KARYA TULIS ILMIAH
JUDUL
PENGGUNAAN
MEDIA TAS UPIN UNTUK MENINGKATKAN
KARAKTER
PERCAYA DIRI DAN KOMPETENSI MEMBILANG
BAGI
SISWA KELOMPOK A SEMESTER I
TK
ISLAM MIFTAHUL ULUM GUMAYUN
TAHUN
PELAJARAN 2013/2014
Disusun Untuk Mengikuti Lomba
Penulisan Makalah Ilmiah PTK PAUDNI Tingkat Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013
Oleh : FUTICHA TURISQOH,
S. PdI
TK ISLAM MIFTAHUL ULUM GUMAYUN
UPTD DIKPORA KECAMATAN DUKUHWARU
KABUPATEN TEGAL
JAWA TENGAH
TAHUN
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur, alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan segala rahmat, hidayah dan karunia-Nya. Sholawat serta salam
terjunjung kepada Nabi Besar Muhammad saw. Penulis sangat bersyukur karena
dapat menyelesaikan karya tulis ini dengan baik dan sesuai yang diharapkan.
Karya tulis ini disusun guna mengikuti
Lomba Penulisan Makalah Ilmiah PTK PAUDNI Tingkat Provinsi Jawa Tengah Tahun
2013. Penulis menyadari tanpa bantuan bimbingan dan dorongan dari berbagai
pihak tidak dapat menyelesaikan karya tulis ini dengan baik. Untuk itu dalam
kesempatan ini dengan rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih yang
sebanyak-banyaknya kepada:
1. Drs. Edy Pramono, Kepala Dinas Dikpora
Kab. Tegal
2. Any Tristiani, S.Pd. MM, Kepala UPTD
Dikpora Kec. Dukuhwaru
3. Mukti
Amalatun, S. Pd, Pengawas
TK/SD/SDLB Kec. Dukuhwaru
4. Setyaningsih, S. Pd, Pengawas
TK/SD/SDLB Kec. Dukuhwaru
5. Dra. Siti Chafidzoh, Kepala TK Islam
Miftahul Ulum Gumayun yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada
penyusun dalam membantu pembuatan karya
tulis ini.
6. Keluarga dan rekan kerja serta
pihak-pihak yang telah ikut mendukung penyusun dalam penyusunan karya tulis
ini.
7. Semoga Allah SWT membalas amal
kebaikan yang telah diperbuat Bapak/Ibu/Saudara. Amin. Kesalahan dan kekurangan
dalam penyusunan karya tulis ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penyusun.
8. Akhirnya penyusun berharap semoga
karya tulis ini dapat memberikan sumbangsih terhadap dunia pendidikan dan
bermanfaat bagi penyusun khususnya serta pembaca pada umumnya.
Gumayun, 28 Agustus 2013
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................
i
KATA PENGANTAR.................................................................................
ii
DAFTAR ISI...............................................................................................
iii
ABSTRAK..................................................................................................
iv
BAB I
PENDAHULUAN..........................................................................
1
A. Latar Belakang..............................................................................
1
B. Identifikasi Masalah.....................................................................
4
C. Pembatasan Masalah..................................................................
4
D. Rumusan Masalah.......................................................................
5
E. Tujuan Penelitian.........................................................................
5
F. Manfaat Penelitian.......................................................................
6
BAB II
Kerangka Teoritis, Kerangka Berpikir, dan Hipotesis............ 7
A. Kerangka Teoritis..........................................................................
7
A.1.
Pengertian Media.................................................................
7
A.2.
Pengertian Tas......................................................................
8
A.3.
Pengertian Tas Upin............................................................
9
A.4.
Pengertian Karakter.............................................................
11
A.4.
Pengertian Percaya Diri......................................................
12
A.4.
Pengertian kompetensi.......................................................
15
A.4.
Pengertian Membilang........................................................
17
A.5.
Tujuan Membilang...............................................................
21
A.6.
Pelaksanaan Media Tas Upin............................................
22
B. Temuan Hasil Penelitian yang Relevan..................................
23
C. Kerangka Berpikir.........................................................................
24
D. Hipotesis Tindakan.......................................................................
27
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN................................................ 28
A. Setting Penelitian.........................................................................
28
B. Subjek Penelitian.........................................................................
28
C. Sumber Data.................................................................................
28
D. Tehnik dan Alat Pengumpul Data.............................................
29
E. Validasi Data dan Analisis Data................................................
29
F. Tingkat Pencapaian
Perkembangan/Indikator........................
30
G. Prosedur Penelitian.....................................................................
30
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...........................
40
A. Hasil Penelitian............................................................................. 40
A.1
Deskripsi Model Tindakan....................................................
40
A.2
Deskripsi Model Tindakan Siklus I.....................................
40
A.3
Deskripsi Model Tindakan Siklus II....................................
47
A.4
Deskripsi Hasil Tindakan Siklus I.......................................
51
A.5
Deskripsi Hasil Tindakan Siklus II......................................
53
B.
Pembahasan Hasil Penelitian......................................................
56
BAB V
PENUTUP....................................................................................
62
A. Kesimpulan...................................................................................
62
B. Implikasi/Rekomendasi...............................................................
63
C. Saran..............................................................................................
63
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................
65
LAMPIRAN
ABSTRAK
PENGGUNAAN MEDIA TAS UPIN UNTUK MENINGKATKAN KARAKTER
PERCAYA DIRI DAN KOMPETENSI MEMBILANG BAGI SISWA KELOMPOK A SEMESTER I TK ISLAM MIFTAHUL ULUM
GUMAYUN TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Futicha
Turisqoh, S. PdI, Guru Kelas A1 TK Islam Miftahul Ulum Gumayun
Penelitian ini
bertujuan: untuk meningkatkan karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak, mampu membuat urutan bilangan 1-10,
membilang dengan menunjuk benda, menunjukkan urutan benda, menghubungkan
lambang bilangan dengan benda dengan menggunakan media Tas Upin di TK Islam
Miftahul Ulum Gumayun tahun pelajaran 2013/2014.
Subyek
penelitian ini adalah guru dan anak pada anak kelompok A1 TK Islam Miftahul
Ulum Gumayun yang berjumlah 16 anak yang terdiri dari 9 anak laki-laki dan 7
anak perempuan.
Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan observasi dan dokumentasi. Dari
hasil analisi Bab IV disimpulkan bahwa media
Tas Upin dapat meningkatkan karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak pada kelompok A di TK Islam Miftahul
Ulum Gumayun tahun pelajaran 2013/2014. Rancangan penelitian tindakan kelas
(Class/Room Action) berbentuk siklus-siklus seolah-olah merupakan proses daur
ulang, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan
refleksi.
Dari
siklus-siklus kegiatan yang telah
dilaksanakan diperoleh hasil sebagai berikut : Siklus I prosentasi siswa yang percaya diri dan mampu membilang sebanyak 12 anak (73,63%)),
pada siklus II disajikan dengan media tas Upin prosentase keberhasilan menjadi 14 anak (86,
36%), sehingga dapat dikatakan bahwa penelitian ini telah berhasil.
Kata kunci: Tas
Upin, Percaya Diri, Membilang
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Menurut Permendiknas No. 58 Tahun 2009 dan Undang-undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 angka 14
menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan
yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang
dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan
dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut. Dalam hal ini, guru di Taman Kanak-Kanak dituntut
untuk membantu anak didik mengembangkan potensi baik psikis dan fisik yang
meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik
motorik, kemandirian dan seni untuk siap memasuki pendidikan selanjutnya.
Idealnya, anak kelompok A TK Islam Miftahul Ulum Gumayun
memiliki karakter percaya diri dan kompetensi
membilang. Namun demikian, pada kenyatannya banyak anak yang masih belum percaya
diri dan mampu membilang dalam kegiatan pembelajaran membilang di sekolah. Pada
saat mereka diberi tugas untuk membilang, mereka merasa malu dan ragu bahkan
takut dalam menjawab pertanyaan guru. Hal ini menandakan bahwa mereka masih
belum mampu membilang dengan baik. Berdasarkan pengamatan peneliti, presentase karakter
percaya diri dan kompetensi membilang
anak kelompok A TK Islam Miftahul Ulum Gumayun baru mencapai 40,90 % (kategori
mulai terlihat). Padahal menurut panduan pendidikan, diharapkan guru dapat
menanamkan nilai-nilai karakter bangsa seperti percaya diri sampai pada
kategori membudaya.
Rendahnya karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak kelompok A
TK Islam Miftahul Ulum Gumayun tersebut berdampak pada rendahnya aktivitas
belajar. Berdasarkan kajian empiris yang pernah dilakukan guru sekaligus
sebagai peneliti melalui pengamatan yang dilakukan saat pembelajaran membilang
dengan menggunakan media-media yang biasa digunakan selama ini ternyata
masih belum cukup meningkatkan karakter percaya diri dan kompetensi membilang dalam aktivitas
pembelajaran membilang yang dilakukan anak kelompok A TK Islam Miftahul Ulum
Gumayun Tahun Pelajaran 2013/2014. Hal ini menunjukkan bahwa karakter percaya
diri dan kompetensi membilang anak
masih rendah.
Oleh karena itu, untuk mengatasi rendahnya karakter
percaya diri dan kompetensi
membilang anak kelompok A TK Islam Miftahul Ulum Gumayun, penulis memberikan
solusi alternatif dengan menggunakan media Tas Upin, yaitu media inovatif yang unik dan menarik serta membuat anak jadi
pintar membilang dan penuh percaya diri.
Penulis menggunakan media Tas Upin karena memiliki
beberapa keunggulan, di antaranya
sebagai berikut:
1.
Proses
pembuatannya yang unik dan menarik, dimana bahan yang digunakan pada bagian
luar adalah terbuat dari susunan wadah pembungkus susu dan kopi susu
sachetan/kemasan, yang dijahit/dirangkai selang-seling menjadi sebuah tas
berbentuk ransel, yang nyaman dipakai anak dan ringan saat dibawa, sehingga
anak suka mengenakannya. Kemudian pada bagian dalam dilapisi kain flannel
dengan warna hijau cerah yang disukai anak sehingga anak termotivasi untuk
belajar. Untuk warna bisa disesuaikan dengan selera pemakai.
2.
Proses
kegunaannya yang multiguna, dimana Tas Upin selain berfungsi layaknya tas pada
umumnya, yaitu untuk membawa benda-benda, juga bisa berfungsi sebagai alat
peraga edukatif. Sebab, jika Tas Upin tersebut dibuka dan dibentangkan/dilepas
perekat-perekatnya, maka Tas Upin akan berubah menjadi nampan panjang yang bisa
digunakan untuk belajar, sehingga dari
keunikannya tersebut, Tas Upin menjelma menjadi tas pintar, karena membuat
anak-anak menjadi pintar/pandai membilang.
3.
Proses
kekuatannya, dimana Tas Upin merupakan alat peraga edukatif yang bisa bertahan
lama atau bisa digunakan bertahun-tahun selama guru bisa menjaganya agar tidak
sampai rusak.
4.
Proses
daur ulang yang baik, dimana bahan yang dibuat adalah dari bahan bekas atau
yang sudah bisa menjadi sampah, tapi bisa dimanfaatkan menjadi media
pembelajaran yang sangat baik dan mengasikkan. Dan meskipun terbuat dari barang
bekas, Tas Upin terlihat seperti barang baru yang pantas dipajang dan dikenakan
siswa untuk belajar membilang. Apalagi ika melihat fenomena sekarang ini,
dimana sampah-sampah terbuang percuma, mungkin Tas Upin merupakan salah satu
media “penolong” dalam mengatasi solusi “pembuangan” sampah yang positif dan
mendidik.
