16 Mei 2011

DESAIN KARAKTER; PERLUNYA KARAKTER YANG KUAT

... karakter kuat dari tokoh kuat saat tidak lagi kuat. :D

Apa yang membuat kita terkesan seusai membaca novel atau cerpen?



Akan banyak jawabannya, dari mulai tokoh yang unik, alur yang penuh suspense, kejutan di akhir cerita, bahasa/penyampaian, diksi, dll. Namun saya yakin Anda sepakat dengan saya bahwa mayoritas yang membuat kita terkesan dengan sebuah cerita adalah TOKOH yang KUAT.



Adalah penting membuat desain karakter yang kuat, unik, dan menarik. Sebuah karakter dikatakan kuat ketika kita mampu mengenali karakter tersebut, membedakannya dari karakter yang lain. Seorang penulis dituntut untuk bisa menciptakan karakter yang KUAT. Sebab, dengan karakter yang kuat tersebut, pesan dari sebuah cerita juga akan ‘terdengar’ lebih kuat.



Karakter yang kuat bukan berarti karakter tersebut seorang tokoh yang KUAT. :) Beda jauh, lho, antara tokoh yang kuat dan karakter yang kuat.



Karakter yang kuat adalah karakter yang mampu tervisualisasi dengan detail. Baik itu secara fisik maupun psikologis. Pena penulis serupa kamera yang memotret karakter tersebut. Semakin tinggi tingkat resolusinya, semakin detail objek dibidik. Tentu beda, bukan, foto resolusi rendah dengan resolusi tinggi?



Tingkat detail tangkapan kamera penulis inilah yang membuat detail-detail kecil mampu tervisualisasi dengan baik. Sehingga, setiap karakter tokohnya mampu membedakan diri dari tokoh yang lain dalam cerita tersebut.



Kelemahan penulis pemula adalah membuat karakter yang flat, biasa-biasa saja, dan cenderung seragam. Semua tokoh dalam sebuah cerita bergerak dengan cara yang sama, berbicara dengan cara yang sama, dan merespons sesuatu dengan cara yang sama. Hal ini menyebabkan tokoh menjadi kabur, baur, dan lemah.



Cerita dengan tokoh-tokoh yang seragam membuat kita boring karena terkesan tidak real. Bagaimana tidak? Realitasnya, setiap manusia memiliki cara-cara yang berbeda dalam bergerak, berbicara, dan merespons sesuatu, bukan?



DI MANAKAH KARAKTER-KARAKTER ITU MUNCUL?



Banyak penulis pemula yang menjelaskan karakter tokohnya dalam deskripsi. Misalnya, menjelaskan tokoh A adalah seorang yang pemarah dan mudah patah hati. Atau tokoh B seorang yang selalu murung namun sebenarnya tak pernah memiliki permasalahan yang serius.



Cara mendeskripsikan karakter semacam ini membuat pembaca ‘berjarak’ dengan tokoh. Akibatnya, cerita berubah menjadi ‘tell’, bukan ‘show.’ Penulis yang piawai akan mampu ‘menunjukkan’ karakter dari tokoh-tokoh yang dibuatnya.



Nah, di manakah karakter-karakter itu dimunculkan? Dalam dialog, cara bicara, serta cara merespons sesuatu.



Tuntutan pembaca tetap sama dari masa ke masa. Mereka menginginkan tokoh dengan karakter yang bisa mereka kenali dan mereka identifikasi dari awal sampai akhir. Bukan karakter yang berubah-ubah sesuai kepentingan jalan cerita.



Kita bisa memperhatikan dunia sinetron sekarang yang alur ceritanya bergerak semau-gue sesuai rating, di mana tokoh-tokohnya rata-rata memiliki inkonsistensi. Semula berwatak ‘begini’, tiba-tiba cerita [produser/stasiun] menghendaki berubah menjadi ‘begitu.’



Apakah salah seandainya ada tokoh yang berubah sifat? Misalnya semula preman bergajulan, tiba-tiba insaf menjadi anak shalih yang dibanggakan orang tuanya?



Tentu tidak. Tetapi perubahan itu harus melalui proses, dan seorang penulis dituntut untuk menjelaskan prosesnya. Sebab tidak mungkin di suatu malam seorang pemarah berangkat tidur, dan pagi harinya dia bangun sebagai seorang arif nan pemaaf dan penyabar. Kecuali kalau di malam harinya penulis mampu menciptakan sebuah ‘kejadian’ yang mampu membuat perubahan tersebut.



Laskar Pelangi adalah salah satu contoh KARAKTER yang KUAT. Saat kita membaca novel tersebut, kita bisa dengan mudah mengenali karakter Arai, Ikal, Mahar, Lintang, dsb, dilihat dari cara bicaranya yang berbeda, cara merespons sesuatu yang berbeda, dan cara memandang masa depan yang berbeda pula.

By: Sakti Wibowo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar Anda