d.     Evaluasi
Secara umum pelaksanaan siklus II berhasil  hal ini dilihat  dari beberapa hal sebagai berikut:
1)     Pada siklus I siswa yang sudah percaya diri dan mampu menghitung sebanyak 12 anak (73,63%) dari prosentase sebelumnya yaitu hanya 40,90 %.
2)     Pada siklus II menunjukkan hasil peningkatan dari sebelumnya (73,63%) meningkat menjadi  (86,36 %) sehingga siswa mendapat reward sebanyak 14 anak. Ternyata pembelajaran melalui media Tas Upin mampu meningkatkan karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak.
3)      Pembelajaran berjalan dengan lancar, seluruh siswa berlomba-lomba untuk unjuk kemampuan di depan teman-temannya.
e.     Refleksi siklus II
Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh refleksi bahwa media Tas Upin dapat digunakan untuk meningkatkan karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak. Dari 16  anak, yang sudah optimal ada 14 anak dan yang belum optimal ada 2 anak. Upaya yang dilakukan guru agar anak memiliki karakter percaya diri dan kompetensi membilang secara optimal adalah
1). Meningkatkan perannya dalam mengendalikan suasana kelas agar situasi pembelajaran berlangsung lebih kondusif, menyajikan pembelajaran dengan media Tas Upin lebih menarik, menyenangkan dan kreatif.
2). Pemberian hadiah berupa reward merupakan bagian terpenting dalam proses pembelajaran sebagai motivasi siswa dalam meningkatkan keberhasilannya dalam belajar.
3). Memberi motivasi dan perhatian khusus kepada 2 anak yang belum optimal dalam karakter percaya diri dan kompetensi membilang agar secara bertahap mampu mengikuti teman-temannya yang sudah optimal.

 A.4. Deskripsi Hasil Tindakan Siklus I
          Hasil tindakan siklus I dapat dilihat dari hasil kemampuan siswa pada
          tiap pertemuan melalui rekap penilaian sebagai berikut:
Tabel 4.2 Rekapitulasi penilaian perkembangan pada siklus I

Pertemuan Siklus I

Pertemuan 1
Pertemuan 2
Pertemuan 3

Jumlah
4
6
6
8
3
5
10
2
4

Tabel 4.3 Prosentase ketercapaian perkembangan siswa pada siklus I
Kategori penilaian
Kemampuan membilang dan percaya diri pada pertemuan :
keterangan
Ke 1
Ke 2
Ke 3
Memuaskan  ( ● )
2
3
11
Relative naik setiap pertemuan
berkembang  (√ )
2
5
9
Menurun pada pertemuan ke 2

9(0,40%)
11(0.25%)
14(0,63%)


Jumlah anak BSB dan BSH (● + )dalam satu kelas X100%
Jumlah keseluruhan anak dalam satu kelas
Tabel 4.4  HASIL PENELITIAN
 Penggunaan Media Tas Upin
Siklus I
No
Peningkatan karakter percaya diri dan kompetensi membilang Pada Siklus I

Sebelum Penelitian
Siklus I

Mampu
Tidak Mampu
Mampu
Tidak Mampu

1.
V
-
V
-

2.
V
-
V
-

3.
-
V
-
V

4.
-
V
V
-

5.
-
V
V
-

6.
-
-
-


7.
V
-
V
-

8.
-
V

V

9.
V
-
V
-

10.
-
V
V
-

11.

V
V
-

12.
V
-
V
-

13.
-
V
V
V

14.

V
V
-

15.
V
-
V
-

16.
-
V
-
V

Jumlah
6
9
12
4
Prosentase
40,90%
59,09%
63,63%
36,36%

A.5. Deskripsi Hasil Tindakan Siklus II
Hasil tindakan siklus II berupa pelaksanaan pembelajaran melalui media Tas Upin dapat dilihat pada hasil setiap pertemuan dengan alat penilaian sebagai berikut :
Tabel 4.5 Rekapitulasi penilaian perkembangan pada siklus II

Pertemuan Siklus II

Pertemuan 4
Pertemuan 5
Pertemuan 6

Jumlah
8
4
4
10
3
3
12
2
2

Tabel 4.6 Rekapitulasi penilaian tiap pertemuan pada siklus II
Kategori penilaian
Peningkatan karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak  pada pertemuan :
keterangan
Ke 4
Ke 5
Ke 6
Memuaskan  ( ● )
11
13
14
Relative naik setiap pertemuan
berkembang  (√ )
5
5
3
Menurun pada pertemuan ke 3
Perlu bantuan  ( ○ )
5
4
2
Menurun pada tiap pertemuan