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang dipaparkan di atas dapat diidentifikasi hal-hal sebagai
berikut:
1.
Mengapa karakter percaya diri anak rendah, padahal guru sudah berusaha
mengarahkan dan membimbing anak untuk mengikuti pembelajaran dengan baik?
2.
Mengapa kompetensi membilang
anak pada materi pembelajaran membilang masih rendah, padahal guru sudah
membimbing dan megarahkan anak untuk mengikuti pembelajaran membilang dengan
baik ?
3.
Apakah guru dalam pembelajaran di kelas belum mamanfaatkan media-media yang ada
di lingkungan sekitar secara maksimal?
4.
Apakah guru dalam pembelajaran di kelas belum menggunakan media yang menarik,
sehingga aktivitas belajar anak rendah?
5. Apakah guru dalam
pembelajaran di kelas belum menerapkan model pembelajaran yang menarik
perhatian anak, sehingga karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak rendah?
C.
Pembatasan Masalah
Agar permasalahan
dalam penelitian ini tidak meluas, perlu adanya pembatasan masalah. Dari
identifikasi masalah yang sudah diuraikan di atas maka yang menjadi pokok
permasalahan adalah model dan media pembelajaran apakah yang akan digunakan
untuk meningkatkan karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak. Model dan
media yang dimaksud dalam penelitian ini adalah model pembelajaran dengan menggunakan media Tas Upin.
D.
Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah proses penggunaan media Tas
Upin dapat meningkatkan karakter percaya diri dan
kompetensi membilang anak didik kelompok A TK Islam Miftahul Ulum Gumayun Semester 1
Tahun Pelajaran 2013-2014?
2. Seberapa besarkah peningkatan karakter percaya diri anak didik kelompok A TK Islam
Miftahul Ulum Gumayun Semester 1 Tahun Pelajaran 2013-2014?
3. Seberapa besarkah peningkatan kompetensi
membilang anak didik kelompok A TK Islam Miftahul Ulum Gumayun Semester
1 Tahun Pelajaran 2013-2014?
E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mendeskiripsikan proses
penggunaan media Tas Upin dapat meningkatkan karakter
percaya diri dan kompetensi membilang anak didik kelompok A TK Islam Miftahul Ulum Gumayun Semester 1
Tahun Pelajaran 2013-2014.
2.
Untuk
mengetahui besarnya peningkatan karakter percaya diri anak didik kelompok A TK
Islam Miftahul Ulum Gumayun Semester 1 Tahun Pelajaran 2013-2014
3. Untuk mengetahui besarnya peningkatan kompetensi membilang anak didik
kelompok A TK Islam Miftahul Ulum Gumayun Semester 1 Tahun Pelajaran 2013-2014.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian
ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
Bagi Anak
Didik:
a. Agar anak dapat memahami konsep
membilang 1-5
b. Agar anak dapat memahami bilangan 1-10
c. Agar anak dapat membilang (mengenal
konsep bilangan dengan benda benda) sampai 10
d. Agar
anak lebih tertarik belajar membilang
e. Untuk menciptakan suasana belajar yang
lebih menyenangkan
Bagi Guru:
1. Agar menambah wawasan tentang media Tas
Upin sebagai media membilang
2.
Sebagai
media pembelajaran alternatif bagi guru yang kreatif dan inovatif dalam
mengemas proses pembelajaran sehingga anak merasa senang dan tidak bosan.
f.
Bagi
Sekolah
1.
Sebagai
sumbangan pemikiran dalam rangka meningkatkan kualitas peserta didik TK Islam Miftahul Ulum Gumayun.
2.
Meningkatkan
kualitas pembelajaran .
BAB II
KERANGKA TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR,
DAN HIPOTESIS
A.
KERANGKA TEORITIS
A.1. PENGERTIAN MEDIA
Media adalah perantara atau pengantar,
secara khusus dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk
membawa informasi dari satu sumber kepada penerima.
Gagne dan Biggs (dikutip Arsyad, 2002)
menyatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat secara fisik digunakan untuk
menyampaikan isi materi pengajaran yang antara lain terdiri atas: buku, tape
recorder, film, foto, grafik, kaset, video kamera, televisi, computer, dan lain
lain.
Depdiknas (2003) menyatakan bahwa
media pembelajaran adalah media pendidikan yang secara khusus digunanakan untuk
mencapai tujuan tertentu yang sudah dirumuskan. Media ini disebut juga sebagai
alat peraga atau alat bantu yang digunakan guru untuk mempermudah tugas dalam
mengajar sama halnya dengan Audio Visual Aids (AVA) sebagai media
pembelajaran.
Media pembelajaran memiliki beberapa
manfaat seperti dikemukakan oleh Kemp dan Deyton (1995) yaitu:
1. Penyampaian materi pembelajaran dapat
diseragamkan
2. Proses pembelajaran lebih menarik.
3. Proses pembelajaran lebih interaktif
4. Jumlah waktu mengajar dapat dikurangi
5. Kualitas belajar siswa dapat lebih
ditingkatkan.
6. Proses pembelajaran dapat terjadi
dimana saja dan kapan saja
7. Sikap positif siswa terhadap proses
belajar dapat dioptimalkan.
8. Peran guru dapat berubah kearah yang
lebih positif dan produktif.
Selain
banyak manfaat yang kita peroleh Media juga mempunyai peran dalam pembelajaran,
menurut Ahmad Rohani (1997) peran media pembelajaran adalah:
a. Mengatasi perbedaan pengalaman pribadi
peserta didik.
b. Mengatasi ruang-ruang kelas
c. Mengamati benda yang terlalu kecil
d. Mengamati benda yang bergerak terlalu
cepat dan terlalu lambat.
e. Mengamati suara yang halus untuk
didengar
f. Mengamati peristiwa-peristiwa alam.
g. Media pembelajaran berperan
membangkitkan minat belajar yang baru.
. A.2. PENGERTIAN TAS
Tas adalah wadah tertutup yang dapat
dibawa bepergian. Materi untuk membuat tas antara lain adalah kertas, plastik, kulit, kain,
dan lain-lain. Biasanya digunakan untuk membawa pakaian, buku, dan lain-lain.
Tas yang dapat digendong di punggung disebut ransel,
sedangkan tas yang besar untuk memuat pakaian disebut koper (dari bahasa Belanda koffer). Ada pula tas yang
hanya berbentuk kotak yang biasanya dipergunakan oleh kaum wanita untuk membawa
peralatan kecantikannya, biasanya disebut dengan tas kecantikan atau beauty
case .
A.3. PENGERTIAN TAS UPIN
Pendapat
AECT (Association For Education Communication Technology) dalam Arsyad
mendefinisikan bahwa “Media adalah segala bentuk yang dipergunakan untuk
menyalurkan pesan informasi” (Arsyad,2002:11). Dan media Tas Upin yang
merupakan akronim dari Tas Unik dan Pintar adalah media yang murah dan mudah
dicari, yang bisa kita kreasikan menjadi alat peraga dalam proses belajar
mengajar. Unik pembuatannya, karena tas tersebut bagian luarnya terbuat dari
bungkus/wadah susu dan kopi susu kemasan/sachetan yang sudah tidak terpakai
lagi. Artinya, dari sampah/barang bekas pun bisa kita kreasikan menjadi alat
peraga edukatif, berbentuk tas. Disebut tas unik juga karena jika tas tersebut
dibuka dan dibalik akan membentuk nampan yang berfungsi untuk pembelajaran
anak, dimana pada bagian dalamnya terbuat dari kain flannel yang berwarna
cerah, sehingga dapat memotivasi anak untuk belajar. Disebut tas pintar karena
tas tersebut bisa membuat anak menjadi pintar, sebab dari tas tersebut
anak-anak akan senang belajar mengenal angka, huruf, dan benda-benda lainnya
yang dapat meningkatkan kompetensi belajar anak.
Adapun
cara pembuatan Tas Upin adalah sebagai berikut:
1.
Bungkus susu putih dan kopi susu sachetan/kemasan
yang sudah tidak terpakai dikumpulkan, lalu disusun dan dirangkai dengan cara
dijahit agar kuat dan tidak cepat lepas hingga susunan membentuk
persegipanjang. Karena pembungkus susu dan kopi susu kemasan tersebut tipis,
sebagai penguat maka dilapisi kain yang kuat, dalam hal ini penulis menggunakan
kain flannel berwarna hijau cerah. Penulis memilih kain flannel dengan
pertimbangan: kainnya kuat, lembut di tangan, dan penuh warna yang disukai
anak. Setelah itu, pada bagian pinggir dilapisi dengan bahan yang tidak mudah
robek dan kuat. Pada bagian dalam, pada pinggir kain flannel diberi perekat,
agar jika ditutup bisa menempel dan membentuk tas. Kemudian, sebagai pelengkap,
tas tersebut diberi tali gantungan yang merupakan sambungan dari pelapis
pinggir tas. Penulis memilih warna biru karena warnanya yang bagus dan menarik
bagi anak.
2.
Sebagai media belajar, penulis melengkapi isi tas
dengan angka-angka untuk belajar membilang. Angka-angka yang dibikin oleh
penulis terbuat dari kain flannel yang berwarna-warni, sebab dunia anak adalah
penuh warna, jadi untuk merangsang dan memotivasi anak, gunakan warna-warna
yang cerah. Selain berfungsi untuk meningkatkan kompetensi membilang anak, juga
bisa mengenalkan macam-macam warna kepada anak.
Dengan
memanfaatkan barang bekas, kita bisa berkreasi membuat media/alat peraga tanpa
harus membeli media dari benda-benda mahal yang biasa dijual di toko-toko alat
peraga, selain bisa melatih daya imajinasi kita dalam membuat karya yang unik
dan mendidik untuk anak didik kita. Kita bahkan bisa belajar bersama anak-anak
didik kita cara menghitung benda dan mengenal tulisan-tulisan untuk memacu
keberanian anak untuk berbicara dari media tas upin tersebut. Hal ini juga bisa melatih kreativitas anak dalam
berkarya melalui benda-benda yang sudah tidak digunakan lagi, salah satunya wadah/bungkus
produk bekas.
A.4. PENGERTIAN KARAKTER
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Karakter memiliki arti:
1). Sifat-sifat kejiwaan,
akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain.
2).Karakter juga bisa bermakna
"huruf".
Menurut (Ditjen
Mandikdasmen - Kementerian Pendidikan Nasional), Karakter adalah cara berpikir
dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan
bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa
dan negara. Individu yang berkarakter baik
adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan
tiap akibat dari keputusan yang ia buat.
W.B. Saunders, (1977: 126)
menjelaskan bahwa karakter adalah sifat nyata dan berbeda yang ditunjukkan oleh
individu, sejumlah atribut yang dapat diamati pada individu.
Gulo W, (1982: 29)
menjabarkan bahwa karakter adalah kepribadian ditinjau dari titik
tolak etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang, biasanya
mempunyai kaitan dengan sifat-sifat yang relatif tetap.
Kamisa, (1997: 281)
mengungkapkan bahwa karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi
pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak. Berkarakter
artinya mempunyai watak, mempunyai kepribadian.
Wyne mengungkapkan bahwa
kata karakter berasal dari bahasa Yunani “karasso” yang berarti “to mark” yaitu
menandai atau mengukir, yang memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai
kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Oleh sebab itu seseorang yang
berperilaku tidak jujur, kejam atau rakus dikatakan sebagai orang yang
berkarakter jelek, sementara orang yang berprilaku jujur, suka menolong dikatakan
sebagai orang yang berkarakter mulia. Jadi istilah karakter erat kaitannya
dengan personality (kepribadian) seseorang.
