Saya menulis ini sebenarnya
karena sedang bingung dan malu. Beberapa kali saya melakukan kesalahan, yaitu
melanggar janji. Tapi jika saya harus disalahkan, rasanya juga tidak adil. Mau
marah sendiri juga tidak ada gunanya. Mau meminta maaf dan memohon belas kasihan orang yang telah kubuat kecewa juga itu tidak
akan bisa menghilangkan rasa kecewanya. Ya sudahlah, hanya ini yang bisa kuceritakan.
Mudah-mudahan yang membacanya bisa mengerti dan memaafkanku. Aamiin..
Kemarin saya baca berita di WA grup
FLP Tegal, bahwa ayah Sutono (ayahnya Sutono loh yah, bukan Bp. Sutono) sakit
akibat terpeleset. Sutono adalah Ketua FLP Tegal, jadi sudah selayaknya saya
sebagai anggota FLP Tegal dan teman-teman anggota lain berniat menjenguknya.
Saya sendiri yang mengajak mereka untuk menjenguknya keesokan harinya, Senin sore
pukul 16.00 WIB.
Waktu itu hari Minggu, jadi saya
berencana keluar rumah pada hari Senin siang selepas mengajar ba’da dhuhur,
sekitar jam 1-an. Agendaku hendak ke Kantor Pos untuk mengirim buku dan dilanjut
ke perpusda Slawi untuk urusan buku juga. Setelah itu berlanjut ke counter HP,
hendak servis HP, sebab HP-ku dari pagi error dan tidak bisa digunakan. Saya
muter-muter cari counter HP yang menurutku pas dengan seleraku. Di counter cukup lama, karena kondisi HP-ku
yang cukup parah, jadinya banyak dialog dengan pemilik counter. Menurutnya, HP
harus ditinggal kira-kira sehari, besoknya sudah bisa diambil. Saya pun
langsung pamit pulang. Sebelum pulang, saya sempat berpikir, jam 4 sore ada
janji apa yah? Dalam perjalanan pulang tetap tidak ingat juga. Ya sudahlah, pulang
saja, sholat asar.
Hingga esoknya, yaitu hari ini,
Selasa, kebetulan hari libur Nasional, yaitu
Hari Buruh, saya memang berniat mau liburan di rumah saja, sebab banyak
baju setrikaan yang numpuk minta digosok, selain pekerjaan lain yang sudah
menunggu. Bagiku, kemarin Minggu sudah berlibur ke Guci bersama keluarga sudah
lebih dari cukup untuk refreshing. Saat sedang menyeterikalah tiba-tiba
teringat janjiku dengan Eka (Endirah Ekaningrum) untuk ketemu di GOR Trisanja hari
Senin jam 4 sore. Deg, saya pun kaget luar biasa. Astaghfirullah al-‘Adhiim…
Ini hari apa??? Ini sudah Selasa… Tak bisa kubayangkan Eka pasti nunggu di GOR
berjam-jam menanti kedatanganku kemarin sore. Ya Allah, kok saya lupanya
kebangetan banget sih??? Mau SMS Eka untuk meminta maaf tapi tidak ada HP, mau
ke rumahnya memohon maaf ya pasti hanya bikin malu… Ampun Gusti…. Saya hanya
bisa istighfar berkali-kali. Entahlah, apa dosaku ini bisa diampuni oleh Eka???
Saya jadi ingat, dulu saya juga
pernah bikin kecewa Bu Nening Mahendra, gara-gara janji juga… Saya ingat betul,
saat Beliau minta ijin hendak silaturrahim ke rumahku, bisanya jam berapa. Saya
pun menentukan jam-nya. Namun, esoknya saya baru ingat, jika jam sebelumnya
saya sudah janji mau kondangan bersama teman-teman sepulang ngajar, sehingga
saya pun membatalkan perjanjianku dengan Bu Nening melalui WA. Sepertinya Bu
Nening marah dan kecewa berat membaca penjelasanku, sebab Beliau sudah
berdandan hendak pesan Go-jek dan tinggal berangkat tapi dikecewakan olehku.
Saya jadi bingung, tidak enak hati, serba salah, dan entah apa lagi rasanya.
Yang jelas, rasa tidak nyaman sangat menggangguku.
Dulu, saat ada woro-woro kegiatan
kopdar FLP Tegal di TBM Pelangi, saya juga lupa mendadak. Acaranya hari Minggu
pukul 10.00 WIB kalau tidak salah. Berhubung tiap Minggu pagi saya rutin
berenang di Slawi, jadi saya berencana setelah renang mau langsung ke Tegal,
menghadiri acara FLP tersebut. Keasikan berenang sampai lupa waktu. Pukul 09.30
WIB saya baru ingat kalau saya harus selesai karena ada acara. Tapi sayang,
saat ambil motor di parkiran, saya berusaha mengingatnya hendak ke mana, tetap
saja memoriku tidak muncul. Ya sudahlah, pulang saja. Menjelang dhuhur, sekitar
jam 12-an saya buka HP dan membuka WA. Saya baca japrian Mba Yustia, “Mba Puput
di rumah?”. Saya jawab saja, “Iya Mba, ni lagi di rumah.” Deg! Saat itu baru
saya ingat, kalau pagi jam 10 harusnya saya pergi ke Tegal. Hufftt!!! Kok
ingatnya sekarang sih?? Jam 12 kan acaranya pasti sudah bubar… Saya pun hanya
bisa meminta maaf ke Mba Yustia karena lupa. Astaghfirullah… Saya jadi merasa tak punya muka lagi kalau
harus lupa lagi alasannya. Maafkan aku Mba Eka, Bu Nening, Mba Yus….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar Anda