Tabel 4.7  : Tabel Perubahan Peningkatan Karakter Percaya Diri Dan Kompetensi Membilang Anak pada Siklus II
 
Penilaian
Peningkatan Karakter Percaya Diri Dan Kompetensi Membilang Anak
keterangan
16 siswa
Siklus I
Siklus II

Percaya diri dan mampu membilang
12 siswa
14 siswa
Peningkatan karakter percaya diri dan kompetensi membilang optimal dengan peningkatan:
Siklus II : 5 siswa
(   22,72% )
Tidak percaya diri dan tidak mampu membilang
4 siswa
2 siswa
Peningkatan karakter percaya diri dan kompetensi membilang yang belum optimal cenderung menurun

Tabel 4.8 Hasil Penelitian
 Penggunaan Media Tas Upin
Siklus I dan Siklus  II
No
Peningkatan Karakter Percaya Diri Dan Kompetensi Membilang Pada Tiap Siklus

Siklus I
Siklus II

Mampu
Tidak Mampu
Mampu
Tidak Mampu

1.
V
-
V
-

2.
V
-
V
-

3.
V
-
-
V

4.
V
-
V
-

5.
-
V
V
-

6.
V
-
V
-

7.
V
-
V
-

8.
V
-
V
-

9.
V
-
V
-

10.
-
V
V
-

11.
V
-
V
-

12.
V
-
V
-

13.
-
V
-
V

14.
V
-
V
-

15.
V
-
V
-

16.
-
V
V
-

Jumlah
12
4
14
2
Prosentase
63,63%
36,36%
86,36%
13,63%

B.    Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan deskripsi model tindakan siklus I, dan II maka pembahasan hasil penelitian seluruh siklus adalah:
B.1. Pembahasan Pencapaian Perkembangan Peningkatan Kemampuan Membilang dan Karakter Percaya Diri Anak
Rekapitulasi peningkatan karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak pada siklus I dan II di sajikan dalam tabel 4.9.
Tabel 4.9 Rekapitulasi peningkatan karakter percaya diri dan kompetensi membilang dalam menggunakan media Tas Upin

Siklus I
Siklus II
Prosentase
63,63%
86,36%
Untuk mengetahui perubahan-perubahan peningkatan karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak dan perkembangan dari sebelum dan setelah penelitian melalui siklus I ke kondisi siklus II dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.10 Peningkatan Karakter Percaya Diri Dan Kompetensi Membilang Anak Dengan Media Tas Upin
No
Peningkatan Karakter Percaya Diri Dan Kompetensi Membilang Anak Pada Tiap Siklus

Siklus I
Siklus II

Mampu
Tidak Mampu
Mampu
Tidak Mampu

1.
V
-
V
-

2.
V
-
V
-

3.
-
V
-
V

4.
V
-
V
-

5.
-
V
V
-

6.
V
-
V
-

7.
V
-
V
-

8.
V
-
V
-

9.
V
-
V
-

10.
-
V
V
-

11.
V
-
V
-

12.
V
-
V
-

13.
V
-
-
V

14.
V
-
V
-

15.
V
-
V
-

16.
-
V
V
-

Jumlah
12
4
14
2
Prosentase
73,63%
36,36%
86,36%
13,63%

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa:
Peningkatan karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak pada siklus I terdapat 12 anak ( 73,63 % ) sudah mampu dan 4 anak ( 36,36 %) belum mampu. Pada siklus I terdapat peningkatan karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak sebesar 18,18 % dari kondisi awal 40,90 %. Sedangkan peningkatan karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak pada siklus II terdapat  14 anak (86,36 %) sudah mampu, 2 anak (13,63 %) belum mampu. Pada siklus II terdapat peningkatan karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak  sebesar 22,72% dari siklus I  63,63%.  Hal ini di karenakan media Tas Upin diminati dan dapat meningkatkan karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak secara optimal dengan indikator  perkembangan kognitif  yang ingin dicapai yaitu :
1.      Mampu membuat urutan bilangan 1-10
2.      Mampu membilang dengan menunjuk benda
3.      Mampu menunjukkan urutan benda
4.      Mampu menghubungkan lambang bilangan dengan benda
B.2. Pembahasan Hasil Pelaksanaan Pembelajaran Menggunakan
    Media Tas Upin
Secara lengkap peningkatan karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak sebelum dan setelah penelitian melalui 2 siklus dapat dilihat pada tabel  sebagai berikut:
Tabel 4.11 Prosentase Hasil Penelitian Penggunaan Media Tas Upin
Hasil penelitian
Peningkatan karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak

keterangan
16 anak
Sebelum penelitian
Siklus I
Siklus II
Percaya diri dan mampu membilang
9 anak
 (40,90 %)
12 Anak (73,63%)
14 anak