Alwisol menjelaskan pengertian
karakter sebagai penggambaran tingkah laku dengan menonjolkan
nilai (benar-salah, baik-buruk) baik secara eksplisit maupun implisit. Karakter
berbeda dengan kepribadian kerena pengertian kepribadian dibebaskan dari nilai.
Meskipun demikian, baik kepribadian (personality) maupun karakter berwujud
tingkah laku yang ditujukan kelingkungan sosial, keduanya relatif permanen
serta menuntun, mengerahkan dan mengorganisasikan aktifitas individu.
Definisi Karakter - Menurut bahasa, karakter adalah
tabiat atau kebiasaan. Sedangkan menurut ahli psikologi, karakter adalah
sebuah sistem keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkan tindakan seorang
individu. Karena itu, jika pengetahuan mengenai karakter seseorang itu dapat diketahui, maka
dapat diketahui pula bagaimana individu tersebut akan bersikap untuk
kondisi-kondisi tertentu. Dilihat dari sudut pengertian, ternyata karakter dan akhlak
tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Keduanya didefinisikan sebagai suatu
tindakan yang terjadi tanpa ada lagi pemikiran lagi karena sudah tertanam dalam
pikiran, dan dengan kata lain, keduanya dapat disebut dengan kebiasaan.
A.
5.
PENGERTIAN PERCAYA DIRI
Menurut Thantaway dalam
Kamus istilah Bimbingan dan Konseling (2005:87), percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis diri seseorang yang memberi
keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan sesuatu tindakan. Anak
yang tidak percaya diri memiliki konsep diri negatif, kurang percaya pada
kemampuannya, karena itu sering menutup diri.
Macam-Macam Percaya Diri:
Kalau melihat ke literatur
lainnya, ada beberapa istilah yang terkait dengan persoalan pede/percaya diri yaitu ada empat macam, yaitu :
1.
Self-concept: bagaiman kita
menyimpulkan diri kita secara keseluruhan, bagaimana kita melihat potret diri kita
secara keseluruhan, bagaimana kita mengkonsepsikan diri kita secara
keseluruhan.
2.
Self-esteem: sejauh mana kita punya perasaan positif terhadap diri kita,
sejauhmana kita punya sesuatu yang kita rasakan bernilai atau berharga dari
diri kita, sejauh mana kita meyakini adanya sesuatu yang bernilai, bermartabat
atau berharga di dalam diri kita.
3.
Self efficacy: sejauh mana kita punya
keyakinan atas kapasitas yang kita miliki untuk bisa menjalankan tugas atau
menangani persoalan dengan hasil yang bagus (to succeed). Ini yang disebut dengan general self-efficacy. Atau juga, sejauhmana kita meyakini
kapasitas kita di bidang kita dalam menangani urusan tertentu. Ini yang disebut
dengan specific self-efficacy.
4.
Self-confidence: sejauhmana kita punya
keyakinan terhadap penilaian kita atas kemampuan kita dan sejauh mana kita bisa
merasakan adanya “kepantasan” untuk berhasil. Self confidence itu adalah kombinasi dari self esteem dan self-efficacy
(James Neill, 2005)
Berdasarkan paparan
tentang percaya diri, kita juga bisa membuat semacam kesimpulan bahwa percaya diri adalah kondisi mental atau
psikologis seseorang, dimana individu dapat mengevaluasi keseluruhan dari
dirinya sehingga memberi keyakinan kuat pada kemampuan dirinya untuk melakukan
tindakan dalam mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya.
Akibat Kurang Percaya Diri:
Ketika ini dikaitkan
dengan praktek hidup sehari-hari, anak yang memiliki kepercayaan diri rendah
atau telah kehilangan kepercayaan, cenderung merasa / bersikap sebagai berikut
:
a. Tidak memiliki sesuatu
(keinginan, tujuan, target) yang diperjuangkan secara sungguh sungguh.
b. Tidak memiliki keputusan
melangkah yang decissive (ngambang)
c. Mudah frustasi atau give-up ketika menghadapi masalah atau
kesulitan
d. Kurang termotivasi untuk
maju, malas-malasan atau setengah-setengah
e. Sering gagal dalam
menyempurnakan tugas-tugas atau tanggung jawab (tidak optimal)
f.
Canggung dalam menghadapi orang
g. Tidak bisa
mendemonstrasikan kemampuan berbicara dan kemampuan mendengarkan yang
meyakinkan
h. Sering memiliki harapan
yang tidak realistis
i.
Terlalu perfeksionis
j.
Terlalu sensitif (perasa)
Sebaliknya, anak yang mempunyai kepercayaan diri bagus, mereka memiliki perasaan
positif terhadap dirinya, punya keyakinan yang kuat atas dirinya dan punya
pengetahuan akurat terhadap kemampuan yang dimiliki. Anak yang punya
kepercayaan diri bagus bukanlah anak yang hanya merasa mampu (tetapi sebetulnya
tidak mampu) melainkan adalah anak yang mengetahui bahwa dirinya mampu
berdasarkan pengalaman dan perhitungannya.
A.6. PENGERTIAN KOMPETENSI
Menurut definisi dari berbagai referensi, kompetensi adalah: (1)
Kemampuan yang sesuai dengan kebutuhan; Kemampuan atau kecakapan yang
cukup/memadai; Keadaan cakap, mampu, tangkas. (2) Properti atau sarana penopang
yang memadai untuk melengkapi kebutuhan dan kenyamanan hidup tanpa jumlah yang
berlebih-lebihan (3) Dalam hukum: kapasitas hukum, kualifikasi, kekuasaan,
yurisdiksi, atau kesesuaian, seperti kompetensi seorang saksi untuk bersaksi,
kompetensi hakim untuk mengadili sebuah kasus.
Istilah kompetensi dalam pendidikan mulai populer di Indonesia
seiring dengan munculnya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pada tahun 2004,
yang disempurnakan menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun
2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi lebih menekankan pada kompetensi peserta didik,
atau kemampuan apa yang harus dimiliki oleh siswa setelah melakukan proses
pembelajaran tertentu.
Peserta didik dalam Undang-Undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada
jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu, dengan tujuan meningkatkan
kompetensi peserta didik.
Kompetensi peserta didik adalah kemampuan yang harus
dimiliki/dicapai peserta didik setelah mengikuti pembelajaran. Kemampuan
tersebut adalah perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang
direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Seseorang yang telah
memiliki kompetensi dalam bidang tertentu bukan hanya mengetahui, tetapi juga dapat
memahami dan menghayati bidang tersebut yang tercermin dalam pola perilaku
sehari-hari.
Kompetensi peserta didik pada setiap tingkat dan/atau semester
terdiri atas Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD). Secara detil,
klasifikasi kompetensi peserta didik mencakup:
Kompetensi Lulusan, yaitu kemampuan minimal
yang harus dicapai oleh peserta didik setelah tamat mengikuti pendidikan pada
jenjang atau satuan pendidikan tertentu. Misalnya, kompetensi lulusan SD/MI,
SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK. Dilihat dari tujuan kurikulum, kompetensi lulusan
termasuk tujuan institusional.
Kompetensi Standar, yaitu kemampuan minimal
yang harus dicapai setelah anak didik menyelesaikan suatu mata pelajaran
tertentu pada setiap jenjang pendidikan yang diikutinya. Misalnya, kompetensi
yang harus dicapai oleh mata pelajaran IPA di SD, matematika di SD, dan lain
sebagainya. Dilihat dari tujuan kurikulum, kompetensi standar termasuk pada
tujuan kurikuler.
Kompetensi Dasar, yaitu kemampuan minimal
yang harus dicapai peserta didik dalam penguasaan konsep atau materi pelajaran
yang diberikan dalam kelas pada jenjang pendidikan tertentu. Dilihat dari
tujuan kurikulum, kompetensi termasuk pada tujuan pembelajaran.
Ketiga macam kompetensi peserta didik tersebut, terkait erat satu sama
lain. Kompetensi Dasar harus senantiasa mengacu pada Kompetensi Standar
(Standar Kompetensi), dan Kompetensi Standar harus senantiasa mengacu pada
Kompetensi Lulusan.
A.7. PENGERTIAN MEMBILANG
Piagets (1965) mengemukakan bahwa
untuk mengenal bilangan, ada beberapa konsep dasar yang harus dikuasai oleh
anak, yaitu konsep klasifikasi (classification), urutan (seriatoin-ordering), hubungan satu-satu (one to one correspondence) dan konservasi (conservation).
Pada masa usia 4-6 tahun anak membutuhkan benda untuk
memahami konsep bilangan. Penguasaan konsep tersebut melalui beberapa tahap
yaitu:
a.
Tahap konsep
Konsep klasifikasi menyangkut hubungan
persamaan dan perbedaan. Kegiatan seperti mengelompokkan benda-benda yang sama
menurut karakteristik tertentu (warna, ukuran, bentuk) merupakan latihan
klasifikasi.
b.
Tahap
Urutan
Konsep kedua, urutan sangat penting dalam mengenal
bilangan. Pada tahap awal, anak dapat dilatih mengurutkan angka secara urut
dari satu, dua tiga dan seterusnya sampai anak mengingatnya. Berdasarkan
penelitian sebelumnya Payne, et al (Coplay, 2001:56 ) bahwa anak usia
dini dapat sampai sepuluh atau lebih.
c.
Tahap
hubungan satu-satu
Konsep ketiga,
korespondensi satu-satu
memerlukan pemahaman bahwa satu benda dalam satu rangkaian mempunyai jumlah
yang sama dengan satu benda dalam rangkaian lain, meskipun karakteristiknya
berbeda. Anak dapat dilatih membagi benda setiap orang satu atau
menghubungkan angka 1 dengan jumlah
benda yang sama yaitu1, angka 2 dengan 2 benda dan seterusnya atau topi
pasangannya kepala dan sebagainya.
d.
Konsep
keempat konservasi, berarti
banyaknya suatu benda akan tetap sama, meskipun tempatnya berubah-ubah. Ada dua
macam konservasi, yaitu konservasi
kuantitas (memindahkan segelas air ke berbagai bentuk tabung) dan konservasi jumlah (jumlah beberapa
benda tidak berubah, meskipun benda tersebut diubah-ubah tempatnya atau
dipisah-pisah). Para pendidik sekarang merasakan bahwa konsep dasar bilangan
ini ternyata juga penting bagi penguasaan materi matematika secara keseluruhan.
Berdasarkan
teori Piaget, dalam penelitiannya Underbill, Uprichard, dan Heddens (1980)
mengidentifikasi tiga tahap perkembangan penguasaan matematika, yaitu tahap konkrit, tahap semi konkrit, dan tahap
abstrak.
Tahap konkrit menyangkut memanipulasi benda.
Kegiatan manipulasi benda kemudian dikaitkan dengan proses berhitung. Untuk
mengajarkan penjumlahan bilangan s.d 5. Dalam mengajarkan konsep bilangan satu-satu pada tahap konkritdi mulai dengan
menghitung benda - benda, guru dapat menugasi anak untuk menyediakan
masing-masing satu tutup untuk beberapa gelas minuman atau membagikan
masing-masing sebuah pensil kepada semua anak di kelas. Beberapa anak masih
harus melibatkan kegiatan konkrit,
misalnya menghitung dengan jari dalam menyelesaikan soal penjumlahan,
menghitung dengan daun, permainan menjepit di kertas bentuk lingkaran atau
jemuran, pengalaman konkrit sangat
penting dalam mengembangkan ketrampilan belajar pada tahap ini.
Dunlap dan Brennan (1979) menekankan penggunaan alat
bantu belajar yang dimanipulasi/dipindah-pindahkan, misalnya lidi, krikil,
balok beraneka ukuran dan warna. Namun demikian, penggunaannya harus
direncanakan dengan baik, sehingga tidak menimbulkan kesan main-main di hadapan
anak. Mereka menyampaikan pedoman sebagai berikut:
1.
