09 Maret 2010

PELAJARAN MENGARANG KEPADA PUTRIKU

25 September 2006 - 01:50 (Diposting oleh: Rumah Dunia)

[Nulis Yuk 8] PELAJARAN MENGARANG KEPADA PUTRIKU

Oleh Gola Gong

”Papah, Minggu besok antar Bella ke pasar, ya!” kata putriku, yang sedang bersemangat membuat novel. “Bella pingin lihat orang-orang di sana!” Tentu saja aku menyanggupi. Menunggu matahari terbit terasa lama sekali. Dan selepas shubuh, aku membangunkan Bella. Istriku juga bersemangat, karena ini adalah riset lapangan – salah satu proses belajar mengarang selain riest pustaka. Yang paling menggembirakan kami, itu datangnya dari Bella, bukan dari keinginanku. Artinya, tidak ada unsur paksaan dari kami sebgai orangtua. Kadangkala kita sebagai orangtua sering menginginkan anak kita menjadi ini dan itu, tanpa menanyakan terlebih dahulu apakah iut juga keinginannya.

RISET
Kami dengan motor meluncur menuju pasar Rawu, pasar induk terbesar di kota kami. Amboi, kami sedang melakukan riset lapangan. Aku yang seringkali memberikan pelatihan menulis fiksi, kini mendapat kesempatan untuk melatih darah dagingku sendiri. Subhanallah! Ini tidak akan aku sia-siakan.

Aku menjalankan motor pelan-pelan sambil meminta kepada Bella menceritakan novel yang sedang diketiknya; judulnya apa, ceritanya bagaimana, siapa tokoh-tokohnya, lokasinya dimana, bagaimana karakternya. ”Judulnya ’Kisah Bunga’, Pah!” jawab Bella kegirangan. Aku tanyakan, bunga itu nama orang atau nama tumbuhan? Ternyata nama orang. Kemudian Bella balik bertanya, apa itu tokoh, lokasi, dan karakter. Aku msnjelaskan, bahwa tokoh ada orang-orang yang ada di dalam cerita, lokasi ada tempat dimana cerita itu berlangsung dan karakter adalah sifat dari para tokoh. Aku menjelaskannya dengan membreikan contoh-contohnya.

Dengan semangat Bella menyebutkan, bahwa ”Kisah Bunga” mengambil lokasi di sebuah panti asuhan bernama ”An Nasyir”. Tokoh-tokohnya adalah Bunga, Billa, Detya, Rafli, Cahaya, Marsha, Bunda Arma, dan Bik Sum. Juga karakter mereka disbutkan dengan detail. ”Mereka semua yatim piatu, Pah!” Kemudian tanpa Bella ketahui, ketika menulis ini di tengah malam, aku membuka foldernya. Aku ingin melihat bagaimana ”Kisah bunga” yang sedah ditulisnya.

Bacalah tentang karakter tokoh Bunga yang ditulisnya: Bunga. Tokoh utama cerita ini, ia amat bijak dan periang, teman terdekatnya adalah Billa. Jika ia sedang kesal akan mengurung diri di kamarnya. Gadis berkerudung ini masuk ke panti An Nasyir saat masih kecil. Anaknya mirip Ustadzah, karena pintar dalam agama. Selain itu ia amat disenangi teman-temannya. Amat suka berpetualang dan cerdik. Ia sering dijadikan jalan keluar bila ada masalah. Selain itu ia gampang tersinggung.

POINT OF VIEW

Sesampainya di pasar Rawu, aku memarkir motor. Aku ajak dia berdiri di satu sudut strategis, dimana kami bisa melihat ke segala arah. Aku suruh dia melihat semuanya, detail-detail yang penting itu mulai dari bentuk bangunannya, tempat parkir, dan jnis dagangan yang dijual. Aku suruh dia merasakan denyut pasar ini. Aku tunjuk ke tukang parkir, ke tukang kupat tahu, bubur ayam, kuli-kuli, pedangang mainan. Aku katakan, bahwa selain mengarang, guru, dokter, pedagang juga adalah jenis pekerjaan yang terhormat danmulia. Aku ceritakan, bahwa mereka bekerja keras untuk menghidupi anak dan istrinya seperti juga aku - ayahnya.