 (86,36  %)
Peningkatan karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak yang optimal meningkat:
Siklus I dan II : 5 anak
   (22,72 %)

Tidak percaya diri dan tidak mampu membilang
9 anak (59,09 %)
4 anak
(36,36 %)
2 anak
( 13,63 %)
Peningkatan karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak belum optimal cenderung menurun

Kondisi awal sebelum menggunakan media Tas  Upin peningkatan karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak banyak yang memerlukan bimbingan. Berangkat dari pemikiran bahwa anak usia dini adalah termasuk masa golden age yang memiliki kemampuan luar biasa yang perlu dikembangkan kemampuannya secara optimal maka peneliti melakukan perubahan peningkatan karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak melalui media Tas Upin yang harapannya pada siklus I mengalami perubahan peningkatan karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak secara optimal. Dari hasil pengamatan siklus I ada perubahan kemampuan dari 9 anak yang percaya diri dan mampu membilang meningkat  menjadi 12 anak (63,63 %) , kemudian peneliti melanjutkan karakter percaya diri dan kompetensi membilang pada siklus II. Hasil pengamatan pada siklus II mengalami peningkatan dari 12 anak meningkat menjadi 14 anak (86,36 %) untuk lebih jelas dapat dilihat dari grafik di bawah ini:
Grafik Perkembangan karakter percaya diri dan kompetensi membilang
studi awal, siklus I dan siklus II
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa media Tas Upin dapat digunakan untuk meningkatkan karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak. Dari 16 anak, yang sudah mampu ada 14 anak dan yang belum mampu 2 anak.
Upaya yang dilakukan guru agar anak memiliki karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak secara optimal adalah meningkatkan perannya dalam mengendalikan suasana belajar yang menyenangkan melalui inovasi pembelajaran dengan menggunakan media Tas Upin dapat meningkatkan karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak TK Islam Miftahul Ulum Gumayun rata-rata 40,90%.

Kelemahan penelitian
Penelitian ini mempunyai beberapa kelemahan yaitu:
             i.          Pembuatan media dengan menggunakan barang bekas seperti pembungkus kopi susu memerlukan waktu yang sangat lama dan kejelian yang tinggi, karena bahan yang digunakan bukan bahan biasa seperti pada umumnya.
            ii.          Tidak semua sekolah mau membuat media ini karena cara pembuatannya harus dengan ketelitian dan kreativitas yang tinggi.
           iii.          Pembelajaran dengan menggunakan media Tas Upin membutuhkan kesabaran jika ingin pembelajaran berhasil dengan baik karena anak berebut ingin mencoba.



BAB V
PENUTUP

A.   Kesimpulan
1.    Proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran dengan media tas Upin dapat meningkatkan karakter percaya diri anak. Hal ini dapat dibuktikan melalui aktivitas anak dalam pembelajaran yang cenderung meningkat sebagaimana hasil penelitian pada Siklus I mencapai persentase rata-rata aktivitas siswa sebesar 63, 63%  dan dilanjutkan pada Siklus II mencapai persentase rata-rata aktivitas siswa sebesar 86, 36%.
2.    Proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran dengan media Tas Upin dapat meningkatkan kompetensi membilang. Hal ini dapat dibuktikan melalui kemampuan membilang anak dalam pembelajaran membilang yang cenderung meningkat sebagaimana hasil penelitian pada Siklus I mencapai persentase jumlah skor sebesar 73, 63% dan dilanjutkan pada Siklus II mencapai persentase jumlah skor karakter percaya diri 86, 36%.
3. Peningkatan karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak dalam pembelajaran juga berimplikasi terhadap semangat anak untuk menguasai materi pelajaran, sehingga peningkatan karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak yang diperoleh juga meningkat. Hal tersebut dapat diketahui sebagaimana penilaian guru terhadap peningkatan karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak dengan indikator belajar anak meningkat.
B.   Implikasi/Rekomendasi
Implikasi dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian tindakan kelas sangat penting dalam rangka memecahkan masalah pembelajaran yang dihadapi anak dan pada akhirnya dapat meninngkatkan efektifitas dan hasil pembelajaran. Oleh karena itu, guru hendaknya mengadakan kegiatan forum ilmiah untuk memecahkan masalah pembelajaran khususnya, dan mutu pendidikan nasional pada umumnya.
2. Model pembelajaran dengan media Tas Upin terbukti dapat meningkatkan karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak. Oleh karena itu, sekolah hendaknya ikut memfasilitasi para guru untuk melaksanakan pembelajaran melalui pendekatan kontekstual dengan berbagai macam model pembelajaran seperti model pembelajaran membilang dengan media Tas Upin, sehingga pembelajaran akan menjadi aktif, kreatif dan menyenangkan.