Sebelum
mulai dengan konsep abstrak, pembelajaran harus maju bertahap dari pengalaman
konkrit/manipulatif ke pengalaman semikonkrit.
2.
Tujuan
utama penggunaan alat bantu manipulatif adalah membantu anak memahami dan
mengembangkan imajinasi proses matematika.
3.
Kegiatan
belajar harus menggambarkan proses yang sebenarnya. Misalnya, harus ada kaitan
erat antara kegiatan manipulatif dengan tugas matematika. Dengan kata lain,
kegiatan manipulatif memang hanya dilakukan untuk memecahkan matematika.
4.
Beberapa
macam kegiatan manipulatif diperlukan dalam mengajarkan satu konsep. Misalnya,
untuk mengajarkan konsep penjumlahan dapat dipakai permainan jual beli dan
memberi/menerima.
5.
Alat
bantu harus digunakan oleh anak secara individual.
6.
Pengalaman
dengan kegiatan manipulatif harus melibatkan benda-benda yang bergerak. Proses
belajar terjadi dari kegiatan anak manipulasi alat bantu, bukan dari alat bantu
yang diam.
Pada tahap semi konkrit, guru menggunakan
berbagai simbol benda, misalnya garis, lingkaran, titik, dsb. Ada pakar yang
membagi masa ini menjadi dua, yaitu tahap semi konkrit dan semi abstrak. Tahap
semi konkrit berarti memanfaatkan gambar dari benda-benda nyata (gambar burung,
meja, bintang,- pensil. dsb). Sedangkan tahap semi abstrak adalah menggunakan
garis-garis lidi (misalnya //// =4). Tekanan pada tahap ini adalah penanaman
asosiasi antara model fisual dengan proses simbol.
Pada tahap abstrak, anak
sudah mampu menggunakan angka. Misalnya hitungan pada tahap ini sudah dapat
berupa pengajaran soal matematika hanya dengan angka. Anak yang mengalami
kesulitan belajar mungkin memerlukan banyak pengalaman dan latihan pada tahap
semikonkrit dan konkrit untuk menggunakan angka secara bermakna anak usia 3 – 5
tahun menurut piaget akan memahami beberapa konsep yaitu: Konsep dasar lebih
besar dan lebih kecil, Korespodensi
satu-satu, Bilangan cardinal, Bilangan ordinal, Konsep himpunan.
A.8. TUJUAN
MEMBILANG
Tujuan yang ingin dicapai dari konsep
membilang adalah agar anak mengetahui
dasar-dasar pembelajaran membilang, anak diharapkan mampu mengenal dan memahami
konsep bilangan, transisi dan lambang sesuai dengan jumlah benda-benda
pengenalan bentuk lambang dan dapat mencocokkan sesuai dengan lambang bilangan.
Secara khusus tujuan pembelajaran membilang di taman kanak-kanak adalah:
1. Dapat berpikir logis dan sistematis
sejak dini, melalui pengamatan terhadap
benda-benda konkrit, gambar-gambar, atau angka-angka yang terdapat disekitar
anak-anak.
2. Memiliki ketelitian, konsentrasi,
abstraksi dan daya apresiasi yang tinggi.
3. Memiliki pemahaman konsep ruang dan
waktu serta dapat memperkirakan kemungkinan urutan sesuatu peristiwa terjadi
disekitarnya.
4. Memiliki kreatifitas dan imajinasi
dalam menciptakan sesuatu secara spontan.
B.
PELAKSANAAN MEDIA TAS UPIN
Pembelajaran interaktif adalah pembelajaran yang
menghasilkan pertukaran pikiran, perasaan, dan
gagasan antara dua orang atau lebih untuk menghasilkan efek timbal balik
(Brown, 1980:159).
Pembelajaran
interaktif adalah suatu kaedah yang melibatkan interaksi antara guru dengan
murid, murid dengan murid atau murid dengan alat peraga. Untuk itu perlu
dilakukan beberapa situasi dan kondisi dalam pembelajaran mari membilang
melalui media Tas Upin .
Pelaksanaan tindakan tertulis pada tabel 2.1 berikut ini:
Tabel 2.1. Teknik penyampaian
pembelajaran media Tas Upin
Media Tas
Upin
membilang dapat diberikan secara individual
|
Media
Tas Upin
membilang
dapat diberikan secara kelompok (10-30) anak
|
Media
Tas Upin
membilang dapat diberikan kepada anak dalam jumlah
siswa yang besar (80-100) anak.
|
1.
Guru
duduk di samping anak
|
1.
Anak
duduk dengan posisi setengah lingkaran atau leter u di kursi maupun di lantai.
|
1.
Anak duduk berbanjar, duduk di atas lantai.
|
2.
Tas
Upin diperagakan dan dibuka lalu diletakkan di atas meja.
|
2.
Guru
duduk di dekat Tas Upin
untuk memotivasi anak
|
2.
Guru duduk di sebelah Tas Upin dengan memegang angka
|
3.
Mulai
dengan mengambil angka
|
3.
Guru
mengambil angka dan menunjukkan kepada anak
|
3.
Tas Upin di buka dan diletakkan di atas meja, agar guru lebih
leluasa menyampaikan materi
|
4.
Guru
menjelaskan dengan singkat nama benda (Tas Upin, angka)
|
4.
Guru
menjelaskan materi membilang secara singkat
|
4.
Guru
menjelaskan dengan singkat Tas Upin dan angka-angka dengan memberi pertanyaan
kepada anak
|
5.
Guru
membimbing mengurutkan angka.
|
5.
Guru
membimbing mengurutkan angka kemudian menghitung bendanya
|
5.
Guru
membimbing mengurutkan dan menghubungkan angka 1-10 dengan menghitung
bendanya.
|
C. Temuan Hasil Penelitian yang
Relevan
Dari
beberapa peneliti menyatakan bahwa: mengenal angka dengan berbagai media yang
menarik seperti penelitian yang sebelumnya yang dilakukan oleh Siti Khodijah dari Universitas Terbuka (2011)
menyatakan memanfaatkan media kartu angka dapat meningkatkan karakter percaya
diri dan kompetensi membilang anak dalam menyebutkan lambang bilangan dengan
menunjukkan benda sampai 5. Demikian juga Titin ( 2010) melakukan penelitian
dengan menggunakan media kayu angka untuk meningkatkan karakter percaya diri dan
kompetensi membilang pada anak TK, sementara
Andriyani mengenalkan media dadu
digunakan untuk mengembangkan karakter percaya diri dan kompetensi membilang pada
anak usia dini.
D. Kerangka Berpikir
Untuk
memperjelas dan mempermudah alur pikiran tentang pembelajaran membilang 1-10 dengan media Tas Upin
sebagai usaha untuk meningkatkan karakter
percaya diri dan kompetensi membilang anak dengan rancangan model
penelitian tindakan kelas melalui kolaborasi guru kelompok A dan menggunakan
model proses. Menurut Model Kurt Lewin
Konsep pokok penelitian tindakan terdiri dari empat komponen, yaitu ; a)
perencanaan (planning), b) tindakan (acting), c) pengamatan (observing), dan d) refleksi (reflecting). Hubungan keempat komponen
tersebut dipandang sebagai siklus yang dapat digambarkan sebagai berikut :
Model ini direncanakan melalui dua siklus yaitu siklus I
dan siklus II.dengan kegiatan yang sama yaitu:
Siklus I terdiri atas kegiatan-kegiatan:
a.
Rencana
Tindakan
b.
Rencana
Kegiatan
c.
Observasi
dan
d.
Evaluasi
dan Refleksi
Berdasarkan hasil refleksi/evaluasi
pada siklus I dilanjutkan dengan siklus II yang kegiatannya hampir sama dengan
siklus I.
Siklus Penelitian Tindakan Kelas
Kondisi
Awal
Rendahnya
karakter percaya diri dan kompetensi
membilang anak
|
Studi
Pendahuluan
1. Merencanakan proses pembelajaran
2. Melaksanakan kegiatan
3. Analisis nilai
|
Siklus
I
1. Merencanakan perbaikan
2. Melakukan perbaikan
3. Melaksanakan observasi
4. Melaksanakan diskusi dengan teman
sejawat
5. Melakukan refleksi
|
Persiapan
Penelitian
1.
Menyusun
rencana perbaikan pembelajaran
2.
Menyusun
lembar observasi
3.
Menyusun
lembar evaluasi
|
Refleksi
|
Hasil belum optimal
|
Siklus II
1.
Merencanakan
perbaikan
2.
Melakukan
perbaikan
3.
Melaksanakan
observasi
4.
Melaksanakan
diskusi dengan teman sejawat
5.
Melakukan
refleksi
|
Berhasil
|
Kesimpulan
Karakter
percaya diri dan kompetensi membilang anak meningkat
|
E. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan landasan teori, Penelitian
yang relevan dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis tindakan untuk
penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut: penggunaan media Tas Upin
dapat menarik minat dan motivasi anak dalam mengenal bilangan dari media Tas
Upin, sehingga diharapkan dapat meningkatkan karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak didik kelompok
A TK Islam Miftahul Ulum Gumayun semester I Tahun Pelajaran 2013/2014.
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A.
Setting Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini
dilaksanakan di TK Islam Miftahul Ulum Gumayun, merupakan TK swasta di Kecamatan Dukuhwaru yang berstatus TK
terakreditasi A tahun 2009, merupakan TK yang memiliki 2 rombongan belajar
yaitu kelompok A untuk anak usia 4-5
tahun berjumlah 40 anak dan
kelompok B untuk anak usia 5-6 tahun berjumlah 70 anak. Jumlah guru 12 orang, wakil kepala sekolah 1 orang dan 1 kepala
sekolah. Penelitian ini dilakukan secara siklus dan dilaksanakan oleh penulis
sekaligus sebagai guru kelompok A TK
Islam Miftahul Ulum Gumayun.
B.
Subjek Penelitian
Subyek Penelitian adalah anak didik kelompok A TK Islam Miftahul Ulum
Gumayun, Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal, semester I Tahun Pelajaran
2013/2014 yang berjumlah 16 anak. Dengan jumlah 9 anak laki-laki dan 7 anak perempuan.
C.
Sumber Data
Sumber
data diambil dari :
1. Hasil pengamatan guru pada proses
pembelajaran dan hasil pembelajaran.
2. Hasil pengamatan guru terhadap anak
melalui lembar observasi yang
diisi
oleh guru.
D.
Teknik dan Alat Pengumpul Data
Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi wawancara
dan pengamatan.
1.
Wawancara
Wawancara
diberikan kepada guru pendamping sebagai kolaborator untuk melengkapi kegiatan
lembar observasi
2.
Pengamatan
E.
Validasi Data dan Analisis Data
Untuk mengetahui tingkat perubahan secara optimal peningkatan
karakter percaya diri dan kompetensi
membilang anak adalah dengan menggunakan deskriptif prosentase, dengan
langkah sebagai berikut:
1. Hasil siklus I dianalisa dengan cara
mendiskripsikan peningkatan karakter
percaya diri dan kompetensi membilang anak sebelum memperoleh materi
pelajaran dengan menggunakan media Tas Upin (kondisi awal) dengan peningkatan
karakter percaya diri dan kompetensi
membilang anak setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan media Tas
Upin.
2. Hasil siklus II dianalisa dengan cara
mendiskripsikan peningkatan karakter
percaya diri dan kompetensi membilang anak siklus II dengan Siklus I.
3. Menganalisa dengan menggunakan
analisis deskriptif yaitu mendiskripsikan peningkatan karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak pada siklus I
dan siklus II dan kondisi awal sebelum penelitian.
