05 Juli 2017

Pengalamanku Saat Pemeriksaan IVA


Rabu, 05 Juli 2017

Tahu tidak, rasaku saat ini? Saat mengantri di puskesmas Dukuhwaru hendak mengikuti pemeriksaan IVA, karena didesak rasa penasaranku seperti apa nantinya. Dag dig dug, menggemuruh tiada henti. Semoga segera terhenti setelah namaku dipanggil nyaring oleh suara petugas.

Hari ini Puskesmas Dukuhwaru menggelar acara Pemeriksaan IVA secara gratis dalam rangka memperingati HUT IBI yang ke-66 tahun.

Cukup lama aku dan Umi Chulsum menunggu dipanggil. Hampir mau satu jam. Sambil menunggu, kuambil gambar suasana di Puskesmas yang cukup ramai. Suaranya berisik, tapi kunikmati saja.

Sedang asik-asiknya jeprat-jepret, terdengar namaku dipanggil dengan suara nyaring, suara perempuan, seorang bidan. Dengan gugup ku segera beranjak dari tempat dudukku. Kukira suara dag dig dug yang sedari tadi menghentak-hentak di dada akan segera berhenti, tapi ternyata tidak. Duh Gusti .... Tenangkan hatiku, ya Allah... Begitu doaku sepanjang waktu.

Kumasuki kamar pemeriksaan. Ada 3 bidan di sana yang siap "mengeksekusiku". Bu Titin, nama bidan yang kukenal, karena dia adalah saudaraku dari jalur ibuku, segera menyuruhku naik ke "singgasana". Melihat bentuk tempat duduk yang tinggi disertai dua "sayap" tempat kakiku harus diletakkan, serasa aku mau dieksekusi olehnya. Sebelum naik, aku disuruh membuka celana dalamku. Ya Allah, aku mau diapain???

"Malu Bu Titin ..." Jawabku ragu.
"Gak pa-pa Mbak ... Tenang saja..."
Akhirnya aku menyerah. Kuturuti saja permintaannya. Lalu aku pun segera naik ke "pelaminan".
Saat kakiku disuruh diangkat dan diletakkan pada kedua "sayap" kursi, dengan rasa malu kuangkat kakiku dengan pasrah. 

"Astaghfirullah ..." ucapku tiada henti. Aku malu sekali milikku dilihat oleh orang lain. Bertahun-tahun tak ada yang berani melihat punyaku, kini ada seorang wanita yang tanpa jijik sedikitpun menyaksikan di dalamnya. Astaghfirullah ... Ampuni aku Gusti ...

Saat aku disuruh untuk lebih membuka lagi, aku semakin malu, tapi apa daya?? Aku sudah terlanjur ada di sini ... Bismillah, ucap Bu Titin sembari memasang sebuah alat. Entah alat apa namanya. Aku tak berani menatap alat itu. Aku hanya berani menatap langit-langit yang sedang menyaksikanku.

"Tenang aja Mbak, gak usah tegang.. Kalau tegang nanti malah terasa sakit," kata Bu Titin. Aku pun berusaha sebisa mungkin untuk rileks. Serasa digigit semut, cetittt.... Aku hanya bisa mengucap istighfar berkali-kali. Aku benar-benar pasrah.

"Mbak suka keputihan yah? Aku bersihin sekalian ya Mbak?" tanya Bu Titin.
"Iya Bu ... Biasanya muncul kalau lagi capek dan stres banget," jawabku.
Cukup lama milikku diubek-ubek olehnya. Astaghfirullah ....

Tiba-tiba Bu Titin memanggil partnernya, bidan satunya, Bu Indah namanya. Beliau kebetulan wali muridku juga yang kukenal.

"Tolong fotoin ini ..." perintah Bu Titin.
"Astaghfirullah! Jangan difoto Bu ... Malu ..." seruku spontan.
"Gak pa-pa Mi... Ini untuk laporan saja, jika ada pasien yang bermasalah..." jawab Bu Indah.
Aku pun semakin memperbanyak istighfar. Duh Gusti .... Ampuni Hamba... batinku, serasa ingin menangis saja. Aku pun pasrah saja. Mau lari juga gak mungkin ...

Selesai dibersihkan, alat itu pun segera diambil lagi. Plong banget rasanya. Lalu Bu Indah menunjukkan gambar milikku saat masih kotor dan setelah dibersihkan.
"Hiiiiiiii..." seruku jijik. Aneh, padahal itu milikku sendiri, tapi jijik ngeliatnya. Makanya aku tak berani lihat lama-lama.

Setelah keluar dari ruangan, aku serasa ada di dunia lain, sampai bingung nyari-nyari di mana Umi Chulsum. Aku diberinya obat, supaya keputihanku segera sembuh. Alhamdulillah ... Aku sudah keluar dari ruangan "eksekusi". Setelah menemukan Umi Chulsum, aku pun segera menuju Ruang Obat. Sambil menunggu giliran dipanggil, aku masih membayangkan kejadian tadi. Aku juga membayangkan, saat Bu Titin melihat aurat-aurat kaum hawa dan "mengeksekusinya". Aku bakal malu nanti jika ketemu Bu Titin dan Bu Indah, pikirku ... Ah, sudahlah, sama-sama perempuan ini ...

Temans, itulah pengalamanku saat mengikuti pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat). Mungkin kalau aku gak keputihan, aku gak bakalan memberanikan diri ke sini. Aku hanya teringat Jupe, dan tidak ingin seperti dia yang meninggal karena menderita kanker serviks. Setidaknya, aku jadi tahu kondisiku dan bersyukur, sebab kata Bu Indah aku masih sehat, hanya keputihan ringan saja. Alhamdulillah ....

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar Anda