C.   Saran
1.    Guru lain perlu menerapkan pembelajaran membilang dengan media Tas Upin sebagai salah satu upaya meningkatkan karakter percaya diri dan kompetensi membilang, mengingat cukup signifikan dampak postitif penerapannya terhadap peningkatan karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak
2.    Guru lain dalam menerapkan pembelajaran dengan media Tas Upin harus dapat memberikan tindakan lebih intensif terutama dalam memberikan bimbingan pada saat anak menjawab pertanyaan. Seringkali pelafalan kosa kata dan tata bahasa yang diproduksi oleh anak menimbulkan penafsiran ganda atau bias sehingga berakibat pada rendahnya nilai karakter percaya diri pada aspek sosial emosional dan tata bahasa.


















DAFTAR PUSTAKA


Dr. Subyantoro, M. Hum (2012), Penelitian Tindakan Kelas, Semarang, UNNES PRESS
Dinas Pendidikan Jawa Tengah (2011), Metodika Jurnal Pendidikan Dasar, Semarang, Dinas Pendidikan pemerintah Provinsi Jawa Tengah
Drs. H. Zainal Aqib, M. Pd (2008). Karya Tulis Ilmiah Bagi Pengembangan Profesi Guru, Bandung : CV. Yrama Widya Bandung, Anggota IKAPI
Depdiknas (2003), Petunjuk Pelaksanaan Belajar Mengajar,Penilaian, Pembuatan dan Penggunaan Alat Peraga di Taman Kanak-Kanak.Jakarta: Depdiknas.
Arsyad (2002). Media Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Karya Aksara.
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pemerintah Propinsi Jawa Tengah (2004), Penilaian Di Taman Kanak Kanak
Dewi salma P, (2007) Prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta UNJ
            Dasar-dasar Pendidikan TK  Soegeng Santoso Penerbit Universitas Terbuka
             , Metode Pengembangan Kognitif oleh Yuliani Nurani Sujiono Penerbit Universitas Terbuka
             , Media dan Sumber Belajar TK oleh Badru Zaman Penerbit Universitas Terbuka
             , Menangani Kesulitan Belajar Matematika oleh Dr. Sunardi, M.Sc. Penelitian Hibah Bersaing Ditbinlitabmas Ditjen Dikti Depdiknas 1998-2000
Depdiknas(2004). Kurikulum 2004 standar Kompetensi TK/RA. Jakarta>Depdiknas
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (2009),
Matrik Taman Kanak-Kanak Kelompok A tahun 2009
Irfan Dani, 2013. Pustaka Pandani, Pengertian Karakter  http://pustaka.pandani.web.id/2013/03/pengertian-karakter.html (diunduh 23 Agustus 2013)
 Haryanto, S.Pd  2010, Pengertian Kepercayaan Diri, http://belajarpsikologi.com/pengertian-kepercayaan-diri/ (diunduh 23 Agustus 2013)
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Edisi Keempat (Cet. I; Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008).
Jean L. McKechnie, Webster’s New Twentieth Century Dictionary of the English Language Unabridged, Second Edition (USA: William Collins Publishers, INC, 1980).
Weinata Sairin, Himpunan Peraturan di Bidang Pendidikan (Cet. I; Jakarta: Jala Permata Aksara, 2010).
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Cet. VII; Jakarta: Kencana, 2010).
Udin Saefudin Sa’ud, Inovasi Pendidikan (Cet. I; Bandung: Alfabeta, 2008).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar Anda