F.
Tingkat Pencapaian
Perkembangan/Indikator
Lingkup perkembangan/ indikator
dari aspek perkembangan kognitif yang
meliputi konsep bilangan. Adapun kemampuan yang akan dicapai dari
indikator aspek perkembangan kognitif
adalah:
1.
Anak
dapat membuat urutan bilangan 1-10
2.
Anak
dapat membilang dengan menunjuk benda
3.
Anak
dapat menunjukkan urutan benda
4.
Anak
dapat menghubungkan lambang bilangan dengan benda
Apabila
85% dari jumlah anak mampu sesuai dengan indikator kinerja di atas maka dapat
dikatakan bahwa pembelajaran membilang dengan media Tas Upin tercapai.
G.
Prosedur Penelitian
Penelitian
ini dilakukan dengan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 2 siklus yaitu
siklus I dan siklus II. Adapun rincian kegiatan pada setiap siklusnya diuraikan
sebagai berikut
1.
Perencanaan
( Planning)
a. Mempersiapkan kegiatan pembelajaran
yang akan disajikan secara tepat yaitu :
1.
Mampu
membuat urutan bilangan 1-10
2.
Membilang
dengan menunjuk benda
3.
Menunjukkan
urutan benda
4.
Menghubungkan
lambang bilangan dengan benda
b. Membuat perangkat observasi yang
sesuai dengan rencana pembelajaran
c.
Mempersiapkan
media pembelajaran
Guru menyiapkan media
yang akan digunakan dengan mempersiapkan peralatan yang akan digunakan.
Perangkat Media:
1. Meja
2. Tas Upin
3. Angka-angka dari kain flannel
4. Benda-benda yang akan dihitungnya
d. Simulasi
skenario pembelajaran dengan menggunakan media Tas Upin dilakukan oleh peneliti
dan kolaburator sesuai dengan rencana pembelajaran yang akan disajikan.
e. Uji kelayakan media pembelajaran Tas
Upin berdasarkan hasil simulasi
skenario pembelajaran dengan media Tas Upin.
2.
Pelaksanaan
Tindakan
Guru
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
yang telah direncanakan dalam 2 siklus, dimana setiap siklus terdiri dari 3
kali pertemuan. Penyajian pembelajaran dengan media Tas Upin dilakukan
oleh guru I, observasi dilakukan oleh guru II menggunakan lembar observasi
terstruktur. Anak bersama –sama guru
menerapkan pembelajaran dengan media Tas Upin. Guru II mengamati
interaksi guru dan anak dengan menggunakan lembar observasi terstruktur.
Pelaksanaan tindakan tertulis pada tabel 3.1 berikut ini:
Tabel 3.1 Model Pembelajaran Tas Upin pada Siklus I
Kegiatan
Guru
|
Kegiatan
Siswa
|
Pertemuan
1
1.
Guru
menanyakan keadaan anak dan mengabsen anak didik.
|
1.
Menjawab pertanyaan guru, sesuai kondisi
anak masing-masing.
|
2.
Guru
memotivasi siswa dengan menyanyikan lagu berhitung
|
2.
Anak menyanyi bersama guru
|
3.
Guru
menjelaskan tentang fungsi Tas Upin dan
isinya melalui media Tas Upin
|
3.
Anak
menyaksikan dengan posisi duduk melingkar
|
Kegiatan
Inti
4.
Guru
membimbing mengurutkan angka
|
4.
Anak menyebutkan angkanya dan mengurutkannya.
|
5.
Guru
memberi tugas kepada anak untuk mengerjakan evaluasi melalui media Tas
Upin
|
5.
Anak mengerjakan tugas secara bergantian maju ke
depan
|
6.
Penutup
·
Tanya
jawab tentang materi membilang
·
Guru
memberikan reward kepada anak
|
6.
Anak menjawab pertanyaan guru dan bagi anak yang
mampu menjawab mendapat reward
|
Pertemuan
2
appersepsi
1.
Guru
menanyakan materi membilang pada pertemuan pertama dan masuk pada pertemuan
kedua guru mengajak anak menghitung benda
|
1.
Anak
menjawab dan menghitung benda
|
Kegiatan
Inti
2.
Guru
membagi anak dalam dua kelompok, kelompok putri bermain angka dengan
menggunakan daun dan kelompok putra bermain angka dengan menggunakan batu
|
2.
Anak mengerjakan kegiatan bermain angka dengan
daun dan batu melalui media Tas
Upin
|
3.
Guru
mengadakan evaluasi melalui tanya jawab dan anak menghitung benda serta
menunjuk angkanya.
|
3.
Anak
menjawab pertanyaan guru dengan menghitung benda dan menunjuk angkanya
|
Penutup
4.
Guru
menjelaskan kembali pelajaran hari itu dengan tanya jawab anak yang dapat menjawab mendapat reward
|
4.
Anak
mendengarkan penjelasan guru dan menjawab pertanyaan dengan cepat serta
menerima reward
|
Pertemuan
3
appersepsi
1.
Guru
menanyakan materi menghitung benda pada pertemuan kedua dan masuk pada
pertemuan ketiga guru mengajak anak menghubungkan
jumlah benda dengan angka
|
1.
Anak menjawab dan menghubungkan jumlah benda
dengan angka
|
Kegiatan
Inti
2.
Guru
membagi anak dalam dua kelompok, kelompok satu membuat bola-bola kecil dari
plastisin dan menghitungnya, kemudian kelompok dua bermain angka dengan menghubungkan
jumlah bola-bola kecil dengan angka
|
2.
Anak mengerjakan kegiatan bermain angka
dengan menghubungkan jumlah bola-bola kecil dari plastisin dengan angka
|
3.
Guru
mengadakan evaluasi melalui lembar kerja anak
(fortofolio)
|
3.
Anak
mengerjakan tugas dari guru
|
Penutup
4.
Guru
menjelaskan kembali pelajaran hari itu dengan tanya jawab, dan anak yang dapat menjawab mendapat
reward berupa boneka panda
|
4.
Anak mendengarkan penjelasan guru dan anak yang
hasil LKS-nya baik mendapat reward
berupa boneka panda
|
Tabel 3.1 Model Pembelajaran Tas Upin pada Siklus II
Kegiatan
Guru
|
Kegiatan
Siswa
|
Pertemuan
1
1.
Guru
menanyakan keadaan anak dan mengabsen anak didik.
|
1.
Menjawab pertanyaan guru, sesuai kondisi
anak masing-masing.
|
2. Guru memotivasi siswa dengan
menyanyikan lagu berhitung
|
2.
Anak menyanyi bersama guru
|
3.
Guru
menjelaskan tentang fungsi Tas Upin dan
isinya melalui media Tas Upin
|
3. Anak
menyaksikan dengan posisi duduk melingkar
|
Kegiatan
Inti
4.
Guru
menyuruh anak untuk menghitung ubin, kemudian mengurutkan angka sesuai jumlah
ubin yang telah dihitungnya
|
4. Anak menghitung ubin dan mengurutkan angkanya.
|
5.
Guru
memberi tugas kepada anak untuk mengerjakan evaluasi melalui media Tas
Upin
|
5. Anak mengerjakan tugas secara bergantian maju ke
depan
|
6.
Penutup
·
Tanya
jawab tentang materi membilang
·
Guru
memberikan reward kepada anak
|
7.
Anak menjawab pertanyaan guru dan bagi anak yang
mampu menjawab mendapat reward
|
Pertemuan
2
appersepsi
5.
Guru
menanyakan materi membilang pada pertemuan pertama dan masuk pada pertemuan
kedua guru mengajak anak menghitung benda
|
5.
Anak
menjawab dan menghitung benda
|
Kegiatan
Inti
6.
Guru
menyuruh anak untuk menghitung deretan kursi kemudian mengurutkan angka
sesuai jumlah kursi yang telah dihitungnya
|
6.
Anak menghitung deretan kursi kemudian
mengurutkan angka melalui media Tas Upin
|
7.
Guru
mengadakan evaluasi melalui tanya jawab dan anak menghitung benda serta
menunjuk angkanya.
|
7.
Anak
menjawab pertanyaan guru dengan menghitung benda dan menunjuk angkanya
|
Penutup
8.
Guru
menjelaskan kembali pelajaran hari itu dengan tanya jawab anak yang dapat menjawab mendapat reward
|
8.
Anak
mendengarkan penjelasan guru dan menjawab pertanyaan dengan cepat serta
menerima reward
|
Pertemuan
3
appersepsi
2.
Guru
menanyakan materi menghitung benda pada pertemuan kedua dan masuk pada
pertemuan ketiga guru mengajak anak menghubungkan
jumlah benda dengan angka
|
5.
Anak menjawab dan menghubungkan jumlah benda
dengan angka
|
Kegiatan
Inti
6.
Guru
menyuruh anak untuk menghitung deretan wadah krayon yang telah disusun anak
kemudian mengurutkan angka sesuai dengan jumlah wadah krayon yang telah
dihitungnya
|
4.
Anak menghitung deretan wadah krayon dan mengurutkan
angkanya
|
7.
Guru
mengadakan evaluasi melalui lembar kerja anak
(fortofolio)
|
5.
Anak
mengerjakan tugas dari guru
|
Penutup
8.
Guru
menjelaskan kembali pelajaran hari itu dengan tanya jawab, dan anak yang dapat menjawab mendapat
reward berupa boneka panda
|
5.
Anak mendengarkan penjelasan guru dan anak yang
hasil LKS-nya baik mendapat reward
berupa boneka panda
|
3. Observasi
Pengamatan dilakukan oleh guru ketika
anak melakukan aktifitas di dalam pembelajaran dengan menggunakan lembar
observasi berisi: nama anak, kelompok,
jam, nama observer, indikator yang diamati terdiri dari: membuat urutan bilangan 1-10, membilang
dengan menunjuk benda, menunjukkan urutan benda, menghubungkan lambang bilangan
dengan benda dengan cara memberi tanda (√) pada kolom o yang tersedia di lembar observasi.
observasi
anak dengan menggunakan penilaian
(● = M ),(○ = PB) , (√ = B)
Prosentase
kemampuan anak BSB dan BSH (● + √ )x100%
Jml S
keterangan:
a. Anak yang sudah melebihi indikator
yang tertuang dalam RKH atau mampu melaksanakan tugas tanpa bantuan secara
tepat /cepat/lengkap/benar, maka pada kolom penilaian dituliskan nama anak dan
tanda bulatan penuh (●)
b. Anak yang belum mencapai indikator
seperti diharapkan dalam RKH atau dalam melaksanakan tugas selalu dibantu guru,
maka pada kolom penilaian dituliskan nama anak dan diberi tanda bulatan (○)
c. Jika semua anak menunjukkan kemampuan
sesuai dengan indikator yang tertuang dalam RKH, maka pada kolom penilaian
dituliskan nama semua anak dengan tanda checklist (√)
d. BSB = berkembang sangat baik, BSH
berkembang sesuai harapan, Jml S = Jumlah Siswa dalam sekelas.