Lalu Bella aku ajak sarapan kupat tahu. Aku mencontohkan kepada putriku, bagaimana caranya menggali informasi dari si pedagang dengan metode wawancara. Putriku menyimaknya dengan serius. Usai sarapan, aku membawanya ke bagian belakang pasar. Di sana tempat orang berjualan buah-buahan. Aku membawanya ke pedagang kelapa yang menyusunnya dengan bertumpuk-tumpuk, semakin keatas semakin mengecil, seolah bangunan piramida saja. Juga pisang-pisang, jeruk, dan pepaya. Yang paling menarik ketika aku mengenalkannya pada buah huni, kesemek, jambu mede, dan cengkudu. Bella merasa asing dengan itu semua. Tapi lagi-lagi dia sangat gembira bisa melihatnya. Teruma cara para pedagang menata barang jualannya. Detail-detail seperti ini aku jelaskan kepadanya. Aku memberikan contoh-contoh cara membuat setting/lokasi untuk cerita kita dengan bahan baku sebuah pasar.

”Bagaimana Bella memulainya, Pah? Bingung. Banyak banget, sih!” katanya.

Aku mengatakan, ”Bella bisa memulai menulis cerita dari pedagang kelapa dulu yang sedang menghitung uangnya. Atau dari buah kelapanya yang ditumpuk seperti piramida. Ayo, coba perhatikan lagi semua yang ada di pasar.”

BERLATIH
Hal ini selalu aku sarankan kepada para calon penulis yang belajar di kelas menulis Rumah Dunia. Setelah segala teori diperkenalkan, aku membawa mereka langsung ke lapangan. Aku bawa mereka ke pantai, ke alun-alun, ke pasar, atau ke pusat keramaian lainnya. Aku suruh mereka merasakannya lewat wawancara dengan menggunakan unsur berita 5 W + 1H dan langsung menuliskannya saat itu juga. Dengan cara berlatih seperti itu, aku yakin kemampuan menulis akan terasah waktu demi waktu. Percayalah, jika ingin jadi penulis, hanya satu hal: menulis. Ya, belajar menulis dengan mengerjakan pekejaan menulis itu.

Aku jadi ingat pengalaman di Gresik April lalu. Aku mengajak Haikal (Ketua FLP Jawa Timur) menyusuri kota Gresik pagi-pagi. Aku memberikan ”kursus kilat” mengarang kepadanya atau tepatnya berdiskui. Aku meminta Haikal mebawaku ke tempat-tempat khas di Gresik. Kami sarapan nasi krawuk dan mengunjungi dermaga. Aku tunjukkan kepada dia tentang kapal-kapal yang sedang bersandar, para ABK yang mengangkuti kayu-kayu dari truk ke kapal. Penahkah kita membayangkan kehidupan mereka? Bisakah kita melakukan ”proses menjadi” mereka? Dengan mewawancarai mereka, aku yakin kita bisa menemukan tema cerita yang dahsat.

Satu hal lagi yang harus selalu diingat, bahwa ide menulis bisa muncul dari mana-mana. Bahkan di kota kita sendiri, yang kadang tidak menarik kita pehatikan. Padahal di sudut-sudut kota yang jarang tersentuh oleh kita, itu bisa jadi sumber ide dan riset bagi seorang penulis. Kadangkala itu yang sering dilupakan oleh kita, bahwa sebetulnya Allah sudah menghidangkan ide itu di depan mata kita. Hanya kita tidak bisa membacanya. Silahkan dicoba!

***

*)Rumah Dunia, akhir mei 2006. Dimuat di Bengkel Cerpen Annida, Juli 2006

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar Anda