4. Evaluasi dan Refleksi
Pengumpulan data hasil observasi,
analisis data hasil observasi, melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran
upaya meningkatkan karakter percaya
diri dan kompetensi membilang anak didik TK Islam Miftahul Ulum Gumayun
dengan media Tas Upin.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
PENELITIAN
A.1. DESKRIPSI MODEL TINDAKAN
Sebelum menggunakan media Tas
Upin anak kelompok A Semester I TK Islam Miftahul Ulum Gumayun belum memiliki
karakter percaya diri dan kompetensi membilang. Mereka selalu enggan
mengucapkan atau meniru kata-kata guru untuk menyebutkan angka 1-5, bahkan
untuk menyusun angka-angka dengan menggunakan media yang ada pun mereka
terlihat kurang antusias. Mereka lebih suka bermain sendiri atau lari-larian di
dalam kelas. Minat belajar anak masih setengah-setengah dan kurang bersemangat
mengikuti pembelajaran membilang. Mereka cenderung diam dan pasif, masih
malu-malu dalam menjawab pertanyaan guru. Hal inilah yang mendorong penulis
untuk mencari solusi baru dengan menggunakan media baru yang menarik dan
inovatif, yaitu media Tas Upin, Tas Unik dan Pintar.
Model tindakan penelitian tindakan kelas ini berupa
penerapan pembelajaran dengan menggunakan media Tas Upin. Pelaksanaan
tindakan pada setiap siklus meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan
tindakan, observasi, evaluasi dan refleksi
A.2. Deskripsi Model Tindakan Siklus I
a.
Perencanaan
Persiapan yang dilakukan sebelum pelaksanaan tindakan siklus
adalah
:
i.
Berdasarkan hasil kegiatan yang dilaksanakan setiap
hari melalui kegiatan pembelajaran di dalam kelas melalui portopolio dibagi
menjadi 2 kelompok dengan pokok bahasan
membilang dengan permainan angka.
ii.
Peneliti sebagai guru pelaksana tindakan berdiskusi
dan membagi tugas dengan guru pengamat (Maulidatul Khabibah) tentang prosedur
penelitian, serta langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran melalui media Tas
Upin.
iii.
Mempersiapkan instrumen penelitian dan perangkat
pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar observasi anak
, alat penilaian anak, lembar evaluasi, dan alat peraga media Tas Upin.
b.
Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada
siklus I melalui media Tas Upin
melalui tiga kali pertemuan yaitu:
1)
Pertemuan pertama : Senin, 19 Agustus 2013 dengan kegiatan sebagai
berikut:
(1) Guru menata media yang akan digunakan
seperti: meja, Tas Upin, dan angka-angka..
(2). Guru mengatur organisasi kelas (
layout /posisi tempat duduk)
(3). Media Tas Upin di buka. Anak bersama guru menyanyikan
lagu 1,2
sambil bertepuk tangan.
Selanjutnya guru mengajak anak untuk
memilih angka yang akan disaksikan anak .
(4). Guru
dibantu oleh guru pendamping sekaligus sebagai pengamat dengan mengenalkan angka-angka sebagai materi
pembuka dengan tema lingkunganku.
(5). Anak mulai mengurutkan angka
bersama dengan guru dan memberi kesempatan kepada anak untuk memilih angka yang
diinginkan.
(6). Tahap selanjutnya adalah guru mengadakan tanya
jawab dan
evaluasi
dengan memberi kesempatan kepada anak untuk menunjuk angka yang disebutkan guru.
Jika anak menjawab dengan tepat akan mendapat kata pujian : hebat tepat sekali,
jika anak salah menjawab akan mendengar kata-kata coba lagi yaa.
2) Pada pertemuan yang kedua : Selasa,
20 Agustus 2013
Materi membilang dengan menggunakan daun
dan batu:
(1) Guru dibantu oleh guru pendamping mengajak
anak laki-laki untuk mencari batu sendiri sebanyak 5 buah, sedangkan anak
perempuan mencari daun yang dipetik sendiri di halaman sekolah, kemudian guru
mengenalkan daun dan batu kepada anak sebagai
materi pembuka dengan tema lingkunganku.
(2) Anak mulai mengurutkan angka dan
menghitung batu atau daun bersama dengan guru dan memberi kesempatan kepada
anak untuk memilih angka yang diinginkan.
(3) Tahap selanjutnya adalah guru
mengadakan tanya jawab dan evaluasi dengan memberi kesempatan kepada anak untuk
maju menunjuk angka yang paling tepat sesuai dengan jumlah bendanya.Jika anak
menjawab dengan tepat akan mendapat kata pujian : hebat tepat sekali, jika anak
salah menjawab akan mendengar kata-kata coba lagi yaa.
3) Pada pertemuan yang ketiga : Rabu, 21 Agustus
2013
Materi
membilang dengan menggunakan bola-bola dari plastisin sebagai berikut :
(1) Guru dan anak dengan dibantu oleh guru
pendamping membuat bola-bola dari plastisin dan mengenalkannya kepada siswa sebagai
materi pembuka dengan tema lingkunganku.
(2) Anak mulai mengurutkan angka dan
menghitung bola-bola dari plastisin bersama dengan guru dan memberi kesempatan
kepada anak untuk menunjuk angka sesuai
jumlah benda.
(3) Tahap selanjutnya adalah guru
mengadakan tanya jawab dan evaluasi dengan memberi kesempatan kepada anak untuk
maju menunjuk angka yang paling tepat sesuai dengan jumlah bendanya. Jika anak
menjawab dengan tepat akan mendapat kata pujian : hebat tepat sekali, jika anak
salah menjawab akan mendengar kata-kata coba lagi yaa. Guru membagikan LKS untuk
dikerjakan secara individu untuk mengetahui tingkat kemampuan anak di akhir
pembelajaran siklus I.
c. Observasi Pengamatan
dilakukan oleh guru ketika anak melakukan aktifitas di dalam pembelajaran membilang
dengan menggunakan lembar observasi pada saat penyajian materi membilang dengan
menggunakan media Tas Upin. Rangkuman hasil observasi siklus I adalah
sebagai berikut:
(1) Hasil observasi tanggal 19 Agustus
2013 oleh guru pengamat,
pelaksanaan
pembelajaran melalui media Tas Upin dengan mengurutkan angka 1-5
(2) Hasil observasi tanggal 20 Agustus
2013 adalah: guru pengamat mengamati aktifitas anak dalam mencari batu dan daun
kemudian mengikuti pembelajaran yaitu menghitung jumlah batu atau daun,
menghubungkan jumlah batu atau daun dengan angka lalu mengurutkannya. Banyak anak
yang tunjuk jari ingin maju untuk mengerjakan permainan membilang malalui media
Tas Upin.. Jika ada di antara anak yang salah menjawab secara serentak anak
yang lain mengucapkan coba lagi ya. Namun ada beberapa anak yang diam saja
karena belum mampu mengenal konsep bilangan dengan baik.
(3) Hasil observasi tanggal 23 Agustus
2013 seluruh anak ingin mencoba maju untuk menghitung bola-bola kecil dari
plastisin kemudian menyusunnya dengan angka sesuai urutannya. Anak menunjuk
benda dengan menyebut urutan bilangan dan lambang bilangannya 1-10, dan anak mengerjakan
lembar kerja anak yang sudah disiapkan oleh guru
d.
Evaluasi
Selama
siklus I berlangsung peneliti melakukan pengamatan untuk mendata hasil peningkatan
karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak melalui kegiatan evaluasi.
Pengamatan peningkatan karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak juga
dilakukan oleh guru pendamping sebagai kolaborator dengan hasil yang cukup baik
yaitu: 1) respon anak pada waktu mengikuti proses belajar mengajar berlangsung
cukup baik, 2) unjuk kerja anak dengan bukti peningkatan karakter percaya diri
dan kompetensi membilang anak pada saat kegiatan sudah sesuai dengan indikator
yang ingin dicapai, 3) kemampuan menjawab pertanyaan guru dan kemampuan menunjuk
benda melalui Tas Upin sudah cukup baik.
Pada
kondisi awal rata-rata peningkatan karakter percaya diri dan kompetensi
membilang anak banyak memerlukan bimbingan. Setelah guru menggunakan media Tas
Upin ada peningkatan karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak secara
optimal. Secara lengkap peningkatan karakter percaya diri dan kompetensi
membilang anak sebelum dan setelah penelitian melalui siklus I dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut:
Tabel 4.1: Tabel Perubahan peningkatan karakter percaya
diri
dan
kompetensi membilang anak Siklus I
Jumlah
Responden/
Kategori
Penilaian
|
Peningkatan
karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak
|
Keterangan
|
|
Sebelum
menggunakan media Tas Upin
|
Siklus
I
|
||
16
anak
|
|||
Percaya diri dan mampu membilang
|
10 anak
|
14 anak
|
Peningkatan karakter percaya diri
dan kompetensi membilang anak optimal dengan peningkatan:
Siklus I : 5 anak
(22,72%)
|
Tidak
percaya diri dan tidak mampu membilang
|
6
anak
|
2
anak
|
Peningkatan karakter percaya diri
dan kompetensi membilang anak yang belum optimal cenderung menurun
|
c. Refleksi
Siklus I
Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh
refleksi bahwa media Tas Upin dapat digunakan untuk meningkatkan karakter
percaya diri dan kompetensi membilang anak.
Dari 16 anak yang sudah mampu ada 12 anak
dan yang belum mampu ada 4 anak. Upaya
yang dilakukan guru agar anak memiliki karakter percaya diri dan kompetensi
membilang secara optimal adalah
(1)
Meningkatkan
perannya dalam mengendalikan suasana kelas agar situasi pembelajaran
berlangsung lebih kondusif, menyajikan pembelajaran dengan media Tas Upin
lebih menarik, menyenangkan dan kreatif.
(2)
Guru
juga sudah menyiapkan hadiah berupa boneka panda, gambar boneka hasil membatik,
dan kalung roncean untuk meningkatkan prestasi belajar siswa terutama pada siswa yang belum memiliki karakter
percaya diri dan kompetensi membilang, dan bagi yang sudah mampu di beri hadiah
berupa boneka panda, gambar boneka hasil membatik, dan kalung roncean pada
akhir pelaksanaan siklus 1.
(3)
Memberi
motivasi dan perhatian khusus kepada 4 anak yang belum percaya diri dan belum
mampu membilang agar secara bertahap mampu mengikuti teman-temannya yang sudah
optimal, berdasarkan hasil tindakan pada siswa, anak yang belum menunjukkan karakter
percaya diri dan mampu membilang secara optimal diberi perlakuan lagi ke siklus
II selama 2 minggu. Dengan demikian maka kegiatan selanjutnya adalah siklus II.
A.3. Deskripsi Model Tindakan Siklus
II
a. Perencanaan
i.
Peneliti sebagai guru pelaksana tindakan berdiskusi
dan membagi tugas dengan guru pengamat (Maulidatul Khabibah) tentang prosedur
penelitian, serta langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran melalui media Tas
Upin pada
siklus II
ii.
Mempersiapkan instrumen penelitian lembar observasi
siswa, alat penilaian anak, lembar evaluasi, dan alat peraga media Tas Upin.
iii.
Perencanaan
tindakan dengan mempersiapkan kegiatan pembelajaran yang akan disajikan secara
tepat dengan media Tas Upin sebagai berikut pada siklus II yaitu:
1.
Mampu
membuat urutan bilangan 1-10
2.
Mampu
membilang dengan menunjuk benda
3.
Mampu
menunjukkan urutan benda
4. Mampu mmenghubungkan lambang bilangan
dengan benda Mempersiapkan instrumen
penelitian siklus II berupa : lembar observasi siswa, alat penilaian siswa,
lembar evaluasi, dan alat peraga media Tas Upin.
iv.
Mengoreksi hasil LKS dan merekap hasil kerja siswa
pada rekap lembar observasi
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus II
melalui media Tas Upin melalui tiga kali pertemuan dengan tema Lingkunganku . Hadiah berupa boneka
panda, gambar boneka hasil membatik, dan kalung roncean merupakan motivasi yang
sangat baik untuk memulai pembelajaran pada siklus II, dengan mengenal bilangan
dan huruf-huruf melalui pertemuan
sebagai berikut:
1) Pertemuan
keempat: Kamis,
22 Agustus 2013 guru menyampaikan tema lingkunganku. Sebagai pendahuluan guru memberi
kesempatan kepada anak untuk menghitung ubin yang diinjak siswa yang ada di
dalam kelas , kemudian menunjuk angka yang ada pada tas Upin, dengan media ini
diharapkan dapat tercapai kemampuan mengenal bilangan 1-10.
2) Pertemuan
kelima : Jumat, 23 Agustus 2013 pada kegiatan inti guru bersama murid mengurutkan
angka dari 1 – 10 setelah menghitung deretan kursi yang ada dalam kelas,
kemudian siswa mengurutkan angka melalui media Tas Upin sebagai alat peraga guru.
3) Pertemuan
keenam, Sabtu, 24 Agustus 2013 guru bersama siswa menghitung jumlah deretan wadah
krayon yang telah disusun sendiri oleh siswa, dan secara individual di panggil
oleh guru maju satu persatu untuk menghitungnya dan ditunjuk guru untuk mencari
angka sesuai jumlah wadah krayon yang telah dihitungnya melalui media Tas Upin,
jika benar akan mendapat pujian “hebat, tepat sekali”, jika salah muncul akan
diberi kata-kata dengan kata-kata “coba
lagi ya…”
c. Observasi
Observasi pelaksanaan tindakan siklus II dilakukan
oleh guru pengamat. Seperti halnya pada siklus I, pada siklus II
observasi ditujukan pada anak yang menjadi subjek peneliti, khususnya pada
siswa yang belum ada perubahan yang optimal pada karakter percaya diri dan kompetensi
membilang anak. Hasilnya sebagai berikut:
(1) Hasil observasi tanggal 22 Agustus
2013 yang dilakukan oleh guru pengamat aktivitas anak saat pembelajaran melalui
Tas Upin setelah menghitung ubin menunjukkan bahwa guru pelaksana
tindakan pada pertemuan keempat sudah baik dalam menyampaikan materi.
(2) Hasil observasi tanggal 23 Agustus
2013 yang dilakukan oleh guru pengamat aktivitas anak saat pembelajaran menghitung
deretan kursi dan menunjuk angka serta mengurutkannya melalui media Tas Upin menunjukkan
: (a) siswa antusias dalam mengikuti
pembelajaran karena angka yang berwarna-warni.
(b) pada saat evaluasi semua siswa ingin lebih dahulu maju ke depan untuk
menunjukkan bilangan 1 – 10 baik yang
sudah mampu maupun yang belum mampu.
(3) Hasil observasi tanggal 24 Agustus
2013 pada materi menghitung wadah krayon siswa lebih tertarik lagi yang pada akhir pertemuan diadakan evaluasi
berjalan dengan baik dan lancar.
d. Evaluasi
Secara umum
pelaksanaan siklus II berhasil hal ini
dilihat dari beberapa hal sebagai
berikut:
1)
Pada siklus I siswa yang sudah percaya diri dan mampu
menghitung sebanyak 12 anak (73,63%)
dari prosentase sebelumnya yaitu hanya 40,90
%.
2)
Pada
siklus II menunjukkan hasil peningkatan dari sebelumnya (73,63%) meningkat
menjadi (86,36 %) sehingga siswa
mendapat reward sebanyak 14 anak. Ternyata pembelajaran melalui media Tas
Upin mampu meningkatkan karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak.
3)
Pembelajaran berjalan dengan lancar, seluruh
siswa berlomba-lomba untuk unjuk kemampuan di depan teman-temannya.
e.
Refleksi
siklus II
Berdasarkan
hasil pengamatan diperoleh refleksi bahwa media Tas Upin dapat digunakan untuk
meningkatkan karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak. Dari 16 anak, yang sudah optimal ada 14 anak dan yang
belum optimal ada 2 anak. Upaya yang dilakukan guru agar anak memiliki karakter
percaya diri dan kompetensi membilang secara
optimal adalah
1). Meningkatkan perannya dalam
mengendalikan suasana kelas agar situasi pembelajaran berlangsung lebih
kondusif, menyajikan pembelajaran dengan media Tas Upin lebih menarik,
menyenangkan dan kreatif.
2). Pemberian hadiah berupa reward merupakan
bagian terpenting dalam proses pembelajaran sebagai motivasi siswa dalam
meningkatkan keberhasilannya dalam belajar.
3). Memberi motivasi dan perhatian
khusus kepada 2 anak yang belum optimal dalam karakter percaya diri dan
kompetensi membilang agar secara
bertahap mampu mengikuti teman-temannya yang sudah optimal.
A.4.
Deskripsi Hasil Tindakan Siklus I
Hasil tindakan siklus I dapat
dilihat dari hasil kemampuan siswa pada
tiap pertemuan melalui
rekap penilaian sebagai berikut:
Tabel 4.2 Rekapitulasi penilaian perkembangan pada
siklus I
Pertemuan Siklus I
|
|||||||||
Pertemuan 1
|
Pertemuan 2
|
Pertemuan 3
|
|||||||
●
|
√
|
○
|
●
|
√
|
○
|
●
|
√
|
○
|
|
Jumlah
|
4
|
6
|
6
|
8
|
3
|
5
|
10
|
2
|
4
|
Tabel 4.3 Prosentase ketercapaian perkembangan siswa
pada siklus I
Kategori
penilaian
|
Kemampuan
membilang dan percaya diri pada pertemuan :
|
keterangan
|
||
Ke 1
|
Ke 2
|
Ke 3
|
||
Memuaskan (
● )
|
2
|
3
|
11
|
Relative
naik setiap pertemuan
|
berkembang
(√ )
|
2
|
5
|
9
|
Menurun
pada pertemuan ke 2
|
9(0,40%)
|
11(0.25%)
|
14(0,63%)
|
Jumlah anak
BSB dan BSH (● + √ )dalam satu kelas X100%
Jumlah
keseluruhan anak dalam satu kelas
Tabel 4.4 HASIL PENELITIAN
Penggunaan Media Tas Upin
Siklus I
No
|
Peningkatan karakter percaya diri
dan kompetensi membilang Pada
Siklus I
|
||||
Sebelum Penelitian
|
Siklus I
|
||||
Mampu
|
Tidak Mampu
|
Mampu
|
Tidak Mampu
|
||
1.
|
V
|
-
|
V
|
-
|
|
2.
|
V
|
-
|
V
|
-
|
|
3.
|
-
|
V
|
-
|
V
|
|
4.
|
-
|
V
|
V
|
-
|
|
5.
|
-
|
V
|
V
|
-
|
|
6.
|
-
|
-
|
-
|
||
7.
|
V
|
-
|
V
|
-
|
|
8.
|
-
|
V
|
V
|
||
9.
|
V
|
-
|
V
|
-
|
|
10.
|
-
|
V
|
V
|
-
|
|
11.
|
V
|
V
|
-
|
||
12.
|
V
|
-
|
V
|
-
|
|
13.
|
-
|
V
|
V
|
V
|
|
14.
|
V
|
V
|
-
|
||
15.
|
V
|
-
|
V
|
-
|
|
16.
|
-
|
V
|
-
|
V
|
|
Jumlah
|
6
|
9
|
12
|
4
|
|
Prosentase
|
40,90%
|
59,09%
|
63,63%
|
36,36%
|
A.5. Deskripsi Hasil Tindakan Siklus
II
Hasil
tindakan siklus II berupa pelaksanaan pembelajaran melalui media Tas Upin
dapat dilihat pada hasil setiap pertemuan dengan alat penilaian sebagai berikut
:
Tabel 4.5 Rekapitulasi penilaian perkembangan pada siklus
II
Pertemuan Siklus II
|
|||||||||
Pertemuan 4
|
Pertemuan 5
|
Pertemuan 6
|
|||||||
●
|
√
|
○
|
●
|
√
|
○
|
●
|
√
|
○
|
|
Jumlah
|
8
|
4
|
4
|
10
|
3
|
3
|
12
|
2
|
2
|
Tabel 4.6 Rekapitulasi penilaian tiap pertemuan pada
siklus II
Kategori
penilaian
|
Peningkatan karakter
percaya diri dan kompetensi membilang anak pada pertemuan :
|
keterangan
|
||
Ke 4
|
Ke 5
|
Ke 6
|
||
Memuaskan ( ● )
|
11
|
13
|
14
|
Relative
naik setiap pertemuan
|
berkembang (√
)
|
5
|
5
|
3
|
Menurun
pada pertemuan ke 3
|
Perlu
bantuan ( ○ )
|
5
|
4
|
2
|
Menurun
pada tiap pertemuan
|
Tabel
4.7 : Tabel Perubahan Peningkatan Karakter
Percaya Diri Dan Kompetensi Membilang Anak pada Siklus II
Penilaian
|
Peningkatan
Karakter Percaya Diri Dan Kompetensi Membilang Anak
|
keterangan
|
|
16
siswa
|
Siklus
I
|
Siklus
II
|
|
Percaya diri dan mampu membilang
|
12
siswa
|
14
siswa
|
Peningkatan
karakter percaya diri dan kompetensi membilang optimal dengan peningkatan:
Siklus
II : 5 siswa
( 22,72% )
|
Tidak
percaya diri dan tidak mampu
membilang
|
4
siswa
|
2
siswa
|
Peningkatan
karakter percaya diri dan kompetensi membilang yang belum optimal cenderung
menurun
|
Tabel 4.8 Hasil Penelitian
Penggunaan Media Tas Upin
Siklus I dan Siklus II
No
|
Peningkatan Karakter Percaya Diri
Dan Kompetensi Membilang Pada
Tiap Siklus
|
||||
Siklus I
|
Siklus II
|
||||
Mampu
|
Tidak Mampu
|
Mampu
|
Tidak Mampu
|
||
1.
|
V
|
-
|
V
|
-
|
|
2.
|
V
|
-
|
V
|
-
|
|
3.
|
V
|
-
|
-
|
V
|
|
4.
|
V
|
-
|
V
|
-
|
|
5.
|
-
|
V
|
V
|
-
|
|
6.
|
V
|
-
|
V
|
-
|
|
7.
|
V
|
-
|
V
|
-
|
|
8.
|
V
|
-
|
V
|
-
|
|
9.
|
V
|
-
|
V
|
-
|
|
10.
|
-
|
V
|
V
|
-
|
|
11.
|
V
|
-
|
V
|
-
|
|
12.
|
V
|
-
|
V
|
-
|
|
13.
|
-
|
V
|
-
|
V
|
|
14.
|
V
|
-
|
V
|
-
|
|
15.
|
V
|
-
|
V
|
-
|
|
16.
|
-
|
V
|
V
|
-
|
|
Jumlah
|
12
|
4
|
14
|
2
|
|
Prosentase
|
63,63%
|
36,36%
|
86,36%
|
13,63%
|
B. Pembahasan
Hasil Penelitian
Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan deskripsi model tindakan
siklus I, dan II maka pembahasan hasil penelitian seluruh siklus adalah:
B.1.
Pembahasan Pencapaian Perkembangan Peningkatan Kemampuan Membilang dan Karakter
Percaya Diri Anak
Rekapitulasi
peningkatan karakter
percaya diri dan kompetensi membilang anak
pada siklus I dan II di sajikan dalam tabel 4.9.
Tabel
4.9 Rekapitulasi peningkatan
karakter percaya diri dan kompetensi membilang dalam menggunakan media Tas Upin
Siklus
I
|
Siklus
II
|
|
Prosentase
|
63,63%
|
86,36%
|
Untuk
mengetahui perubahan-perubahan peningkatan karakter percaya diri dan kompetensi
membilang anak dan perkembangan
dari sebelum dan setelah penelitian melalui siklus I ke kondisi siklus II dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel
4.10 Peningkatan Karakter Percaya Diri Dan Kompetensi Membilang Anak Dengan
Media Tas Upin
No
|
Peningkatan Karakter Percaya Diri
Dan Kompetensi Membilang Anak Pada
Tiap Siklus
|
||||||
Siklus I
|
Siklus II
|
||||||
Mampu
|
Tidak Mampu
|
Mampu
|
Tidak Mampu
|
||||
1.
|
V
|
-
|
V
|
-
|
|||
2.
|
V
|
-
|
V
|
-
|
|||
3.
|
-
|
V
|
-
|
V
|
|||
4.
|
V
|
-
|
V
|
-
|
|||
5.
|
-
|
V
|
V
|
-
|
|||
6.
|
V
|
-
|
V
|
-
|
|||
7.
|
V
|
-
|
V
|
-
|
|||
8.
|
V
|
-
|
V
|
-
|
|||
9.
|
V
|
-
|
V
|
-
|
|||
10.
|
-
|
V
|
V
|
-
|
|||
11.
|
V
|
-
|
V
|
-
|
|||
12.
|
V
|
-
|
V
|
-
|
|||
13.
|
V
|
-
|
-
|
V
|
|||
14.
|
V
|
-
|
V
|
-
|
|||
15.
|
V
|
-
|
V
|
-
|
|||
16.
|
-
|
V
|
V
|
-
|
|||
Jumlah
|
12
|
4
|
14
|
2
|
|||
Prosentase
|
73,63%
|
36,36%
|
86,36%
|
13,63%
|
|||
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa:
Peningkatan
karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak pada siklus I terdapat 12
anak ( 73,63 % ) sudah mampu dan 4 anak ( 36,36 %) belum mampu. Pada siklus I
terdapat peningkatan karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak sebesar 18,18 % dari kondisi
awal 40,90 %. Sedangkan peningkatan karakter percaya diri dan kompetensi
membilang anak pada siklus II terdapat
14 anak (86,36 %) sudah mampu, 2 anak (13,63 %) belum mampu. Pada siklus
II terdapat peningkatan karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak sebesar 22,72% dari siklus I 63,63%.
Hal ini di karenakan media Tas Upin diminati dan dapat
meningkatkan karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak secara optimal
dengan indikator perkembangan
kognitif yang ingin dicapai yaitu :
1. Mampu membuat urutan bilangan 1-10
2. Mampu membilang dengan menunjuk benda
3. Mampu menunjukkan urutan benda
4. Mampu menghubungkan lambang bilangan
dengan benda
B.2.
Pembahasan Hasil Pelaksanaan Pembelajaran Menggunakan
Media Tas Upin
Secara
lengkap peningkatan karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak sebelum
dan setelah penelitian melalui 2 siklus dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.11 Prosentase Hasil Penelitian Penggunaan Media Tas
Upin
Hasil
penelitian
|
Peningkatan
karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak
|
keterangan
|
||
16
anak
|
Sebelum
penelitian
|
Siklus
I
|
Siklus
II
|
|
Percaya diri dan mampu membilang
|
9
anak
(40,90 %)
|
12
Anak (73,63%)
|
14
anak
(86,36
%)
|
Peningkatan
karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak yang optimal meningkat:
Siklus
I dan II : 5 anak
(22,72 %)
|
Tidak
percaya diri dan tidak mampu membilang
|
9
anak (59,09 %)
|
4
anak
(36,36
%)
|
2
anak
(
13,63 %)
|
Peningkatan
karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak belum optimal cenderung
menurun
|
Kondisi awal sebelum menggunakan media Tas Upin peningkatan karakter percaya diri
dan kompetensi membilang anak
banyak yang memerlukan bimbingan. Berangkat dari pemikiran bahwa anak usia dini
adalah termasuk masa golden age yang memiliki kemampuan luar biasa yang
perlu dikembangkan kemampuannya secara optimal maka peneliti melakukan
perubahan peningkatan karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak melalui
media Tas Upin yang harapannya pada siklus I mengalami perubahan peningkatan
karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak secara optimal. Dari hasil
pengamatan siklus I ada perubahan kemampuan dari 9 anak yang percaya diri dan
mampu membilang meningkat menjadi 12 anak (63,63 %) , kemudian peneliti
melanjutkan karakter percaya diri dan kompetensi membilang pada siklus II. Hasil pengamatan pada
siklus II mengalami peningkatan dari 12 anak meningkat menjadi 14 anak (86,36
%) untuk lebih jelas dapat dilihat dari grafik di bawah ini:
Grafik Perkembangan karakter percaya
diri dan kompetensi membilang
studi awal, siklus I dan siklus II
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa media Tas
Upin dapat digunakan untuk meningkatkan karakter percaya diri dan kompetensi
membilang anak. Dari 16 anak,
yang sudah mampu ada 14 anak dan yang belum mampu 2 anak.
Upaya yang dilakukan guru agar anak memiliki karakter
percaya diri dan kompetensi membilang anak secara optimal adalah meningkatkan
perannya dalam mengendalikan suasana belajar yang menyenangkan melalui inovasi
pembelajaran dengan menggunakan media Tas Upin dapat meningkatkan karakter
percaya diri dan kompetensi membilang anak TK Islam Miftahul Ulum Gumayun
rata-rata 40,90%.
Kelemahan penelitian
Penelitian ini mempunyai
beberapa kelemahan yaitu:
i.
Pembuatan
media dengan menggunakan barang bekas seperti pembungkus kopi susu memerlukan
waktu yang sangat lama dan kejelian yang tinggi, karena bahan yang digunakan
bukan bahan biasa seperti pada umumnya.
ii.
Tidak
semua sekolah mau membuat media ini karena cara pembuatannya harus dengan
ketelitian dan kreativitas yang tinggi.
iii.
Pembelajaran
dengan menggunakan media Tas Upin membutuhkan kesabaran jika ingin
pembelajaran berhasil dengan baik karena anak berebut ingin mencoba.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Proses
pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran dengan media tas Upin dapat
meningkatkan karakter percaya diri anak. Hal ini dapat dibuktikan melalui
aktivitas anak dalam pembelajaran yang cenderung meningkat sebagaimana hasil
penelitian pada Siklus I mencapai persentase rata-rata aktivitas siswa sebesar
63, 63% dan dilanjutkan pada Siklus II
mencapai persentase rata-rata aktivitas siswa sebesar 86, 36%.
2.
Proses
pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran dengan media Tas Upin dapat
meningkatkan kompetensi membilang. Hal ini dapat dibuktikan melalui kemampuan
membilang anak dalam pembelajaran membilang yang cenderung meningkat
sebagaimana hasil penelitian pada Siklus I mencapai persentase jumlah skor
sebesar 73, 63% dan dilanjutkan pada Siklus II mencapai persentase jumlah skor
karakter percaya diri 86, 36%.
3. Peningkatan
karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak dalam pembelajaran juga
berimplikasi terhadap semangat anak untuk menguasai materi pelajaran, sehingga peningkatan
karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak yang diperoleh juga
meningkat. Hal tersebut dapat diketahui sebagaimana penilaian guru terhadap peningkatan
karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak dengan indikator belajar
anak meningkat.
B. Implikasi/Rekomendasi
Implikasi
dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Penelitian tindakan kelas sangat penting dalam rangka memecahkan masalah
pembelajaran yang dihadapi anak dan pada akhirnya dapat meninngkatkan
efektifitas dan hasil pembelajaran. Oleh karena itu, guru hendaknya mengadakan
kegiatan forum ilmiah untuk memecahkan masalah pembelajaran khususnya, dan mutu
pendidikan nasional pada umumnya.
2. Model pembelajaran
dengan media Tas Upin terbukti dapat meningkatkan karakter percaya diri dan kompetensi
membilang anak. Oleh karena itu, sekolah hendaknya
ikut memfasilitasi para guru untuk melaksanakan pembelajaran melalui pendekatan
kontekstual dengan berbagai macam model pembelajaran seperti model pembelajaran
membilang dengan media Tas Upin, sehingga pembelajaran akan menjadi aktif,
kreatif dan menyenangkan.
C. Saran
1.
Guru lain perlu menerapkan pembelajaran membilang dengan media Tas
Upin sebagai salah satu upaya meningkatkan karakter percaya diri dan kompetensi membilang, mengingat cukup signifikan dampak postitif penerapannya
terhadap peningkatan karakter percaya diri dan kompetensi membilang anak
2.
Guru lain dalam menerapkan pembelajaran dengan media Tas Upin
harus dapat memberikan tindakan lebih intensif terutama dalam memberikan
bimbingan pada saat anak menjawab pertanyaan. Seringkali pelafalan kosa kata
dan tata bahasa yang diproduksi oleh anak menimbulkan penafsiran ganda atau
bias sehingga berakibat pada rendahnya nilai karakter percaya diri pada aspek sosial
emosional dan tata bahasa.
DAFTAR
PUSTAKA
Dr. Subyantoro, M. Hum (2012), Penelitian Tindakan Kelas, Semarang, UNNES PRESS
Dinas Pendidikan Jawa Tengah (2011), Metodika Jurnal Pendidikan Dasar, Semarang, Dinas Pendidikan
pemerintah Provinsi Jawa Tengah
Drs. H. Zainal Aqib, M. Pd (2008). Karya Tulis Ilmiah
Bagi Pengembangan Profesi Guru, Bandung : CV. Yrama Widya Bandung, Anggota
IKAPI
Depdiknas
(2003), Petunjuk Pelaksanaan Belajar Mengajar,Penilaian, Pembuatan dan Penggunaan
Alat Peraga di Taman Kanak-Kanak.Jakarta: Depdiknas.
Arsyad
(2002). Media Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Karya
Aksara.
Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Pemerintah Propinsi Jawa Tengah (2004), Penilaian Di
Taman Kanak Kanak
Dewi
salma P, (2007) Prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta UNJ
Dasar-dasar Pendidikan TK
Soegeng Santoso Penerbit Universitas Terbuka
, Metode
Pengembangan Kognitif oleh Yuliani Nurani Sujiono Penerbit Universitas
Terbuka
, Media dan Sumber Belajar TK oleh Badru Zaman
Penerbit Universitas Terbuka
, Menangani Kesulitan Belajar
Matematika oleh Dr.
Sunardi, M.Sc. Penelitian Hibah Bersaing Ditbinlitabmas Ditjen Dikti Depdiknas
1998-2000
Depdiknas(2004).
Kurikulum 2004 standar Kompetensi TK/RA. Jakarta>Depdiknas
Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (2009),
Matrik
Taman Kanak-Kanak Kelompok A tahun 2009
Irfan Dani, 2013. Pustaka Pandani, Pengertian
Karakter http://pustaka.pandani.web.id/2013/03/pengertian-karakter.html (diunduh 23 Agustus 2013)
Haryanto, S.Pd
2010, Pengertian Kepercayaan Diri, http://belajarpsikologi.com/pengertian-kepercayaan-diri/ (diunduh 23 Agustus 2013)
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa, Edisi Keempat (Cet.
I; Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008).
Jean L. McKechnie, Webster’s New Twentieth Century
Dictionary of the English Language Unabridged, Second Edition (USA: William Collins
Publishers, INC, 1980).
Weinata Sairin, Himpunan Peraturan di Bidang
Pendidikan (Cet. I; Jakarta:
Jala Permata Aksara, 2010).
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi
Standar Proses Pendidikan (Cet.
VII; Jakarta: Kencana, 2010).
Udin Saefudin Sa’ud, Inovasi
Pendidikan (Cet. I; Bandung:
Alfabeta, 2008).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar Anda